Anda di halaman 1dari 8

Peraturan/Tata Tertib Disiplin Siswa di Sekolah

Peraturan dan tata tertib sekolah sebagai salah satu yang dilaksanakan di sekolah
dalam upaya penegakan disiplin bagi setiap siswa, kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan dan tata tertib sekolah. Berikut ini akan dijelaskan tentang disiplin tersebut.

a. Pengertian Disiplin
“Disiplin berasal dari bahasa latin yaitu Discipulus yang berarti siswa. Dalam
perkembangannya kata ini mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti seperti kata
diciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan”[1]. “Disiplin adalah sebagai suatu sikap,
tingkah laku dan peraturan yang sesuai dengan peraturan organisasi baik yang tertulis
maupun tidak. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya tanggungjawab seseorang
terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya”[2]. Berdasarkan pengertian tersebut
disiplin diartikan sebagai cara untuk melatih individu dalam hal kontrol diri atau melatih
individu mengenai apa yang boleh dan tidak boleh mereka perbuat sesuai dengan
peraturan yang berlaku dimasyarakat. Sedangkan disiplin sebagai “Responsible behavior”
atau sikap bertanggung jawab, sikap bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu.
Dengan kata lain, disiplin sebagai perilaku bertanggung jawab lahir di dasarkan kepada
kesadaran diri sendiri atau pertimbangan kata hatinya. Sependapat dengan hal tersebut,
disiplin sebagai kesadaran diri untuk mentaati, nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam
lingkungannya. “Moral kerja dan disiplin mempunyai hubungan yang erat. Disiplin bukan
hanya memberikan hukuman atau paksaan agar setiap orang melaksanakan peraturan
atau kehendak pemimpin. Hukuman patut dipergunakan sebagai cara untuk memelihara
disiplin, ketertiban dan semangat kerja”[3]. “Disiplin merupakan perilaku yang taat dan
patuh pada peraturan, artinya, jika seseorang berprilaku disiplin, maka ia akan
memperlihatkan tingkah laku yang sesuai dan patuh pada aturan-aturan yang berlaku di
masyarakat”[4].

Ada tiga pengertian mengenai disiplin, yaitu:

a. Siswa memerlukan hukuman (apabila salah).

b. Siswa memerlukan seseorang yang dapat mengontrol, mengarahkan, dan


membatasi tingkah lakunya.

c. ‘’Tujuan disiplin itu individu dilatih untuk melakukan sesuatu berdasarkan


pengarahan dan kontrol dirinya sendiri[5]’’.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin merupakan tata tertib,
ketaatan atau kepatuhan pada peraturan (tata tertib). Dalam bahasa Indonesia istilah
disiplin kerap kali terkait dan menyatu dengan istilah tata tertib dan ketertiban. Istilah
ketertiban mempunyai arti kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib
karena didorong atau disebabkan oleh sesuatu yang datang dari luar dirinya. Sebaliknya,
istilah disiplin sebagai kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya kesadaran dan
dorongan dari dalam diri orang itu. Istilah tata tertib berarti perangkat peraturan yang
berlaku untuk menciptakan kondisi yang tertib dan teratur.

Disiplin dengan merumuskannya sebagai berikut:

a) mengikuti dan mentaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku,

b) pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena adanya kesadaran diri
bahwa hal itu berguna bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena
rasa takut, tekanan, paksaan dan dorongan dari luar dirinya.

c) sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah,membina danmembentuk


perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

d) hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang berlaku, dalam
rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.

e) peraturan-peraturan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran perilaku[6].

Selain itu dalam buku Tulus dijelaskan, terdapat beberapa pendapat mengenai
disiplin yaitu:

a. Tim Kelompok Kerja Gerakan Disiplin Nasional mendefinisikan disiplin sebagai


ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara
yang berlaku yang dilaksanakan secara sadar dan iklas lahir dan batin, sehingga timbul
rasa malu terkena sanksi dan rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perilaku tersebut
diikuti berdasarkan keyakinan bagi dirinya dan masyarakat. Pada sisi lain, disiplin adalah
alat untuk menciptakan perilaku dan tata tertib manusia sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok masyarakat. Oleh karena itu, disiplin disini berarti hukuman/sanksi yang
berbobot mengatur dan mengendalikan perilaku.

