Anda di halaman 1dari 75

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kelancaran
dalam penerbitan Kurikulum dan Bahan Ajar Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Pustakawan Inpassing sebagai acuan nasional dalam penyelenggaraan Diklat
Pustakawan Inpassing.

Bahan ajar Diklat Pustakawan Inpassing ini diterbitkan ketiga kalinya oleh Pusat
Pendidikan dan Pelatihan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan,
Perpustakaan Nasional RI. Penerbitan ini sebagai upaya memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan diklat yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007
Tentang Perpustakaan.

Terbitnya bahan ajar Diklat Pustakawan Inpassing ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas penyelenggaraan Diklat Pustakawan Inpassing dan sekaligus mampu
meningkatkan kualitas pengelolaan dan penyelenggaraan perpustakaan di tanah air.

Kami ucapkan terima kasih kepada penyusun, tim penyunting, dan seluruh pihak terkait
yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian bahan ajar diklat ini. Kritik maupun
saran untuk penyempurnaan bahan ajar Diklat Pustakawan Inpassing ini sangat kami
harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaannya pada terbitan yang akan datang.

Jakarta, Januari 2019


Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Perpustakaan Nasional RI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1


A. Latar Belakang ......................................................... 1
B. Deskripsi Singkat ...................................................... 3
C. Manfaat Modul .......................................................... 3
D. Tujuan Pembelajaran................................................ 4
E. Materi dan Sub Materi Pokok ................................... 5
F. Petunjuk Belajar ....................................................... 6

BAB II PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN

BAHAN PERPUSTAKAAN ........................................... 9


A. Pengertian Pemeliharaan ......................................... 9
B. Pengertian Perawatan ............................................ 10
C. Pengertian Restorasi .............................................. 10
D. Pengertian Reproduksi ........................................... 11
E. Latihan .................................................................... 11
F. Rangkuman ............................................................ 11

BAB III JENIS BAHAN PERPUSTAKAAN .............................. 13


A. Media Kertas .......................................................... 13
B. Media Bukan Kertas ............................................... 15
C. Latihan .................................................................... 16
D. Rangkuman ............................................................ 16

ii
BAB IV FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN

BAHAN PERPUSTAKAAN ......................................... 19


A. Faktor Karateristik Bahan ....................................... 19
B. Faktor Lingkungan.................................................. 21
C. Faktor Biota ............................................................ 24
D. Faktor Manusia ....................................................... 31
E. Faktor Bencana ...................................................... 34
F. Latihan .................................................................... 34
G. Rangkuman ............................................................ 35

BAB V PEMELIHARAAN UNTUK PENCEGAHAN

KERUSAKAN BAHAN PERPUSTAKAAN .................. 37


A. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor
Lingkungan ............................................................. 37
B. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor
Biota ....................................................................... 39
C. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor
Manusia.................................................................. 40
D. Pencegahan Kerusakan Karena Bencana .............. 45
E. Latihan .................................................................... 46
F. Rangkuman ............................................................ 46

BAB VI SURVEY KONDISI KERUSAKAN

BAHAN PERPUSTAKAAN ......................................... 49


A. Uji Keasaman Kertas .............................................. 49
B. Uji Tinta Luntur ....................................................... 51
C. Uji Kerapuhan Kertas ............................................. 52

iii
E. Latihan .................................................................... 52
F. Rangkuman ............................................................ 53

BAB VII TEKNIK PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN

BAHAN PERPUSTAKAAN ......................................... 55


A. Membersihkan Debu............................................... 55
B. Menghilangkan Noda .............................................. 57
C. Membasmi Serangga.............................................. 59
D. Menetralkan Keasaman pada Kertas
(Deasidifikasi) ........................................................ 61
E. Menambal dan Menyambung ................................. 62
F. Enkapsulasi ............................................................ 63
G. Latihan .................................................................... 63
H. Rangkuman ............................................................ 64

BAB VIII PENUTUP ................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 67

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Termometer ............................................................. 20


Gambar 2 Silverfish; Lapisma saccharina L (Thysanura) ......... 24
Gambar 3 Termite (isoptera) .................................................... 24
Gambar 4 Kutu Buku ( booklice) .............................................. 25
Gambar 5 Ngengat, moth (Lepidoptera) ................................... 26
Gambar 6 Bookworm................................................................ 27
Gambar 7 Kecoa;Cockroach (Dictyoptera;Blattaria) ................. 28
Gambar 8 Dehumidifier ............................................................ 36
Gambar 9 Penyunan buku di rak secara vertikal ...................... 40
Gambar 10 Laci untuk menyimpan peta/gambar ........................ 41
Gambar 11 Proses menentukan keasaman menggunakan
Indikator Universal ................................................... 49
Gambar 12 Bleaching ................................................................. 55
Gambar 13 Menambal dan menyambung .................................. 59
Gambar 13 Enkapsulasi ............................................................. 60

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perpustakaan sebagai lembaga yang bergerak dalam jasa


layanan informasi mempunyai tanggung jawab besar dalam
melestarikan koleksinya. Koleksi bahan perpustakaan sangat
beragam diantaranya terbuat dari bahan kertas (baik berupa
buku maupun bentuk lembaran, yaitu: monograf, surat kabar,
terbitan berkala, naskah, peta, lukisan di atas kertas, leaflet,
brosur), koleksi fotografi (film negatif, dari plastik/kaca, album
foto, cetakan), bentuk mikro (mikrofilm, mikrofis), serta koleksi
multi media seperti pita suara, CD-ROM, piringan dll. Koleksi
bahan perpustakaan tersebut memiliki resiko kerusakan baik dari
dalam bahan perpustakaan itu sendiri, maupun dari luar
(lingkungan dan kerusakan karena manusia) apabila tidak
dilakukan pemeliharaan dan perawatan dengan benar.

Kertas tidak dapat dipisahkan dari perpustakaan karena hampir


sebagian bahan perpustakaan terbuat dari kertas. Bahan utama
untuk membuat bahan perpustakaan kertas adalah selulosa.
Bahan ini terdiri atas hidrogen, karbon, dan oksigen, merupakan
polysaccharide stabil yang bertindak sebagai elemen yang
terdapat pada dinding sel tumbuh-tumbuhan. Di samping
selulose, serat tumbuhan mengandung perekat, karbohidrat, dan
lignin yang secara alami akan menimbulkan asam. Asam pada

1
kertas secara tidak langsung sangat berperan dalam proses
kerusakan kertas. Pengggunaan rosi, sizing, dan tawas adalah
suatu bahan ditambahkan untuk membantu mempercepat
pengeringan menghasilkan asam belerang yang dapat merusak
kertas. Lignin ditemukan dalam jumlah lebih besar di dalam kayu
lunak (groundwood). Lignin tidak bersifat asam, ketika kertas
terkena cahaya, bahan ini bereaksi dengan campuran lain di
dalam kertas, menyebabkan kertas menjadi rapuh.

Berdasarkan penjelasan tersebut perlu dilakukan upaya


pelestarian pada bahan perpustakaan dengan perencanaan
yang baik dengan memperhitungkan nilai, kegunaan dan resiko
kerusakan pada bahan perpustakaan. Pelestarian bahan
perpustakaan dilakukan dengan cara melestarian bentuk fisik
atau dengan melestarikan informasi dengan cara alih media
dalam bentuk mikro dan digital serta dilakukan secara preventif
maupun kuratif. Mengingat biaya preservasi untuk mengembalikan
bentuk fisik yang rusak maupun kandungan informasi bahan
pustaka cukup mahal maka upaya melakukan pemeliharaan dan
perawatan pada semua bahan perpustakaan hendaknya
dilakukan sedini mungkin agar bahan perpustakaan selalu dalam
kondisi baik, siap pakai serta terselamatkan dari kerusakan dan
kehancuran.

2
B. Deskripsi Singkat

Mata diklat pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan ini


dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dasar, wawasan
dan keterampilan tenaga teknis pengelola perpustakaan dengan
pengetahuan mengenai: pemeliharaan, perawatan, restorasi dan
reproduksi, media bahan perpustakaan, faktor-faktor penyebab
kerusakan bahan perpustakaan, pemeliharaan untuk mencegah
kerusakan bahan perpustakaan, survey kondisi kerusakan bahan
perpustakaan serta teknik pemeliharaan dan perawatan bahan
perpustakaan yang disajikan dengan menggunakan metode
pendidikan dan pelatihan yang meliputi ceramah, tanya jawab,
diskusi demonstrasi dan praktik.

C. Manfaat Modul

Modul pemeliharaan dan perawatan ini imembekali para peserta


Diklat Pustakawan Inpassing untuk meningkatkan pengetahuan
dasar, wawasan dan keterampilan tenaga teknis perpustakaan
dengan menggunakan standar inernasional. Disamping itu modul
ini memberikan beberapa contoh pemeliharaan dan perawatan
untuk nantinya dapat diaplikasikan di Unit kerjanya masing-
masing.

3
D. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi dasar

Setelah mengikuti mata ajar ini diharapkan peserta mampu


mempraktikkan pemeliharaan dan perbaikan bahan
perpustakaan.

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan


mampu:

a. Menjelaskan pengertian pemeliharaan, perawatan,


restorasi dan reproduksi bahan perpustakaan

b. Menyebutkan media bahan perpustakaan

c. Menjelaskan faktor-faktor penyebab kerusakan


kerusakan bahan perpustakaan

d. Menjelaskan pemeliharaan untuk mencegah kerusakan


bahan perpustakaan.

e. Mempraktekkan survey kondisi kerusakan bahan


perpustakaan

f. Mendemonstrasikan teknik pemeliharaan dan


perawatan bahan perpustakaan

4
E. Materi dan Sub Materi Pokok

Materi Pokok :

1. Pemeliharaan, perawatan, restorasi dan reproduksi.

2. Jenis bahan perpustakaan

3. Faktor-faktor penyebab kerusakan bahan perpustakaan

4. Pemeliharaan untuk mencegah kerusakan bahan


perpustakaan

5. Survei kondisi kerusakan bahan perpustakaan

6. Teknik pemeliharaan dan perawatan bahan perpustakaan.

Sub Materi Pokok:

1.1 Pengetian pemeliharaan

1.2 Pengertian Perawatan

1.3 Pengertian restorasi

1.4 Pengertian reproduksi

2.1 Media Kertas

2.2 Media Bukan Kertas

3.1 Faktor Karekteristik Bahan

3.2 Faktor Lingkungan

3.3 Faktor Biota

3.4 Faktor Manusia

3.5 Faktor Bencana

5
4.1 Pencegahan Kreusakan karena karakteristik Bahan
4.2 Pencegahan kerusakan karena faktor lingkungan
4.3 Pencegahan kerusakan karena biota
4.4 Pencegahan kerusakan karena manusia
4.5 Pencegahan Kerusakan Karena Bencana
5.1 Uji Keasaman Kertas
5.2 Uji tinta Luntur
5.3 Uji kerapuhan Kertas
6.1 Membersihkan debu
6.2 Menghilangkan noda
6.3 Membasmi jamur dan serangga
6.4 Menetralkan keasaman kertas (Deasidifikasi)
6.5 Menambal/menyambung
6.6 Enkapsulasi

F. Petunjuk Belajar
Untuk dapat mengerti, memahami dan mempraktekkan seluruh
materi pembelajaran dalam modul ini, peserta pelatihan
dianjurkan melakukan kegiatan berikut ini :
1. Membaca materi modul secara berurutan dari awal sampai
akhir, dari bab satu sampai bab terakhir. Dengan sistematika
berurut, peserta dapat memahami konsep dan prinsip
manajemen pelestarian dari awal, selanjutnya pendalaman
materi dan praktek yang berkaitan dengan kompetensi
psikomotorik.

6
2. Melakukan self evaluation (evaluasi mandiri) terhadap hasil
belajat mandiri melalui modul ini, pada setiap akhir pokok
bahasan, dengan menjawab kuis atau soal latihan yang telah
disediakan pada setiap akhir pokok bahasan.
3. Melakukan praktek nyata berkaitan dengan materi pelatihan
yang membutuhlan penguasaan keterampilan.

7
8
BAB II

PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN BAHAN


PERPUSTAKAAN

Indikator Keberhasilan: Setelah Mengikuti Pembelajaran ini peserta


dapat menjelaskan : (1) Pengertian pemeliharaan, (2) pengertian
perawatan, (3) pengertian restorasi dan (4) pengertian reproduksi

A. Pengertian Pemeliharaan

Pengertian pemeliharaan merupakan tindakan preventif seperti


apa yang disampaikan oleh Teygeler (2001)) dikenal sebagai
Preventive conservation: yaitu tindakan dalam mengoptimalkan
kondisi lingkungan untuk memperpanjang umur koleksi.
Pemeliharaan bahan pustaka juga mencakup cara pembersihan
bahan pustaka secara benar, memonitor dan mengendalikan
kondisi lingkungan tempat penyimpanan bahan pustaka,
membuat dan mengevaluasi kebijakan pelestarian serta
mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepada staf dan
pengguna perpustakaan tentang cara penanganan dan
penggunaan bahan pustaka secara benar. Menurut kamus
Inngris-Indonesia yang disusun oleh Echols dan Shadily (1999)
Istilah preservasi yang berarti pemeliharaan dan pengawetan.

9
B. Pengertian Perawatan

Pengertian perawatan menurut Teygeler (2001) dikenal sebagai


Active conservation: adalah tindakan yang berhubungan
langsung dengan koleksi. Tindakan ini meliputi: membuat kotak
pelindung dan membungkus dan memasukkan ke dalam boxs,
menjilid ulang dengan mengganti lembar pelindung (end paper)
dengan kertas bebas asam, membersihkan koleksi, menetralkan
asam (deacidification) dan lain-lain.

C. Pengertian Restorasi

Pengertian restorasi menurut Teygeler (2001) dikenal sebagai


restoration: yaitu tindakan untuk memperpanjang umur koleksi
dengan memperbaiki tampilan fisik koleksi agar mendekati
keadaan semula sesuai dengan aturan dan etika konservasi.
Menurut Dureau and Clements (1990) di dalam dasar-dasar
pelestarian dan pengawetan Bahan pustaka, mengartikan istilah
restorasi adalah teknik yang dipakai untuk melindungi bahan
pustaka dari kehancuran Sedangkan menurut Feilden (1979)
restoration : berarti memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan
mengganti bagian yang hilang agar bentuknya mendekati
keadaan semula. Menurut Introduction to Conservation terbitan
Unesco 1979, pengertian restoration adalah memperbaiki koleksi
yang telah rusak dengan jalan menambal, menyambung,
memperbaiki jilidan yang rusak dan mengganti bagian yang
hilang agar bentuknya mendekati keadaan semula.

10
Kegiatan restorasi adalah yang paling mahal dan memakan
waktu. Dan harus dilakukan oleh orang yang terlatih
(konservator).

D. Pengertian Reproduksi

Istilah reproduksi yang tertulis dalam “Introduction to


Conservation” terbitan Unesco tahun 1979 yang berarti membuat
ganda dari benda asli, termasuk membuat mikrofilm, mikrofis,
foto repro dan fotokopi.

E. Latihan

1. Jelaskan pengertian pemeliharaan menurut Teygeler

2. Sebutkan definisi perawatan menurut Teygeler

3. Jelaskan perbedaan preventive conservation dan active


conservation.

4. Sebutkan pengertian restorasi menurut Dureau and Clements.

5. Sebutkan definisi dari reproduksi menurut Introduction to


Conservation.

F. Rangkuman

1. Pengertian perawatan adalah tindakan dengan cara


mengoptimalkan kondisi lingkungan, melakukan pembersihan

11
debu, melakukan penyuluhan pelestarian bagaimana melakukan
pemeliharaan yang benar.

2. Pengertian perawatan adalah tindakan yang berhubungan


langsung terhadap koleksi yang meliputi membuat boks,
membungkus bahan perpustakaan, menjilid dengan bahan
bebas asam serta melakukan penetralan keasaman pada
kertas.

3. Pengertian restorasi mencakup cara perbaikan diantarnya


adalah memberbaiki bahan perpustakaan yang rusak,
termasuk menambal/menyambung agar menjadi utuh
kembali.

4. Reproduksi adalah salah satu cara mengalih mediakan bahan


perpustakaan ke dalam bentuk lain diantaranya ke dalam
bentuk mikro film, mikrofis, CD serta foto repro.

12
BAB III

JENIS BAHAN PERPUSTAKAAN


Indikator Keberhasilan: Setelah Mengikuti Pembelajaran ini peserta
dapat menjelaskan: (1) bahan perpustakaan media kertas,
menjelaskan (2) bahan perpustakaan media bukan kertas.

A. Media Kertas

Kebanyakan bahan pustaka masih menggunakan kertas


sebagai media penyimpan informasi. Kertas terbuat dari serat
selulosa yang berasal dari batang tumbuhan seperti kayu, kapas
dan merang. Selulosa murni adalah senyawa yang sangat stabil,
oleh sebab itu kertas yang dibuat dari serat selulosa murni akan
bertahan sampai ratusan tahun apabila disimpan pada kondisi
lingkungan yang baik.

Kertas yang beredar dipasaran saat ini pada umumnya terbuat


dari serat selulosa yang tidak murni, umumnya tercampur
dengan zat-zat seperti lignin, hemiselulosa dan bahan
tambahan lain, sehingga kertas menjadi lebih cepat rapuh.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kertas adalah


serat selulosa yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, seperti
kayu, merang, ampas tebu, kapas dll. Selulosa ini terbagi dalam
tiga bentuk, yaitu: alpha selulosa, beta selulosa dan gamma
selulosa. Alpha selulosa mempunyai derajat polimerisasi paling
tinggi dan biasa dipakai untuk membuat bubur kertas,
sedangkan beta dan gamma selulosa mempunyai derajat

13
polimerisasi yang lebih rendah dan merupakan senyawa
hemiselulosa.

Kayu dan merang selain mengandung selulosa murni juga


mengandung lignin dan hemiselulosa. Lignin dan hemiselulosa
dalam kayu terikat satu sama lain di antara selulosa. Pada
pembuatan kertas, zat lignin dan hemiselulosa harus dipisahkan
dan dihilangkan, karena adanya bahan ini akan menyebabkan
kertas selalu bersifat asam sehingga menyebabkan kertas
menjadi mudah rapuh.

Selain dari bahan tersebut terdapat bahan tambahan yang


dipergunakan untuk membuat kertas. Bahan-bahan tersebut
dapat dibagi menurut fungsinya, yaitu:

1. Bahan penambah volume, seperti kaolin, kalsium sulfat,


kalsium karbonat, titanium oksida dll.

2. Bahan penahan penyebaran tinta di atas kertas dan bahan


penahan penyerapan uap air seperti: alum rosin, malam,
tepung dan sodium silikat.

3. Zat warna seperti pigmen dan zat warna tumbuhan untuk


warna yang diinginkan.

4. Perekat untuk lapisan pelindung pada kertas, seperti resin


dan polyvinyl .

5. Bahan untuk daya tahan pada kertas, seperti: formaldehyde


untuk melindungi kertas dari jamur.

14
Melihat begitu rentan media kertas terhadap kerusakan
diharapkan setiap perpustakaan memilih buku-buku dengan
kualitas kertas yang bermutu baik agar dapat bertahan lama dan
tidak mudah mengalami proses kerusakan.

B. Media Bukan Kertas

1. Fotografi: Bahan fotografi dalam pengertian yang lebih luas


di perpustakaan mencakup film gambar hidup, (film hitam
putih dan film berwarna), bentuk mikro (mikrofilm dan
mikrofis), koleksi foto (hasil cetakan dan negatif foto).
Koleksi fotografi mempunyai struktur yang komplek dan
dapat mengalami kerusakan karena berbagai sebab.
Negatif foto yang terbuat dari lembaran kaca yang lapisan
emulsinya cukup stabil tapi mudah sekali pecah. Juga
negatif foto yang terbuat dari polyester yang lapisan
emulsinya mudah buram, tapi sangat sukar pecah.

2. Pita Magnetik: Pita magnetic digunakan untuk merekam


data dan suara. Contohnya pita kaset dan pita komputer.
Keawetan dan daya tahan rekaman suara tidak menjadi
bahan pertimbangan utama, karena biaya produksi pita
suara tersebut rendah.

3. Piringan (disk): Piringan adalah lembaran plastik atau


ebonite yang berbentuk bulat (sirkular) yang digunakan
untuk merekam suara dan digital komputer. Biasanya
piringan ini dilapisi dengan oksida besi seperti pada pita

15
rekaman. Piringan yang biasa digunakan sebagai koleksi
perpustakaan adalah flopi disk, VCD, CD-ROM dll.

C. Latihan

1. Sebutkan bagaimana proses membuat kertas.

2. Faktor apa yang menyebabkan kertas mudah berubah


warna menjadi kuning

3. Sebutkan jenis-jenis media bukan kertas

4. Sebutkan yang termasuk ke dalam media fotografi

5. Sebutkan contoh pita magnetik.

D. Rangkuman

Media bahan perpustakaan dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Media Kertas

Kertas dibuat dari tanaman yang menghasilkan serat


selulosa. Kertas yang berasal dari serat selulosa murni
sangat baik kualitasnya sedangkan kertas yang berasal dari
selulosa tidak murni mengandung zat-zat lignin dan
hemiselulosa yang membuat kertas mudah berubah warna
menjadi kuning dan asam.

16
b. Media bukan kertas

Jenis media bukan kertas di perpustakaan adalah fotografi


berupa fotografi, bentuk mikro, negatif foto. Pita magnetik
adalah pita komputer dan kaset, serta piringan (disk) yaitu
flopi disk, VCD dan CD-ROM.

17
18
BAB IV

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN


BAHAN PERPUSTAKAAN

Indikator Keberhasilan : Setelah Mengikuti Pembelajaran ini


peserta Dapat Menjelaskan Penyebab kerusakan karena (1) faktor
karakteristik bahan, (2) faktor lingkungan, (3) faktor biota (4)faktor
manusia dan (5) Faktor bencana.

A. Faktor Karakteristik Bahan

1. Senyawa Asam

Kandungan Senyawa asam di dalam kertas akan


mempercepat reaksi hidrolisis. Makin cepat reaksi hidrolisis,
makin cepat terjadi pelapukan pada kertas tersebut.
Senyawa asam banyak terbentuk di dalam industri kertas
pada proses penghancuran batang kayu menjadi bubur
kertas (pulp), proses sizing (proses penambahan perekat
pada permukaan kertas) dilakukan agar tinta yang dipakai
untuk menulis tidak mengembang pada kertas), proses
pemutihan kertas merupakan senyawa yang sangat
berbahaya bagi daya tahan kertas karena dapat membuat
kertas menjadi rapuh.

19
2. Lignin

Lignin adalah zat yang banyak terkandung di dalam serat


selulosa pada kayu. Kertas yang banyak mengandung zat
lignin dapat merubah warna kertas dari putih menjadi kuning
kecoklatan dan kertas menjadi lapuk.

3. Tinta

Tinta merupakan kandungan utama pada bahan cetak dan


tulisan. Tinta yang digunakan untuk menulis naskah kuno
pada saat itu terbuat dari karbon, yaitu karbon lampu yang
dicampur dengan lem arab ( gum arabic). Tinta jenis ini
permanen dan tidak pucat walaupun terkena cahaya teramat
panas. Sedangkan tinta tulis yang sekarang digunakan untuk
menulis adalah tinta dengan campuran besi (iron gall ink)
yang mengandung ferro-sulfat yang akan mengalami
oksidasi membentukasam sulfat yang dapat membakar apa
yang tertulis pada kertas.

4. Perekat

Pada proses pembuatan kertas digunakan perekat sebagai


bahan tambahan untuk memberkuat kertas. Begitu juga
perekat/lem digunakan untuk proses penjilidan buku.

Perekat dibedakan menjadi perekat natural dan sintetis.


Perekat natural berasal dari tumbuhan dan binatang, sangat
disukai serangga dan mikroorganisme. Perekat tersebut
kurang stabil, pada temperatur atau kelembaban atmosfir
yang tinggi, akan mengakibatkan kehilangan fleksibilitas dan

20
merubah perekat menjadi butiran sehingga akan
perpengaruh terhadap kertas. Selain itu keadaan lembab
akan melemahkan daya rekat, menimbulkan noda pada
kertas.

Perekat jenis PVA sangat baik digunakan untuk proses


menjilid atau memperbaiki jilidan yang rusak. Namun
demikian perekat yang terbaik yang digunakan untuk proses
konservasi terutama untuk perbaikan kertas yang robek
adalah perekat jenis sintetis diantaranya CMC (carboxyl
Methy cellulose) atau jenis MC (Methyl cellulose).

B. Faktor Lingkungan

Seperti bahan organik lainnya, kertas merupakan bahan yang


sensitif terhadap pengaruh lingkungan. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi kerusakan pada kertas diantaranya adalah :

1. Temperatur dan Kelembaban Udara

Temperatur sangat berperan dalam merusak bahan


perpustakaan.

Perubahan temperatur akan menyebabkan perubahan


kelembaban. Fluktuasi yang sangat drastis akan besar
pengaruhnya terhadap kerusakan kertas, karena kertas akan
mengendur dan menegang. Jika hal ini terjadi berulang kali,
akan memutuskan ikatan rantai kimia pada serat selulosa
kertas sehingga menyebakan kertas menjadi rapuh.

21
Kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
akan menimbulkan beberapa masalah. Kombinasi antara
temperatur yang tinggi dan kelembaban yang tinggi akan
menyuburkan pertumbuhan jamur dan serangga. Pada
keadaan kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan
tinta yang larut dalam air akan menyebar dan kertas pada
buku akan saling menempel, yang akan sulit dilepas pada
saat kering. Sebaliknya apabila kelembaban udara terlalu
rendah, menyebabkan kertas menjadi kering dan getas serta
sampul yang terbuat dari kulit akan menjadi keriput.

Alat yang digunakan untuk mengukur temperatur pada


ruangan koleksi adalah termometer. Sedangkan alat yang
digunakan untuk mengukur kelembaban adalah Hygrometer.
Adapun jenis alat yang dapat mengukur temperatur dan
kelembaban sekaligus dikenal dengan nama
thermohygrograph

Gambar 1. Termometer Digital

22
2. Cahaya

Cahaya atau energi radiasi juga mempunyai efek pada


bahan perpustakaan. Cahaya akan mempercepat oksidasi
dari molekul serat selulosa sehingga rantai ikatan kimia pada
molekul serat selulosa pada kertas tersebut terputus.
Cahaya mempunyai pengaruh mengelantang, menyebabkan
kertas menjadi pucat dan warna tinta memudar. Karena
pengaruh cahaya, lignin pada kertas akan bereaksi dengan
komponen lain sehingga kertas berubah menjadi kecoklatan.

Sinar tampak dalam cahaya dapat merusak bahan


perpustakaan, radiasi ultra violet dengan panjang
gelombang antara 300 - 400 nanometer menyebabkan
reaksi fotokimia. Radiasi ultra violet ini berasal dari cahaya
matahari (25 %) dan lampu TL (3 - 7 %). Kerusakan karena
cahaya sangat tergantung dari panjang gelombang (adanya
sinar UV) dan waktu pencahayaan. Makin kecil panjang
gelombang dan makin lama waktu pencahayaan, kertas
makin cepat rusak.

3. Polusi Udara

Semua bahan pencemar yang terkandung dalam udara


berbahaya bagi bahan perpustakaan. Pencemar udara
seperti gas sulfur dioksida, gas hidrogen sulfida dan gas
nitrogen oksida yang berasal dari hasil pembakaran minyak
bumi pada pabrik dan kendaraan bermotor dapat merusak
bahan perpustakaan. Gas sulfur dioksida dan nitrogen

23
oksida bereaksi dengan uap air yang ada di udara
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang dapat
menyebabkan kertas menjadi rapuh. Gas ozon yang ada
pada udara yang terjadi bersamaan dengan terjadinya
halilintar (petir) juga dapat menyebabkan reaksi oksidasi
pada kertas, sehingga kertas menjadi rapuh.

