Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama. Seperti yang disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama yaitu: 1. Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes, knowledge, and ability so that they can manage their personal and collective life to the greatest possible extent. 2. Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life by coverring them an equal basic education. 3. Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generation but also guide education towards mutual understanding and towards what has become a worldwide realization of common destiny.) Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
1

selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut : 1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian manajemen kurikulum b. Apa saja ruang lingkup manajemen kurikulum c. Apa prinsip dan fungsi manajemen kurikulum d. Apa saja komponen komponenen kurikulum 1.3 Tujuan a. Pengertian manajemen kurikulum b. Ruang lingkup manajemen kurikulum c. Prinsip dan fungsi manajemen kurikulum d. Komponen komponen kurikulum

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Kurikulum Manajemen yang berasal dari bahasa Inggris: management dengan kata kerja to manage, diartikan secara umum sebagai mengurusi atau kemampuan menjalankan dan mengontrol suatu urusan atau act of running and controlling a business.Manajemen ialah proses mengintegrasikan sumber sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyeesaikan suatu tujuan (Johnson, 1973, h.15 dalam Made Pidarta, 1988, h.3). Manajemen merupakan metode yang digunakan administrator untuk melakukan tugas tugas tertentu atau mencapai tujuan tertentu (Gorton, 1976, dalam Ibrahim,2009,h.39). Menejemen

didefinisikan sebagai proses sosial, yang direncanakan untuk menjamin kerjasama, partisipasi, intervensi, dan keterlibatan orang lain dalam mencapai sasaran tertentu atau yang telah ditetapkan, dengan efektif (Iwa, 1986, h.13).Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu jarak yang harus ditempuh. Secara sempit atau tradisional, kurikulum adalah sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang diberikan guru pada siswa guna mendapatkan ijazah. Sedang secara modern, kurikulum adalah semua pengalaman yang diharapkan dimiliki peserta didik dibawah bimbingan guru dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar-mengajar. Manajeman kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang komperatif,

komprehensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen kurikulum harus di kembangkan sesuai dengan konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif agar masyarakat merasa memiliki sekolah. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif
3

juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupun pemerintah.

2.2 Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum Tim dosen administrasi pendidikan (UPI) mengemukakan, Ruang lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevensikan antara kurikulum nasional (standart

kompentensi / kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, ssehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan. Menurut Oemar Hamalik,( 2006:20-21) mengemukakan, Manajemen kurikulum adalah bagian dari studi kurikulum. Para ahli pendidikan pada umumnya telah mengenal bahwa kurikulum suatu cabang dari disiplin ilmu pendidikan yang mempunyai ruang lingkup sagat luas. Studi ini tidak hanya membahas tentang dasar-dasarnya, tetapi juga mempelajari kurikulum secara keseluruhan yang dilaksanakan dalam pendidikan. Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut: (1) manajemen perencanaan, (2) manajemen pelaksanaan kurikulum, (3) supervisi pelaksanaan kurikulum, (4) pemantauan dan penilaian kurikulum, (5) perbaikan kurikulum, (6) desentralisasi dan sentralisasi pengembangan kurikulum. Dari keterangan ini tampak sangat jelas bahwa ruang lingkup manajemen kurikulum itu adalah prinsip dari proses manajemen itu sendiri. Hal ini dikarenakan dalam proses pelaksanaan kurikulum punya titik kesamaan dalam prinsip proses manajemen. Sehingga para ahli dalam pelaksanaan kurikulum mengadakan pendekatan dengan ilmu manajemen. Bahkan kalau dilihat dari cakupanya yang begitu luas, manajemen kurikulum merupakan salah satu disiplin ilmu yang bercabang pada kurikulum.
4

Dalam sebuah kurikulum terdiri dari beberapa unsur komponen yang terangkai pada suatu sistem. Sistem kurikulum bergerak dalam siklus yang secara bertahab, bergilir, dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, sebagai akibat dari yang dianutnya, maka manajemen kurikulum juga harus memakai pendekatan sistem. Sistem kurikulum adalah suatu kesatuan yang di dalamnya memuat beberapa unsur yang saling berhubungan dan bergantung dalam mengemban tugas untuk mencapai suatu tujuan. 2.3 Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum Prinsip dan fungsi yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah sebagai berikut, yaitu: Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum kurikulum. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus beasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang seharusya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum. Kooperatif, untuk memeroleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dan berbagai pihak yang terlibat. Efektifitas dan efesiensi, rangkaian manajemen kurikulum harus mempertmbangkan efektivitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.
5

harus

menjadi

sasaran

dalam

manajemen

Selain prinsip prinsip tersebut juga perlu mempertimbangkan kebijaksanaan pemerintah maupun departemen pendidikan nasional, seperti UUSPN no. 20 tahun 2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan progam, kebijaksanaan penerapan manajemen berbasis sekolah, kebijaksanaan penerapan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), keputusan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memebrikan hasil kurkulum yang lebih efektif, efesien dan optimal dalam memberdayakan berbagai sumber maupun komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya : Meningkatkan efesiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan sumber maupun komponen krikulum dapat ditingkatkan melalui pengeloalaan yang terencana dan efektif. Menigkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrkurikuler , tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra kurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan kurikulum. Meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar. Menigkatkan efektifitas kinerja guru maupun aktifitas. Siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dengan pengelolaan kurikulum yang professional, efektif dan terpadu dapat memberikan motifasi pada kinerja guru maupun aktiftas siswa dalam belajar.

Meningkatkan efesiensi dan efektifitas proses belajar mengajar, proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antar desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian ketidaksesuaian antara desain dengan inplementasai dapat dihindarkan.

Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotifasi untuk melaksanakan pembelajaran yang efektif dan efisien,karena adanya dukungan kondisi positif yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu

mengembagkan kurikulum, kurikulum yang

dikelola secara

professional akan melibatkan masyarakat khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu disesuiakan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.

2.4 Komponen-Komponen Kurikulum Kurikulum merupakan suatu system yang memiliki komponen komponen tertentu. Komponen komponen apa saja yang membentuk kurikulum itu? Bagaimana keterkaitan antara komponen komponen itu? Komponen komponen kurikulum dapat dilihat di bawah ini.
TUJUAN

EVALUASI

ISI

METODE

Gambar 2.4.1 Sistem Kurikulum

Bagan tersebut menggambarkan bahwa sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen-komponen, yaitu komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen evaluasi. Sebagai suatu system setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk system kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka system kurikulum pun akan terganggu pula. a. Komponen Tujuan

Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulm erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan, rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Misalkan, filsafat atau system nilai yang dianut masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuk masyarakat yang pancasilais. Dalam skala makro, tujuan kurikulum bertujuan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran. Tujuan pendidikan mempunyai klasifikasi , dari tujuan yang sangat umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur yang kemudian dinamakan kompetisi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat yaitu: Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) Tujuan Istitusional (TI) Tujuan Kurikuler (TK) Tujuan Instruksioanal atau tujuan pembeljaran (TP) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN) adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan, artinya setiap lembaga dan penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan yang diselenggara oleh lembaga pendidikan formal, informal, maupun non formal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafah suatu bangsa yang dirumuskan oleh
8

pemerintah dalam bentuk undang-undang. TPN merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan dalam undang-undang No. Tahun, pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional yang berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesrta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan Instusional (TI) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan progam di suatu lembaga tertentu. Tujuan Institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan oleh setiap jenjang pendidikan seperti misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi. Tujuan Kurikuler (TK) adalah tujuan yang harus dicapai setiap bidang studi atau atau pelajaran. Oleh sebab itu tujuan kurikuler dapat didefisnisikan sebagai

kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler juga pada dasarnya merupakan tujuan untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan nasional. Contoh tujuan kurikuler adalah tujuan bidang studi matematika di SD, Tujuan pembelajaran IPS di SLTP dan lain sebagainya. Dalam kurikulum yang berpotensi pada pencapaian kompetensi, tujuan kurikuler menggambarkan standar isi setiap mata pelajaran atau bidang studi yang harus di kuasai siswa pada setiap satuan pendidikan. Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan instruksional atau sekarang lebih popular dengan tujuan pembelajaran, merupakan tujuan yang paling khusus. Tujuan pembelajaran (TP) merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat disefinikasikan sebagai kemempuan yang harus dimiliki oleh anak didik tertentu
9

dalam sekali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi di lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran disuatu sekolah, maka penjabaran tujuan pembelajaran ini adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus diuasai oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pelajaran. Menurut Bloom, dalam bukunya Taxonomy of educational Objectiv yang terbit pada tahun 1965, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. b. Komponen Isi / Materi Pembelajaran Pada komponen isi kurikulum lebih banyak menitikberatkan pada pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat semua aspek yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap atau perilaku), psikomotorik (ketrampilan atau skill) yang terdapat pada setiap mata pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan proses pembelajaran. Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencapai dari semua aspek tersebut. c. Komponen Metode

Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Metode yang cepat adalah metode sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang akan dicapai dalam setiap pokok bahasan. Dalam posisi ini guru hendaknya tidak menerapkan satu metode saja, tetapi guru dapat menerapkan berbagai metode agar proses pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan dan mencapai sasaran yang direncanakan. Dengan demikian rencana yang sudah disusun dapat diterapkan secara optimal. d. Komponen Evaluasi

Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Olivia,1988). Proses tersebut meliputi perencanaan implementasi, dan evaluasi. Merujuk pada pendapat tersebut maka dalam pengembangan konteks kurikulum, evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pengembangan
10

kurikulum itu sendiri.Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak, merupakan bagian-bagian komponen mana yang harus

disempurnakan.Evaluasi

untuk

melihat

efektivitas

pencapaian tujuan.Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut menurut Scriven(1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan evaluasi sebagai fungsi formatif. KASUS Manajemen kurikulum dan pembelajran diarahkan agar proses pembelajaran sesuai dengan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Guru diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum agar proses belajar mengajar memiliki makna yang mendalam pada diri siswa dan guru. Kepala sekolah juga bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan

pembelajaran serta melakukan super visi dalam pelaksanaannya. Kepala sekolah bekerja keras dan bertanggung jawab dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap perbaikan dan pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Untuk ketercapaian program kurikulum dan pembelajaran yang efektif, kepala sekolah bersama guru harus menjabarkan isi kurikulum secara lebih rinci dan operasional dalam program tahunan, catur wulan dan bulanan.Sedangkan program mingguan atau satuan pelajaran (satpel), wajib dipahami dan didalami gurus ebelum melakukan kegiatan belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka langkah-langkah dalam pelaksanaan kurikulum disekolah perlu diperhatikan. Tahapan pelaksanaan disekolah melalui empat tahap yaitu: (a) perencanaan, (b) pengorganisasian dan koordinasi, (c) pelaksanaan, dan (d) pengendalian 1. Tahap perencanaan. Pada tahap ini perlu dijabarkan menjadi rencana pembelajaran (RP). Guru melakukan persiapan yang komprehensif sebelum melakukan proses belajar mengajar dikelas. Pada tahap ini guru melakukan persiapan dari mulai tujuan pembelajaran, materi yang akan disampaikan, metode tepat yang akan digunakan media dan alat
11

yang mendukung proses pembelajaran , buku sumber atau referensi, dan alat evaluasi yang akan diterapkan. Dalam tahap perencanaan ini pula perlu dipahami hal-hal sebagai berikut : (a) menjabarkan GBPP menjadi Analisis Mata Pelajaran(AMP), (b) memiliki kalender akademik, (c) menyusun program tahunan (prota), (d) menyusun program catur wulan (proca), (e) program satuan pembelajaran (PSP), dan (f) rencana pengajaran (RP). Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, oleh karena itu kepala sekolah perlu memberikan perhatian, pembinaan dan bantuan serta memeriksa pekerjaan tersebut.Kepala sekolah melakukan pemeriksaan secara cermat untuk memberikan penilaian dan umpan balik apabila ada yang perlu diperbaiki atau ditambahkan. Dengan cara ini akan memberikan pengaruh dan dampak bagi guru untuk melakukan persiapan dan perencanaan pembelajaran dengan baik. Penyusunan perencanaan pembelajaran akan lebih komprehensif apabila dilakukan bersama beberapa orang guru bidang studi sejenis dalam MGMP. MGMP perlu mendapat perhatian dari pimpinan sekolah agar berjalan sesuai dengan tujuan dibentuknya lembaga ini. 2. Tahap Pengorganisasian dan Koordinasi.Pada tahap perencanaan seluruh aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran disiapkan secara matang dan menyeluruh agar pada tahap pengorganisasian dan kordinasi dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pada tahap pengorganisasian dan kordinasi ini merupakan tahap yang perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh oleh kepala sekolah beserta tim yang dibentuk untuk memudahkan pembagian tugas sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Kepala sekolah berkewajiban untuk mengelola dan mengatur penyusunan kalender akademik, jadwal pelajaran, tugas dan kewajiban guru, serta kegiatan sekolah.Pada tahap ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut.

12

a.

Kalender akademik disusun berdasarkan rencana program kegiatan yang akan berlangsung disekolah selama satu tahun kedepan. Penyusunan kalender akademik memberikan arah yang jelas tentang berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sekolah selama satu tahun kedepan. Kalender akademik yang disusun berdasarkan kebutuhan dan hasil pemikiran bersama antara kepala sekolah dan guru akan memberikan kejelasan dalam merealisasikan program kegiatan sekolah. Kalender akademik yang telah disusun ini disosialisasikan kepada seluruh guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat. Dengan mengetahui kalender akademik

diharapkan akan terjadi sinergi dalam mewujudkan program kegiatan yang akan dilaksanakan sekolah. b. Penyusunan jadwal pelajaran didasarkan kepada kewajiban mengajar guru 5 hari/minggu. Jadwal pelajaran disusun

berdasarkan hasil musyawarah bersama antara kepala sekolah dan guru. Dengan demikian guru akan bertanggunng jawab dalam menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran diharapkan guru mengikuti kegiatan dalam MGMP. c. Pengaturan tugas dan kewajiban guru dilandasi oleh kebersamaan, keadilan, dan tidak menimbulkan permasalahan. Pembagian tugas dan kewajiban guru ini disesuaikan dengan bidang keahlian dan minat guru tersebut. Pembagian tugas didasarkan kepada setiap guru diharapkan akan tumbuh motivasi untuk berprestasi, kebersamaan dalam merealisasikan program sekolah, sinerjik antara pimpinan, guru staf TU, dan orang tua dalam upaya meningkatkan mutu sekolah. d. Program kegiatan sekolah di susun berdasarkan kebutuhan nyata untuk meningkatkan, mengembangkan dan memajukan sekolah. Program kegiatan sekolah di susun berdasarkan visi, misi dan bersama-sama seluruh komponen sekolah. Program kegitan sekolah meliputi program internal sekolah dan program eksternal yang akan dilaksanakan sekolah. Program
13

yang

berkaiatan

dengan

peningkatan mutu pembelajaran, pengembangan profesionalisme guru dan staf TU, program penataan kurikulum, program pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, program pengelolaan keuangan sekolah, program pengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat. Berbagai program kegiatan sekolah 1 tahun sampai dengan 5 tahun kedepan perlu diorganisir dan

dikoordinasikan secara cermat dan transparan.

3.

Tahap pelaksanaan. Pada tahap ini merupakan tahap yang paling menentukan apakah sekolah dapat mewujudkan program sekolah atau tidak. Perencanaan, pengorganisasian dan koordinasi yang telah di susun akan dibuktikan keberhasilannya dalam tahap pelaksanaan ini. Proses belajar mengajar akan berjalan secara efektif apabila guru dan kepala sekolah memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran dapat

dilaksanakan dengan baik apabila guru dan kepala sekolah bersamasama untuk membuka diri terhadap masukan atau kritikan yang membangun. Sebagai guru harus siap untuk diberi masukan oleh kepala sekolah. Begitupun kepala sekolah harus memiliki jadwal yang jelas dan rinci untuk melakukan supervise terhadap kinerja guru. Hasil supervise kepala sekolah menjasi fakta dan data yang benar untuk memberikan informasi kepada guru berkaitan dengan tugas yang dikerjakannya selama disekolah. Apabila kepala sekolah memiliki fakta dan data yang berkaitan dengan kinerja guru maka guru akan menerima dengan terbuka terhadap masukan yang disampaikan oleh kepala sekolah. Sebaliknya apabila kepala sekolah tidak melakukan supervise (tidak berdasarkan fakta dan data) yang diperoleh langsung oleh kepala sekolah, maka masukan yang diberikan kepala sekolah tidak valid dan berpengaruh negative terhadap kinerja guru. Dengan demikian, kepala sekolah dan guru akan terbuka dalam memberikan masukan atau kesulitan yang dihadapi dengan tujuan untuk kemajuan dan peningkatan mutu pembelajaran.
14

4.

