INDONESIA
Disusun oleh :
Fakultas Teknik
2018/2019
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................... 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
A. PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 3
BAB II........................................................................................................................................................... 3
A. PERKEMBANGAN KURIKULUM INDONESIA ......................................................................... 3
B. SEJARAH NASIONAL PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN .................................. 9
C. PENDIDIKAN KEJURUAN DALAM KURIKULUM 2013 ........................................................ 15
D. KETERKAITAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN DENGAN KKNI .............. 17
E. PERTANYAAN ........................................................................................................................... 19
BAB III ....................................................................................................................................................... 20
A. Penutup ........................................................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 perjalanan perkembangan kurikulum di indobesia 3
Gambar II.2 Timeline pengembangan KKNI 18
Gambar II.3 Jalur pengembangan karir dala KKNI 18
2
BAB I
A. PENDAHULUAN
Dasar dan tujuan pendidikan di indonesia berkait erat dengan sejarah bangsa. Pada
masa penjajahan, dasar pendidikan adalah untuk membuat penduduk bumi putra (sebutan
indonesia waktu itu) sebagai tenaga terampil dengan gaji yang rendah, sedangkan
tujuannya adalah agar taat setia atau tidak memberontak terhadap pemerintah hindia
belanda (penjajah). Pada masa kemerdekaan, dasar pendidikan nasional merunjuk
falsafah bangsa, yaitu pancasila. Untuk pendidikan kejuruan, penjelasan UU sisdiknas
pasal15 menyebutkan pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Kebijakan
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan melalui melalui Kurikulum 2013
memperluas kesempatan lulusan selain bekerja, secara kurikuler mereka dipersiapkan
untuk dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tingggi, dan juga dapat menjadi
wirausaha.
BAB II
1973,
1997, revisi
kurikulum proyek
perintis sekolah kurikulum 1994
pembangunan 1984,
1964,
Rencana pendidikan 2006, KTSP
sekolah dasar Kurikulum 1984
3
Gambar II.1 perjalanan perkembangan kurikulum di indobesia
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam
bahasa Belanda leer plan artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding
istilah curriculum (bahasa Inggris). Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis,
dari orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Sedangkan asas
pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan
sebutan Rentjana Pelajaran 1947, yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah
kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Bentuknya memuat dua hal pokok : a. Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
dan b. Garis-garis besar pengajaran.
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan yang pernah
digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan sebagai pengganti
sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana
Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan adalah:
pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi pelajaran
dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.
4
3) Kurikulum 1964, Rentjana Pendidikan 1964
Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini
adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan
akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan
pada program Pancawardhana (Hamalik, 2004), yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keterampilann, dan jasmani. Ada yang menyebut
Panca wardhana berfokus pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi: moral,
kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan
dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan kurikulum 1964, yakni dilakukan
perubahan struktur kulrikulum pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum ini merupakan
perwujudan perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis yaitu mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada
pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9. Djauzak menyebut Kurikulum 1968
sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata pelajaran pokok-pokok saja,” katanya.
Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada
siswa di setiap jenjang pendidikan.
5
6) Kurikulum 1984, Kurikulum 1975 yang Disempurnakan
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
Kurikulum 1975 yang disempurnakan. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga
melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active
Leaming (SAL). Tokoh penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr.
Conny R. Semiawan, Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986.
Konsep CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah
yang diujicobakan, mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara
nasional. Sayangnya, banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang
terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini
ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak lagi mengajar model berceramah.
Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
6
pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.
7
menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar untuk melakukan sesuatu (Puskur, 2002:55).
8
Dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan
permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan permen nomor 23
tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang pada dasarnya
sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada kewenangan
dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan.
Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi
sekolah dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun
menjadi sebuah perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Penyusunan KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan
pemantauan dinas pendidikan daerah dan wilayah setempat.
Pada akhir tahun 2012 KTSP dianggap kurang berhasil, karena pihak sekolah
dan para guru belum memahami seutuhnya mengenai KTSP dan munculnya beragam
kurikulum yang sulit mencapai tujuan pendidikan nasional. Maka mulai awal tahun
2013 KTSP dihentikan pada beberapa sekolah dan digantikan dengan kurikulum
yang baru.
9
tertentu dari seseorang yang sudah dipandang ahli yang berpengalaman menjadi ciri khas
pendidikan pada saat itu. Di lain pihak, pendidikan pada saat itu, mencakup belajar
kemampuan dasar menulis dan membaca karya sastra.
Ini tercatat dalam sejarah sebagai usaha awal penggabungan antara belajar di kelas
untuk kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung di tempat kerja untuk hal-hal
yang bersifat keterampilan terapan dengan penekanan pada metode menirukan cara
bekerja para ahli yang sudah mapan dalam pekerjaannya. Cara ini sempat menyebar ke
berbagai bagian dunia lain sampai sekitar abad ke-19.