Debu, kotoran dan partikel lainnya yang berasal dari udara


dapat merusak kertas, yaitu antara lain: kertas mudah
tergores karena gesekan, partikel debu akan masuk ke sela-
sela halaman buku. Partikel debu pada lingkungan yang
lembab akan menimbulkan noda permanen yang sukar
dihilangkan. Kotoran dan partikel padat seperti jelaga dapat
menimbulkan suasana asam yang dapat merusak kertas.

C. Faktor Biota

Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biota seperti


mikroorganisme, serangga dan tikus umumnya dikenal sebagai
bio deterioration. Hampir semua bagian dari buku baik itu cover,
kertas, jilidan, perekat, sangat rentan terhadap faktor biota.
Masalah bio-deterioration ini merupakan masalah yang cukup
penting terutama di negara-negara yang beriklim tropis. Kondisi
iklim sangat berperan dalam mempercepat proses kerusakan
bahan perpustakaan.

24
Biota dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: jamur (fungus/
mold); Serangga (silverfish, bookworm, booklice, rayap, kecoa);
dan hewan pengerat (Tikus)

1. Jamur (Fungi/Mold)

Jamur dapat penyebab kerusakan yang cukup serius pada


kertas karena dapat merubah warna kertas dan
menyebabkan kertas menjadi rapuh. Pada kondisi tertentu
jamur akan tumbuh pada permukaan kertas, akarnya
mengeluarkan enzym yang dapat larut ke dalam serat
sellulosa kertas. Enzym ini dapat menghidrolisa rantai
panjang polimer sellulosa menjadi fraksi-fraksi yang lebih
pendek. Jamur dapat memproduksi beberapa macam asam
organik seperti asam oksalat, asam fumorik dan asam sitrat
yang menyebabkan kertas menjadi asam dan rapuh. Pada
tempat tumbuhnya jamur biasanya akan timbul noda yang
berbentuk bintik-bintik pada kertas disebut foxing. Foxing
adalah besi oksida atau besi hidroksida yang terbentuk dari
reaksi kimia antara partikel besi yang terkandung dalam
kertas dengan asam organik yang dihasilkan oleh jamur.

2. Serangga

Jenis serangga sangat bervariasi tetapi ada beberapa


serangga yang biasa ditemukan pada ruangan perpustakaan
diantara tumpukan buku diantaranya adalah:

25
a. Silverfish;Lapisma saccharina L. (thysanura)

Jenis serangga ini sangat mudah berpindah dan berwarna


abu-abu mutiara, panjangnya kira-kira 12 mm, tidak
bersayap. Ditemui pada buku-buku yang jarang
digunakan. Silverfish dapat merusak jilid buku, permukaan
kertas, perekat pada jilidan, dsb.

Gambar 2. Silverfish; Lapisma saccharina L (Thysanura)

b. Rayap; Termite (isoptera)

Rayap adalah serangga perusak yang paling berbahaya,


karena dapat merusak koleksi. Raya berbadan lunak dan
berwarna pucat, hidup berkelompok dalam koloni yang
terorganisasi dengan baik.

Tiap koloni terdiri dari raja, ratu, serdadu dan pekerja.

Gambar 3. Termite (isoptera)

26
Ada dua tipe rayap, yaitu :

1. Rayap hidup di kayu : rayap ini disebut tipe primitif,


membuat sarang dalam kayu dan memakan kayu
tersebut untuk kelangsungan hidupnya.

2. Rayap yang hidup di dalam tanah : membuat


sarangnya di dalam tanah dan keluar keatas
permukaan jika mereka mencari makan. Rayap ini
membuat terowongan yang kadang-kadang dapat
keluar pada sudut-sudut tembok dan ubin bangunan.

Kedua golongan rayap ini memakan bahan sellulosa pada


koleksi sehingga tidak bisa diperbaiki kembali.

c. Kutu buku, booklice (psocoptera)

Binatang ini sangat kecil dan badannya sangat lunak,


kepalanya agak besar dan giginya sangat kuat. Hidup
berkelompok, dalam koloni dan merupakan binatang
golongan omnivora. Binatang ini penyebab kerusakan
pada permukaan kertas, foto, lukisan cat air, melubangi
buku, dan memakan lem (perekat) pada buku.

Gambar 4. Kutu Buku ( booklice)

27
d. Ngengat, moth (Lepidoptera)

Spesies yang merusak koleksi perpustakaan adalah famili


Casemaking chloth moth (tinea pellionella) dan Common
chloth moth (tineola bissellelliella H). Ngengat memiliki 4
tingkatan dalam berkembang biak, yaitu : telur, larva, pupa
dan dewasa. Larva ngengat merusak koleksi perpusta-
kaan dengan melubangi kayu, kertas, tekstil dan karpet.

Gambar 5. Ngengat, moth (Lepidoptera)

e. Bubuk Buku (book Worm)

Binatang ini sangat merusak buku karena memakan


hampir semua material yang ada pada buku. Mereka
bertelur pada permukaan kertas atau disela-sela kertas
dan menghasilkan larva yang sangat berbahaya bagi
buku. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larva ini adalah
buku menjadi berlubang-lubang karena larva memakan
kertas pada waktu mereka mencari jalan keluar, sehingga
jalan yang dibuat menyerupai tetowongan.

28
Gambar 6. bookworm
(Sumber : www.historyofscience.com...osler-bookworm.php)

f. Kecoa;Cockroacgh (Dictyoptera;Blattaria)

Ada beberapa macam kecia yang diketahui : Stylopyga


Blatta Orientalis ( kecoa Oriental), Phllodromia Blatta
Germanica (kecoa German) dan Peripleneta Americana
(kecoa Amerika). Kecoa-kecoa ini umumnya berwarna
seperti kayu mahoni dan mempunyai sayap. Temperatur
optimum antara 20 – 29 oC. Binatang ini umumnya
bersayap panjang, badan kecoa dewasa berkisar antara
10 – 24 mm.

Kecoa mencari makan pada malam hari dengan merusak


koleksi yang terbuat dari kulit atau kertas. Lem ( perekat)
yang ada pada jilidan buku merupakan makanan yang
disukai serangga.

29
Gambar 7.Kecoa;Cockroach (Dictyoptera;Blattaria)

(Sumber : jakarta.indonetwork.co.idpestcontrol_sssprod)

3. Hewan pengerat

Jenis hewan pengerat yang sangat berbahaya dalam


merusak koleksi adalah tikus (mice/mouse). Tikus menggu-
nakan kertas untuk membuat sarang serta untuk mengasah
giginya, sehingga buku-buku menjadi tidak utuh karena
digerogoti oleh tikus.

Tikus merupakan jenis hewan pengerat yang cukup serius


dapat merusak kertas. Tikus betina akan mengumpulkan
kertas untuk dibuat sarang. Tikus juga merusak buku-buku
karena kebiasaan mereka menggerogoti benda keras untuk

30
menjaga gigi mereka yang tajam. Selain itu urin dan kotoran
tikus dapat menodai kertas serta dapat menimbulkan
penyakit.

D. Faktor Manusia

Faktor penyebab yang besar bagi kerusakan bahan


perpustakaan dimungkinkan karena keterlibatan manusia.
Keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung
(misalnya: pencurian, pengrusakan, dan penanganan yang
kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak langsung, misalnya
memproduksi kertas dengan kualitas rendah, mutu jilidan yang
rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan pengguna
perpustakaan.

Cara penanganan yang salah dan kurang hati-hati baik yang


dilakukan oleh staf maupun pemustaka dapat menyebabkan
kerusakan pada bahan perpustakaan diantaranya:

1. Penanganan secara umum: melipat buku sebagai tanda


batas, makan minum di ruangan koleksi, serta membuka buku
dengan bantuan air liur.

2. Penataan (shelving): Tindakan yang kurang hati-hati pada


saat penataan akan menyebabkan kerusakan pada bahan
perpustakaan. Menyusun buku terlalu padat dalam rak akan
menyulitkan dalam mengambil bahan perpustakaan yang
berakibat merusak punggung buku. Meletakkan buku

31
tengkurap (bertumpu pada muka buku) akan menyebabkan
isi buku terlepas dari sampul depan.

3. Penyimpanan: Kesalahan dalam penyimpanan dapat


menyebabkan kerusakan fisik dan kimia pada bahan
perpustakaan. Kondisi ruang yang tidak sesuai akan
menyebabkan tumbuhnya jamur, meningkatkan kandungan
asam dan tempat bersarangnya serangga, tikus maupun
mikroorganisme lainnya yang merugikan.

Kondisi rak yang kurang sesuai, misalnya kurang kuat, mudah


terbakar, mempunyai sudut dan tepi yang tajam akan
menyebabkan kerusakan. Memaksakan penyimpanan buku
dengan ukuran yang lebih tinggi dari lebar rak, akan merusak
jilidan dan kertas menjadi robek, begitu pula untuk buku-buku
yang lebarmya tidak sesuai dengan ukuran rak,
mengakibatkan buku akan terjuntai dan menjadi rusak.