Tahap evaluasi dan pengendalian. Pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif atau tidak dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi ini penting dilakukan secara benar karena bertujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang dilakukan berjalan atau tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Guru perlu menetapkan jenis evaluasi apa yang digunakan dan hasil evaluasi diharapkan akan memiliki pengaruh dan dampak terhadap perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran selanjutnya. Dengan

dilaksanakannya evaluasi ini akan memberikan dampak dan manfaat bagi guru dan siswa untuk peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Disamping itu evaluasi yang dilakukan oleh guru dapat menjadi masukan untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dari sekian banyak siswa tentunya ada diantara mereka yang menemui kesulitan dalam belajar. Siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan pemantapan atau perhatian khusus agar tidak ketinggalan dan dapat menyesuaikan diri dengan siswa lain. Dalam mengatasi kesulitan belajar siswa perlu dicarikan solusinya, misalkan dengan remedial, pemantapan, belajar dengan teman sejawat yang lebih pandai, atau membentuk kelompok belajar yang dibimbing oleh guru. Dengan demikian evaluasi juga dapat menjadi umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Agar evaluasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diharapkan perlu diperhatikan dari mulai persiapan awal, menyiapkan bahan-bahan evaluasi yang diperlukan, menyusun kisi-kisi evaluasi, menyusun bentuk tes, menyusun butir-butir soal, memvalidasi, menyiapkan jawabannya, membuat jadwal pemeriksaan serta penyerahan hasil evaluasi dengan tepat waktu. Penyusunan soal sebaiknya melibatkan beberapa guru bidang studi sejenis atau bersama MGMP. Kepala sekolah berperan dalam pengendalian system evaluasi agar evaluasi dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah

bekerjasama dengan guru untuk melakukan evaluasi dengan objektif


15

agar evaluasi benar-benar menunjukan hasil belajar siswa yang sesungguhnya. Sehingga prestasi yang diraih oleh siswa merupakan kerja keras siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan objektif dapat mengukur kemampuan siswa akan berdampak pada peningkatan mutu yang berkelanjutan.

16

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Dalam implementasi manajemen kurikulum perlu diperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Produktifitas, bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum. 2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi untuk mencapai tujuan kurikulum. 3. Kooperatif, perlu adanya kerjasama antara pihak-pihak yang terlibat (guru, kepala sekolah). 4. Efektifitas dan efisiensi, kegiatan manajemen kurikulum memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat. 5. Mengarahkan visi, misi dan tujuan, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.

3.2 SARAN Dalam implementasi manajemen kurikulum perlu diperhatikan prinsip dalam menejemen kurikulum agar pembelajaran dapat tercipta dengan baik sehingga tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia.

17

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal.Ibrahim.2009.Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar.Jakarta:Bumi Aksara. Dadang Suhardan dkk. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung : Alfabeta E. Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : PT. Rosyda Karya Oemar, Hamalik. 2006. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosyda Karya. Pidarta.Made.1988.Manajemen Pendidikan Indonesia.Jakarta:Bina Aksara. Rusman. 2009. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Grafindo Persada Sudrajat,Akhmad.2008.Komponen-Komponen Kurikulum,(online),(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/ko mponen-komponen-kurikulum/), diakses pada tanggal 9 Maret 2013. Sukiswa.Iwa.1986.Dasar Dasar Umum Manajemen Pendidikan.Bandung : Tarsito. Tim Dosen MKDK. 2002. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung. Jurusan Kurikulum an Pendidikan UPI Tim Dosen Administasi Pendidikan Universias Indoesia. 2011. Manajemen Pendidikan.. Bandung : Alfabeta

18

Anda mungkin juga menyukai