Sebenarnya ada pula usaha-usaha lain yang mencoba memberi alternatif selain
program magang, baik yang berupa pemikiran maupun tindakan nyata berupa pendirian
lembaga-lembaga pendidikan yang sudah bersifat agak formal. Pemikiran-pemikiran
kependidikan yang dipelopori oleh para ahli filsafat seperti John Locke, Comenius,
Pestalozzi, dan Rousseau memberi inspirasi kuat terhadap bentuk-bentuk persekolahan
kuno yang mulai meninggalkan praktek magang dan beralih ke bentuk yang lebih formal
dengan memasukkan aspek pendidikan mental seperti filsafat dan logika serta pendidikan
kesenian..
Ketika revolusi industri pecah di awal abad ke-19 , terjadi permintaan tenaga terlatih
yang murah dalam jumlah yang sangat besar sehingga tidak mungkin lagi terpenuhi dari
sistem pendidikan magang yang biasanya memerlukan waktu yang lama dan biaya relatif
mahal.
Sejak saat itulah, kemudian muncul banyak pemikiran-pemikiran untuk
mengusahakan perencanaan dan pengembangan pendidikan kejuruan (termasuk
kurikulumnya) melalui sekolah secara sistematis, termasuk salah satunya adalah
pemikiran Victor Della Vos yang mengawali adanya pemikiran yang sistematis dalam
pengembangan kurikulum pada pendidikan teknologi dan kejuruan.
Della yang merupakan direktur dari ”the imperial Technical School of Moscow”,
pada tahun 1876 di Philadelphia Centennia Exposition” mengemukakan pendekatan baru
dalam pembelajaran teknik, sehingga pada saat itu Della menjadi katalis untuk
pendidikan teknik di Amerika Serikat (lannie 1971).
Pada saat itu Della terkenal dengan 4 asumsi yang berkaitan dengan pengajaran
dalam bidang mekanik, yaitu : (a) pendidikan ditempuh dalam waktu yang sesingkat
mungkin (in short education); (b) selalu diupayakan suatu cara untuk memberikan
pengajaran yang cukup untuk jumlah siswa yang banyak dalam satu waktu; (c) dengan
metode yang akan memberikan pelajaran praktek di bengkel dengan pemenuhan
pengetahuan yang mencukupi, dan (d) sehingga memungkinkan guru dapat menetapkan
perkembangan siswa setiap waktu.
10
1. Sejarah pendidikan kejuruan di Indonesia
Secara historis, pendidikan kejuruan di Indonesia berakar pada zaman penjajahan
Belanda. Sekolah kejuruan pertama di Indonesia didirikan tahun 1853 oleh pemerintah
Belanda dengan nama Ambachts School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya)
yang diperuntukkan bagi anak-anak Indo dan Belanda.
Untuk memahami orientasi perkembangan pendidikan teknologi dan kejuruan di
Indonesia dihubungkan dengan karakteristik pendidikan / kurikulum tiap periode dapat
disajikan pada tabel sebagai berikut :
a) 1964-1968 (STM-SMEA)
Pendekatan kebutuhan masyarakat akan pendidikan (social demand
approach); pokoknya anak bisa bersekolah; sekolah kejuruan dianggap mampu
menghasilkan tamatan yang dapat langsung bekerja; keadaan sekolah kejuruan
memprihatinkan dengan fasilitas yang sangat minim, sehingga pada saat itu ada
pameo ”STM Sastra”
c) 1976
Pendekatan kebutuhan tenaga kerja (untuk sekolah yang belum memperoleh
peralatan praktik). Berusaha menghasilkan teknisi industri (STMP,SMEA
Pembina,SMTK 4 tahun), dan juru teknik (STM-BLPT, SMEA,SMKK).
Digunakan pula pendekatan kebutuhan masyarakat (untuk sekolah yang belum
direhabilitasi): SMEA, SMKK,SMPS, SMM, SMIK, SMSR. Pada periode inipun
keterlibatan industri belum nampak secara formal.
d) 1984
Pendekatan humaniora yang memadukan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik; teori dan praktek dikemas dalam satu semester; pihak industri
teribat dalam Forum Pendidikan Kejuruan.
