Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN VOKASI DI

INDONESIA

Dosen Pengampu : Sutarto Hadi Prayitno, Ph.D

Disusun oleh :

1. Galang Satria Wibowo (16505241061)


2. Danang Muhamad Fajri (16505241071)
3. Muhamad Aditya Pratama (16505241076)

Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Yogyakarta

2018/2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
A. PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
BAB II........................................................................................................................................................... 3
A. PERKEMBANGAN KURIKULUM INDONESIA ......................................................................... 3
B. SEJARAH NASIONAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN .................................. 9
C. PENDIDIKAN KEJURUAN DALAM KURIKULUM 2013 ........................................................ 15
D. KETERKAITAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN DENGAN KKNI .............. 17
E. PERTANYAAN ........................................................................................................................... 19
BAB III ....................................................................................................................................................... 20
A. Penutup ........................................................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 21

DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 perjalanan perkembangan kurikulum di indobesia 3
Gambar II.2 Timeline pengembangan KKNI 18
Gambar II.3 Jalur pengembangan karir dala KKNI 18

2
BAB I

A. PENDAHULUAN

Dasar dan tujuan pendidikan di indonesia berkait erat dengan sejarah bangsa. Pada
masa penjajahan, dasar pendidikan adalah untuk membuat penduduk bumi putra (sebutan
indonesia waktu itu) sebagai tenaga terampil dengan gaji yang rendah, sedangkan
tujuannya adalah agar taat setia atau tidak memberontak terhadap pemerintah hindia
belanda (penjajah). Pada masa kemerdekaan, dasar pendidikan nasional merunjuk
falsafah bangsa, yaitu pancasila. Untuk pendidikan kejuruan, penjelasan UU sisdiknas
pasal15 menyebutkan pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Kebijakan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan melalui melalui Kurikulum 2013
memperluas kesempatan lulusan selain bekerja, secara kurikuler mereka dipersiapkan
untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tingggi, dan juga dapat menjadi
wirausaha.

BAB II

A. PERKEMBANGAN KURIKULUM INDONESIA

Depdiknas (2013) mendeskripsikan pasca kemerdekaan ada 11 macam kurikulum,


yaitu mula kurikulum 1947 sampai kurikulum 2013. Secara grafis perjalanan ergantian
kurikulum (milestones) dari 11 kurikulum tersebut disajikan dalam gambar II.1.

1968, kurikulum 1994, kurikulum


2013, K13
sekolah dasar 1994

1947, 1975, kurikulum 2004, rintisan


rencana pembelajaran sekolah dasar kurikulum berbasis
terurai kompetensi(KBK)

1973,
1997, revisi
kurikulum proyek
perintis sekolah kurikulum 1994
pembangunan 1984,
1964,
Rencana pendidikan 2006, KTSP
sekolah dasar Kurikulum 1984

3
Gambar II.1 perjalanan perkembangan kurikulum di indobesia
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding
istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis,
dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas
pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan
sebutan Rentjana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok : a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
dan b. Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana
Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah:
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.

2) Kurikulum 1952, Rentjana Pelajaran Terurai 1952


Pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum
ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang kemudian diberi nama Rentjana Pelajaran
Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional.
Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap
rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari.
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana
Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru
mengajar satu mata pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar
Depdiknas periode 1991-1995. Pada masa itu juga dibentuk kelas Masyarakat. Yaitu
sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rendah 6 tahun yang tidak melanjutkan ke
SMP. Kelas masyarakat mengajarkan keterampilan, seperti pertanian, pertukangan,
dan perikanan tujuannya agar anak tak mampu sekolah ke jenjang SMP, bisa
langsung bekerja.

4
3) Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut
Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.

4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan
perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan
perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan.

5) Kurikulum Periode 1975


Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi,
Direktur Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran
dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini
dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci lagi dalam bentuk Tujuan Instruksional Umum
(TIU), Tujuan Instruksional Khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar mengajar, dan evaluasi. Guru harus trampil menulis rincian apa yang akan
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5
6) Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr.
Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

7) Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999.


Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat
memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. Kurikulum 1994 bergulir lebih pada
upaya memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. “Jiwanya ingin
mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984, antara pendekatan
proses,” kata Mudjito menjelaskan.
Pada kurikulum 1994 perpaduan tujuan dan proses belum berhasil karena beban
belajar siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan
lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah
kesenian, keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-
kelompok masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
Kehadiran Suplemen Kurikulum 1999 lebih pada menambal sejumlah materi.

8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Kurikulum 2004, disebut juga Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Suatu
program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

6
pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.

Ciri-ciri KBK sebagai berikut:


a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan
keberagaman.
b. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi,
c. sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif.
d. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
e. Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek, kelas
dan semester.
f. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran, disusun dan
dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
g. Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran
pada setiap level.
h. Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan,
i. Apa yang harus siswa ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar
mereka pada level ini?
ii. Hasil belajar mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas
kurikulum dinyatakan dengan kata kerja yang dapat diukur dengan
berbagai teknik penilaian.

Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah


untuk menjawab pertanyaan, Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah
mencapai hasil belajar yang diharapkan?.

Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan


kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar
performance yang telah ditetapkan. Hal ini mengandung arti bahwa pendidikan
mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat
kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu
kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran.

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang


direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk

7
menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55).

Kurikulum 2004 lebih keren dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi


(KBK). Setiap mata pelajaran dirinci berdasarkan kompetensi apa yang mesti di
capai siswa. Kerancuan muncul pada alat ukur pencapaian kompetensi siswa yang
berupa Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Nasional yang masih berupa soal pilihan
ganda. Bila tujuannya pada pencapaian kompetensi yang diinginkan pada siswa,
tentu alat ukurnya lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur
sejauh mana pemahaman dan kompetensi siswa. Walhasil, hasil KBK tidak
memuaskan dan guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang
diinginkan pembuat kurikulum.

9) Kurikulum Periode KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran) 2006.


Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006. Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006
pasal 1 ayat 15, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Jadi, penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan
standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Disamping itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan
dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta
didik.
Penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP dimana panduan
tersebut berisi sekurang-kurangnya model-model kurikulum tingkat satuan
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tersebut dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah/ karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Tujuan KTSP ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh
sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Tujuan Panduan Penyusunan KTSP ini untuk menjadi acuan bagi satuan pendidikan
SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, dan SMK/MAK dalam
penyusunan dan pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat
satuan pendidikan yang bersangkutan.

8
Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan
permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23
tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya
sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan
dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun
menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah
dan para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam
kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun
2013 KTSP dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan kurikulum
yang baru.

10) Kurikulum Periode 2013.


Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan, modivikasi dan pemutakhiran dari
kurikulum sebelumnya. Sampai saat ini pun saya belum menerima wujud aslinya
seperti apa. Namun berdasarkan informasi beberapa hal yang baru pada kurikulum
2013.
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 pada
sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada
tanggal 15 Juli 2013. Sesuatu yang baru tentu mempunyai perbedaan dengan yang
lama.

B. SEJARAH NASIONAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam mengembangkan


pendidikan teknologi dan kejuruan salah satunya adalah pengaruh ”sejarah”. Sejarah
memiliki pesan penting untuk memberikan informasi peristiwa dulu dan menyediakan
perspektif yang bermakna bagi para pemerhati pendidikan teknologi dan kejuruan.
Dilihat dari perspektif sejarah, usaha perencanaan dan pengembangan pendidikan
kejuruan sudah dimulai pada masa Mesir kuno sekitar 2000 tahun SM. Program-program
magang yang terorganisir (apprenticeship) dengan cara mempelajari suatu keterampilan

