Anda di halaman 1dari 9

JPIS | Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, Nomor 1, Juni 2017 101

AKULTURASI KEBUDAYAANAN (HINDU-BUDHA-ISLAM) DALAM


BUKU TEKS PELAJARAN SEJARAH NASIONAL INDONESIA
Yanyan Suryana
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Siliwangi
yanyancenter@gmail.com

ABSTRACT
The development of acculturation of Hindu, Buddhist and Islamic cultures in Indonesia is
studied as a part of Indonesian national historical textbooks. In order to understand and
discover the elements of acculturation in historical events, this study is conducted based
on the historical textbook theory and cultural acculturation theory. This study is aimed at
finding the relationship and values in historical education. Critical discourse analysis is
used as a method of analysis to unveil the acculturation values contained on history
textbooks in schools. Hence, the study results showed that there is a relation between
textual study of history textbooks and the acculturation of Hindu, Buddha and Islam
culture.

Keywords: Acculturation, History textbooks

ABSTRAK
Perkembangan akulturasi kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam di Indonesia merupakan
kajian buku teks pelajaran sejarah nasional Indonesia. Agar dapat memahami dan
menemukan unsur-unsur akulturasi pada peristiwa sejarah, maka kajian ini harus
didasarkan pada teori buku teks pelajaran sejarah dan teori akulturasi kebudayaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan dan makna nilai dalam pendidikan
sejarah. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis teks/wacana kritis pada buku
teks pelajaran sejarah di sekolah. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara
kajian buku teks sejarah dengan akulturasi kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam.

Kata kunci: Akulturasi Kebudayaan,Buku Teks Pelajaran Sejarah

PENDAHULUAN menjadi media untuk dapat menyikapinya,


Perkembangan masyarakat maka dipertegas Menurut Helius
Indonesia khususnya menyikapi akulturasi Sjamsuddin (1998, hlm. 103) kedudukan,
masih berangapan atau memahami bahwa fungsi dan peranan buku teks sejarah amat
terjadi hanya pada saat ini, padahal strategis karena menyangkut pembentukan
akulturasi kebudayaan merupakan bagian aspek-aspek kognitif (intelektual) dan
dari kehidupan masyarakat Indonesia tidak afektif (apresiasi, nilai-nilai) semua peserta
terjadi secara tiba-tiba namun melalui didik dari setiap jenjang pendidikan.
proses historis yang panjang. Hal itu jauh Perkembangan dan inovasi
sebelum masyarakat barat mendengungkan pendidikan melalui kurikulum dan
istilah akulturasi kebudayaan,masyarakat kemampuan pendidik beserta potensi
Indonesia telah hidup dengan Akulturasi kompetensi siswa tidak terlepas dari
kebudayaan yang sangat kaya yang meliputi kualitas buku teks pelajaran maka “Dalam
suku bangsa, bahasa, adat istiadat, agama, wilayah pendidikan, sejarah harus menjadi
dan sebagainya. Akulturasi kebudayaan sesuatu yang memberikan pelajaran bagi
tersebut merupakan anugerah bagi kehidupan manusia” (Mulyana dalam
masyarakat Indonesia,namun jika tidak Hasan, 2012, hlm. iv).
dapat disikapi dengan baik, maka akulturasi Berkaitan dengan hal diatas sudah
kebudayaan justru menjadi malapetaka dapat disimpulkan bahwa ”Sejarah tak
yang dikenal dengan konflik. hanya pengetahuan, tetapi juga menyangkut
Hal diatas menunjukan bahwa kesadaran” (Abdullah, 1985, hlm. ix). Maka
pendidikan sejarah lewat buku teks dapat dengan demikian diperlukan suatu
102 Yanyan Suryana | Akulturasi Kebudayaan dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah …

pembelajaran akulturasi dalam analisis adanya hubungan, hal itu dipertegas


buku teks pelajaran sejarah yang (Ihromi, 1999, hlm. 56-57) bahwa
mendeskripsikan peranan pelajaran sejarah informasi Morgan dan Tylor dihimpun dari
terhadap pemaknaan akulturasi catatan harian pedagang yang berkelana,
kebudayaan. para penyiar agama, penjelajah-penjelajah.
Kondisi di era baru ini banyak Proses menggali informasi itu
terdapat pengaruh dari luar yang dilakukan oleh para peneliti antropologi
berintegrasi dengan sesuatu yang asli dalam sudah termasuk bagian dari metode
arti kelokalan sebagai suatu unsur sehingga penelitian sejarah khusus pada tahap
menghilangkan unsur-unsur yang heuristik (pengumpulan data primer dan
aslinya,sehingga disadari atau tidak disadari sekunder) yang ditunjukan oleh
sudah menjadi bahaya laten yang mampu pengumpulan catatan harian dari pelaku
melupakan bahkan menghilangkan jati diri sejarah dan pelaku akulturasi kebudayaan.
bangsa,bahkan dapat mendorong retaknya Hal tersebut diatas dipertegas
suatu persatuan dan kesatuan. menurut Ismaun (1993, hlm. 279) sejarah
Mengingat hal diatas maka penulis sebagai peristiwa artinya peristiwa-
memandang perlunya analisis wacana peristiwa tersebut benar terjadi dan
Historiografi buku teks pelajaran sekolah didukung oleh evidensi-evidensi yang
khusus nya ke arah Akulturasi menguatkan,seperti berupa saksi mata
Kebudayaanan (Hindu-Budha dan Islam) (witness) yang dijadikan sumber-sumber
menjadi pembelajaran pelajaran sejarah sejarah (historical sources),peninggalan-
untuk menjawab dan menyelesaikan peninggalan (relics atau remains),dan
masalah-masalah kedepan bangsa ini. catatan-catatan (records) (Lucey, 1984,
hlm. 27).
METODE PENELITIAN Berkait bahwa wacana adalah lisan
Analisis teks/wacana kritis ini dan di tuangkan dalam teks tertulis dalam
terlebih dahulu perlu memahami apa yang historiografi buku teks pelajaran sekolah
dimaksud teks/wacana tersebut, seperti merupakan proses penelitian sejarah seperti
yang diungkapkan menurut Ricoeur bahwa yang diungkapakan (Sjamsudin, 1996, hlm.
teks adalah wacana, maksudnya berarti 78) ada dua macam sumber lisan. Pertama,
mirip tapi tak sama dalam arti bahwa ada sejarah lisan (oral history), contoh ingatan
perbedaan tetapi perbedaan itu saling lisan (oral reminiscence), yaitu ingatan
melengkapi karena teks itu kumpulan dari pertama yang ditutur secara lisan oleh
wacana. orang-orang yang diwawancarai oleh
Hal diatas dipertegas menurut sejarawan. Kedua, tradisi lisan (oral
Hidayat (1996, hlm. 129-130) bahwa teks tradition), yaitu narasi dan deskripsi dari
adalah “fiksasi atau penggambaran sebuah orang-orang dan peristiwa-peristiwa pada
peristiwa wacana lisan dalam bentuk masa lalu yang disampaikan dari mulut ke
tulisan”. maka ungkapan secara lisan atau mulut.
tulisan yang terdapat dalam buku teks Hal diatas menjadi dasar bahwa
pelajaran sekolah khusus berkait dengan konsep akulturasi kebudayaan khusus
kajian akulturasi kebudayaan dalam dalam sejarah perkembangan (Hindu-
historiografi pelajaran sekolah merupakan Budha-Islam) merupakan salah satu kajian
pemaknaan tentang akulturasi kebudayaan sejarah yang terdapat pada buku teks
(Hindu-Budha-Islam) sebagai kajian pelajaran sejarah yang tertuang dalam teks
antropologi (kebudayaan) dengan kajian sehingga untuk dapat menggali dan
sejarah yang identik dengan kronologis dan memaknai memerlukan metodelogi analisis
periodesasi. teks kritis, maka teks merupakan wacana
Hubungan, Maksud dan Tujuan (lisan) yang di deskripsikan dalam bentuk
Analisis Wacana Kritis pada Buku Teks teks ini dipertegas (Sobur, 2002, hlm. 53)
Sejarah dengan Konsep Akulturasi apabila tulisan adalah bahasa lisan yang
Kebudayaan. Maka hal diatas menunjukan difiksasikan (ke dalam bentuk tulisan),
JPIS | Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, Nomor 1, Juni 2017 103

maka teks adalah wacana (lisan) yang melakukan kontak agar dapat beradaptasi
difiksasikan ke dalam bentuk teks/wacana. dengan kebudayaan baru.

PEMBAHASAN 2. Buku Teks Pelajaran


1. Teori Akulturasi Kebudayaan Perkembangan pendidikan sejarah
Akulturasi kebudayaan Redfield tidak akan terlepas dari keterikatan peranan
(1936) adalah suatu fenomena yang buku teks dalam proses pembelajaran.
merupakan hasil ketika suatu kelompok Secara umum teori buku teks menurut
individu yang memiliki kebudayaanan yang Buckingham bahwa “buku teks adalah
berdeda datang dan secara sarana belajar yang biasa digunakan di
berkesinambungan melakukan kontak dari sekolah-sekolah dan di perguruan tinggi
perjumpaan pertama, yang kemudian untuk menunjang suatu program
mengalami perubahan dalam pola pengajaran” (Tarigan, 2009, hlm. 12).
kebudayaan asli salah satu atau kedua Adapun berkait dengan penulisan
kelompok tersebut. sejarah maka buku teks juga tidak lepas dari
Menyikapi bahwa akulturasi tujuan pembelajaran dan subjek
kebudayaan merupakan suatu kontak dan penggunanya. Hal ini dipertegas
yang melibatkan dua atau lebih komponen Sjamsuddin (Mulyana, Gunawan, 2007,
atau aspek lainnya yang mendorong suatu hlm. 195). Buku teks merupakan buku
perubahan.Berkait dengan hal diatas pegangan utama dalam proses
dipertegas akulturasi menurut Organization pembelajaran (learning) dan pengajaran
for Migration (2004) merupakan adaptasi (teaching) yang digunakan oleh siswa dan
progresif seseorang, kelompok, atau kelas disusun atau ditulis oleh guru atau pakar
dari suatu kebudayaan pada elemen-elemen yang menguasai displinnya dengan tujuan
kebudayaan asing (ide, kata-kata, nilai, untuk mempermudah proses pembelajaran
norma, perilaku). bagi siswa.
Dari defenisi akulturasi diatas kita Dengan demikian sudah jelas buku
dapat mengidentifikasi beberapa elemen teks memiliki tujuan lebih luas,selain dari
kunci seperti : proses pembelajaran seperti yang
a. Dibutuhkan kontak atau interaksi antar dipertegaskan bahwa buku teks sejarah
kebudayaan secara berkesinambungan. adalah buku teks untuk kepentingan
b. Hasilnya merupakan sedikit perubahan pendidikan sejarah (Mulyana, 2012, hlm.
pada fenomena kebudayaan atau 14). Hal diatas dapat disimpulkan buku teks
psikologis antara orang-orang yang pelajaran sekolah dalam teks/wacana harus
saling berinteraksi tersebut, biasanya memiliki kepentingan sejarah yang
berlanjut pada generasi berikutnya. berorientasi pada pemaknaan secara
c. Dengan adanya dua aspek sebelumnya, tersurat atau tersirat dan nilai guna dari
kita dapat membedakan antara proses pendidikan sejarah melalui pembelajaran
dan tahap; adanya aktivitas yang sejarah.
dinamis selama dan setelah kontak, dan Temuan pada buku teks Sejarah
adanya hasil secara jangka panjang dari Nasional Indonesia dan Umum bertema
proses yang relatif stabil; hasil akhirnya Akulturasi Kebudayaanan (Hindu-Budha-
mungkin mencakup tidak hanya Islam). Konsep akulturasi kebudayaanan
perubahan-perubahan pada fenomena pada Hindu-Budha-Islam dalam kajian
yang ada, tetapi juga pada fenomena sejarah Indonesia maksudnya adalah kajian
baru yang dihasilkan oleh proses dalam buku teks sejarah Indonesia Bab III
interaksi kebudayaan. (Proses Interaksi antara Tradisi Lokal,
Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia)
Berdasarkan beberapa defenisi Kelas XI Program Ilmu Sosial dan Bahasa
akulturasi diatas maka dapat disimpulkan Kurikulum 2004, I Wayan Badrika penerbit
bahwa akulturasi merupakan suatu cara Erlangga.
yang dilakukan sejak pertama kali
104 Yanyan Suryana | Akulturasi Kebudayaan dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah …

Berkaitan dengan kesimpulan yang berbeda mewujudkan kebudayaan


pengertian dan elemen-elemen kunci baru tidak terlepas dari proses seleksi oleh
akulturasi kebudayaan,maka penulis pada masyarakat lokal asli Indonesia. Hal diatas
kajian sejarah indonesia dalam buku teks dapat ditunjukan dalam fenomena
tersebut mengidentifikasikannya. “Kedua peninggalan sejarah yang mendeskripsikan
unsur kebudayaan yang bertemu hidup akulturasi kebudayaan Hindu-Budha
berdampingan dan saling mengisi,namun dengan asli lokal Indonesia.
perpaduan tersebut tidak menghilangkan “Seni bangunan candi Hindu dan
unsur asli dari kedua kebudayaan” Budha yang ditemukan di indonesia pada
(Badrika, 2004, hlm. 124). dasarnya merupakan wujud akulturasi
Hal diatas sudah menunjukan suatu kebudayaan,karena dasar bangunan candi
pengertian akulturasi kebudayaan.adapun ini merupakan hasil pembangunan bangsa
salah satu ciri nya menunjukan perpaduan indonesia dari zaman Megalithikum, yaitu
dua kebudayaan yang saling berinteraksi dari bangunan punden berundak-undak.
untuk mewarnai kebudayaan baru tanpa Punden berundak-undak ini mendapat
menghilangkan unsur aslinya sehingga pengaruh Hindu-Budha,sehingga menjadi
memiliki ke khasan. wujud sebuah candi”. (Badrika, 2004, hlm.
Dipertegas menurut graves (1967), 124)
akulturasi merupakan suatu perubahan yang Adapun akulturasi kebudayaan
dialami oleh individu sebagai hasil dari yang nampak di indonesia juga ditunjukan
terjadinya kontak dengan kebudayaan oleh seni rupa/seni lukis pada
lain,dan sebagai hasil dari ikut sertaan candi,dipertegas menurut Soediman (1986)
dalam proses akulturasi yang sedang mengganggap bentuk stupa candi
dijalani oleh kebudayaan atau kelompok Borobudur yang menyerupai punden
etnisnya. Perubahan yang terjadi pada berundak sebagai local genius.
tingkatan terlihat pada identitas, nilai-nilai, “Unsur seni rupa/seni lukis telah
dan perilaku. masuk ke indonesia pada candi borobudur
“Jauh sebelum masuknya tampak adanya seni rupa India yang
kebudayaan, masyarakat telah memiliki ditunjukan oleh relief cerita sang Budha
kebudayaan yang maju. Unsur-unsur Gautama yang di hiasi oleh alam Indonesia
kebudayaanan asli indonesia telah tumbuh seperti lukisan rumah,hiasan burung
dan berkembang dalam kehidupan merpati, hiasan bercadik” (Badrika, 2004,
masyarakat indonesia. Masuknya pengaruh hlm. 124).
Hindu-Budha ke Indonesia telah membawa Hal tersebut menunjukan adanya
perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dua unsur kebudayaan yakni India (relief
masyarakat Indonesia” (Badrika, 2004, cerita sang Budha Gautama) dan unsur asli
hlm. 124). lokal indonesia. (hiasan alam, burung
Unsur-unsur kebudayaan tersebut merpati, candik) Hal ini menunjukan bahwa
diterima dan diolah serta disesuaikan keberadaan relief di Indonesia sebagai
dengan kehidupan masyarakat indonesia. wujud dari akulturasi.
Hal ini disebabkan pertama,karena sudah “Pada peristiwa sejarah tidak
mempunyai kebudayaan yang tinggi terlepas dari peranan kesusastraan sebagai
sehingga kebudayaan luar menambah upaya menjelaskan peristiwa sejarah dalam
perbendaharaan kebudayaan indonesia. kontens kebudayaan masyarakat Hindu-
Kedua, bangsa Indonesia memiliki apa budha yang berinteraksi dengan
yang disebut dengan istilah local kebudayaan masyarakat lokal asli
genius,yaitu kecakapan suatu bangsa untuk Indonesia. Bahasa sansakerta sangat besar
menerima unsur-unsur kebudayaan asing pengaruhnya terhadap perkembangan sastra
dan mengolahnya sesuai dengan indonesia, seperti prasasti kerajaan
kepribadian bangsa Indonesia. Sriwijaya, Jawa Barat, dan Jawa Tengah,
Dengan demikan menunjukan kitab-kitab kuno yang ditulis dengan bahasa
bahwa perpaduan dan interaksi kebudayaan Sansakerta dan tulisan Pallawa mendomina
JPIS | Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, Nomor 1, Juni 2017 105