11
e) 1994
Pada saat ini, diberlakukan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi
(Competency Based Curriculum) , meskipun pada saat itu belum secara eksplisit
disebut KBK sebagaimana dikenal pada tahun 2004. Selain itu dikenal pula
konsep Broad Based Curriculum dimana pendidikan memiliki prinsip luas, kuat,
dan mendasar. Pada periode ini, mulai dikenal konsep Pendidikan Sistem Ganda
(PSG). Pada masa ini kerjasama dengan dunia usaha dan industri semakin kuat
dan melembaga
f) 1999
Perubahan orientasi dari supply-driven ke demand/market driven, dari mata
pelajaran /topik pembelajaran ke kompetensi, dari pengukuran tingkat hasil belajar
ke pengukurankompetensi, dari belajar ”hanya” SMK menjadi belajar di SMK dan
di industri, dari SMK yang ”berdiri sendiri” ke SMK sebagai bagian tak
terpisahkan dari politeknik, BLK, kursus-kursus, dan lembaga Diklat lainnya.
g) 2000-an
Pada periode ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan kejuruan
semakin meningkat. Hubungan dengan pihak industri semakin baik. Pemerintah
sudah sangat menyadari pentingnya mengembangkan pendidikan teknologi dan
kejuruan di Indonesia.
Tahun 1881, untuk anak-anak pribumi didirikan sekolah pertukangan seperti itu,
hanya bedanya dikaitkan dengan sekolah pendidikan guru.
13
i) Sekolah-sekolah Teknik (ST), yakni sekolah teknik dengan masa sekolah 3
tahun bagi mereka yang lulus tes masuk dan tes menggambar.
j) Sekolah Teknik Tingkat Atas (STM). Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan
SMP dan ST dengan nilai baik.
k) Sekolah kepandaian Putri (SKP), waktu 2 tahun bagi anak-anak wanita yang
gagal tes masuk SMP. Dengan mengikuti pendidikan ini diharapkan dapat
menjadi warganegara yang berguna, mampu mencarinafkah untuk kehidupannya
sendiri. Selain itu ada SKP 4 tahun. Sekolah ini diperuntukkan bagi lulusan
SKP2 tahun dengan nilai bagus. 2 tahun pertama bersifat umum, 2 tahun terakhir
pendidikan khus ahli masak, penjahit, kerumahtanggaan, ahli batik,
menggambar, menenun, dan jahit-menjahit sebagai pokok perolehan profesi.
l) Sekolah Perdagangan, meliputi :
i. Kursus Dagang Tingkat Pertama (KDP), dengan masa 3 tahun untuk
menyiapkan orang dewasa dalam bidang ekonomi, dan hal-hal lain
menyangkut perdagangan.
ii. Sekolan Menengah Ekonomi Tingkat Pertama (SMEP), merupakan
pendidikan ekonomi untuk tingkat menengah, memberikan latihan kepada
siswa untuk menekuni bidang usaha. Siswa yang diterima adalah mereka
yang lulus saringan masuk dari SMP.
iii. Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas (SMEA), merupakan
pendidikan ekonomi untuk tingkat atas di dalam menekuni bidang usaha
dan perdagangan. Siswa yang diterima adalah mereka yang lulus saringan
masuk dari SMP dan SMEP. Siswa yang berprestasi baik dapat melajutkan
ke fakultas ekonomi.
Sejak tahun 1979 sesuai dengan kebijakan Pendidikan Kejuruan, jenis-jenis sekolah
kejuruan ditertibkan, seperti berikut ini :
15
5) Menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki
wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni
1) Menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan tuntutan dunia
usaha maupun dunia industri baik nasional maupun global.
2) Menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan vokasi pada program keahlian
teknik yang memenuhi kompetensi dan sertifikasi yang dipersyaratkan oleh dunia
kerja serta asosiasi-asosiasi profesi bidang teknik yang relevan dan mampu bersaing
di pasar global.
3) Menghasilkan berbagai produk penelitian dan program inovatif dalam disiplin ilmu
PTK (pendidikan teknlogi kejuruan) dan disiplin ilmu teknik yang berguna bagi
peningkatan mutu sumber daya manusia dalam pembangunan nasional.
4) Menjadi pusat informasi dan diseminasi bidang pendidikan teknologi dan kejuruan
serta bidang teknik.
5) Menghasilkan pendidik/pelatih di bidang teknologi kejuruan yang memiliki jiwa
kewirausahaan (entrepreneurship).
Dalam pendidikan kejuruan dengan penerapan K13 SMK tidak perlu khawatir akan
hal-hal diluar, tuntutan dari K13 adalah menanamkan karakter yang baik, siswa memiliki
kompetensi yang memadahi serta memiliki kreativitas dan inovasi yang lebih untuk bekal
saat lulus dari sekolahnya.
Fungsi dari pendidikan kejuruan dengan K13 berfungsi secara ganda yaitu sebagai
”akulturasi” (penyesuaian diri) dan ”enkulturasi” (pembawa perubahan). Karena itu,
pendidikan kejuruan tidak hanya adaptif terhadap perubahan, tetapi juga harus antisipatif.
