Anda di halaman 1dari 5

Kerupuk dan Kemas Ulang Informasi

Oleh

Muhammad Syafik Bahaudin

Di semester 6 ini ada satu mata kuliah yang cukup menarik bagi saya, mata kuliah
itu adalah Kemas ulang informasi. Oh, ternyata informasi bisa dikemas ulang ya?
bagaimana caranya? Pertanyaan itu sempat terngiang di benak saya. Pertanyaan
itu perlahan terjawab dan mencapai puncaknya ketika saya bersama kelompok
mendapat tugas untuk mengemas suatu informasi dari klien. Memang informasi
dapat dikemas ulang dan itu melalui beberapa tahap yang lumayan njlimet.

Lupakan njlimetnya dan kembali ke topik. Apa itu kemas ulang informasi?
Menurut saya Kemas ulang informasi adalah suatu kegiatan dimana tujuan
akhirnya adalah membuat suatu produk informasi baru dari informasi yang telah
ada sebelumnya. Saya mengandaikan informasi itu seperti susu, dimana produk
dari kemas ulang susu bisa berupa Keju, Yoghurt, Kerupuk dan lain sebagainya.
Intinya setelah diolah susu dapat berubah menjadi aneka produk makanan, sama
dengan informasi. Loh, kok ada kerupuk segala? Jangan salah, di daerah penulis
ada kerupuk yang berasal dari olahan susu perahan. Penulis pernah mencicipi dari
teman yang baru pulang dari kampung halaman. Waktu itu penulis juga agak
heran, kok bisa ya susu dijadikan kerupuk?.

Ketika saya mencoba mengetikkan kueri “Kemas ulang informasi file type:pdf” di
mesin pencari Google, hasilnya muncul 3 pencarian teratas sebagai berikut:

1. Pertama, artikel berjudul Mengenal Kemas Ulang Informasi yang ditulis oleh
Sri Pudjiastuti. Beliau berpendapat bahwa Kemas ulang informasi intinya adalah
mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk informasi lain. Informasi ini
diubah agar pengguna dapat memanfaatkannya secara langsung tanpa harus
mengumpulkan, memilih atau mengolah terlebih dahulu. Beliau juga juga
menekankan pentingnya diseminasi informasi agar produk yang sudah dibuat
dapat sampai kepada pengguna. Selain itu, pustakawan di jaman sekarang harus
melek informasi dan teknologi serta berkaitan dengan kemas ulang informasi,
pustakawan harus handal dalam membaca, menerjemahkan dan mengemas
informasi. Bagaimana? ideal sekali bukan?

2. Kedua, artikel berjudul Kemas Ulang Informasi: Suatu Tantangan bagi


Pustakawan yang ditulis oleh Endang Fatmawati. Ada satu trik yang saya dapat
dari dosen yaitu jika kita ingin mendapat informasi secara cepat dalam suatu
artikel baca saja abstraknya. Oleh karena itu saya mencoba mempraktikannya dan
ternyata bisa dikatakan bahwa abstrak adalah padatan dari suatu artikel. Karena
suatu padatan, maka informasi yang dikandungnya primer semua. Ya sudahlah
saya kopas saja abstraknya, berikut isi abstrak tersebut:

“Artikel ini membahas mengenai kemas ulang informasi sebagai suatu


tantangan bagi pustakawan. Fenomena pergeseran orientasi kebutuhan
pengguna semakin kompleks dan beragam. Agar informasi menjadi
menarik pengguna perpustakaan, pustakawan harus berperan sebagai
pengemas informasi. Kemas informasi dilakukan dengan melakukan
berbagai perubahan bentuk informasi yang ada, sehingga informasi dapat
didesiminasikan dengan cepat, tepat, dan akurat. Informasi yang dikemas
harus marketable, karena hasil riset, studi, dan kajian akan
berarti/memberikan manfaat jika disebarluaskan. Dan tidak hanya
disimpan di perpustakaan. Pengemasan informasi yang baik, harus
didukung oleh informasi yang cukup memadai dan dapat
dipertanggungjawabkan. Informasi yang dikemas kembali akan
memberikan kemudahan dalam penyebaran informasi dan temu kembali
informasi.”
Mungkin dapat ditarik suatu inti dari abstrak diatas yaitu agar informasi dapat
menarik pengguna, informasi tersebut harus dikemas secara marketable. Apakah
yang dimaksud dengan marketable?

3. Ketiga, sebuah abstrak berjudul Studi kasus kemas ulang informasi di Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia oleh Rusnita Saleh. Dalam
dokumen ini beliau meneliti tentang proses pembuatan kemas ulang informasi.
Hasil penelitian diungkapkan sebagai berikut:

“Bahwa dalam menghasilkan kemasan dilakukan proses pengemasan isi


dengan pola khas bagi tiap-tiap kemasan. Dalam melakukan kegiatan
tersebut dibutuhkan peran perpustakaan sebagai pihak yang menyediakan
sumber daya berupa bahan yang akan diolah beserta sumbcr-sumber
informasi lain yang membantu proses pengemasan. Tak hanya berhenti
disitu, perpustakaan juga berperan sebagai salah satu penyebar kemasan
yang dihasilkan kepada masyarakat pemakainya. Dalam penelitian ini
ditemukan pula kendala-kendala yang dihadapi oleh pengemas baik berupa
kendala tehnis berupa keterbatasan fasilitas dan dana maupun kendala dari
sistem yang ada dalam lembaga yang berporos pada kelemahan
manajemen operasional, sumber daya pengemas dan keterbatasan sumber
informasi.”