sumber-sumber sejarah”. (Badrika, 2004, islam,sehingga nampak lah wujud


hlm. 124). akulturasi di indonesia sangat banyak
“Wujud akulturasi kebudayaanan multikulturalnya. “Kebudayan Islam
Hindu ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah mempengaruhi berbagai
Indonesia adalah dengan adopsi sistem aspek kehidupan bangsa indonesia, namun
kalender penanggalan India yang dalam perkembangan pola dasar
menghasilkan kalender tahun Saka yang kebudayaan setempat yang tradisional
dipakai masyarakat pada saat itu” (Badrika, masih tetap kuat, sehingga terdapat
2004, hlm. 125). perpaduan seni tradisional (asli) Indonesia
Maka bentuk pedoman waktu yang dengan kebudayaan Islam. Perpaduan
dipakai masyarakat Indonesia merupakan kebudayaan itu disebut dengan akulturasi
gabungan dari pengaruh Hindu di India kebudayaan” (Badrika, 2004, hlm. 136).
dengan perhitungan kebudayaan lokal asli Adapun wujud dari akulturasi
indonesia yang menghasilkan sesuatu yang kebudayaan diatas dapat dilihat dari
baru yakni tahun saka yang dikenal juga beberapa peninggalan sejarah sebagai bukti
perhitungan tanggal masyarakat Jawa dan fakta yang terdapat dalam buku teks
tengah dan Jawa Timur seperti adanya sejarah nasional indonesia bab 3 kelas XI
(kliwon, pahing, pon dan legi). program Ilmu Pengetahuan sosial
Perkembangan selanjutnya dari kurikulum 2004 berupa “…masjid-masjid
akulturasi kebudayaan pada kajian sejarah kuno di Indonesia dari segi arsitektur
indonesia dalam buku teks pelajaran berbeda dengan masjid-masjid di negara
sekolah ditunjukan adanya kepercayaan Islam di luar Indonesia ini terlihat dari
tehadap roh-roh kekuatan alam yang bentuk atap yang bertingkat-tingkat lebih
diistilahkan dengan dewa-dewa. dari satu tingkat dan berbentuk limas secara
“Masyarakat Indonesia sudah mengenal tersusun dengan ukuran mulai dari atas
adanya kepercayaan berupa aninisme dan kecil sampai besar pada tingkatan bawah”.
dinanisme, kemudian masuk Hindu-Budha (Badrika, 2004, hlm. 136-137).
terjadi akulturasi kebudayaan sebagai Adapun kondisi tersebut dipertegas
wujudnya muncul istilah pemujaan atas analisis menurut Sunanto (2010, hlm.
terhadap roh nenek moyang dan dewa-dewi 95-96) bahwa pengaruh tersebut dapat
di Indonesia”. (Badrika, 2004, hlm. 125). dilihat pada hal-hal sebagai berikut:
Hal diatas tersebut menunjukan a. Bentuk atap masjid. Bentuk atap masjid
adanya suatu pengaruh kebudayaan India tidak berbentuk kubah seperti Ottoman
dengan kebudayaan lokal asli Indonesia style, India style atau Syiro-Egyptian
yang kemudian menjelma menjadi suatu style. Namun berbentuk atap bersusun
kebudayaananbaru dalam bentuk yang semakin ke atas semakin kecil dan
kepercayaan masyarakat lokal asli yang paling atas biasanya semacam
indonesia yang di dalam mendeskripsikan mahkota. Bilangan atapnya selalu
kedudukan kekuatan roh-roh (aninisme) ganjil,kebanyakan berjumlah tiga atau
sebagai asli kepercayaan masyarakat lima.
Indonesia dengan simbol nama dewa-dewa b. Tidak adanya menara. Tidak adaanya
sebagai bentuk kepercayaan dari India, menara pada arsitektur masjid di Jawa
tetapi pada penerapannya di indonesia berkaiatan dengan digunakannya
terjadi perubahan kebudayaan baru dalam pemukulan bedug sebagai tanda masuk
kepercayaan yaitu istilah simbol dewa- waktu sholat. Dari masjid-masjid tua di
dewanya berbeda nama akan tetapi sama Jawa, hanya masjid di Kudus dan
memperlambangkan kekuatan yang sama. Banten yang ada menaranya, dan
Perkembangan akulturasi menara kedua masjid tersebut memiliki
kebudayaan di Indonesia selain diwarnai bentuk yang berbeda. Menara masjid
dnegan hindu dan budha dengan Kudus berbentuk candi Jawa Timur
kebudayaan lokal asli Indonesia juga (Majapahit) yang telah diubah,
terdapat akulturasi kebudayan disesuaikan penggunaannya dan diberi
106 Yanyan Suryana | Akulturasi Kebudayaan dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah …

atap tumpang. Menara masjid Banten Model arsitektur dari masa awal 1)
adalah bangunan tambahan pada zaman Mustoko/memolo; 2) Atap tumpang; 3)
kemudian, menara tersebut dibangun Soko guru tatal; 4) Mihrab; 5) Serambi; 6)
oleh Cordell, seorang pelarian Belanda model Mihrab di Masjid Agung Demak”
yang masuk Islam. Bentuk menara (Badrika, 2004, hlm. 137).
masjid Banten adalah seperti Hal diatas menunjukan bahwa
mercusuar. keberadaan makam di indonesia mengalami
c. Letak masjid. Masjid selalu terletak di perpaduan akulturasi antar kebudayaan
dekat istana raja (atau adipati/bupati). sehingga memiliki corak yang khas dari
Di belakang masjid sering terdapat kondisi makam Islam di luar Indonesia. Hal
makammakam. Sedangkan di depan ini dapat ditunjukan pada kajian sejarah
istana selalu ada lapangan besar (alun- buku teks pelajaran sekolah “komplek
alun) dengan pohon beringin kembar. pemakaman pada zaman Islam di Indonesia
Letak masjid selalu ada di tepi barat dipengaruhi kebudayaan Hindu diantaranya
istana. Rangkaian makam dan masjid 1) makam dan Gapura Sendang Duwur
ini pada dasarnya adalah kelanjutan dari letaknya diatas bukit di daerah Tuhan; 2)
fungsi candi pada zaman kerajaan Cangkup makam Putri Wari di Leran
Hindu-Nusantara. Gresik; 3) Makam Syeh Maulana Malik
Ibrahim; 4) Makam Masjid Kudus
Hal ini menunjukan bahwa bentuknya serupa dengan candi yang
perkembangan masjid di Islam di Indonesia terdapat di Jawa Timur” (Badrika, 2004,
menandakan adanya perpaduan atau istilah hlm. 138). Fenomena tersebut menunjukan
lain yakni akulturasi kebudayaan antara perpaduan dan interaksi kebudayaan
kebudayaan Islam dengan kebudayaan Hindu-Budha dan Islam bercampur
lokal asli Indonesia,karena jelas masjid menghasilkan kebudayaan baru yang hanya
kuno tersebut mempunyai ciri yang sangat ada di Indonesia.
berbeda dengan masjid-masjid di luar Kesusasteraan zaman madya
Indonesia secara umum seperti (menara, (Islam) berkembang di daerah selat
atap dan letak masjid). Adapun mengenai Malaka, akan tetapi perkembangnya tidak
letak masjid sangat jelas berbeda karena sebesar kesusasteraan zaman purba (Hindu-
mayoritas masjid kuno yang berkembang di Budha). Hal ini dikarenakan tidak ada
Indonesia berdekatan dengan istana tempat khusus untuk melestarikannya
kerajaan seperti (Masjid Banten, Demak, seperti kesusasteraan purba yang masih
Cirebon, Yogyakarta). tersimpan rapih di Bali. Kesusasteraan
Dipertegas menurut Woodward zaman madya (Islam) yang ada saat ini
(2012, hlm. 87), Masjid Agung Demak sebagaian besar merupakan hasil gubahan
yang disebut sebagai masjid tertua di Jawa, baru sebagai suatu bentuk akulturasi
dan masjid-masjid keraton di Kota Gede kebudayaan.
(Mataram) memiliki bentuk atap bersusun Adapun hal diatas dapat dipelajari
seperti kuil-kuil Hindu Asia Selatan. Pola pada sejarah buku teks pelajaran sekolah
arsitektur ini tidak dikenal di kawasan dunia yang menjelaskan sebagai berikut.
Muslim lainnya,maka dipertegas Dasuki “Perkembangan awal seni sastra
(Hafizh. 1998, hlm. 30) Hal ini berbeda Indonesia pada zaman Islam berkisar
dengan bentuk masjid di wilayah jawa di sekitar selat Malaka sebagai
tengah yang cenderung berbentuk pertumbuhan baru dan di Jawa
piramida/limas seperti Masjid Demak, sebagai perkembangan lebih lanjut
Masjid Agung Surakarta, dan Masjid dari seni sastra zaman Hindu”.
Yogyakarta. (Badrika, 2004, hlm. 139).
“Model arsitektur makam pada
masa Islam awal sangat dipengaruhi oleh Pada perkembangan akulturasi
kebudayaan hindu. Hal ini nampak pada kebudayaanan Islam dengan kebudayaan
bangunan atapnyayang bertingkat-tingkat. lokal asli Indonesia terdapat gubahan karya
JPIS | Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, Nomor 1, Juni 2017 107