Dalam proses pelaksanaan pendidikan kejuruan yang berbasis pada K13 yang mada
siswa dituntut untuk dapat berfikir kreatif dan inovatis serta pengembangan diri yang
mereka miliki haruslah dikelaurkan untuk menunjang pembelajaran. Dalam pembelajaran
di SMK setelah masuknya K13 dapat dilihat dari penyampaian materi yang ada. Proses
penyampaian materi dari tenaga pendidik (proses ceramah) hanya diberi waktu 15 menit
pertama. Tujuan dari pelaksanaan ceramah hanaya 15 menit pertama adalah melatih
peserta didika agar lebih aktif dan mengeluarkan semua kreativitas dan kemampuan yang
mereka miliki. Proses yang selanjutnya adalah proses diskusi. Dalam proses diskusi ini
peserta didik diberi materi yang harus didiskusikan dan mencari pemecahannya untuk
dapat mendalami mater yang disampaikan oleh tenaga pendidik pada saat awal
pembelajaran. Selain itu proses diskusi ini akan memancing seberapa aktifkah peserta
didik dalam proses pembahasan materi yang mereka dapatkan. Setelah proses diskusi
16
peserta akan melaksanakan presetasi dari hasil diskusi yang mereka bahas dan
mendapatkan pemecahannya. Dari proses-proses tersebut pendidikan kejuruan (SMK)
dengan K13 sudah dapat berjalan lancar, ketika pembelajaran kejuruan maka peserta
didik akan dapat membuat sesuatu yang mana produk atau barang yang dibuat tersebut
adalah hasil dari kreativitas dan inovasi yang mereka gali dari proses pembelajaran yang
mereka laksanakan. Karena dalam proses pembelajaran K13 peserta didik dituntut untuk
aktif dalam proses pembelajaran.
18
E. PERTANYAAN
1. Apakah pendidikan kejuruan dapat dihilangkan ?
Jawab : tidak, karena dengan ditiadakannya pendidikan kejuruan maka akan
menimbulkan kekurangan pada kebutuhan tenaga ahli dibidang industri, kecuali jika
pemerintah mengadakan program pelatihan khusus sesuai dengan kebutuhan industri
yang langsung berkoordinasi dengan industri sehingga kebutuhan tenaga ahli
dibidang industry dapat terpenuhi dan tercipta ahli sesuai dengan bidang yang
dibutuhkan di industry.
2. Apakah yang dimaksud dengan tech-prep di Amerika ? dan mungkinkah tech-prep
diterapkan di Indonesia ?!
Jawab : depertamen pendidikan di Amerika menjelaskan bahwa program ini
memberkan bantuan (grants and technical) kepada Negara bagian melalui dewan
pendidikan daerah bekerjasama dengan perguruan tinggi setempet untuk
mengembabngkan artikulasi pendidikan antara dau tahun terahir di SLTA dengan
minimal dua tahun pertama di perguruan tinggi sehingga siswa dapat mencapai
diploma atau sarjana. Untuk saat ini progam tersebut belum dapat dilaksanakan di
Indonesia karena kurangnya koordinasi antar setiap instansi pendidikan dam belum
berjalannya system birokrasi antar pengurus pemerintahanyang tidak berjalan sesaui
dengan semestinya.
3. Apa alas an pemerintah Hindia-Belanda mendirikan sekolah kejuruan untuk warga
Indonesia (Bumipoetra)?
Jawab : untuk menciptakan tenaga terampil dengan gaji rendah
4. Bagaimana secara konsep posisi SMK dalam kurikulum 2013? Jelaskan !
Jawab : dalam kurikulum 2013 pendidikan kejuruan (SMK) diposisikan melebihi
pendidikan umum (SMA), yaitu untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
luasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan kemampuan dalam bersikap,
berpengetahuan, berketerampilan, dan bertindak.
5. Adakah kendala dalam penerapan kurikulum 2013 pada SMK di Indonesia ? berikan
solusi!
Jawab : secara umum kendala dalam pelaksanaan K13 di Indonesia adalah kurangnya
persiapa antara peserta didik dan tenaga pendidik serta kurangnya pemahaman
megenai konsep tersebut. Untuk dapat terlaksana harus dipersiapkan secara bertahap
pada peserta didik dan diberikannya pendidikan khusus bagi pengajar untuk mengerti
komsep K13.
6. Apakah KKNI secara konsep mendorong pertumbuhan SMK atau sebaliknya ?
Jelaskan!
Jawab : jika dilihat secara konsep harusnya menimbulkan untuk berkembangnya
SMK dengan pesat, namun tidak berbanding lurus dengan pelaksanaannya.
19
BAB III
A. Penutup
Sejauh berkembangangnya kurikuum yang ada di Indonesia sebenarnya sudah sangat
bagus, tapi tidak beriringan dengan pelaksanaannya.
20
Daftar Pustaka
21