b. Bohar Soeharto mengemukakan pengertian disiplin yaitu: Disiplin diartikan sebagai


latihan orang lain akan menuruti perintah tersebut. Disiplin diartikan sebagai hukuman.
Hukuman disini adalah sebagai upaya mengeluarkan yang jelek dari dalam diri orang
tersebut sehingga menjadi baik. Disiplin diartikan sebagai alat untuk mendidik individu agar
belajar tentang nilai-nilai yang berada dilingkungannya.

c. Maman Rachman mengungkapkan bahwa disiplin adalah upaya mengendalikan diri


dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan
ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang
muncul dari dalam hatinya.

Sementara pengertian disiplin sebagai kemampuan mengatur diri dan menaati


peraturan atau norma yang berlaku atas dasar kesadaran diri. “Dalam pelaksanaan disiplin
akan senantiasa merujuk pada norma, peraturan, dan patokan-patokan yang menjadi unsur
penentu perilaku dan juga adanya unsur pengontrolan terhadap perilaku supaya sesuai
dengan aturan yang berlaku atau yang diterima dimasyarakat”[7].
Disiplin diartikan sebagai kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam
kehidupannya. Prilaku tersebut tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan
dan pengalaman. Disiplin merupakan ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib,
aturan atau norma, dan lain sebagainya. Disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana
orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan dengan
senang hati.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa disiplin adalah upaya sadar
individu untuk melaksanakan dan mentaati peraturan, tata tertib serta norma yang berlaku
dalam masyarakat dan yang dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab. Sikap
disiplin yang timbul dari kesadaran sendiri akan bertahan lama dari pada sikap disiplin yang
timbul karena pengawasan orang lain.

b. Pentingnya Disiplin
“Disiplin dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: internal (dari dalam diri)
berhubungan dengan jasmani, psikologis, kelelahan dan eksternal (dari luar diri)
berhubungan dengan keluarga, sekolah dan lingkungan”[8]. Disiplin eksternal disebut
sebagai disiplin yang negatif, sedangkan disiplin internal disebut sebagai disiplin yang
positif. Terdapat dua konsep mengenai disiplin, yaitu disiplin positif dan disiplin negatif.
Disiplin yang negatif adalah yang berhubungan dengan kontrol seseorang berdasarkan
otoritas luar yang biasanya dilakukan secara terpaksa, dan dengan cara yang kurang
menyenangkan/dilakukan karena takut hukuman sedangkan disiplin yang positif sama
artinya dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan dan
perkembangan di dalam diri yang mencakup disiplin diri dan pengendalian diri.
Pentingnya disiplin bagi siswa adalah sebagai berikut: Memberi dukungan bagi
terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, membantu siswa memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, menyelesaikan tuntutan yang ingin
ditunjukan siswa terhadap lingkungan, mengatur kesimbangan keinginan individu dengan
individu lain, menjauhi hal-hal yang dilarang sekolah”[9]. Berdasarkan uraian-uraian di atas,
terdapat dua jenis disiplin. Pertama, disiplin yang positif yang diterapkan melalui pendidikan
dan bimbingan, disiplin lebih menekankan pada perkembangan diri siswa yang dimulai dari
diri sendiri dan mengarah kepada prilaku pengendalian diri siswa itu sendiri. Kedua, disiplin
negatif yakni disiplin yang diterapkan melalui hukuman dimana siswa akan melakukan
kedisiplinan karena unsur keterpaksaan.

c. Pembentukan Disiplin
Pembiasaan disiplin di sekolah akan mempunyai pengaruh positif bagi kehidupan
siswa. Pembentukan disiplin terjadi sebagai berikut: “Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina
melalui latihan, pendidikan, penanaman kebiasaan dan keteladanan dimulai dari lingkungan
keluarga, disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, disiplin ditegakkan dari kesadaran
diri”[10].Ada bebrerapa”hal yang dapat mempengaruhi dan membentuk disiplin individu
yaitu:

1) Mengikuti dan menaati peraturan sebagai langkah penerapan dan praktik atas
peraturan-peraturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari
adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.
Tekanan dari luar dirinya sebagai upaya mendorong, menekan dan memaksa agar disiplin
diterapkan dalam diri seseorang sehingga peraturan dapat diikuti dan dipraktekkan.
2) Kesadaran diri sebagai pemahaman diri bahwa disiplin dianggap penting bagi
kebaikan dan keberhasilan dirinya. Selain itu, kesadaran diri menjadi motif sangat kuat
terwujudnya disiplin.

3) Alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk perilaku


yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan.

4) Hukuman sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah


sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan[11].

Selain keempat faktor yang telah disebutkan, Tulus mengemukakan beberapa faktor
lain yang berpengaruh terhadap pembentukan disiplin individu, antara lain:

1) Teladan, perbuatan dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan
dengan kata-kata, karena itu contoh dan teladan atasan, kepala sekolah, guru-guru dan
tata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin siswa. Siswa lebih mudah meniru apa
yang mereka lihat dari pada apa yang mereka dengar. Faktor teladan disini sangat
mempengaruhi pembentukan disiplin siswa.

2) Lingkungan berdisiplin, lingkungan dapat mempengaruhi individu. Bila berada


dilingkungan berdisiplin, individu dapat terbawa oleh lingkungan tersebut. Salah satu ciri
manusia adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. Dengan potensi adaptis ini,
ia dapat mempertahankan hidupnya.

3) Latihan berdisiplin, disiplin dapat dibentuk melalui proses latihan dankebiasaan.


Artinya melakukan disiplin secara berulang-ulang dan membiasakannya dalam praktik-
praktik disiplin sehari-hari. Dengan membiasakan diri, disiplin akan terbentuk dalam diri
siswa[12].

Berdasarkan beberapa faktor yang telah dijelaskan, hal terpenting dalam


pembentukan disiplin siswa yaitu siswa harus mampu melaksanakan disiplin atas
kesadaran sendiri, jika mereka memiliki pemikiran positif terhadap disiplin, bahwa disiplin
bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan tetapi datang dari kesadaran diri sendiri, maka
hal itu akan membuat siswa memiliki keyakinan terhadap disiplin.
Sejalan dengan hal tersebut, pembiasaan disiplin disekolah akan mempunyai
pengaruh positif bagi siswa dimasa yang akan datang. “Pada mulanya disiplin dirasakan
sebagai sesuatu yang memang seharusnya dipatuhi secara sadar untuk kebaikan dirinya
dan sesama, lama kelamaan akan menjadi suatu kebiasaan yang baik menuju arah
disiplin”[13]. Disiplin tidak lagi merupakan aturan yang datang dari luar atau dipaksakan,
akan tetapi disiplin merupakan aturan yang datang dari kesadaran diri dan
merupakan suatu hal yang wajar dilakukan dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada
paksaan dari luar.
Sedangkan alasan terjadinya pembentukan disiplin, yaitu: Disiplin akan tumbuh dan
dapat dibina melalui latihan, pendidikan, penanaman kebiasaan dan keteladanan,
pembinaan itu dimulai dari lingkungan keluarga sejak kanak-kanak.
Disiplin dapat ditanam mulai tiap-tiap individu dari unit paling kecil organisasi atau
kelompok. Disiplin diproses melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari
keluarga dan pendidikan. Disiplin lebih mudah ditegakkan bila muncul dari kesadaran diri.
Disiplin dapat dicontohkan atasan kepada.
d. Fungsi Disiplin
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh siswa. Disiplin menjadi prasyarat bagi
pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantarkan
siswa dalam mencapai keberhasilan dalam belajar dan kelak ketika bekerja. “Beberapa
fungsi disiplin yaitu: Menata kehidupan bersama, membangun kepribadian, melatih
kepribadian, pemaksaan, hukuman, mencipta lingkungan kondusif”[14].
Lebih lanjut dalam buku Tulus dijelaskan sebagai berikut:

1) Menata Kehidupan Bersama


Manusia selain sebagai satu individu juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk
individu manusia memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang
berbeda-beda. Sedangkan sebagai makhluk sosial manusia selalu terkait dan berhubungan
dengan orang lain. Dalam hubungan dengan orang lain diperlukan norma, nilai, peraturan
untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan baik dan lancar. Setiap
individu memiliki kepentingan yang berbeda dan tidak jarang kepentingan tersebut dapat
merugikan orang lain, disini disiplin berfungsi untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya
perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhhi peraturan yang berlaku.
Kepatuhan dan ketaatan tersebut akan membatasi dirinya untuk merugikan orang lain
tetapi hubungan dengan sesama tetap baik. Fungsi disini yaitu untuk mengatur tata
kehidupan manusia dalam kelompok tertentu maupun masyarakat.
2) Membangun Kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku dan pola hidup seseorang yang
tercermin dalam penampilan, perkataan dan perbuatan sehari-hari. Pertumbuhan
kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan
pergaulan, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah. Disiplin yang diterapkan dimasing-
masing lingkungan tersebut memberikan dampak positif bagi pertumbuhan kepribadian
seseorang. Dengan disiplin, seseorang dibiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-
aturan yang berlaku. Kebiasaan tersebut akan lama kelamaan akan masuk kedalam diri
seseorang dan disiplin akan menjadi bagian dalam kehidupannya sehari-hari. Jadi,
lingkungan yang mempunyai disiplin yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
kepribadian seseorang, terutama seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya,
lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram, sangat berperan dalam
membangun kepribadian yang baik.

3) Melatih Kepribadian
Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk dalam
waktu yang singkat. Namun, membutuhkan waktu yang panjang. Perlu adanya latihan,
pembiasaan diri, mencoba, berusaha dengan gigih. Sependapat dengan hal di atas,
Soegeng Prijodarmito mengemukakan bahwa sikap, prilaku seseorang tidak dibentuk
dalam sekejap. Diperlukan pembinaan, tempaan yang terus-menerus sejak dini. Melalui
tempaan manusia akan menjadi kuat.
Melalui tempaan mental dan moral seorang akan teruji, melalui tempaan pula
menjadikan seseorang dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dengan penuh
ketabahan dan kegigihan. Melalui tempaan pula mereka memperoleh nilai tambah. Disiplin
tersebut akan terwujud melalui pembinaan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari
lingkungan keluarga, melalui pendidikan yang tertanam sejak dini yang semakin lama
semakin menyatu kuat dalam dirinya dengan bertambahnya usia.

4) Pemaksaan
Dalam materi “Latihan Kepemimpinan Siswa, mengartikan disiplin sebagai sikap
mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua ketentuan, peraturan dan norma yang
berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab. Faktor yang mendorong
terbentuknya kedisiplinan, yaitu dorongan dari dalam (terdiri dari pengalaman, kesadaran,
dan kemauan untuk berbuat disiplin) dan dorongan dari luar (pemerintah, larangan,
pengawasan, pujian, ancaman dan ganjaran). Dari pendekatan di atas, disiplin dapat terjadi
karena dorongan kesadaran diri dan adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Disiplin
yang terjadi karena kesadaran diri akan bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri.
Sedangkan yang terjadi karena pemaksaan akan memberi pengaruh kurang baik. Soegeng
Prijodarminto mengemukakan disiplin yang terwujud karena adanya paksaan atau tekanan
dari luar akan cepat pudar kembali apabila faktor-faktor dari luar tersebut hilang.
Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksaan kepada seseorang untuk mengikuti
peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan tersebut. Dengan pendampingan guru-guru,
pemaksaan, pembiasaan dan latihan akan menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting
baginya. Dari mula-mula karena paksaan, kini dilakukan karena kesadaran diri, merasakan
sebagai kebutuhan dan kebiasaan diharapkan disiplin ini akan meningkat dan menjadi
kebiasaan berfikir positif, bermakna, memandang jauh kedepan dan disiplin bukan hanya
soal mengikuti dan mentaati peraturan, melainkan sudah meningkat menjadi disiplin berfikir
yang mengatur dan mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya.