4. Reproduksi: Kegiatan reproduksi seperti mikrografi, fotografi,


photocopy dan digitalisasi merupakan upaya dalam meles-
tarikan bahan perpustakaan, namun pelaksanaan yang kurang
terkendali dapat menyebabkan jilidan bahan perpustakaan
menjadi rusak, rapuh dan menjadi hancur.

5. Perbaikan kerusakan kecil pada bahan pustaka: Buku atau


bahan perpustakaan yang robek, halaman terlepas dari blok
buku atau menyatukan lembaran-lembaran lepas biasanya
menggunakan selotape atau lakband. Perlakuan tersebut
salah, karena bahan tersebut justru akan merusak bahan

32
perpustakaan. Demikian pula halnya dengan penggunaan
karet gelang sebagai pengikat bahan perpustakaan yang
lepas atau rusak, klip dan staples yang mudah berkarat akan
menimbulkan kerusakan pada bahan perpustakaan.

6. Mutu jilidan pada bahan pustaka: Untuk mendapatkan jilidan


yang sesuai haruslah dipikirkan maksud dan tujuan serta
bentuk jilidannya. Umumnya pustakawan menginginkan
bentuk jilidan yang kuat tanpa memikirkan kesesuaiannya,
sehingga seringkali justru dapat menyebabkan kerusakan.
Menjahit kembali akan menghasilkan jilidan yang sangat kuat,
namun dengan menjahit kembali kadangkala buku menjadi
tidak dapat dibuka secara penuh. Penggunaan bahan-bahan
untuk menjilid kembali seperti karton, kertas pelindung yang
mengandung asam dan zat lignin akan menyebabkan bahan
perpustakaan menjadi rapuh dan lemah, karena asam yang
terdapat pada karton dan lembar pelindung akan berpindah
ke dalam buku.

7. Pemakaian yang berlebih: perpustakaan yang koleksinya


sering dipakai atau dipinjam menyebabkan jilidan menjadi
kendur dan kumal. Bahan perpustakaan akan semakin rusak
apabila berada pada tangan pemustaka yang tidak mengerti
bagaimana memperlakukan bahan perpustakaan dengan baik.

33
E. Faktor Bencana

Bencana merupakan salah satu faktor yang sulit dihindari ketika


terjadi, karena bencana datang tiba-tiba tanpa bisa di duga.
Bencana di bagi menjadi 2 yaitu bencana karena alam seperti:
angin topan, gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan
bencana yang dikarenakan oleh manusia seperti : kebakaran,
vandalisme, terorisme, perang, dll.

Bencana dapat menghancurkan perpustakaan dan memusnahkan


isi didalamnya dalam waktu singkat. Kerusakan yang terjadi
karena kebanjiran menyebabkan buku-buku yang basah akan
hancur apabila tidak segera dilakukan penanganan dalam waktu
kurang dari 48 jam. Begitupula kebakaran apabila tidak segera
ditangani seluruh koleksi akan hangus terbakar. Oleh sebab itu
perlu disusun perencanaan persiapan dalam menghadapi
bencana bagi perpustakaan-perpustakaan agar dapat memini-
malisir kerusakan yang terjadi.

F. Latihan

1. Sebutkan faktor apa saja yang menyebabkan kerusakan


pada karakteristik bahan kertas.

2. Sebutkan temperatur dan kelembaban yang optimal untuk


sebuah perpustakaan.

3. Sebutkan jenis-jenis biota yang sering ditemukan di


ruangan perpustakaan.

34
4. Sebutkan faktor-faktor penyebab kerusakan yang terjadi
karena kesalahan manusia.

5. Sebutkan jenis bencana yang menghancurkan bahan


perpustakaan.

G. Rangkuman

Bahan perpustakaan sebagian besar terbuat dari kertas sangat


rentan terhadap kerusakan karena berasal dari bahan organik.
Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan pada bahan
perustakaan adalah:

1. Faktor karakteristik bahan

Kertas berasal dari tanaman yang mengandung zat lignin


yang membuat kertas mudah rapuh. Serta pada proses
pembuatan kertas ditambahkan beberapa bahan kimia
seperti bahan pemutih yang membuat kertas mudah rapuh.
Faktor tinta yang digunakan pada proses pembuatan buku
juga berperan dalam merusak kertas. Sepeti tinta iron gall
ink yang digunakan untuk menulis yang dapat
mengakibatkan tulisan pada kertas berlubang. Selain itu
faktor perekat dimana beberapa jenis perekat yang berasal
dari makhluk hidup sangat disukai oleh serangga. Perekat
yang baik digunakan adalah jenis perekat sintetis seperti
CMC (carboxly Methly cellulose) atau MC (methly cellulose).

35
2. Faktor lingkungan

Yang termasuk faktor lingkungan diantaranya adalah,


temperatur dan kelembaban ruangan koleksi, pencahayaan
baik cahaya matahari maupun cahaya lampu, serta faktor
pulusi udara yang secara tidak langsung dapat membuat
kertas menjadi asam dan akhirnya menjadi rapuh.

3. Faktor Biota

Biota yang sering dijumpai di perpustakaan adalah jamur,


serangga dan hewan pengerat. Beberapa jenis serangga
yang sering dijumpai di perpustakan diantaranya adalah:
kecoa, silverfish, ngengat, booklice dan bookworm. Serangga
akan memakan kertas, perekat yang ada pada buku.

4. Faktor manusia

Faktor manusia yaitu pemustaka maupun pustakawan


diantaranya berperan dalam menyebabkan kerusakan pada
bahan perpustakaan diantaranya: melakukan penanganan
secara umum yang merusak bahan perpustakaan, Penataan
(shelving), kontrol bibliografi, Reproduksi, perbaikan
kerusakan kecil, perbaikan jilidan yang rusak, penyimpanan
yang salah serta pemakaian yang berlebihan.

5. Faktor bencana

Bencana yang terjadi dibagi menjadi 2 jenis yaitu bencana


karena alam yaitu gunung berapi, angin topan, stunami, dll,
dan bencana karena kesalahan manusia seperti: banjir,
kebakaran, vandalisme perang, dll.
36
BAB V
PEMELIHARAAN UNTUK PENCEGAHAN
KERUSAKAN BAHAN PERPUSTAKAAN

Indikator keberhasilan: Setelah Mengikuti Pembelajaran ini Peserta


Dapat mendemonsntrasikan pemeliharaan Untuk mencegah
Kerusakan Karena (1) faktor Lingkungan, (2) Faktor Manusia, (3)
Faktor Biota, serta (4) Faktor Bencana

A. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor Lingkungan

1. Pencegahan Kerusakan karena Faktor Temperatur dan


Kelembaban Udara

Suhu yang ideal bagi bahan perpustakaan adalah 20 - 24 oC


dengan kelembaban berkisar antara 45 - 60 % RH. Satu-
satunya cara untuk mendapatkan kondisi seperti yang
direkomendasikan oleh Ogden (http://www.nedcc.org/) adalah
memasang AC 24 jam sehari selama 7 hari dalam seminggu.
Masalahnya timbul karena tidak semua perpustakaan mampu
memasang AC karena biaya operasionalnya besar. Apabila
AC dipasang hanya setengah hari, tentu saja akan
menyebabkan kelembaban berubah-ubah. Kondisi seperti
akan mempercepat kerusakan kertas. Jika dalam suatu
perpustakaan sudah terlanjur memasang AC dan dioperasikan
hanya setengah hari saja karena pertimbangan biaya,

37
sebaiknya suhu diatur antara 26 - 28 oC untuk mencegah
terjadinya fluktuasi temperatur udara pada siang dan malam
hari, dan suhu tersebut cukup sejuk bagi manusia dan aman
bagi bahan pustaka.

Jika terjadi kelembaban udara yang tinggi, dapat diturunkan


dengan memasang alat dehumidifier di ruangan koleksi atau
silica gel pada laci-laci yang berfungsi untuk menyerap
kelembaban.

Gambar. 8 Dehumidifier

2. Pencegah Kerusakan Karena Faktor Cahaya

Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan, baik Buku-


buku di ruangan koleksi sebaiknya diletakkan jauh dari
jendela atau tidak langsung mengenai cahaya.

Untuk mencegah kerusakan karena cahaya lampu dapat


dilakukan dengan memperkecil intensitas cahaya yang

38
masuk ke ruangan koleksi, memperpendek waktu
pencahayaan dan menghilangkan radiasi ultra violet. Untuk
menghilangkan radiasi UV dari cahaya luar, dapat menggunakan
UV filter film yang direkatkan pada kaca jendela dan pada
lampu dapayt menggunakan UV filter tube yang disarungkan
pada lampu TL. Untuk mencegah kerusakan oleh UV ini,
sebaiknya ruang penyimpanan bahan perpustakaan tidak
lebih dari 75 µwatt/lumen.

3. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor Pencemar Udara

Bahan pencemar udara seperti gas-gas pencemar, partikel


debu dan logam yang merusak kertas dapat dikurangi dengan
langkah-langkah sebagai berikut:

a. Ruangan menggunakan AC, karena dalam AC terdapat


filter untuk menyaring udara dan ruangan ber AC selalu
tertutup sehingga mengurangi debu.

b. Di dalam ruangan dipasang alat pembersih udara (air


cleaner). Di dalam alat ini terdapat karbon aktif yang dapat
menyerap gas pencemar dan terdapat filter untuk
membersihkan udara dari debu.

c. Menyimpan buku dalam kotak – kotak pelindung.

B. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor Biota

Tindakan preventif untuk mencegah tumbuh dan berkembangnya


jamur dan serangga adalah dengan memeriksa bahan

39
perpustakaan secara berkala, melakukan pembersihan debu
secara berkala pada tempat penyimpanan bahan perpustakaan,
menurunkan kelembaban udara di ruangan koleksi agar tidak
terlalu lembab serta buku-buku tidak disusun terlalu rapat pada
rak karena dapat menghalangi sirkulasi udara.

Untuk mencegah hidupnya jamur dan serangga pada ruangan


koleksi, sebaiknya buku-buku yang baru dibeli atau baru diterima
dari pihak lain terlebih dahulu dilakukan fumigasi sebelum
disimpan bersama-sama dengan buku yang lainnya. Untuk
pencegahan pada rak diletakkan bahan-bahan yang berbau
untuk mengusir serangga seperti kapurbarus, naftalen,
paradichloro benzena atau PDB.

C. Pencegahan Kerusakan Karena Faktor Manusia

Beberapa cara pencehgahan yang dilakukan agar bahan


perpustakaan terhindar dari kerusakan adalah :

1. Tempat penyimpanan (rak)

Tempat penyimpanan yang tidak memadai dan tidak


memenuhi syarat akan menyebabkan kerusakan fisik dan
kimia pada bahan pustaka. Tempat penyimpanan harus
terbuat dari bahan yang tidak membahayakan bahan
perpustakaan. Rak-rak buku harus terbuat dari bahan yang
tidak mudah terbakar, cukup lebar untuk menyangga buku
tanpa ada bagian buku yang menonjol.

40
Rak yang paling bawah sekurang-kurangnya harus berada 10
cm di atas lantai untuk menjaga kemungkinan terkena air jika
ada pipa air yang bocor. Rak buku harus diletakkan pada
ruangan dengan ventilasi yang baik dan jaraknya cukup
supaya dapat mengambil dan mengembalikan buku dengan
leluasa.

2. Penataan buku pada rak secara tegak

Penyusunan buku pada rak-rak harus ditopang dengan kuat


dan sebaiknya tidak terlalu rapat satu sama lain. Buku-buku
hendaknya tidak disusun pada rak-rak secara longgar karena
akan roboh dan menimpa satu sama lain.

Penyusunan buku pada rak sebaiknya disesuaikan agar


mencukupi ruang tempat menyimpan buku. Buku-buku
hendaknya tidak disusun rapat karena akan menyulitkan pada
waktu pengambilannya. Buku-buku hendaknya tidak ditumpuk
di atas buku lainnya pada waktu menyusun di rak. Untuk jenis
buku-buku yang tidak dapat diletakkan secara tegak,
sebaiknya diletakkan secara horizontal di bagian tepi rak.
Dengan cara ini akan menolong agar buku tidak menjadi
rusak dan akan tetap kuat menempel. Metode penyusunan
pada rak seperti ini sebaiknya dilakukan hanya untuk
sementara waktu. Agar jilidan buku tetap baik hendaknya
tidak di susun melebihi pada bagian ujung dari rak.

41
Gambar 9. Penyunan buku di rak secara vertikal

3. Penataan buku-buku secara mendatar

Bahan perpustakaan dapat disusun secara mendatar, seperti


contohnya map-map tebal dan lembaran-lembaran ukuran
besar, baiknya tidak disusun bertumpuk melebihi setengah
dari tinggi tempat. Agar terlindungi sebaiknya dimasukkan ke
dalam kotak/boxs yang kuat. Rak-rak berupa laci yang
dangkal dan dapat ditarik ke luar dapat digunakan untuk
penyimpanan bahan pustaka ukuran besar. Jenis rak ini akan
menjamin pemanfaatan rak secara efisien dan juga dapat
menghindari terjadinya masalah pada saat penyusunan dan
pengambilan.

42
Gambar 10. Laci untuk menyimpan peta/gambar

4. Menyimpan buku ukuran besar (lebar)

Jangan meletakkan buku yang terlalu lebar dengan posisi


vertikal pada rak buku biasa. Dan tidak mungkin menyediakan
rak khusus untuk meletakkan buku-buku yang terlalu lebar di
ruang pengolahan. Buku-buku seperti ini harus diletakkan
mendatar (direbahkan) di atas meja. Pada saat mengambil
salah satu di antaranya, buku-buku yang ada di atasnya harus
dipindahkan dulu satu persatu, kemudian setelah buku yang
dimaksud diambil, buku-buku yang dipindahkan tadi
dikembalikan seperti susunan semula.

5. Pameran

Pemeliharaan bahan perpustakaan yang sedang dipamerkan


adalah sangat penting. Pemnempatan disain lemari panjang
harus memperhatikan beberapa faktor. Umumnya lemari
panjang di perpustakaan berbentuk seperti boxs segi empat
yang bagian atasnya tertutup kaca. Bahan perpustakaan

43
yang dipamerkan perlu dilindungi dari pencurian dan
vandalisme. Kondisi lingkungan perlu dimonitor untuk
mengetahui tingkat kelembaban dan suhu udara.

Kelembaban udara tidak boleh lebih dari 60% RH. Intensitas


cahaya dan kandunga ultra violet harus ditekan serendah
mungkin. Jilidan buku tidak boleh terlalu kuat dan harus
diletakkan pada alas yg lembut.

6. Penjilidan Kembali

Penjilidan yang kurang baik sering diterapkan pada buku-


buku perpustakaan tanpa mempertimbangkan keselamatan
informasi yang ada di dalamnya. Pustakawan harus turut
memikirkan apa yang dibutuhkan oleh buku dari jilidannya
dan harus tahu tipe jilidan yang baik bagi bahan
perpustakaan.

Memotong bagian pinggir buku atau punggung buku


sebaiknya tidak dilakukan. Jilidan asli sedapat mungkin harus
dipertahankan. Semua bahan yang digunakan harus bebas
asam, kuat dan stabil dan buku dengan kertas yang sudah
rapuh tidak boleh dijilid kembali.

7. Penanganan

Bahan perpustakaan hendaknya terhindar dari makanan dan


minuman, pencahayaan langsung, melipat buku sebagai
pembatas, tidak menggunakan air liur untuk membuka
halaman buku, boleh menggunakan karet gelang, staples
yang berkarat, dan selotip.

44
8. Reproduksi

Kegiatan reproduksi seperti reprografi, fotografi, photocopy


dan digitalisasi merupakan usaha pelestarian informasi bahan
perpustakaan,namun pelaksanaan yang kurang hati-hati
akan dapat menimbulkan kerusakan fisik pada bahan
perpustakaan, seperti melakukan fotocopy untuk buku-buku
yang jilidannya kuat sehingga jilidan buku menjadi rusak dan
bahan pustaka yang rapuh menjadi hancur. Apabila ingin di
foto copy pastikan hanya jenis-jenis buku yang bisa dibuka
penuh saja.

D. Pencegahan Kerusakan Karena Bencana

Bencana biasanya datang tak terduga dan diluar kemampuan


manusia. Namun demikian kita harus tetap berusaha agar
kerusakan yang disebabkan oleh bencana tersebut dapat ditekan
sekecil mungkin. Oleh sebab itu perlu adanya perencanaan
kesiapan dalam menghadapi bencana.

Pada tahap pencegahan dalam perencanaan kesiapan


menghadapi bencana termasuk diantaranya adalah tindakan
untuk meminimalkan terjadinya hal-hal yang menyebabkan
terjadinya bencana contohnya : mempersiapkan lemari khusus
untuk jenis-jenis koleksi tak ternilai (cold storage),
mempersiapakan peralatan pencegahan kebakaran di ruangan-
ruangan seperti sprinkle, hdyrant, smoke detector, serta
mempersiapkan nomer-nomer telpon penting yang dapat

45
dihubungi pada saat keadaan darurat seperti: pemadam
kebakaran, kepolisian, rumah sakit, dll.

E. Latihan

1. Bagaimana melakukan pencegahan terhadap faktor cahaya.

2. Bagaimana tindakan preventif untuk mencegah serangga


datang di ruangan koleksi.

3. Bagaimana cara untuk mencegah faktor biota.

4. Bagaimana cara meletakkan dokumen yang berukuran besar


seperti jenis peta atau surat kabar.

5. Bagaimana cara pencegahan karena faktor bencana.

F. Rangkuman

1. Pemeliharaan untuk mencegah kerusakan karena faktor


lingkungan diantaranya adalah:

a. Pencegahan temperatur dan kelembaban udara agar


selalu stabil untuk ruangan ber AC pastikan temperatur 2-
-24°C dengan kelembabab 45-60%. Kecuali apabila AC
tidak dihidupkan 2 jam sebaiknya temperatur sekitar 26-
28°C untuk mencegah terjadinya fluktuasi suhu udarai
pada siang dan malam hari, dan suhu tersebut cukup
sejuk bagi manusia dan aman bagi bahan pustaka.

46
b. Pantulan cahaya dapat dihalangi dengan gorden atau
disaring dengan filter untuk mengurangi radiasi ultra violet.
Buku-buku tidak boleh diletakkan terlalu dekat dengan
jendela.

c. Pencegahan pencemar udara dapat menggunakan


pembersih udara/ air cleaner di ruangan-ruangan,
gunakan filter atau dapat juga memasukkan buku ke
dalam boks atau kotak.

2. Pencegahan kerusahan oleh biota adalah dengan cara


membersihkan tempat penyimpanan, menurunkan kelem-
baban udara agar tidak terlalu lembab dan buku-buku tidak
boleh disusun terlalu rapat pada rak karena menghalangi
sirkulasi udara. Sera meletakkan kapur barus/kamper di rak-
rak atau laci.

3. Pemeliharaan untuk mencegah kerusakan karena faktor


manusia dalah dengan cara:

Kondisi rak harus kuat dan tidak berkarat : simpan buku di rak
dalam kondisi tegak dan ditopang dengan kuat menggunakan
standard buku.jarak antara buku satu dengan yang lain tidak
boleh terlalu rapat harus ada sirkulasi udara. Untuk bahan
perpustakaan berupa lembaran seperti peta atau gambar
sebaikan diletakkan secara mendatar di dalam laci-laci yang
berukuran besar.

47
Pameran sebaiknya diperhatika kondisi ruangan,
pencahayaannya serta temperatur ruangan tersebut agak
koleksi yang dipamerkan tidak rusak.

Penjilidan kembali dilakukan dengan benar menggunakan


bahan yang bebas asam dan disesuaikan dengan jenis jilidan
yang sebeumnya dilakukan.

Pastikan ketika melakukan reproduksi tidak merusak


dokumen asli jangan sampe dokumen menjadi rusak dan
hancur.

4. Pencegahan karena faktor bencana mempersiapkan lemari


khusus untuk jenis-jenis koleksi tak ternilai (cold storage),
mempersiapakan peralatan pencegahan kebakaran di
ruangan-ruangan seperti sprikle, hdyrant, smoke detector,
serta mempersiapkan nomer-nomer telpon penting yang
dapat dihubungi pada saat keadaan darurat seperti:
pemadam kebakaran, kepolisian, rumah sakit, dll.

48
BAB VI

SURVEY KONDISI KERUSAKAN BAHAN


PERPUSTAKAAN
Indikator Keberhasilan :Setelah mengikuti Pembelajaran ini Peserta
Dapat Menjelaskan Survey kondisi kerusakan dengan cara (1) Uji
keasaman kertas, (2) uji tinta luntur, serta (3) uji kerapuhan tinta

Survey kondisi kerusakan pada bahan perpustakaan dilakukan


untuk mengidentifikasikan jenis kerusakan dan penyebab
keerusakan serta bagaimana strategi pemeliharaan dan perbaikan
yang harus dilakukan. Dengan dilakukan survey kondisi kerusakan
akan meminimalisir kesalahan pada saat melakukan proses
konservasi.

A. Uji Keasaman Kertas

Keasaman pada kertas dapat diuji dengan beberapa cara


diantaranya adalah: menggunakan kertas lakmus, indikator
universal atau alat pH meter. Apabila menggunakan kertas
lakmus caranya adalah lakmus ditempelkan pada kertas yang
sudah ditetesi air bila kertas lakmus biru tersebut berubah
menjadi cokelat, maka diindikasikan kertas asam , tetapi apabila
tidak terjadi perubahan berarti pada lakmus menandakan kertas
tidak asam. Uji pH juga dapat dilakukan dengan menggunakan
indikator universal. Indikator universal dapat digunakan untuk

49
menentukan derajat keasaman. Tingginya pH, menandakan
keasaman rendah sementara menurunkan pH, menandakan
keasaman tinggi. Dikatakan netral pada pH 6,7-6.9 dan dikatakan
rapuh apabila pH  6. Berikut ini adalah proses cara penggunaan
indikator universal Sebagai berikut:

1. Teteskan air pada bagian sudut yang sudah terlebih dahulu


dialasi dengan plastik (gambar 1);
2. Ambil satu buah indikator universal dan letakkan pada bagian
objek yang sudah dibasahi (gambar 2);
3. Tekan menggunakan plastik dan tunggu beberapa saat
sampe terjadi perubahan warna (gambar 3);
4. Cocokkan perubahan warna sesuai dengan gambar yang
tertera di kotak indikator universal dan lihat angka yang tertera
sehingga bisa dilihat asam atau tidaknya dokumen (gambar
4).

1). 2).

3).

50
4)

Gambar 11 Proses menentukan keasaman menggunakan Indikator Universal

B. Uji Tinta luntur

Tinta yang ada pada bahan perpustakaan baik berupa tulisan


atau gambar dapat diidentifikasi apakan jenis yang larut air atau
tidak. Apabila jenis tinta tersebut mudah larut bila terkena air
maka prosedur yang digunakan sebaiknya dijauhkan dari unsur
air. Sebaliknya untuk tinta yang tidak larut dalam air bisa
menggunakan air pada proses pengerjaan konservasinya.

Pengujian kelunturan tinta dilakukan untuk melihat apakah tinta


pada kertas tersebut tidak larut dalam air atau ada campuran
pelarut, uji kelarutan dilakukan dengan menempatkan setetes air

51
pada permukaan kertas selanjutnya tekan menggunakan blotting
paper atau kapas. Tes yang sama dilakukan untuk memeriksa
kelarutan tinta dalam alkohol. Adanya warna pada kapas atau
blotting paper merupakan bukti tinta tersebut dapat larut.

C. Uji Kerapuhan Kertas

Untuk menentukan kerapuhan kertas dapat dilakukan dengan


melipat ujung kertas. Cara yang dilakukan dengan melipat ujung
menjadi 3 lipatan. Apabila setelah dilakukan 3 kali lipatan kertas
masih utuh menandakan kertas tersebut dalam kondisi baik.
Apabila hanya 2 kali lipatan kertas mulai patah maka kertas
dikatakan sudah mulai mengalami kerapuhan. Sedangkan apabila
1 kali lipatan kertas sudah patah dapat dikatakan kertas tersebut
sudah sangat rapuh.

D. Latihan

1. Bagaimana cara mengetahui kondisi kerusakan pada bahan


perpustakaan?

2. Bagaimana cara mengetahui apakah bahan perpustakaan


tersebut asam atau tidak?

3. Bagaimana cara mengetahui bahan perpustakaan terebut


luntur atau tidak?

4. Bagaimana cara mengetahui kertas terserbut rapuh?

52
E. Rangkuman

Survey kondisi dilakukan untuk mengetahui kondisi kerusakan,


penyebab kerusakan dan strategi pemeliharaan dan perbaikan
yang harus dilakukan. Beberapa pengujian yang dilakukan untuk
melengkapi survey kondisi kerusakan pada bahan perpustakaan
adalah dengan cara sebagai berikut :

1. Mengetahui keasaman pada kertas dapat dilakukan dengan


mengukur keasaman pada kertas. Alat yang digunakan dapat
menggunakan indikator universal.

2. Mengetahui tinta luntur dapat dilakukan dengan melakukan


pengujian menggunakan setetes air paad dokumen yang
akan diuji selanjutnya tekan menggunakan blotting paper/
kapas.

3. Mengetahui kerapuhan kertas dilakukan dengan melipat


bagian ujung kertas.

53
54
BAB VII

TEKNIK PEMELIHARAAN DAN PERAWATAN

BAHAN PERPUSTAKAAN
Indikator Keberhasilan :Setelah mengikuti Pembelajaran ini Peserta
Dapat Menjelaskan teknik (1) membersihkan debu, (2) menghilangkan
noda, (3) membasmi serangga, (4) deasidifikasi serta (4) menambal dan
menyambung.

A. Membersihkan Debu

Salah satu cara pemeliharaan bahan perpustakaan yang sangat


penting adalah melakukan penyimpanan di tempat yang bersih
dan bebas dari debu. Apabila bahan perpustakaan sudah kotor
oleh debu, hendaknya dibersihkan sesuai dengan prosedur
yang benar dan dilakukan secara teratur oleh staf yang terlatih
agar tidak menimbulkan kerusakan pada bahan perpustakaan.

Memelihara bahan perpustakaan dalam kondisi yang bersih


akan memberikan dampak yang luas, yaitu bahan perpustakaan
tidak mudah rusak, staf dan pemustaka akan senang mengolah
dan membaca, serta kesehatan mereka tidak terganggu karena
pengaruh debu dan asam.

Kerusakan bahan perpustakaan yang akan terjadi akibat


pengaruh debu di antaranya adalah sebagai berikut:

55
1. Mengurangi nilai estetika, karena debu akan memperburuk
dan mengaburkan informasi pada cetakan, foto dan
mikrofilm/mikrofis.

2. Partikel debu akan menimbulkan goresan pada microfilm/


mikrofis, negatif foto, lukisan dan dokumen berharga lainnya.

3. Kertas yang kotor oleh debu akan cenderung menimbulkan


noda jika kertas tersebut terkena air dan udara lembab.

4. Debu akan menyebabkan kertas menjadi asam, karena


debu biasanya bercampur dengan pencemar udara lainnya
terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar
minyak bumi. Asam ini akan menyebabkan kertas menjadi
rapuh dan akan merusak lapisan emulsi pada negatif foto
dan microfilm/mikrofis.

Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk membersihkan


debu pada bahan perpustakaan. Cara yang dipilih harus
mempertimbangkan kondisi bahan perpustakaan, antara lain:
kekuatan kertas, ketebalan kertas, serta ketebalan debu yang
menempel pada bahan perpustakaan.

Beberapa cara pembersihan debu adalah sebagai berikut :

1. Menggunakan Vacuum Cleaner

2. Menggunakan Kuas

3. Karet Penghapus

4. Bubuk penghapus

56
B. Menghilangkan Noda

Ada beberapa pelarut organik yang dapat digunakan untuk


menghilangkan noda.