9
tertentu dari seseorang yang sudah dipandang ahli yang berpengalaman menjadi ciri khas
pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada saat itu, mencakup belajar
kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra.
Ini tercatat dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas
untuk kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung di tempat kerja untuk hal-hal
yang bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada metode menirukan cara
bekerja para ahli yang sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke
berbagai bagian dunia lain sampai sekitar abad ke-19.
Sebenarnya ada pula usaha-usaha lain yang mencoba memberi alternatif selain
program magang, baik yang berupa pemikiran maupun tindakan nyata berupa pendirian
lembaga-lembaga pendidikan yang sudah bersifat agak formal. Pemikiran-pemikiran
kependidikan yang dipelopori oleh para ahli filsafat seperti John Locke, Comenius,
Pestalozzi, dan Rousseau memberi inspirasi kuat terhadap bentuk-bentuk persekolahan
kuno yang mulai meninggalkan praktek magang dan beralih ke bentuk yang lebih formal
dengan memasukkan aspek pendidikan mental seperti filsafat dan logika serta pendidikan
kesenian..
Ketika revolusi industri pecah di awal abad ke-19 , terjadi permintaan tenaga terlatih
yang murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin lagi terpenuhi dari
sistem pendidikan magang yang biasanya memerlukan waktu yang lama dan biaya relatif
mahal.
Sejak saat itulah, kemudian muncul banyak pemikiran-pemikiran untuk
mengusahakan perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan (termasuk
kurikulumnya) melalui sekolah secara sistematis, termasuk salah satunya adalah
pemikiran Victor Della Vos yang mengawali adanya pemikiran yang sistematis dalam
pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi dan kejuruan.
Della yang merupakan direktur dari ”the imperial Technical School of Moscow”,
pada tahun 1876 di Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru
dalam pembelajaran teknik, sehingga pada saat itu Della menjadi katalis untuk
pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971).
Pada saat itu Della terkenal dengan 4 asumsi yang berkaitan dengan pengajaran
dalam bidang mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh dalam waktu yang sesingkat
mungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu cara untuk memberikan
pengajaran yang cukup untuk jumlah siswa yang banyak dalam satu waktu; (c) dengan
metode yang akan memberikan pelajaran praktek di bengkel dengan pemenuhan
pengetahuan yang mencukupi, dan (d) sehingga memungkinkan guru dapat menetapkan
perkembangan siswa setiap waktu.

10
1. Sejarah pendidikan kejuruan di Indonesia
Secara historis, pendidikan kejuruan di Indonesia berakar pada zaman penjajahan
Belanda. Sekolah kejuruan pertama di Indonesia didirikan tahun 1853 oleh pemerintah
Belanda dengan nama Ambachts School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya)
yang diperuntukkan bagi anak-anak Indo dan Belanda.
Untuk memahami orientasi perkembangan pendidikan teknologi dan kejuruan di
Indonesia dihubungkan dengan karakteristik pendidikan / kurikulum tiap periode dapat
disajikan pada tabel sebagai berikut :

a) 1964-1968 (STM-SMEA)
Pendekatan kebutuhan masyarakat akan pendidikan (social demand
approach); pokoknya anak bisa bersekolah; sekolah kejuruan dianggap mampu
menghasilkan tamatan yang dapat langsung bekerja; keadaan sekolah kejuruan
memprihatinkan dengan fasilitas yang sangat minim, sehingga pada saat itu ada
pameo ”STM Sastra”

b) 1972-1973(STM Pembangunan-SMEA Pembina)


Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (manpower demand approach)
dilaksanakan secara terbatas, proses mencari bentuk yang tepat untuk pendidikan
teknisi industri. Pada saat itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang baik
dengan tingkat pertumbuhan 7% per tahun, sehingga diperlukan banyak tenaga
kerja untuk mengisi kekosongan di dunia kerja. Tapi pada saat itu, pendidikan
kejuruan hanya mampu mengisi 50% saja kebutuhan. Pada saat itu, keterlibatan
dunia industri di pendidikan kejuruan belum melembaga secara formal.

c) 1976
Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (untuk sekolah yang belum memperoleh
peralatan praktik). Berusaha menghasilkan teknisi industri (STMP,SMEA
Pembina,SMTK 4 tahun), dan juru teknik (STM-BLPT, SMEA,SMKK).
Digunakan pula pendekatan kebutuhan masyarakat (untuk sekolah yang belum
direhabilitasi): SMEA, SMKK,SMPS, SMM, SMIK, SMSR. Pada periode inipun
keterlibatan industri belum nampak secara formal.

d) 1984
Pendekatan humaniora yang memadukan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik; teori dan praktek dikemas dalam satu semester; pihak industri
teribat dalam Forum Pendidikan Kejuruan.