5) Hukuman
Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa.
Sisi lainnya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman
sanksi / hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan untuk
mentaati dan mematuhinya. ‘’Dorothy (dalam Tulus) mengatakan hukuman memang
mengandung empat fungsi, yakni (1) sebagai pembalasan atas perbuatan salah yang telah
dilakukan, (2) sebagai pencegahan dan adanya rasa takut orang melakukan pelanggaran,
(3) sebagai koreksi perbuatan yang salah, (4) sebagai pendidikan, yakni menyadarkan
orang untuk meninggalkan perbuatan tidak baik’’[15]. Karena itu, sanksi disiplin berupa
hukuman tidak boleh hanya dipandang sebagai cara untuk menakut nakuti atau
mengancam supaya orang berbuat salah tetapi dipandang sebagai alat pendidikan dan
mengandung unsur pendidikan.

6) Mencipta Lingkungan Kondusif


Disiplin sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses dan kegiatan
pendidikan agar berjalan lancar. Hal tersebut dicapai dengan merancang peraturan
sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan
lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen.
Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang,
tentram tertib dan teratur. Lingkungan seperti ini adalah lingkungan yang kondusif bagi
pendidikan. Sependapat dengan hal di atas, Sem Wattimena mengungkapkan. Disiplin itu
sangat perlu dalam proses belajar mengajar. Alasannya, yaitu: disiplin dapat membantu
kegiatan belajar. Disiplin dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar. Disiplin dapat
meningkatkan hubungan sosial.

e. Unsur-unsur Disiplin
Disiplin diharapkan mampu mendidik siswa agar mampu berprilaku sesuai dengan
norma yang berlaku di lingkungan kelompok sosial mereka. “Siswa hendaknya memiliki
unsur-unsur disiplin yaitu: peraturan, hukuman, penghargaan, konsistensi”[16].

1) Peraturan
Peraturan adalah pola yang diterapkan untuk berbuat atau bertingkah laku,
tujuannya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam
situasi dan kelompok tertentu. Peraturan memiliki dua fungsi penting yaitu, fungsi
pendidikan, sebab peraturan merupakan alat memperkenalkan perilaku yang
disetujui anggota kelompok kepada anak, dan fungsi preventif karena peraturan
membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Peraturan dianggap efektif
apabila setiap pelanggaran atas peraturan itu mendapat konsekuensi yang setimpal.
Jika tidak, maka peraturan tersebut akan kehilangan maknanya. Peraturan yang
efektif dapat membantu seorang anak agar merasa terlindung sehingga anak tidak
perlu melakukan hal-hal yang tidak pantas.
Isi setiap peraturan harus mencerminkan hubungan yang serasi diantara
anggota keluarga, memiliki dasar yang logis untuk membuat berbagai kebijakan, dan
menjadi model perilaku yang harus terwujud didalam keluarga. Proses penentuan
setiap peraturan dan larangan bagi anak-anak bukan merupakan sesuatu yang
dapat dikerjakan seketika dan berlaku untuk jangka panjang, peraturan dapat diubah
agar dapat disesuaikan dengan perubahan keadaan, pertumbuhan fisik, usia dan
kondisi saat ini dalam keluarga. Setiap peraturan yang diterapkan harus sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak, hal ini perlu dilakukan agar
pelaksanaan peraturan dapat menjadi kebiasaan dalam kehidupan.

2) Hukuman
Hukuman berasal dari kata latin, “punier” yang berarti menjatuhkan hukuman
kepada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai
ganjaran atau pembalasan. ‘’Hukuman memiliki tiga fungsi,(1) menghalangi
pengulangan tindakan, (2) mendidik, sebelum anak mengerti peraturan, mereka
dapat belajar bahwa tindakan tersebut benar atau salah dengan mendapat hukuman,
(3) memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima
masyarakat’’[17].

3) Penghargaan
Istilah penghargaan berarti setiap bentuk penghargaan atas hasil yang baik.
Penghargaan tidak hanya berbentuk materi tetapi juga dapat berbentuk pujian, kata-
kata, senyuman atau tepukan dipunggung. Penghargaan mempunyai tiga peranan
penting yaitu: (1) penghargaan mempunyai nilai mendidik, (2) penghargaan
berfungsi sebagai motivasi untuk menanggulangi perilaku yang disetujui secara
sosial dan (3) penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui
secara sosial, dan tiadanya penghargaan melemahkan perilaku tersebut.

