Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kemajuan ilmu dan teknologi khususnya dibidang kedokteran sangat pesat dan telah
dinikmati oleh masyarakat luas. Seiring dengan kemajuan tersebut menyebabkan timbulnya
aneka ragam permasalahan baik yang menyentuh persoalan etik maupun hukum. Agar para
provider dalam menjalankan tugasnya tidak berbenturan dengan nilai etika, moral dan hukum
maka diperlukan suatu pedoman yang menyeluruh dan integratif tentang sikap dan perilaku
yang harus dimiliki oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan lainnya yang bertugas di
rumah Sakit.
Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) yang telah disusun oleh PERSI kiranya dapat
digunakan sebagai landasan moral dalam penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit di
Indonesia. Tanpa meninggalkan landasan moral sebagaimana tertuang di dalam KODERSI,
Rumah Sakit Restu Ibu, sebagai salah satu rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat di kota Balikpapan khususnya, rumah sakit restu ibu turut ikut
ambil bagian dalam pelayanan etik. Sumber utamanya, yaitu : Kode Etik Kedokteran
Indonesia, Kode Etik dokter Gigi, Kode Etik Keperawatan, Kode Etik tenaga kesehatan
lainnya, dijadikan sebagai pedoman dalam pembuatan buku Pedoman Kode Etik Rumah
Sakit Restu Ibu Balikpapan.

B. TUJUAN PEDOMAN :
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman dan landasan moral dalam menyelenggarakan dan pengelolaan Komite
Etik RS Rsetu Ibu

2. Tujuan Khusus
1. Memberi tuntunan agar aktifitas dan proses manajemen RS Selalu berada dalam
koridor batas-batas rambu moral.
2. Terselenggaranya mutu pelayanan yang manusiawi dan dilakukan dengan dedikasi
tinggi serta penuh kehati-hatian
3. Memelihara etika, standar dan nilai profesi staf yang bekerja di Rumah Sakit agar
sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi kesehatan dan kebutuhan masyarakat.

1
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Komite Etika Rumah Sakit berfungsi mengatur hal-hal yang berkaitan dengan Etika Rumah
Sakit dengan cara :
1. Pembuatan kebijakan tentang etika
2. Review kasus
3. Fungsi pendidikan etika
Kebijakan dan prosedur semua aktifitas yang berkaitan dengan etika baik yang bersifat
review kasus ataupun yang bukan review kasus (non case review)
1. Pendidikan
Komite Etika Rumah Sakit bertanggung jawab atas pendidikan etika dengan
menyelenggarakan seminar, pelatihan, kursus atau pertemuan tentang Etika. Tujuan
kegiatan-kegiatan ini adalah untuk pengetahuan tentang etika kepada para peserta
guna menghadapi persoalan etika yang komplek yang muncul dalam praktek Rumah
Sakit.
2. Peninjauan Pengembangan dan Kebijaksanaan
Komite Etika Rumah Sakit membantu Rumah Sakit dan staf profesionalnya dalam
pengembangan kebijakan dan prosedur tentang masalah-masalah etika, pertanyaan
atau persoalan yang timbul dalam perawatan pasien.
Dalam fungsi ini Komite Etika Rumah Sakit dapat memberikan analisa mengenai
aspek etika dari kebijakan yang telah ada atau yang diusulkan atau membantu dalam
pengembangan kebijakan Rumah Sakit yang baru di unit yang membutuhkan.
3. Peninjauan Kasus
Salah satu fungsi penting Komite Etika Rumah Sakit adalah peranannya sebagai satu
forum untuk analisa pertanyaan-pertanyaan etika yang timbul dalam perawatan
pasien secara individu. Pertanyaan-pertanyaan ini sering timbul berkaitan dengan
perawatan yang sesuai untuk pasien-pasien yang tidak dapat berperan serta dalam
pengambilan keputusan mengenai perawatan mereka. Dalam situasi ini, Komite
Etika Rumah Sakit akan berusaha memberikan bantuan dan nasehat kepada orang-
orang yang bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan termasuk pasien,
keluarga pasien, tenaga medis dan tenaga keperawatan atau wakil pasien.
Peninjauan kasus direkomendasikan untuk tiga kategori spesifik dalam pengambilan
keputusan :
a. Keputusan berkaitan dengan keraguan etika yang bersifat kompleks dimana
peninjauan kasus dapat membantu dalam penyelesaian masalah.
b. Keputusan mengenai perbedaan pendapat antara tenaga kesehatan atau antara
tenaga kesehatan dan pasien atau keluarga pasien berkaitan dengan aspek etika
perawatan pasien.

2
c. Keputusan berkaitan dengan tidak memberikan atau melepaskan penggunaan
peralatan yang mempertahankan hidup yang dipaparkan dengan jelas dalam
kebijakan atau prosedur yang tercantum di dalam buku pedoman ini. Dalam
fungsi ini Komite tidak bertindak sebagai badan pengambil keputusan tetapi
bertugas memberikan bantuan kepada yang bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan.

4. LANDASAN HUKUM
1. UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
3. UU RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1045/MenKes/PER/XI/2006
tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


No. Jenis Tenaga Pendidikan formal Sertifikasi Jumlah
1. Ketua Dokter Spesialis Pendidikan dasar 1
tentang Etika rumah
sakit
2. Sekretaris Dokter Umum - 1
3. Anggota Dokter Spesialis - 4
Min. DIII dari berbagai
profesi di RS

1. Komite Etik Rumah Sakit Restu Ibu dipimpin oleh seorang ketua yang diangkat oleh
Direktur, dibantu oleh seorang sekretaris dan para anggota, dengan masa kepengurusan
berlangsung selama periode 3 tahun. Dalam proses penyelesaian masalah etika, Komite
Etika Rumah Sakit Restu Ibu dapat mengundang nara sumber bila diperlukan.
2. Keanggotaan dari Komite ini bersifat multidisiplin. Keanggotaan terdiri dari dokter,
keperawatan, tenaga kesehatan lainnya.

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

B. STANDAR FASILITAS

No Fasilitas Jumlah
A. Fisik / bangunan / sarana
1. Ruangan Kantor berukuran 1
4x5.5m

B. Peralatan
1. Monitor LCD Merk SAMSUNG 1buah
2. CPU Powerlogic 1buah
3. Printer Canon PIXMA 1buah
4. Lemari file 1 buah
5. Meja Kantor 1 buah
6. Kursi kerja 10 buah
7. Kulkas 1 buah
8. Dispenser I buah

5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

1. PENINJAUAN, PENGEMBANGAN DAN KEBIJAKSANAAN


Atas permintaan Direktur, Komite Etika Rumah Sakit meninjau dan mengkaji ulang :
- Kebijakan, prosedur atau protokol etika rumah sakit
- Analisa issue/kasus etika.
- Memberi rekomendasi untuk modifikasi kebijakan, prosedur Etika Rumah Sakit bila
diperlukan.
Dengan persetujuan Direktur, Komite Etika Rumah Sakit dapat memenuhi permintaan staf
Rumah Sakit untuk mengadakan review kasus.
Komite Etika Rumah Sakit membantu Rumah Sakit dan Staf Rumah Sakit dalam
pengembangan kebijakan baru dimana tersangkut (terkait) hal-hal etika problem/masalah
yang mengakibatkan pelanggaran etika.
Komite Etika Rumah Sakit memberikan rekomendasi berkaitan dengan hal-hal baru yang
menyentuh etika. Komite Etika Rumah Sakit mengusulkan Kebijakan baru Etika Rumah
Sakit ke Direktur Rumah Sakit.

2. PENINJAUAN KASUS
a. Akses untuk Komite
Daftar ketua komite etik dan anggota-anggota tersedia di bagian Operator Rumah Sakit.
Seorang anggota Komite akan berusaha berbicara dengan orang yang meminta bantuan
Komite Etika Rumah Sakit dalam 24 jam, bila mungkin
Ketua komite etik akan meninjau kasus tersebut bila :
- Diminta oleh salah satu anggota Staf Medis, Staf Rumah Sakit atau Administrasi
Rumah Sakit.
- Diminta oleh pasien, keluarga pasien atau wakil pasien.
Sebelum memulai peninjauan kasus, Ketua komite etik akan memberitahu Dokter
yang merawat pasien dan meminta keterlibatan dokter tersebut.

b. Peninjauan kasus formal dan informal


Anggota-anggota Komite dapat dihubungi untuk memberikan saran/nasehat mengenai
kasus baik secara formal maupun informal. Dalam peninjauan informal, komentar-
komentar dari anggota Komite Etika tidak akan didokumentasikan di dalam rekam
medik pasien.

6
c. Penentuan perlu atau tidaknya peninjauan oleh seluruh anggota tim
Ketua Tim menentukan perlu atau tidaknya keterlibatan seluruh anggota tim. Pada
umumnya Ketua Tim dapat meninjau dan memberikan rekomendasi dengan sendirinya.
Peninjauan kasus secara formal oleh seluruh anggota tim biasanya diperlukan dalam
kasus-kasus etika kompleks.

d. Persiapan untuk pertemuan tim peninjau


Bila ketua Tim memutuskan perlunya diadakan peninjauan oleh seluruh anggota tim,
tim itu terdiri dari dua sampai lima anggota dari Komite yang mencerminkan komposisi
multidisiplin Komite.
Dokter yang merawat pasien, atau keluarga pasien perlu diundang dalam pertemuan
tersebut. Bila pasien atau keluarga pasien menolak undangan atau tidak menyetujui
pertemuan tersebut, pertemuan atau konsultasi etik dengan Komite harus tetap
dilaksanakan selama permintaan konsultasi dianggap tepat dan sesuai. Bila dokter yang
merawat tidak setuju dengan permintaan konsultasi dengan Komite Etika, maka
persoalan ini perlu diajukan kepada Kepala Staf Medis atau Komite Medik untuk
diselesaikan. Anggota-anggota tim dapat mengusulkan siapa yang perlu diundang dalam
pertemuan.

e. Tata cara penyelesaian pertemuan peninjauan kasus


Pada pertemuan, Ketua Tim memberikan instruksi kepada semua non-anggota tentang
peranan Komite sebagai Badan Penasehat.
Tujuan Komite adalah sebagai forum untuk membantu yang bertanggung jawab dalam
mengambil keputusan. Perlunya ditugaskan bahwa semua materi yang dipresentasikan
dan didiskusikan bersifat rahasia (confidential)
Dokter yang merawat hadir untuk memberikan informasi kepada tim manajerial riwayat
penyakit pasien, prognose dan informasi lainnya yang relevan untuk peninjauan kasus
tersebut. Bila telah didiskusikan, Ketua Tim dapat memutuskan untuk mengadakan
pertemuan antar anggota tim saja guna mempersiapkan rekomendasi-rekomendasi yang
spesifik.
Anggota-anggota tim dapat mengusulkan perlu tidaknya keterlibatan seluruh anggota
Komite Etika Rumah Sakit dalam penyelesaian masalah.

f. Rekomendasi
Hasil peninjauan kasus dan rekomendasi dari tim akan dikonfirmasikan kepada dokter
yang merawat, staf-staf yang lain, pasien atau keluarga pasien bila pantas atau sesuai.
Bila disetujui dokter yang merawat, hasil peninjauan kasus akan dicatat dalam rekam
medis pasien. Hasil tersebut juga akan dilaporkan pada pertemuan Komite Etika Rumah
Sakit berikutnya.