sastra hasil kebudayaan Islam berubah logam mulia, dan seni lukis, sehingga jenis
menjadi karya akulturasi kebudayaan baru seni tersebut kurang berkembang. Namun
di Indonesia. Hal tersebut menjadikan demikian, ada juga seni yang berasal dari
kesusastraaan Kesusasteraan zaman madya zaman Hindu-Budha yang terus
berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi berlangsung walaupun mengalami
empat kelompok, yaitu hikayat, babad, penyesuaian dengan nilai-nilai Islam,
suluk, dan kitab primbon. Pertama, hikayat misalnya seni wayang. Seni wayang
merupakan cerita atau dongeng yang dilakukan dengan dibuatkan cerita-cerita
biasanya penuh dengan keajaiban dan yang mengambil tema-tema Islam seperti
keanehan tidak jarang pula, hikayat Pandawa Lima, dan Kalimasada, dengan
berpangkal pada tokoh-tokoh sejarah dan gambar manusianya disamarkan, tidak
peristiwa-peristiwa yang benar-benar seperti manusia utuh supaya tidak
terjadi (http://wisnu.dosen.isi-ska.ac.id). menyalahi peraturan Islam.
“Hasil sastra yang muncul pada Menurut Sunanto (2010, hlm. 100-
zaman Hindu disesuaikan dengan 101), Cerita Amir Hamzah, bahkan
perkembangan zaman Islam. Diantara karya dipertunjukan melalui wayang golek
sastra tersebut antara lain Mahabrata, dengan tokoh tokohnya diambilkan dari
Ramayana, dan Panctantra digubah menjadi pahlawan-pahlawan Islam. Wayang
hikayat pandawa lima, Hikayat Perang menjadi sarana yang efektif untuk
Pandawa Jaya, Hikayat Sri Rama, Hikayat menyebarkan nilai-nilai Islam pada saat itu.
Maharaja Rahwana, Hikayat Pancatantra Di samping itu, muncul juga wayang yang
dan sastra cerita panji tersebar di Asia dimainkan oleh orang-orang, sehingga
Tenggara dalam seni sastra Islam di daerah drama dan seni tari masih tetap berkembang
melayu dikenal dengan Syair Ken dengan disesuaikan dengan nilai-nilai
Tambuna, Lelakon Mahesa Kumitir, Syair Islam.
Panji Sumirang, cerita Wayang Kinundang, Maka pada hal tersebut nampak
Hikayat Panji Kuda Sumirang, Hikayat adanya perpaduan dua atau lebih unsur
Cekel Waning Pati, Hikayat Panji wilah kebudayaan dan interaksi kebudayaan
Kusuma, dan banyak lainnya” (Badrika, menghasilkan kebudayaan baru yaitu
2004, hlm. 139) pertunjukan wayang yang kebudayaan itu
Perkembangan akulturasi tidak terdapat aslinya di Hindu India tetapi
kebudayaan seni sastra diatas terdapat pula hanya di dapat pada saat Islam berkembang
kitab-kitab Suluk. (kitab parimbon) Kitab di Indonesia yang termasuk karya inovatif
Primbon memiliki kedekatan dengan Suluk. sang wali Sunan Kalijaga dalam
Primbon menerangkan tentang kegaiban. menanamkan nilai-nilai Islam.
Berisi ramalan-ramalan, penentuan hari Hal diatas dipertegas menurut
baik dan buruk, dan pemberian makna pada Yatim (2010, hlm. 203) adapun tema
suatu kejadian. Contoh kitab Primbon wayang yang telah dimasuki dengan nilai-
adalah kitab Primbon Bataljemur Adam nilai Islam dipentaskan sebagai sarana
makna, dan kitab Primbon Lukman Hakim. mengajarkan nilai-nilai Islam kepada para
“Kitab ini bercorak magis dan berisi penonton, yang notabene telah masuk Islam
ramalan-ramalan dan penentuan hari-hari karena telah mengucapkan dua kalimat
baik dan buruk serta pemberian-pemberian syahadat.
makna pada suatu kejadian” (Badrika, Perkembangan dan pertumbuhan
2004, hlm. 139) akulturasi kebudayaan diatas merupakan
Adanya doktrin Islam yang sebuah peninggalan sejarah yang berkait
melarang untuk menggambarkan makhluk dengan interaksi dan perpaduan manusia
hidup dan memperlihatkan kemewahan, dalam melakukan aktivitas yang bernuansa
maka pada zaman awal Islam di Nusantara kebudayaan sebagai hasil cipta karya baik
ada berbagai cabang kesenian yang abstrak atau konkrit.
kehilangan daya hidupnya, dibatasi, atau
disamarkan. Misalnya, seni arca, seni tuang
108 Yanyan Suryana | Akulturasi Kebudayaan dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah …

SIMPULAN Program Ilmu Sosial dan Bahasa


Pada penulisan artikel ini penulis Kurikulum 2004, I Wayan Badrika penerbit
mengungkapkan suatu gagal paham bagi Erlangga.
masyarakat awam yang hanya melihat pada
aspek kebudayaan tanpa memahami bahwa REKOMENDASI
proses terjadinya akulturasi budaya Secara umum berdasarkan analisis
merupakan hasil perkembangan sejarah teks/wacana dapat ditemukan teks/wacana
Indonesia. Pada kajian ini penulis yang mendeskripsikan tentang proses
menghubungkan kajian akulturasi akulturasi kebudayaan pada peninggalan-
kebudayaan tersebut melalui kajian buku peninggalan dan bukti sejarah pada masa
teks sejarah sebagai pelajaran sekolah Hindu, Budha dan Islam dengan budaya
dengan maksud memahami makna sejarah lokal asli di Indonesia. Adapun penulis pada
dalam kepentingan pendidikan sejarah kajian historiografi buku teks dalam
untuk membangun kesadaran sejarah dan pelajaran sekolah ini mengharapkan 1)
pemaknaan nilai-nilai sejarah yang berkait dapat menjadikan suatu wawasan dan
dengan proses akulturasi kebudayaan, maka pengetahuan bahwa proses akulturasi
dipandang perlu peranan buku teks sejarah kebudayaanan merupakan berhubungan
sebagai jembatan kepentingan pendidikan dengan peristiwa sejarah, 2) menumbuhkan
sejarah. kesadaran sejarah dalam memahami
Dalam hal menjembatani tersebut kebudayaan, 3) mengingatkan peranan
maka penulis melakukan analisis akulturasi suatu teks/wacana dalam memberikan
kebudayaan dalam buku teks sejarah penafsiran pemaknaan akan nilai-niai aspek
pelajaran sekolah dalam memahami kehidupan baik yang berhubungan
konteks akulturasi budaya dalam kajian langsung atau tidak langsung dengan
sejarahnya. Berkait dengan maksud di atas sejarah dan kebudayaaan.
untuk dapat menemukannya dilakukan
dalam suatu metodologi penelitian yaitu DAFTAR PUSTAKA
analisis teks/wacana kritis agar dapat Abdullah, T. (Ed). (1985). Ilmu Sejarah dan
menggali pemaknaan peristiwa sejarah Historiografi Arah dan Perspektif.
terhadap akulturasi kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada
Pada artikel ini sudah jelas bahwa University Press.
metodologi historiografi buku teks
pelajaran sekolah memiliki hubungan dan Abdullah, Taufik. (Ed). (1985). Ilmu
mempengaruhi pada proses terjadi dan Sejarah dan Historigrafi Arah dan
terbentuknya akulturasi kebudayaan Perspektif. Jakarta: PT. Gramedia.
(Hindu-Budha-Islam) di Indonesia. Hal
tersebut dalam analisis teks/wacana Abullah, T. 2005. “Kata Pengantar” dalam
memerlukan suatu pikiran kritis maka Sartono Kartodirjo. Sejak Indisch
penulis mengambil metodeloginya analisis sampai Indonesia. Jakarta: Penerbit
teks/wacana kritis. Buku Kompas.
Kaitan dengan maksud dan tujuan
tersebut maka langkah awal penulis Adisukma Wisnu 2017. Akulturasi
mendeskripsikan tentang kajian teori dari Kebudayaan Masa Islam Di
akulturasi kebudayaaan dan buku teks Indonesia. (http://wisnu.dosen.isi-
sejarah dalam pendidikan sejarah agar ska.ac.id/2012/11/06/akulturasi
menjadi landasan pijakan dalam kebudayaanmasa-Islam-di
menemukan teks/wacana yang indonesia diakses pada 3 Maret
mengandung unsur akulturasi kebudayaan 2017 jam 02.30 WIB.
pada buku teks sejarah pelajaran sekolah
kelas XI pada pembahasan bab III (Proses Badrika Wayan I. (2004). Buku Paket
Interaksi antara Tradisi Lokal, Hindu- Sejarah Nasional Indonesia dan
Budha, dan Islam di Indonesia) Kelas XI Umum SMA. Jakarta: Erlangga.
JPIS | Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Volume 26, Nomor 1, Juni 2017 109

Dalam Simposium Pengajaran Sejarah:


Kumpulan Makalah Diskusi Mulyana, A. (2012). Nasionalisme dan
(Jakarta: Departemen Pendidikan Militerisme: Ideologisasi
dan Kebudayaan, 1998). Historiografi pada Buku Teks
Pelajaran Sejarah Nasional
Hasan, S. Hamid (2008). Pendidikan Indonesia untuk SMA (Laporan
Sejarah dalam Rangka Penelitian). Bandung: Prodi
Pengembangan Memori Kolektif Sejarah- SPS UPI. Tidak
dan Jatidiri Bangsa. Makalah diterbitkan.
Tribute untuk Prof. Sartono
Kartodirdjo. Musyrifah Sunanto. (2010). Sejarah
Peradaban Islam Indonesia.
Hasan, S. Hamid. (2012). Pendidikan Jakarta: Rajawali Pers.
Sejarah Indonesia. Bandung: Rizqi
Press. Badri Yatim. (2010). Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Helius Syamsudin, “Penulisan Buku Teks
Sejarah: Kriteria dan Sobur Alex. (2002). Analisis Teks Media
Permasalahannya”. Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, Analisis
Hidayat, Komarudin. 1996. Memahami Framing. Bandung: PT Rosda.
Bahasa agama: Sebuah Kajian
Heureumatika. Jakarta: Lembaga Soediman. 1986. “Local Genius dalam
Studi Pers dan Pembangunan. Kehidupan Beragama” dalam
Ayotrohaedi. Kepribadian Budaya
Mark R. Woodward. Islam Jawa: Bangsa (Local Genius). Jakarta:
Kesalehan Normatif Versus Pustaka Jaya.
Kebatinan. Yogyakarta: LKIS
Yogyakarta, 2012.

Anda mungkin juga menyukai