4) Konsistensi
Konsisten berarti tingkat keseragaman atau stabilitas, mempunyai tiga fungsi
yaitu: (1) mempunyai nilai mendidik yang besar, (2) konsistensi mempunyai nilai
motivasi yang kuat untuk melakukan tindakan yang baik di masyarakat dan menjauhi
tindakan buruk dan yang terakhir (3) konsistensi membantu perkembangan anak
untuk hormat pada aturan-aturan dan masyarakat sebagai otoritas. Anak-anak yang
telah berdisiplin secara konsisten mempunyai motivasi yang lebih kuat untuk
berprilaku sesuai dengan standar sosial yang berlaku dibanding dengan anak-anak
yang berdisiplin secara tidak konsisten.

f. Tata Tertib Sekolah


Tata tertib sekolah adalah keniscayaan. Namun, tata tertib ini harus dibuat untuk
ditegakkan secara disiplin dan konsisten. Adanya peraturan-peraturan itu tiada lain untuk
menjamin kehidupan yang tertib dan tenang sehingga kelangsungan hidup sosial itu dapat
dicapai.
g. Kerja sama sekolah, Orangtua, dan Lingkungan
Sebuah sekolah tidak akan pernah bisa melaksanakan proses pembelajaran baik
tanpa bantuan dari pihak-pihak lain, sebab berbagai persoalan siap mendera siswa, mulai
dari keaneka ragaman karakter dan pribadi siswa, kurikulum pendidikan yang berganti-
ganti, hingga kenakalan remaja. Oleh sebab itu, kerja sama antara pihak sekolah dengan
orang tua dan masyarakat termasuk (aparat kepolisian) merupakan hal yang sangat
penting agar terwujud perbaikan moralitas dan mentalitas anak didik secara sinergi.

h. Menciptakan Ruang Kelas dan Lingkungan Sekolah yang Menyenangkan


Ruang kelas dan sekolah yang ideal haruslah didesain secara kreatif dan dinamis,
sehingga membuat anak didik bertahan lama-lama didalam kelas, misalnya saja, ruang
kelas dicat dengan warna-warna cerah, diberi tempelan berisi kata-kata motivasi, hiasan
yang kreatif, dan tentu saja bersih.

i. Pembekalan Aspek Hukum


Mengingat tingkat kenakalan yang dilakukan remaja sudah sampai tingkat yang
sedemikian kuat. Pembekalan aspek hukum formal perlu juga diagendakan terkait upaya-
upaya penanggulangan. Pembekalan hukum ini patut untuk disampaikan dalam upaya
memproteksi remaja agar tidak melakukan segala tindakan melanggar hukum, sehingga
remaja bisa melindungi dirinya sendiri. Paling tidak, para remaja akan berpikir dua kali
sebelum melakukan tindakan melanggar hukum.

[1] Syamsu, Yusuf.. Disiplin Diri dalam Belajar dihubungkan Dengan Penanaman Disiplin yang
dilakukan Orang Tua dan Guru. Thesis Magister pada FPS IKIP ( Bandung: Tidak diterbitkan, 1999), hal. 21.

[2] Alex, S. nitisemito, Manajemen Personalia, (Jakarta: Ghalia, 2004) hal 199

[3] Ibid hal. 26.

[4] Unaradjan, Dolet. Manajemen Disiplin. (Jakarta: Grasindo, 2003), hal. 45.

[5] I b I d hal. 58.


[6] Tulus. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: Gramedia. 2003), hal. 33
[7] Syamsu, Yusuf. Disiplin Diri dalam Belajar dihubungkan Dengan Penanaman Disiplin yang
dilakukan Orang Tua dan Guru. Thesis Magister pada FPS IKIP Bandung: Tidak diterbitkan, 1999, hal. 24
[8] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007) hal 59

[9] Tulus, Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: Gramedia. 2004), hal.38

[10] I b I d hal. 48
[11] Ibid hal. 50

[12] Ibid hal 52


[13] Tulus. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. (Jakarta: Gramedia. 2004), hal. 49-50.

[14] I b I d hal. 50-51


[15] Tulus, Peran Disiplin Pada Prilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta : Gramedia, 2004), hal. 51
[16] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 59
[17] Ibid hal. 54

Anda mungkin juga menyukai