7
3. TATA CARA PENYELESAIAN ETIK
Pengertian : Masalah etik moral ialah masalah yang melanggar atau
meniadakan norma-norma moral dan nilai-nilai kehidupan.
Tujuan : 1. Agar langkah yang diambil tidak menyimpang dari etika dan
moral
2. Agar pasien atau keluarga merasa / menerima bahwa
keputusan yang diambil itulah yang terbaik untuk semua
pihak.
Prosedur : 1. Kasus disampaikan oleh Dokter/Perawat, karyawan lain,
pasien dan atau keluarga kepada Ka. Ruangan/Unit/Bagian
2. Dijelaskan alasan menyampaikan kasus dan hasil yang
diharapkan oleh pihak yang memohon konsultasi. Dalam
penyampaian kasus harus dilandasi oleh kehendak, penilaian
dan komunikasi yang baik.
3. Tidak semua masalah etis harus menjadi obyek konsultasi
etik, tetapi setiap kasus harus dicoba diselesaikan oleh
dokter, pasien dan keluarga diruangan dengan tidak
menyimpang dari etika dan moral
4. Bila belum selesai, kasus diajukan kepada kepala Komite
Medis/Komite Keperawatan/Komite Tenaga Kesehatan Lain
5. Bila prakarsa dasar menyelesaikan masalah etis ini tidak
tuntas barulah dirujuk ke Komite Etik Rumah Sakit.
6. Kasus yang disampaikan kepada Komite harus segera
dibicarakan dan diselesaikan secepatnya. Agar pembahasan
cepat, dapat dibentuk Tim kecil yang membahas laporan
terlebih dahulu baru kemudian diajukan kepada rapat KERS
lengkap.
7. Komite mencatat riwayat kasus selengkap-lengkapnya
(diagnosa dan prognosa) dengan memperhatikan kondisi
sosio ekonomi pasien.
8. Komite mengadakan pertemuan
Pembahasan dimulai dengan dihadiri sekurang-kurangnya
setengah jumlah anggota komisi (bila perlu dengan
mengundang dokter/perawat utama)
Mengidentifikasi kasus relevan atau tidak dengan komisi
etik, kalau tidak relevan maka kasus dirujuk pada yang
berwenang untuk menyelesaikannya. Disini hendaknya
ditemukan masalah etik yang terjadi.

8
Dalam pembahasan selalu harus diperhatikan dan
diutamakan otonomi pasien atau keinginannya yang
disampaikan lewat perwakilannya. Sebaiknya diundang
dokter/perawat utama untuk mendapatkan penjelasan
tentang keadaan pasien dengan sebaik-baiknya. Diadakan
penganalisaan nilai yakni mempertanyakan nilai apa yang
dipermasalahkan.
Kesimpulan yang diambil dihadapkan dengan tanggung
jawab kita, yakni apa yang harus kita lakukan dengan kasus
ini. Dibeberkan segala alternatif dan menentukan apa yang
ingin kita lakukan, berupa apa tindakan itu dan apa
konsekwensinya.
Untuk setiap konsekwensi dihadapkan dengan tata nilai
personal dan tata nilai masyarakat. Kalau konsekuensi
sesuai dengan tata nilai, maka keputusan disahih/valid dan
kalau tidak sesuai maka perlu ditinjau kembali.
9. Hasil pembahasan dilaporkan kepada pimpinan Rumah sakit
secara tertulis.
10. Catatan kasus disimpan secara rahasia oleh KERS.
11. Hasil pembahasan disampaikan oleh Rumah Sakit kepada
pemohon tinjauan kasus (bila diperlukan) atau ditulis dalam
catatan medik pasien.
12. Komisi meninjau rencana perawatan kasus yang telah
direferensikan pada komisi dan mengevaluasi keefektifan
serta dapat diterima kebijakan yang telah dibuat oleh Rumah
sakit.
13. Bila direksi belum dapat menyelesaikan, kasus dapat
dikonsultasikan ke Majelis Komite Etik Rumah Sakit
(MAKERSI).

9
TATA CARA PENYELESAIAN MASALAH ETIK

Keputusan Direksi Direktur Utama Komite Etik Rumah Sakit

5 4

Tidak Selesai Tidak


Selesai Kepala Direktorat/ Ka. Komite Selesai
Keperawatan/ Ka Komite Medik Selesai

Tidak Selesai
Kepala Unit /
Kepala Ruangan
Selesai
2

Penyampai / Prakarsa Masalah


1
Etis

Majelis Komite Etik Rumah


6
Sakit (MAKERSI)

4. PERTEMUAN – RAPAT
i. Komite Etika Rumah Sakit bertemu paling sedikit 6 bulan sekali disamping rapat
peninjauan/review kasus-kasus khusus.
ii. Undangan peserta rapat atas persetujuan Ketua Komite.
iii. Rapat penentuan Kebijakan dan Prosedur harus dihadiri kuorum anggota ½ + 1
(setengah plus satu).
iv. Bila Presensi kehadiran anggota dalam rapat rutin KERS setahun kurang dari separuh
(50 %) maka perlu dievaluasi kehadirannyadari anggota tersebut, bila tidak memenuhi
kriteria maka anggota tersebut diganti dengan anggota yang baru.

5. REKAM MEDIK ETIKA


i. Setiap rapat Komite Etika Rumah Sakit harus disimpan dalam notulen rapat termasuk :
o Ringkasan peninjauan (review kasus)
o Rekomendasi
ii. Notulen rapat yang disetujui dalam rapat anggota disampaikan oleh Ketua Komite Etika
kepada Direktur Rumah Sakit.
iii. Notulen tersebut tidak mencantumkan identifikasi khusus pasien, keluarga penderita
atau individu yang meminta rapat khusus tersebut. Anggota rapat dari kalangan profesi
tidak dicantumkan dalam notulen tersebut.
iv. Notulen tersebut disimpan secara rahasia sesuai dengan Kebijakan dan Prosedur yang
sesuai dengan UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992.

10
6. LIABILITY – RAWAN HUKUM
Rumah Sakit akan mengambil langkah-langkah untuk melindungi anggota Komite dari
tuntutan hukum, yang tidak mempunyai perlindungan hukum oleh karena statusnya sebagai
anggota peninjau kasus-kasus medik/kesehatan.

7. ADOPSI DAN PENGESAHAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR


i. Kebijakan dan Prosedur yang diajukan akan ditelaah oleh anggota Komite Etika Rumah
Sakit.
ii. Pengajuan atau pengusulan modifikasi kebijakan dan prosedur disampaikan ke Komite
empat minggu sebelum rapat - tetap Komite Etika Rumah Sakit.
iii. Setelah ada pengesahan rancangan Kebijakan dan Prosedur disampaikan ke Direktur
Utama Rumah Sakit untuk ditinjau/ditelaah sebelum disahkan oleh Direktur Utama.

8. KEPUTUSAN KOMITE ETIKA RUMAH SAKIT


a. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat, dengan mengacu pada Buku
Pedoman Etik Rumah Sakit Restu Ibu dan prinsip Etika Kedokteran, Etika Rumah
Sakit.
b. Keputusan Komite Etik bersifat rahasia dan diteruskan kepada Direktur untuk tindak
lanjutnya.
Informasi Cara Pengambilan Keputusan
1. Pedoman Umum Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan Keputusan
 Ideal bila pengambilan keputusan diambil bersama-sama pemberi pelayanan
(dokter, perawat, dll), penderita dan atau wali.
 Semua anggota tim kesehatan, penderita dan atau wali harus berkesempatan
berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan.
2. Peranan Pemberi Pelayanan Kesehatan
 Pemberi pelayanan kesehatan bertanggung jawab tentang evaluasi tepat
(komprehensif tentang kondisi pasien dan berbagai opsi pengobatan yang telah
diteliti dan dipertimbangkan berdasarkan Clinical and Therapeutic Trial yang
terbukti dalam kesahihan dan keandalannya).
 Penderita dan atau wali harus diinformasikan dan dilibatkan dalam proses
tersebut.
3. Peranan Penderita dan atau Wali dalam Pengambilan Keputusan
1. Pasien dengan kemampuan mengambil keputusan untuk meneruskan intervensi
pemakaian alat bantu hidup. Bila pasien bisa mengambil keputusan harus ada
informed consent. Pasien sadar dan berkemampuan mengambil keputusan bila
tidak sakit berat (terminal) berhak menolak intervensi medik atau intervensi
yang dapat memperpanjang hidup.
2. Pasien telah memberikan advance directive – living will (Keputusan sebelum
dirawat)

11
Bila pasien tak sadar tetapi telah memberikan advance directive (living will)
sebelumnya untuk tidak memberi alat bantu hidup dan telah menunjuk wali,
kemauan dan keinginan tersebut harus dihormati.
3. Pasien tidak mampu memberi keputusan dan tanpa advance directive
ii. Petugas Kesehatan (dokter terkait) harus berbicara dengan keluarga dan
menunjuk wali untuk mengambil keputusan.
iii. Bila penderita tidak kompeten, wali (ditunjuk resmi dan dilegalisasi oleh
pengadilan dan saksi-saksi) dapat mengambil keputusan atas nama
penderita.
iv. Wali yang ada harus tahu nilai-nilai, preferensi penderita.

Kriteria Wali dalam Pengambilan Keputusan


1. Keputusan berdasarkan substitusi
Bila pemberi pelayanan kesehatan dan wali setuju bahwa alat bantu
hidup/obat/medik dapat memperpanjang hidup sesuai dengan nilai preferensi
penderita.
2. Keputusan berdasarkan yang paling baik
Bila pemberi pelayanan kesehatan dan wali tidak jelas nilai, preferensi
penderita, keputusan diambil berdasarkan hal yang terbaik untuk penderita (best
interest)

12
BAB V
LOGISTIK

 Perencanaan
Perencanaan logistik di Komite Etik Rumah Sakit dibuat berdasarkan rencana kegiatan dalam
1 tahun yang disetujui oleh Direktur.
 Permintaan / penyediaan
Permintaan/penyediaan logistik dilakukan melalui form permintaan barang kepada bagian
Logistik atau pembelian secara langsung melalui Sekretaris Komite Etik
Permintaan konsumsi untuk rapat/seminar dilakukan dengan mengajukan proposal kebagian
diklat rumah sakit.
 Penyimpanan
KERS tidak memiliki ruangan khusus, sehingga tidak melalukan penyimpanan kebutuhan
logistik.
 Pendistribusian/ penyaluran
Distribusi kebutuhan logistik dilakukan saat ada kegiatan.
 Pengendalian barang-barang logistik di unit kerja.
Pengendalian barang-barang logistik dilakukan dengan melakukan permintaan barang bila
memang akan diadakan kegiatan Komite Etik

13
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Program keselamatan pasien yang dilakukan di Komite Etik mengacu kepada 6 sasaran
keselamatan pasien yang berlaku di RS. Restu Ibu, yaitu :
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan komunikasi efektif
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan (contoh : hand hygiene/kebersihan
tangan)
6. Pengurangan risiko pasien jatuh

14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Pelaksanaan kegiatan Komite Etik sesuai dengan program keselamatan kerja rumah sakit, antara
lain :
1. Program kebersihan tangan
2. Program penanggulangan kebakaran

15
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu di komite etik melalui indikator :


1. Terselesaikannya permasalahan etik yang dilaporkan ke komite etik
2. Terlaksananya pembinaan etik berupa seminar yang diajukan sesuai dengan rekomendasi
dari rapat komite etik.
3. Realisasi dari saran Komite Etik kepada Komite Keperawatan/ Komite Medik/ Komite
Tenaga Kesehatan lainnya dan Kasubbag Kepegawaian.

16
BAB IX
PENUTUP

Pelaksanaan Etik di Rumah Sakit Restu Ibu memerlukan partisipasi semua staf yang berada di
RS Restu Ibu. Komite Etik akan menjadi jembatan yang berfungsi untuk menjadi pendidik,
pengembang dan peninjau kebijakan etik, serta menjadi peninjau atas kasus etik yang terjadi di
rumah sakit. Pelaksanaan komite etik dengan berbagai unsur profesi yang menjadi anggotanya
diharapakan dapat mewakili berbagai unsur yang ada di rumah sakit untuk meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit yang beretika, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
kesehatan dan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan.

17

Anda mungkin juga menyukai