Beberapa poin penting dari uraian diatas adalah:


a. ada pola khas pengemasan isi ketika menghasilkan suatu produk kemas
ulang,
b. perpustakaan berperan sebagai penyedia bahan-bahan informasi,
c. selain sebagai penyedia, perpustakaan juga berperan sebagai penyebar
produk,
d. ada kendala teknis dan sistem yang dihadapi oleh pengemas.

Demikian penjelasan mengenai apa itu kemas ulang informasi, selanjutnya kita
beralih ke pertanyaan kedua yaitu kemas ulang informasi itu bisa diterapkan
dimana saja ya?. Guna menjawab pertanyaan ini saya bertanya kepada mbah
Google dengan memakai kueri “Penerapan Kemas ulang informasi filetype:pdf”.
Caiyo! Muncul artikel dari PDII-LIPI di bagian paling atas. Artikel ini berjudul
KEMAS ULANG INFORMASI UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN
INFORMASI USAHA KECIL MENENGAH: TINJAUAN ANALISIS DI PDII-
LIPI ditulis oleh dua orang Pustakawan bernama Tupan dan Wahid Nashihuddin.

Dalam pendahuluan dijelaskan bahwa kemas ulang informasi dapat diterapkan


pada lembaga-lembaga yang berhubungan dengan informasi yaitu: Perpustakaan,
lembaga Dokumentasi dan informasi (Dokinfo). Lembaga-lembaga tersebut
memang harus menerapkan kegiatan kemas ulang informasi agar kualitas dan
kuantitas layanan dapat meningkat, simpulnya. Lebih jauh artikel tersebut
menyimpulkan bahwa melalui kemas ulang informasi, lembaga dituntut untuk
kreatif dan inovatif dalam membuat dan menyediakan paket-paket kemasan
informasi yang menarik dan sesuai kebutuhan pengguna. Sebagai pengetahuan,
lembaga PDII-LIPI memiliki beberapa produk kemas ulang informasi seperti:
Paket Informasi Teknologi, Informasi Kilat, Pohon Industri, Panduan Usaha,
Tinjauan Literatur, Fokus Informasi, dan film animasi.
Lanjut ke pertanyaan ketiga, bagaimana cara menerapkan Kemas ulang informasi?
Di dalam artikel berjudul, KEMAS ULANG INFORMASI UNTUK
PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI USAHA KECIL MENENGAH:
TINJAUAN ANALISIS DI PDII-LIPI dijabarkan secara gambling bagaimana
metode pembuatan Kemas Ulang Informasi pertama dimulai dengan pengumpulan
bahan, kemudian pengolahan, penerapan informasi, serta perancangan dan
pengemasan ulang informasi berdasarkan permintaan pengguna. Hal ini sama
dengan yang saya dapat dalam perkuliahan. Dalam perkuliahan yang saya dapat
dijelaskan beberapa urutan dan kemas ulang informasi yaitu pertama wawancara
klien, pengumpulan dokumen yang relevan, analisis, kemudian sintesa, dan yang
terkahir representasi. Demikian uraian dari saya. Tabik!
Daftar Pustaka

Fatmawati, Endang. Tanpa tahun. "KEMAS ULANG INFORMASI: SUATU


TANTANGAN BAGI PUSTAKAWAN".
http://pustakawan.perpusnas.go.id/jurnal/2014/KEMAS%20ULANG%20
INFORMASI%20SUATU%20TANTANGAN%20BAGI%20PUSTAKA
WAN.pdf. Diakses Senin, 30 Mei 2016

Pudjiastuti, Sri. Tanpa tahun. "MENGENAL KEMAS ULANG INFORMASI".


http://p4tkmatematika.org/file/INFO%20UNIT/Unit%20Perpustakaan/k
emas%20Ulang%20Informasi%202013_4-1.pdf. Diakses Senin, 30 Mei
2016.

Saleh, Rusnita. Tanpa Tahun. "Studi kasus kemas ulang informasi di Lembaga
Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia".
http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20159237.pdf. Diakses Senin, 30
Mei 2016.

Tupan dan Wahid Nashihuddin. Tanpa Tahun. "KEMAS ULANG INFORMASI


UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI USAHA KECIL
MENENGAH: TINJAUAN ANALISIS DI PDII-LIPI".
http://www.pdii.lipi.go.id/jurnal/index.php/baca/article/viewFile/206/175
Diakses Senin, 30 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai