Anda di halaman 1dari 19

Tugas: UTS

SOAL DAN JAAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


PADA MATA KULIAH MANAJEMENT KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Matakuliah : Manajement Kurikulum Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Moh. Yahya Obaid

OLEH

SUKMAWATI
Nim : 2021040201032

PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI
2022

0
SOAL DAN JAAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
PADA MATA KULIAH MANAJEMENT KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SUKMAWATI
Nim : 2021040201032

1. Kemukakan devinisi manajemen, kurikulum dan manajemen Kurikulum


baik secara etimologis, terminologis maupun Yuridis, kemudian
kemukakan pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi
tersebut?
Jawab
Devinisi manajemen, kurikulum dan manajemen Kurikulum baik secara
etimologis, terminologis maupun Yuridis, kemudian kemukakan pokok-
pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
a. Definisi manajemen :
Secara etimologi atau bahasa kata manajemen diambil dari bahasa prancis
kuno, yaitu management yang artinya adalah seni dalam mengatur dan
melaksanakan.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa Manajement merupakan upaya perencanaan, pengoordinasian,
pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
secara efisien dan efektif. (Pengertian Manajemen Menurut Ahli dan
Etimologi Beserta Teori dan Fungsi.
secara terminologis manajemen, Schein memberi definisi manajemen
sebagai profesi yang dituntut untuk bekerja secara profesional.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa manajemen merupakan suatu profesi yang dituntut untuk bekerja
secara profesional, karakteristiknya adalah para profesional membuat
keputusan berdsarkan prinsip-prinsip umum, para profesional mendapatkan
status mereka karena mereka mencapai standar prestasi kerja tertentu, dan
para profesional harus ditentukan suatu kode etik yang kuat.
Secara yuridis. manajemen sebagai sebuah cara agar tujuan dapat  dicapai
secara teratur dan terarah. Manajemen mau tidak mau memang diperlukan

1
dalam segala aspek kehidupan. Baik itu manajemen untuk kegiatan
individu maupun kelompok.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu bahwa
dalam kehidupan rumah tangga juga kita bisa menerapkan manajemen.
Misalnya  caranya mengelola keuangan rumah tangga. Pastinya sangat
dibutuhkan sebuah pola yang terencana dan jelas pos-pos keuangannya.
Berapa uang yang dihasilkan, dan berapa juga yang harus dikeluarkan.
Dalam rumah tangga pasti ada tujuan-tujuan tertentu seperti untuk investasi
rumah, biaya sekolah anak, biaya kesehatan, biaya wisata, dan lainnya.
b. Definisi kurikulum :
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu kata curir
dan currere yang merupakan istilah bagi tempat berpacu, berlari, dari
sebuah perlombaan yang telah dibentuk semacam rute pacuan yang harus
dilalui oleh para kompetitor sebuah perlombaan.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa rute harus harus dipatuhi dan dilalui oleh para kompetitor sebuah
perlombaan. Konsekuensinya adalah, siapapun yang mengikuti kompetisi
harus mematuhi rute currere tersebut.
Secara terminologi, kurikulum berarti suatu program pendidikan yang
berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,
direncanakan dan dirancangkan secara sistematika atas dasar norma-norma
yang berlaku dan dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan (Dakir, 2004: 3).
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa kurikulum itu memuat semua program yang dijalankan untuk
menunjang proses pembelajaran. Program yang dituangkan tidak
terpancang dari segi administrasi saja tetapi menyangkut keseluruhan yang
digunakan untuk proses pembelajaran.
Menurut Suryobroto dalam bukunya “Manajemen pendidikan di Se kolah”
(2002: 13), menerangkan, bahwa kurikulum adalah segala pengalaman
pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya,

2
baik dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah (Suryobroto, 2004
h. 32).
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa Suryobroto memandang semua sarana prasarana dalam pendidikan
yang berguna untuk anak didik merupakan kurikulum.
Secara yuridis kurikulum adalah landasan hukum atau landasan undang-
undang yang dijadikan tempat berpijak atau dasar dari pengembangan
kurikulum tersebut. Oleh karena itu, kalau kita berbicara tentang landasan
hukum, maka kita berbicara tentang undang-undang yang dijadikan acuan
pokok untuk pengembangan kurikulum tersebut.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa kurikulum mememiliki beberapa landasan yuridis kurikulum
pendidikan sebagai berikut:
1) Undang-undang dasar Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
c. Definisi manajemen kurikulum :
Secaara etimologi Manajemen kurikulum adalah pengaturan yang
dilakukan untuk keberhasilan kegiatan belajar mengajar, istilah sekarang
pembelajaran agar kegiatan tersebut dapat mencapai hasil maksimal.
Ruang lingkup menejemen kurikulum sesuai dengan lingkupnya, meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara
produktif agar masyarakat merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk
sinergik antara sekolah dengan masyarakat untuk mewujudkan progam-
program sekolah. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dengan
manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu

3
dan mengotrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan
atau sekolah selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai
kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum
baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah.
Secaara Terminologi, Manajemen kurikulum ialah sebagai suatu sistem
pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komprehenshif, sistemik, dalam
rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Otonomi yang
diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam mengelola
kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah
tidak mengabaikan kebijakan nasional yang telah ditetapkan.
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran dengan dititik beratkan
pada usaha, meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Manajemen
Kurikulum adalah proses kerjasama dalam pengolahan kurikulum agar
berguna bagi lembaga untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Manajemen Kurikulum merupakan suatu sistem kurikulum yang
berorientasi pada produktivitas dimana kurikulum tersebut beriorientasi
pada peserta didik, kurikulum dibuat sebagaimana dapat membuat peserta
didik dapat mencapai tujuan hasil belajar.
Manajemen Kurikulum adalah pemberdayaan dan pendayagunaan
manusia, materi, uang, informasi, dan rekayasa untuk dapat mengantarkan
anak didik menjadi kompeten dalam berbagai kehidupan yang
dipelajarinya.
Secara yuridis, Manajemen Kurikulum adalah upaya untuk mengurus,
mengatur, dan mengelola perangkat mata pelajaran yang akan diajarkan
pada lembaga pendidikan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

4
Pokok-pokok pikiran yang terkandung dari devinisi tersebut yaitu
bahwa keterlibatan masyarakat dalam menajemen kurikulum di
maksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol
implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain
dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengdentifikasikan
kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas
kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada
masyarakat maupun pada pemerintah.

2. Apa saja yang mutlak harus menjadi pembahasan dalam Manajemen


kurikulum sebagai komponen inti Manajemen dan Komponen inti dari
kurikulum sebutkan dan jelaskan masing-masing komponen tersebut?
Jawab:
Yang mutlak harus menjadi pembahasan dalam Manajemen kurikulum
sebagai komponen inti Manajemen dan Komponen inti dari kurikulum
tediri dari empat komponen inti yaitu sebagai berikut:
a. Komponen Tujuan Telah dikemukakan bahwa, dalam kurikulum atau
pengajaran, tujuan memegang peranan penting, akan mengarahkan semua
kegiatan pengajaran dan mewarnai komponen-komponen kurikulum
lainnya. Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang ingin
diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya
dengan falsafah atau system nilai yang dianut masyrakat. Bahkan, rumusan
tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Mislakan,
filsafat atau system nilai yang dianut Indonesia yaitu Pancasila, maka
tujuan yang diharapakan pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum
berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih
sempit seperti tujuan setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan memiliki klasifikasi, dari mulai tujuan yang sangat
umum sampai tujuan khusus yang bersifat spesifik dan dapat diukur, yang
kemudian dinamakan kompetensi. Tujuan pendidikan diklasifikasikan
menjadi empat yaitu:

5
1) Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
2) Tujuan Institusional (TI)
3) Tujuan Kurikuler (TK)
4) Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan Pendidikan Nasional adalah tujuan yang bersifat paling umum dan
merupakan sasaran akhir yang harus dijadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan. Artinya, setiap lembaga penyelenggara pendidikan harus dapat
membentuk manusia yang sesuai dengan rumusan itu, baik pendidikan
yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan formal, informal ataupun
nonformal. Tujuan pendidikan umum biasanya dirumuskan dalam bentuk
perilaku yang ideal dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang
dirumuskan oleh pemerintah dalam bentuk undang-undang.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3, secara jelas mengambarkan
tujuan Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuna untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuahan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan Institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga
pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini dapat didefinisikan sebagai
kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh
atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu.
Tujuan instutisional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan
umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang
pendidikan, misalnya standar kompetensi pendidikan dasar, menengah,
kejuruan dan jenjang pendidikan tinggi.
Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi
atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka
menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga

6
pendidikan. Tujuan kurikuler juga dasarnya merupakan tujuan antara untuk
mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan
kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan
instutisional.
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat
didefinisikan sebagi kemampuan yang harus dimililki oleh anak didik
setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu
dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi
lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan
pembelajarandi suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran
adalah tugas guru. Sebelum guru melakukan proses mengajar, guru perlu
merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik
setelah mereka selesai mengikuti pembelajaran.9 Menurut Bloom, dalam
bukunya Taxonomy of Educational Objective yang terbit pada tahun 1965,
bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan
dalam tiga klasifikasi atau domain (bidang), yaitu domain kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
b. Komponen Isi/Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang lebih banyak menitikberatkan
pada pengalaman belajar yang harus dimiliki peserta didik dalam kegiatan
proses pembelajaran. Isi kurikulum hendaknya memuat segala aspek yang
berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang
terdapat pada isi setiap mata pelajaran yang disampaikan dengan kegiatan
proses pembelajaran.
Isi kurikulum dan kegiatan pembelajaran diarahkan untuk mencapai tujuan
dari semua aspek tersebut. Isi kurikulum berkenaan dengan pengetahuan
ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa untuk
dapat mencapai tujuan pendidikan. Dalam menentukan isi kurikulum baik
yang berkenaan dengan pengetahuan ilmiah maupun pengalaman belajar
disesuaikan dengan tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat menyangkut tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

7
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan isi kurikulum,
kriteria tersebut antara lain:
1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan
siswa.
2) Isi kurikulum harus mencreminkan kenyataan social. Artinya sesuai
dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
3) Isi kurikulum dapat mencapai tujuan yang komprehensif, artinya
mangandung aspek-aspek intelektual, moral, dan social secara
seimbang.
4) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji,
artinya tidak cepatlapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup
seharihari.
5) Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas, teori, prinsip,
konsep yang terdapat di dalamnya bukan hanya sekadar informasi
factual.
6) Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
c. Komponen Metode/Strategi
Komponen metode ini berkaitan dengan strategi yang harus dilakukan
dalam rangka pencapaian tujuan. Upaya untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah
disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.12 Metode
yang tepat adalah metode yang sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum
yang akan dicapai dalam setiap pokok pembahasan.13 Komponen ini
merupakan komponen yang memilki peran yang sangat penting, sebab
berhubungan dengan implementasi kurikulum. Bagaimanapun bagus dan
idealnya tujuan yang harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk
mencapainya, maka tujuan itu tidak mungkin dapat dicapai. Strategi
meliputi metode, rencana dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk
mencapai tujuan tertentu.14 Proses pelaksanaan kurikulum harus
menunjukan adanya kegiatan pembelajaran, yaitu upaya guru untuk
membelajarkan peserta didik baik di sekolah melalui kegiatan tatap muka,

8
maupun di luar sekolah melalui kegiatan terstruktur dan mandiri. Dalam
konteks inilah, guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi
pembelajaran, metode mengajar, media pembelajaran, dan sumber-sumber
belajar.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree
membagi strategi mengajar itu atas Exposition – Discovery Learning dan
Group – Individual Learning. Dalam Exposition, bahan ajar sudah dikemas
sedemikian rupa, sehingga siswa tinggal hanya menguasai materi pelajaran
yang diceramahkan. Dengan demikian, strategi ini lebih bersifat strategi
yang berorientasi pada pengusaan isi pelajaran (content oriented). Dalam
Discovery Learning, bahan ajar tidak dikemas dalam bentuk yang sudah
jadi, tetapi siswa diharapkan dapat beraktivitas secarapenuh, mencari dan
mengumpulkan informasi, membandingkan, menganalisis, dan sebagainya.
Oleh sebab itu, metode yang lebih banyak digunakan dalam strategi ini
adalah metode pemecahan masalah. Melalui metode ini siswa bukan hanya
dituntut untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga bagaimana
menggunakan potensi berpikirnya untuk memecahkan suatu persolan. Oleh
sebab itu, strategi ini lebih berorientasi kepada proses belajar (process
oriented). Strategi pembelajaran individual dan kelompok, lebih
menekankan bagaiman desain pembelajaran itu dilihat dari sisi siswa yang
belajar. Apabila siswa belajar secar kelompok bersama-sama, mempelajari
bahan yang sama, oleh guru yang sama, tanpa memerhatikan perbedaan
minat,bakat, dan kemampuan yang dimiliki siswa, maka strategi ini
dinamakan strategi Group Learning. Sedangkan, manakala pembelajaran
desain dengan pola pembelajaran yang memerhatikan kemampuan dasr
siswa, kecepatan belajar, bahkan memerhatikan minat dan bakat siswa
secara penuh, maka strategi ini dinamakan pembelajaran individual
(Individual Laerning).
d. Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berhenti.
Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Merujuk
pada pendapat tersebut, maka dalam konteks pengembangan kurikulum,

9
evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pengembangan kurikulum itu sendiri. Melalui evaluasi, dapat ditentukan
arti dan nilai kurikulum, sehinggabdapat dijadikan bahan pertimbangan
apakah suatu kurikulum dapat dipertahankan atau tidak; bagian-bagian
mana yang harus disempurnkan. Evaluasi merupakan komponen untuk
melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi
dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan
telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi kurikulum merupakan
suatu usaha yang sulit dan kompleks, karena banyak aspek yang harus
dievaluasi, banyak orang yang terlibat, dan luasnya kurikulum yang harus
diperhatikan. Evaluasi kurikulum memerlukan ahli-ahli yang
mengembangkan menjadi suatu disiplin ilmu.
Evaluasi sebagai alat untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat
dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.
1) Tes. Tes biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Hasil tes
biasanya diolah secra kuantitatif. Dilihat dari fungsinya, tes yang
dilaksanakan setelah satu caturwulan atau semester dinamakan tes
sumatif. Sedangkan tes yang dilaksanakan setelah proses belajar
mengajar atau mungkin setelah selesai satu pokok bahasan dinamakan
tes formatif. Dilihat dari pelaksanaannya, tes dapat dibedakan menjadi
tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
2) Nontes. Nontes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk
menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Ada
beberapa jenis nontes sebagai alat evaluasi, di antaranya wawancara,
observasi, studi kasus, dan skala penilaian.

10
3. Sebutkan tiga masalah utama dalam mengimplementasikan kurikulum di
sekolah kemudian sampaikan tawaran solusi dari masing-masing
masalah tersebut, dan lebih akurat jika dksertai dengan contoh konkrit?
Jawab:
Tiga masalah utama dalam mengimplementasikan kurikulum di sekolah
yaitu.
a. Kesulitan Guru dalam memahami Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD).
Kesulitan yang paling banyak dikeluhkan oleh para guru adalah mengenai
pemahaman tentang Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD).
Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia, Retno Liyarti mengatakan,
“Mereka masih bingung bagaimana cara mengajarkannya dan
penilaiannya”.
b.  Guru Merasa Kurang Dilatih untuk Melaksanakan Kurikulum 2013 dalam
Kegiatan Pembelajarannya.
Para guru Sekolah Menengah Atas (SMA) merasa kebingungan karena
semula hanya tiga mata pelajaran saja yang menggunakan kurikulum 2013
yaitu matematika, bahasa Indonesia, dan sejarah namun tiba-tiba
kurikulum 2013 diterapkan untuk semua mata pelajaran padahal guru-guru
lain selain matematika, bahasa Indonesia, dan Sejarah belum dilatih
bagaimana menerapkan kurikulum 2013 pada mata pelajaran yang
diampunya.
Selain itu, dokumen silabus final belum diterima oleh para guru, padahal
dalam pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dasarnya
adalah silabus.
c. Keluhan Tentang Keterurutan Materi Pelajaran
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Daerah
Istimewa Yogyakarta, Baskara Aji mengakui banyak masukan kritis dari
guru mengenaik isi materi buku ajar kurikulum baru. Kata Aji keluhan
umum para guru di DIY ialah mengharapkan ada perbaikan dalam susunan
urutan pengajaran materi yang ada di buku ajar. “Banyak yang menilai
susunan urutan pengajaran materi tiap minggunya yang tercantum di buku

11
ajar perlu diperbaiki”. Keluhan ini paling banyak muncul dari para guru
SMA dan SMK. Hal ini akan diatasi oleh Disdikpora DIY dengan
mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk melaksanakan
kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal peneraan pola
pembelajaran baru dalam sebulan terakhir. Pertemuan ini penting sebab
sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru dengan
baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum ini akan
terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan kurikulum 2013 di
masing-masing sekolah.
Tawaran solusi dari masing-masing masalah tersebut, beserta contohnya
yaitu
a. Pada kenyataannya, karena adanya perbedaan kemampuan dan
pengetahuan guru, belum semua guru mampu mengembangkan kegiatan
pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk mengamati fenomena
yang terjadi yang berhubungan dengan materi pelajarannya. Hal inilah
salah satunya yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kurikulum 2013.
Oleh karena itu, sangat perlu bagi masing-masing sekolah mengadakan
kegiatan.
b. lesson study ataupun workshop yang membahasa cara mengajarkan
kegiatan pembelajaran yang dimaksudkan dalam kurikulum 2013.
Menurut Sudrajat (2008) lesson study merupakan satu upaya
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara
kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. dengan berkolaborasi
guru mampu mengembangkan bagaimana siswa belajar dan bagaimana
membelajarkan siswa. Selain itu melalui lesson study guru dapat
memperoleh pengetahuan dari guru lainnya atau narasumber. Hal ini
diperoleh melalui adanya umpan balik dari anggota lesson study. Sehingga
kemampuan guru semakin hari semakin bertambah baik dengan
melakukan contoh kemudian dikritisi ataupun dari memperhatikan contoh
kemudian mengkritisi.
c. Pertemuan antar sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013.
Pertemuan ini mengumpulkan semua perwakilan sekolah yang ditunjuk

12
melaksanakan kurikulum 2013 untuk mengevaluasi tahap awal peneraan
pola pembelajaran baru dalam sebulan terakhir. Pertemuan ini penting
sebab sebagian sekolah merasa mampu menerapkan kurikulum baru
dengan baik, namun yang lain kesulitan. Sehingga dengan adanya forum
ini akan terjalin tukar menukar pengalaman tentang pelaksanaan
kurikulum 2013 di masing-masing sekolah.

4. Peran apa saja yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sebagai
manajer pendidikan dan inovator kurikulum yang visioner untuk
sekolahnya?
Jawab:
Peran yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manajer
pendidikan dan inovator kurikulum yang visioner untuk sekolahnya
yaitu Kepala sekolah sebagai pemimpin kependidikan  menghadapi tantangan
perubahan penerapan kurikulum 2013. Kesiapan yang perlu  dicermati adalah
mengenali elemen perubahan dengan sikap terbuka, meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan agar dapat mengelola perubahan sehingga
menjadi sekolah yang adaptif terhadap perubahan. Tugas kepala sekolah  pada
konteks ini amat strategis. Kepala Sekolah menjadi penentu utama
keberhasilan sekolahnya. Tugas memimpin perubahan ada di tangannya.
Selain sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, ia juga berperan
sebagai pemimpin pembelajaran, manajer perubahan, dan pengembang budaya
sekolah. Sebagaimana Mulyasa mengatakan bahwa perubahan-perubahan
yang perlu dicermati oleh kepala sekolah dalam implemnetasi kurikulum 2013
adalah sebagai berikut:
a. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
b. Pedoman Implementasi Kurikulum 2013
c. Pedoman Pengelolaan Kurikulum 2013
d. Pedoman Evaluasi Kurikulum
e. Standar Kompetensi Lulusan
f. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

13
g. Buku Guru
h. Buku Siswa
i. Silabus dan RPP
j. Standar Proses dan Model Pembelajaran
k. Standar Penilaian
l. Pedoman penilaian dan Rapor
m. Buku Pedoman Bimbingan dan Konseling
Pelaksanaan perubahan kurikulum 2006 menjadi Kurikulum 2013. 
Berdasarkan PP Nomor 32 Tahun 2013, fokus utama perubahan kurikulum
2013 meliputi empat Standar Nasional Pendidikan, yaitu: (1) Standar
Kompetensi Lulusan, (2) Standar Isi, (3) Standar Proses, dan (4) Standar
Penilaian.
Adapun peran kepala sekolah  sebagai manajer pendidikan dan inovator
kurikulum yang visioner untuk sekolahnya adalah sebagai berikut :
a. Katalis adalah peran kepala sekolah sebagai pemimpin untuk meyakinkan
pendidik dan tenaga kependidikan di masing-masing sekolah yang
dipimpinnya bahwa perubahan yangdilakukan akan membuat sekolah
menjadi lebih baik.
b. Pemberi Solusi adalah peran kepala sekolah sebagai pemimpin dapat
memberi jalan keluar untuk pemecahan masalah yang dialami warga
sekolah dalam melakukanperubahan.
c. Mediator adalah peran kepala sekolah sebagai pemimpin untuk membantu
melancarkanproses perubahan.
Tugas serta kedudukan kepala sekolah yang berkenaan dengan
manajemen kurikulum ada pada kompetensi manajerial, ialah:
a. Menyusun perencanaan sekolah/ madrasah buat bermacam tingkatan
perencanaan.
b. Meningkatkan organisasi sekolah/ madrasah cocok dengan kebutuhan.
c. Mengetuai sekolah/ madrasah dalam rangka mendayagunakan sumber
daya sekolah/ madrasah secara maksimal.
d. Mengelola perubahan serta pengembangan sekolah/ madrasah mengarah
organisasi pembelajar yang efisien.

14
e. Mencipatakan budaya serta ilkim sekolah/ madrasah yang kondusif serta
inovatif bagi pendidikan partisipan didik.
f. Mengelola guru serta staf dalam rangka pendayagunaan sumber energi
manusia secara maksimal.
g. Mengelola fasilitas serta prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara maksimal.
h. Mengelola ikatan sekolah/ madrasah serta warga dalam rangka pendirian
dukungan ilham, sumber belajar serta pembinaan sekolah/ madrasah.
i. Mengelola partisipan didik dalam ranagka penerimaan partisipan didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas partisipan didik.
j. Mengelola pengembangan kuirkulum serta aktivitas pendidikan cocok
dengan arah dan tujuan pembelajaran nasional.
k. Mengelola keuangan sekolah/ madrasah cocok dengan prinsif pengelolaan
yang akuntabel, transfaran serta efesien.
l. Mengelola ketatausahaan sekolah/ madrasah dalam menunjang pencapaian
tujuan sekolah/ madrasah.
m. Mengelola unit layanan sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran serta aktivitas partisipan didik di sekolah/ madrasah.
n. Mengelola system data sekolah/ madrasah dalam menunjang penataan
program dan pengambilan keputusan.
o. Memamfaatkan kemajuan teknologi data untuk kenaikan pendidikan dan
manajemen sekolah/ madrasah.
p. Melaksanakan monitoring, penilaian serta pelaporan penerapan program
kegiiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang pas, dan merancang
tindak lanjut.
Secara universal tugas serta kedudukan kepala sekolah dalam
manajemen kurikulum ini pula tercantum di dalamnya keahlian dalam system
administrasi/ pengelolaan sekolah. Jadi dalam perihal ini Kepala sekolah
merupakan pengelola lembaga pembelajaran cocok dengan jenjang
pendidikannya.

15
5. Mengapa Manajemen kurikulum pendidikan harus selalu dikembangkan
materi dan ruang lingkup pembahasannya serta menjadi materi inti
dalam perkuliahan program pascasarjana prodi MPI? Jelaskan
berdasarkan perspektif Anda?
Jawab:
Menurut perspektif Saya sebagai penulis berpedapat bahwa Manajemen
kurikulum pendidikan harus selalu dikembangkan materi dan ruang
lingkup pembahasannya yang menjadi materi inti dalam perkuliahan
program pascasarjana prodi MPI karena dengan diterapkannya Kurikulum
2013 timbul beberapa pro dan kontra. Hal ini diakibatkan kebijakan yang
pemerintah buat tidak sesuai dengan harapan dan kondisi nyata yang ada di
lapangan. Para guru yang ditunjuk sebagai pelaksana kurikulum merasa
bingung dengan diterapkannya kurikulum 2013 ini. Kebanyakan dari mereka
masih menggunakan kurikulum sebelumnya yakni kurikulum KTSP dalam
pembelajarannya, karena mereka belum begitu paham dengan kurikulum 2013
yang sebenarnya, padahal beberapa dari mereka telah dilatih dalam persiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Salah satu perbedaan antara kurikulum 2013
dengan kurikulum sebelumnya adalah adanya buku siswa dan buku guru yang
telah disediakan oleh pemerintah pusat sebagai buku wajib sumber belajar di
sekolah. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013,
yakni pendekatan scientific. Pendekatan ini lebih menekankan pada
pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Pendekatan ini dilaksanakan dengan
melibatkan tiga model pembelajaran diantaranya adalah problem based
learning, project based learning, dan discovery learning. Ketiga model ini
akan menunjang how to do  yang dielu-elukan dalam kurikulum 2013. Dalam
pelaksanaannya pendekatan scientific ini menekankan lima aspek penting,
yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan komunikasi.
a. Mengamati
Pada kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya
dikurangi takarannya. Siswa dituntut aktif dalam segala masalah. Proses
mengamati dalam pelajaran Fisika, Biologi, Kimia merupakan suatu
proses belajar yang sering digunakan. Namun bagi mata pelajaran lain,

16
guru dituntut harus paham materi sebelum menghadirkan siswa ke dunia
nyata dengan mengamati sendiri semua fenomena yang terjadi yang
berhubungan dengan materi pelajarannya.
b. Menanya
Agar siswa merasa bertanya-tanya (rasa ingin tahu), seorang guru
harus menyediakan pembelajaran yang menimbulkan masalah. Artinya
guru harus mampu menyediakan kegiatan pembelajaran yang menarik
yang dapat menimbulkan rasa ngin tahu siswa.
c. Mencoba
Dalam pelaksanaan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk mencoba
sendiri, dan terlibat langsung dalam masalah yang dihadirkan guru. Dalam
pembelajaran matematika misalnya, siswa diminta mencoba sendiri
mencari data untuk disajikan dalam bentuk diagram, ataupun grafik. Data
itu dapat diperoleh melalui pengukuran langsung, melalui wawancara, dan
melalui pengamatan.
d. Menalar
Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi
yang diajarkan guru. Siswa akan mudah menalar suatu materi ajar apabila
pelajaran yang diajarkan tidak memberatkan mereka.
e. Komunikasi
Dalam proses mengkomunikasian semua permasalahan, siswa
diminta mempresentasikan hasil kerja mereka. Kelima aspek dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada
dasarnya, kelima aspek ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru.
namun pendalamannya dilakukan kembali di kurikulum 2013 untuk
menyegarkan semangat pendidikan Indonesia.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan
daya serap peserta didik dengan ketersediaan kegiatan pada buku siswa dan
buku guru. oleh karena itu guru perlu mencermati buku guru maupun buku
siswa yang disediakan pemerintah ini. Hal ini diperlukan mengingat buku
yang disediakan pemerintah ditujukan untuk keperluan skala nasional. Padahal
masing-masing sekolah memiliki karakteristik siswa masing-masing. Dengan

17
demikian, guru diharapkan mampu mencermati dan menganalisis buku guru
ataupun guru siswa, agar kekeliruan dan ketidaktepatan buku yang disesuaikan
dengan karakteristik siswa masing-masing sekolah telah diketahui lebih awal. 

18

Anda mungkin juga menyukai