11
e) 1994
Pada saat ini, diberlakukan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi
(Competency Based Curriculum) , meskipun pada saat itu belum secara eksplisit
disebut KBK sebagaimana dikenal pada tahun 2004. Selain itu dikenal pula
konsep Broad Based Curriculum dimana pendidikan memiliki prinsip luas, kuat,
dan mendasar. Pada periode ini, mulai dikenal konsep Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). Pada masa ini kerjasama dengan dunia usaha dan industri semakin kuat
dan melembaga

f) 1999
Perubahan orientasi dari supply-driven ke demand/market driven, dari mata
pelajaran /topik pembelajaran ke kompetensi, dari pengukuran tingkat hasil belajar
ke pengukurankompetensi, dari belajar ”hanya” SMK menjadi belajar di SMK dan
di industri, dari SMK yang ”berdiri sendiri” ke SMK sebagai bagian tak
terpisahkan dari politeknik, BLK, kursus-kursus, dan lembaga Diklat lainnya.

g) 2000-an
Pada periode ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan kejuruan
semakin meningkat. Hubungan dengan pihak industri semakin baik. Pemerintah
sudah sangat menyadari pentingnya mengembangkan pendidikan teknologi dan
kejuruan di Indonesia.

2) Pendidikan Sebelum Kemerdekaan

Gubernur Jenderal Raffles memberikan pengantar pendidikan pada Gymnasium B.


Para lulusannya diberi kesempatan untuk meneruskan ke pendidikan perdagangan dan
kerajinan di Delft. Zaman Van den Bosch 1856 di dirikan sekolah kejuruan pertama di
Batutulis Betawi,sekolah tersebut bernada agama Kristen, bercorak sekolah dasar dengan
ciri-ciri pertukangan dengan siswanya Indo-Belanda. Kemudian pada tahun 1873 terpaksa
dibubarkan (?)

Tahun 1860 untuk golongan Eropah didirikan Ambachtschool, yakni sekolah


pertukangan pertama.

Tahun 1881, untuk anak-anak pribumi didirikan sekolah pertukangan seperti itu,
hanya bedanya dikaitkan dengan sekolah pendidikan guru.

Sekolah-sekolah pendidikan guru didirikan di Ambon, Minahasa, Magelang,


Surakarta dan lainnya yang ditangani oleh Zending khusus untu gadis-gadis muda
disediakan sekolah kejuruan, namun tidak berlangsung lama. Pendidikan kejuruan ini
baru tumbuh dengan suburnya setelah abad ke-20..
12
Pada abad ke-20 Van Deventer mencetuskan gagasan “ Politik Etis” yang mendasari
kebijaksanaan pendidikan di Indonesia. Pemberian pendidikan rendah bagi golongan
Bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Jalur pertama adalah pendidikan bagi
lapisan atas serta memenuhi kebutuhan industri dan ekonomi,dengan tenaga terdidik
bermutu tinggi di lain pihak juga menyediakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan
tenaga menengah dan rendah yang berpendidikan. Penyedian tenaga tersebut sebenarnya
dilakukan untuk kepentingan kaum feodal Belanda. Tujuannya untuk memperoleh tenaga
kerja yang murah. Sebagai akibat dari perhatian yang banyak dicurahkan oleh pemerintah
Hindia Belanda kepada pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Kejuruan, jenis
pendidikan kejuruan yang didirikannya menjadi sangat bervariasi, sebagai berikut:

a) Ambachts Leergang, yaitu sekolah berbahasa daerah bagi lulusan sekolah


Bumiputera kelas dua (5 tahun) atau sekolah lanjutan. Sekolah inididirikan
dengan tujuan untuk mendidik tukang-tukang.
b) Ambachtschool (Sekolah pertukangan) adalah sekolah pertukangan yang
berbahasa Belanda. Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan HIS, HCS, dan
Schakelschool. Sekolah ini lamanya 3 tahun bertujuan untuk mendidik serta
mencetak mandor. Jurusannya antara lain: montir mobil, listrik, kayu dan penata
batu.
c) Sekolah Teknik (Technisch Onderwijs) adalah kelanjutan dari Ambachtschool
yang bahasa pengantarnya bahasa Belanda. Sekolah yang bernama Wilhelmina
School berdiri tahun 1906 di Jakarta ini sebenarnya bukan murni teknik, karena
ada bagian yang mengandung jurusan Sastra dan Ekonomi.
d) Pendidikan dagang (Handels Onderwijs), didirikan untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan-perusahaan Eropah. Jenis ini meliputi pemberi pelajaran dagang di
sekolah dasar dan menengah. Sekolah dagang khusus adalah sekolah dengan
lama pendidikan 3 tahun . lain lagi adalah Sekolah Dagang Menegah
(Middelbaar Handelsschool) yang juga memakan waktu 3 tahun
e) Pendidikan Pertanian (Landbouw Onderwijs) diperuntukkan bagi penduduk asli
yang bermasyarakat agraris dan untuk keperluan perusahaan-perusahaan
perkebunan Eropah yang menggunakan pekerja dan pengawas Bumiputera.
f) Pendidikan Keguruan (Kweekschool). Lembaga ini menurut sejarahnya melalui
perkembangan kursus-kursus yang ditangani oleh Zending
g) Sekolah-sekolah Teknik dan kejuruan, terdiri atas tiga jenis sekolah, yaitu :
h) Sekolah-sekolah kejuruan : Sekolah Kerajinan (SK), merupakan sekolah untuk
mendidik pekerja Industri rumah. Lama belajar 1 – 2 tahun tergantung type
kerajinan atau perdagangan. Pendidikan tersebut diperuntukkan bagi lulusan
pendidikan dasar.

13
i) Sekolah-sekolah Teknik (ST), yakni sekolah teknik dengan masa sekolah 3
tahun bagi mereka yang lulus tes masuk dan tes menggambar.
j) Sekolah Teknik Tingkat Atas (STM). Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan
SMP dan ST dengan nilai baik.
k) Sekolah kepandaian Putri (SKP), waktu 2 tahun bagi anak-anak wanita yang
gagal tes masuk SMP. Dengan mengikuti pendidikan ini diharapkan dapat
menjadi warganegara yang berguna, mampu mencarinafkah untuk kehidupannya
sendiri. Selain itu ada SKP 4 tahun. Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan
SKP2 tahun dengan nilai bagus. 2 tahun pertama bersifat umum, 2 tahun terakhir
pendidikan khus ahli masak, penjahit, kerumahtanggaan, ahli batik,
menggambar, menenun, dan jahit-menjahit sebagai pokok perolehan profesi.
l) Sekolah Perdagangan, meliputi :
i. Kursus Dagang Tingkat Pertama (KDP), dengan masa 3 tahun untuk
menyiapkan orang dewasa dalam bidang ekonomi, dan hal-hal lain
menyangkut perdagangan.
ii. Sekolan Menengah Ekonomi Tingkat Pertama (SMEP), merupakan
pendidikan ekonomi untuk tingkat menengah, memberikan latihan kepada
siswa untuk menekuni bidang usaha. Siswa yang diterima adalah mereka
yang lulus saringan masuk dari SMP.
iii. Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA), merupakan
pendidikan ekonomi untuk tingkat atas di dalam menekuni bidang usaha
dan perdagangan. Siswa yang diterima adalah mereka yang lulus saringan
masuk dari SMP dan SMEP. Siswa yang berprestasi baik dapat melajutkan
ke fakultas ekonomi.

Sejak tahun 1979 sesuai dengan kebijakan Pendidikan Kejuruan, jenis-jenis sekolah
kejuruan ditertibkan, seperti berikut ini :

a) Sekolah Teknik (ST) dengan jurusan Mesin, bangunan, dan elektronika


b) Sekolah Kesejahteraan Keluarga (SKK) yang memberikan pendidikan selama 4
tahun
i. Sekolah Kesejahteraan Tingkat Pertama (SKP)
ii. Sekolah Menengah Kesejahteraan keluarga (SMKK)
iii. Sekolah Menengah Kerumahtanggaan (SMTK)
c) Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA)
d) Sekolah Teknologi Menengah (STM)
e) Sekolah Menengah Teknologi Pertanian (SMTP)
f) Sekolah Menengah Industri dan Kerajinan (SMIK)
g) Untuk sekolah tingkat menengah pertama (ST dan SKP) hanya ada sebuah saja
di tiap-tiap provinsi.
14
C. PENDIDIKAN KEJURUAN DALAM KURIKULUM 2013

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta


didik untuk dapat bekerja dalam bidangnya masing-masing. Tetapi apakah pendidikan
kejuruan hanya sebatas pada sekolah menengah saja? tidak, karena dalam perguruan
tinggi juga ada pendidikan kejuruan dengan taraf yang lebih mendalam daripada sekolah
menengah kejuruan. Lalu kenapa ada pendidikan kejuruan? Sejak zaman dahulu sudah
ada yang namanya pendidikan kejuruan. Pendidikan kejuruan dibangun dengan tujuan
untuk membentuk tenaga kerja yang terampil, kompetitif dan berkompetensi sejak dini.
Sehingga peserta didik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sudah siap bekerja
sesuai bidangnya.
Prospek SMK menurut Renstra Dit PSMK 2015-2019 masih sangat memprihatikan
karena masih banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan yang menganggur, padahal
SMK mempunyai banyak peluang untuk menciptakan tenaga kerja yang ahli pada
bidangnya dibandingkan dengan Sekolah Menengah Atas tetapi pada kenyataannya
masih saja lebih banyak lulusan SMA yang bekerja dibandingkan dengan lulusan SMK.
Menurut KEMENDIKBUD untuk meningkatkan pendidikan kejuruan adalah
meningkatkan sarana prasarana yang ada, mempekerjakan tenaga pendidik yang
kompeten dalam bidangnya, memperbaiki mutu lulusan. SMK memiliki potensi untuk
bekerja sesuai kebutuhan, SMK memiliki lima elemen kompetensi sesuai kebutuhan
lapangan kepentingan seperti kebutuhan masyarakat, kebutuhan dunia kerja, kebutuhan
profesional, kebutuhan generasi masa depan dan ilmu pengetahuan. Dengan begitu kita
siap mengahadipi era persaingan global.
Kurikulum pendidikan kejuruan seharusnya seiringan dengan apa yang dibutuhkan
dunia kerja bukan sesuai dengan pemerintah. Sehingga pendidikan kejuruan harus
menganut pada kebijakan ‘Link and Match’ yang mengimplikasikan sumber daya
manusia, wawasan masa depan, wawasan mutu, wawasan keunggulan, wawasan
profesionalisme, wawasan nilai tambah, dan wawasan ekonomi dalam penyelenggaraan
pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan.
Tujuan dari dibentuknya pendidikan kejuruan ini adalah untuk menyiapkan peserta
didik untuk bekerja dan mampu bersaing dalam proses pekerjaannya kedepan. Tujuan
umum dari pendidikan kejuruan ini adalah:
1) Menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani kehidupan secara layak
2) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik
3) Menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung
jawab
4) Menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya
bangsa Indonesia

15
5) Menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki
wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni

Selain itu pendidikan kejuruan memiliki tujuan khusus dibandingkan dengan


pendidikan menengah lainnya yaitu:

1) Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia
usaha maupun dunia industri baik nasional maupun global.
2) Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan vokasi pada program keahlian
teknik yang memenuhi kompetensi dan sertifikasi yang dipersyaratkan oleh dunia
kerja serta asosiasi-asosiasi profesi bidang teknik yang relevan dan mampu bersaing
di pasar global.
3) Menghasilkan berbagai produk penelitian dan program inovatif dalam disiplin ilmu
PTK (pendidikan teknlogi kejuruan) dan disiplin ilmu teknik yang berguna bagi
peningkatan mutu sumber daya manusia dalam pembangunan nasional.
4) Menjadi pusat informasi dan diseminasi bidang pendidikan teknologi dan kejuruan
serta bidang teknik.
5) Menghasilkan pendidik/pelatih di bidang teknologi kejuruan yang memiliki jiwa
kewirausahaan (entrepreneurship).

Dalam pendidikan kejuruan dengan penerapan K13 SMK tidak perlu khawatir akan
hal-hal diluar, tuntutan dari K13 adalah menanamkan karakter yang baik, siswa memiliki
kompetensi yang memadahi serta memiliki kreativitas dan inovasi yang lebih untuk bekal
saat lulus dari sekolahnya.

Fungsi dari pendidikan kejuruan dengan K13 berfungsi secara ganda yaitu sebagai
”akulturasi” (penyesuaian diri) dan ”enkulturasi” (pembawa perubahan). Karena itu,
pendidikan kejuruan tidak hanya adaptif terhadap perubahan, tetapi juga harus antisipatif.

Dalam proses pelaksanaan pendidikan kejuruan yang berbasis pada K13 yang mada
siswa dituntut untuk dapat berfikir kreatif dan inovatis serta pengembangan diri yang
mereka miliki haruslah dikelaurkan untuk menunjang pembelajaran. Dalam pembelajaran
di SMK setelah masuknya K13 dapat dilihat dari penyampaian materi yang ada. Proses
penyampaian materi dari tenaga pendidik (proses ceramah) hanya diberi waktu 15 menit
pertama. Tujuan dari pelaksanaan ceramah hanaya 15 menit pertama adalah melatih
peserta didika agar lebih aktif dan mengeluarkan semua kreativitas dan kemampuan yang
mereka miliki. Proses yang selanjutnya adalah proses diskusi. Dalam proses diskusi ini
peserta didik diberi materi yang harus didiskusikan dan mencari pemecahannya untuk
dapat mendalami mater yang disampaikan oleh tenaga pendidik pada saat awal
pembelajaran. Selain itu proses diskusi ini akan memancing seberapa aktifkah peserta
didik dalam proses pembahasan materi yang mereka dapatkan. Setelah proses diskusi

16
peserta akan melaksanakan presetasi dari hasil diskusi yang mereka bahas dan
mendapatkan pemecahannya. Dari proses-proses tersebut pendidikan kejuruan (SMK)
dengan K13 sudah dapat berjalan lancar, ketika pembelajaran kejuruan maka peserta
didik akan dapat membuat sesuatu yang mana produk atau barang yang dibuat tersebut
adalah hasil dari kreativitas dan inovasi yang mereka gali dari proses pembelajaran yang
mereka laksanakan. Karena dalam proses pembelajaran K13 peserta didik dituntut untuk
aktif dalam proses pembelajaran.

D. KETERKAITAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN DENGAN KKNI

Peraturan Presiden Nomer 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional


Indonesia, Pasal 1, Ayat 1 menjelaskan bahwa Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
yang selanjutnya disingkat KKNI adalah suatu kerangka penjenjangan kualifikasi
kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara
bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka
pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai
sektor. Amanah utama dari peraturan ini adalah penyetaraan dan pengintegrasian antara
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja , serta pengakkuan kompetensi.
Secara nasional, KKNI dapat menjadi alat yang potensional pemersatu tiga pihak,
yaitu Pemerintah, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Dunia Usaha-Industri
(DU/DI) yang di Jerman disebut triparti (tri-party). Kesamaan visi dan misi triparti di
Jerman (Streeck, 1087) mampu menopang berlangsungnya sistem ganda (dual system)
dan pemagangan (apprenticeship) yang terbukti mampu menghasilkan tenaga kerja yang
berkualitas, menurunkan angka pengangguran, dan muaranya mendukung pertumbuhan
ekonomi.
Di Indonesia terkait dalam perencanaan kurikulum, perencanaan tenaga kerja, dan
sistem penggajian sehingga lebih memudahkan terjadinya ketertautan dan kecocokan
(link and match) antara progam pendidikan dan kebutuhan DU/DI. Kurikulum 2013,
khususnya untuk SMK, semestinya tidak masalah karena salah satu karakternya sekolah
adalah bagian daari masyarakat dengan menekankan pola pembelajaran jejaring dimana
guru tidak satu-satunya sumber belajar dan belajar di DU/DI menjadi kewajiban SMK
untuk mancapai kompetensi lulusannya. Sebagaimana di Jerman semestinya triparti dapat
lebih efektif untuk menghasilkan kompetensi lulusan yang berkualitas.
Secara regional bahkan global KKNI dapat menjadi referensi bagi pihak luar untuk
kategori tenaga kerja termasuk penentuan penggajian/upah pekerja. Dalam era persaingan
dan kebersamaan ASEAN economic community di tahun depan, tenaga kerja Indonesia
dapat terstandar kualifikasinya dan kompetensinya dan muaranya terjadi kesetaraan upah
atau gaji antara tenaga kerja nasional dan asing. Keadaan yang saat ini terjadi harus
17
berubah, dimana pekerja kita dibayar lebih rendah daripada mereka yang datang dari luar
negeri. Untuk itu KKNI menjadi alat yang instrumental untuk meningkatkan dan
menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas, kesetaraan upah regional ASEAN, dan
harapannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk menghayati kapan
KKNI dirintis, bagaimana dan apa dampaknya bagi peningkatan kualitas dan penyetaraan
tenaga kerja regional bahkan global dapat dilihat pada gambar II.2. dan gambr II.3.

Gambar II.2 Timeline pengembangan KKNI

Gambar II.3 Jalur pengembangan karir dala KKNI

18
E. PERTANYAAN
1. Apakah pendidikan kejuruan dapat dihilangkan ?
Jawab : tidak, karena dengan ditiadakannya pendidikan kejuruan maka akan
menimbulkan kekurangan pada kebutuhan tenaga ahli dibidang industri, kecuali jika
pemerintah mengadakan program pelatihan khusus sesuai dengan kebutuhan industri
yang langsung berkoordinasi dengan industri sehingga kebutuhan tenaga ahli
dibidang industry dapat terpenuhi dan tercipta ahli sesuai dengan bidang yang
dibutuhkan di industry.
2. Apakah yang dimaksud dengan tech-prep di Amerika ? dan mungkinkah tech-prep
diterapkan di Indonesia ?!
Jawab : depertamen pendidikan di Amerika menjelaskan bahwa program ini
memberkan bantuan (grants and technical) kepada Negara bagian melalui dewan
pendidikan daerah bekerjasama dengan perguruan tinggi setempet untuk
mengembabngkan artikulasi pendidikan antara dau tahun terahir di SLTA dengan
minimal dua tahun pertama di perguruan tinggi sehingga siswa dapat mencapai
diploma atau sarjana. Untuk saat ini progam tersebut belum dapat dilaksanakan di
Indonesia karena kurangnya koordinasi antar setiap instansi pendidikan dam belum
berjalannya system birokrasi antar pengurus pemerintahanyang tidak berjalan sesaui
dengan semestinya.
3. Apa alas an pemerintah Hindia-Belanda mendirikan sekolah kejuruan untuk warga
Indonesia (Bumipoetra)?
Jawab : untuk menciptakan tenaga terampil dengan gaji rendah
4. Bagaimana secara konsep posisi SMK dalam kurikulum 2013? Jelaskan !
Jawab : dalam kurikulum 2013 pendidikan kejuruan (SMK) diposisikan melebihi
pendidikan umum (SMA), yaitu untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan dalam bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
5. Adakah kendala dalam penerapan kurikulum 2013 pada SMK di Indonesia ? berikan
solusi!
Jawab : secara umum kendala dalam pelaksanaan K13 di Indonesia adalah kurangnya
persiapa antara peserta didik dan tenaga pendidik serta kurangnya pemahaman
megenai konsep tersebut. Untuk dapat terlaksana harus dipersiapkan secara bertahap
pada peserta didik dan diberikannya pendidikan khusus bagi pengajar untuk mengerti
komsep K13.
6. Apakah KKNI secara konsep mendorong pertumbuhan SMK atau sebaliknya ?
Jelaskan!
Jawab : jika dilihat secara konsep harusnya menimbulkan untuk berkembangnya
SMK dengan pesat, namun tidak berbanding lurus dengan pelaksanaannya.

19
BAB III
A. Penutup
Sejauh berkembangangnya kurikuum yang ada di Indonesia sebenarnya sudah sangat
bagus, tapi tidak beriringan dengan pelaksanaannya.

20
Daftar Pustaka

Sutarto HP. (2018). Desain Pengembangan Kurikulum Pendidikan Vokasi.


Yogyakarta: UNY Press

Heri IG. (2016).Perkembangan Kurikulum 1947 sampai Kurikulum 2013.


http://www.gurungapak.com/2016/03/perkembangan-kurikulum-1947-
sampai.html.

Rizky MF. (2011). Sejarah Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan.


http://muslimberjuang.blogspot.com/2011/09/sejarah-pendidikan-teknologi-
dan.html.

HMEFT. (2017). Pendidikan Kejuruan dengan Kurikulum 2013.


http://hmeft.student.uny.ac.id/2017/04/25/pendidikan-kejuruan-dengan-
kurikulum-2013.

21

Anda mungkin juga menyukai