Berikut ini adalah daftar penyebab dan pelarut yang dapat


digunakan untuk menghilangkan noda.

NODA PELARUT
Glue (lem) Air hangat
Laquer Aseton
Minyak ter Gasoline, benzene, CCL4, pyridine
Cat Campuran alkohol dan aseton
Wax alkohol
Shellac alkohol
Jamur Alkohol, Benzene
Teh dan Kopi Potassium Perborat
Karat Asam Oksalat 5%
Lumpur Air + amonia
Lemak/ minyak Alkohol dan Benzene
Lipstik Asam Tatrat 5%
Varnish Alkohol, Aseton

Bleaching

Adalah proses pemutihan pada kertas, tujuannya adalah untuk


menghilangkan noda dan warna kuning kecoklatan yang terjadi
karena pengaruh faktor kimia, biota, udara lembab dan air.
Bleaching dilakukan hanya oleh tenaga yang sudah profesional

57
dan dilakukan untuk noda-noda permanen yang sulit dihilangkan
dengan cara sederhana.

Ada beberapa jenis bahan kimia yang biasa digunakan untuk


memutihkan kertas antara lain : Sodium Klorida, Potassium
Permanganat, Hypochlorit dan Hydrogen Peroksida.

Gambar 12 bleaching

C. Membasmi Serangga

Metode pembasmian dengan cara non kimia maumun


menggunakan bahan kimia. Pembasmian secara non kimia
diantaranya adalah dengan cara:

1. Pembekuan (Freeze drying )

Proses pembekuan menjadi sangat menarik karena tidak


menggunakan bahan kimia sehingga tidak berbahaya bagi
pustakawan maupun pemustaka. Serta sangat baik digunakan
untuk material kertas. Buku terlebih dahulu dimasukkan ke

58
dalam kantong plastik dan dimasukkan kedalam freezer
dengan temperatur – 30°C selama tiga hari atau -18°C selama
satu sampai dua minggu. Buku dilkeluarkan dari freezer dan
dicairkan (dibawah sampai 0°C selama 8 jam) dan dibiarkan
sampai mencapai suhu kamar.

2. Vacuum

Bahan perpustakaan yang diserang oleh serangga dimasukkan


ke dalam box baja atau eksikator, kemudian udara di
dalamnya di pompa keluar sampai habis (hampa udara).
Serangga akan mati di dalam ruang yang hampa udara karena
tidak ada oksigen. Telur dan larva serangga akan pecah
karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya.

3. Menggunakan gas innert

Caranya bahan perpustakaan yang diserang oleh serangga


dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian kedua ujung
kantong plastik itu diikat. Gas innert ( gas nitrogen) dialirkan ke
dalam kantong plastik sampai menggelembung. Pada salah
satu ujung kantong plastik diberi lubang saluran untuk
mengeluarkan gas oksigen. Jika dalam kantong plastik sudah
tidak mengandung gas oksigen lagi, maka serangga akan
mati.

59
Metode pembasmian menggunakan bahan kimia dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

1. Dengan suntikan (injeksi)

Cara ini bersifat pencegahan agar serangga, terutama rayap


tidak menyerang bahan perpustakaan dan fasilitas perpustakaan.
Kusen pintu dan jendela dan lantai bangunan harus disterilkan
dari rayap dengan jalan menyuntikkan bahan beracun
pembasmi serangga untuk mencegah dan mematikan rayap.

2. Dengan Penyemprotan

Untuk mencegah agar bahan perpustakaan tidak diserang


oleh serangga dan jamur, maka ruangan dalam perpustakaan
harus disterilkan dengan menyemprotkan larutan insektisida
untuk membasmi serangga dan jamur pada sudut-sudut
ruangan dan rak-rak buku.

3. Fumigasi

Berasal dari kata “fumigation atau “to fumigate” yang berarti


mengasapi. Bahan yang digunakan disebut fumigant, dapat
berbentuk padat, cair atau gas. Pada saat pelaksanaan
fumigasi, fumigant ini akan menjadi uap atau gas pada
tekanan dan suhu tertentu.

Fumigant ini terdiri dari beberapa macam, yang pemakaiannya


disesuaikan dengan jenis serangga/jamur dan tingkat
keracunannya. Ada fumigant yang dipakai khusus utuk

60
membunuh jamur dan ada yang khusus untuk membunuh
serangga. Tingkat keracunannya ada yang lemah, sedang dan
kuat dengan pertimbangan cukup untuk membunuh jamur dan
serangga. Fumigant yang umum digunakan di Indonesia
adalah : fumigant yang berbentuk padat thymol crystal dan
phospine. Fumigant yang berbentuk cair formaldehhyde,
carbondisulfide dan carbon tetra chloride yang akan berubah
menjadi uap. Sedangkan yang berbentuk gas methyl bromide.

D. Menetralkan Keasaman pada Kertas (Deasidifikasi)

Kertas yang sudah asam (pH < 6) dapat di netralkan dengan


melalui proses deasidifikasi.

Ada beberapa cara menetralkan keasaman pada kertas yaitu:

1. Deasidifikasi basah (Aqueous) yaitu dengan cara merendam


kertas dalam air magnesium bikarbonat.

2. Deasidifikasi kering (non aqueous) yaitu menetralkan dengan


menggunakan larutan (bukan air) berupa bahan kimia
diantaranya adalah menggunakam 2 % larutan methanol dan
Barium Hydroksida.

E. Menambal dan menyambung

Untuk memulihkan bentuk dan kekuatan kertas yang robek atau


patah, perlu dilakukan upaya perbaikan yang disesuaikan dengan
bentuk kerusakan yang terjadi.

61
Menambal dan menyambung dilakukan untuk mengisi lubang-
lubang dan bagian yang hilang pada kertas atau menyatukan
kembali kertas yang robek.

Bahan yang digunakan untuk menambal dan menyambung dapat


dilakukan dengan menggunakan beberapa jenis diantaranya
Tissue Jepang, Hand made paper dengan CMC (carboxyl Methly
Cellulose) sebagai perekat.

Gambar 13 menambal dan menyambung

F. Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah suatu cara untuk memperkuat kertas atau


dokumen yang berbentuk lembaran lepas agar terhindar dari
kerusakan yang bersifat fisik . Pada proses enkapsulasi setiap
lembar kertas/dokumen dilapisi/diapit dengan dua lembar plastik
polyester (mylar D) dan pada bagian pinggirnya direkatkan
dengan double side tape merk 3M.

62
Gambar.14 Enkapsulasi

G. Latihan

1. Sebutkan bagaimana cara melakukan pembersihan debu


dan alat yang digunakan apa saja!

2. Bagaimana cara menghilangkan noda selotape pada


dokumen?

3. Bagaimana Cara pembasmian serangga non kimia?

4. Apa pengertian fumigasi dan sebutkan jenis fumigasi?

5. Apa yang disebut deasidifikasi jelaskan?

H. Rangkuman

1. Teknik pemeliharaan bahan perpustakaan dapat dilakukan


dengan cara:
a. Membersihkan debu
Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk
membersihkan debu pada bahan perpustakaan yatu
menggunakan vacuum cleaner untuk membersihkan

63
debu yang melekat pada bahan perpsutakaan,
menggunakan kuas untuk debu-debu yang melekat pada
sela-sela bahan perpustakaan, serta dapat
menggunakan penghapus/bubuk penghapus untuk noda
yang melekat kuat pada bahan perpsutakaan
b. Menghilangkan noda
Ada beberapa jenis bahan kimia yang biasa digunakan
untuk memutihkan kertas antara lain : Sodium Klorida,
Potassium Permanganat, Hypochlorit dan Hydrogen
Peroksida.
c. Pembasmian serangga dilakukan dengan cara non kimia
yaitu dengan pembekuan. Sedangkan dengan
menggunakan bahan kimia dapat dilakukan dengan cara
penyuntikan, penyemprotan, serta fumigasi.
2. Teknik perawatan pada bahan perpustakaan dilakukan
sebagai berikut:
a. Menetralkan keasaman (deasidifikasi)
b. Menambal dan menyambung
c. Enkapsulasi

64
BAB VIII
PENUTUP

Kerusakan Bahan perpustakaan adalah suatu phenomena kompleks


yang timbul dari berbagai pengaruh yang menyebabkannya. Agar
bahan perpustakaan terhindar dari kerusakan perlu dilakukan
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan sehingga bahan
perpustakaan terlindungi dan siap pakai. Untuk itu perlu adanya
bimbingan kepada pemustaka bagaimana merawat bahan
perpustakaan agar terhindar dari kerusakan baik yang disebabkan
oleh lingkungan, faktor manusia maupun faktor-faktor perusak
lainnya.

Melalui mata ajar Pemeliharaan dan Perawatan Bahan


Perpustakaan ini diharapkan dapat membuka wawasan tentang
bagaimana melakukan pemeliharaan dan perawatan bahan
perpustakaan dengan metode yang benar sehingga bahan
perpustakaan yang ada di perpustakaan-perpustakaan dapat
disimpan dengan baik, dalam jangka waktu yang lama untuk
generasi masa mendatang.

65
66
DAFTAR PUSTAKA

Agrawal O.P, 1984, Conservation of Manuscripts and Paintings


of South-East Asia, London.

Baynes-Cope, AD, 1982 “Caring for Books and Dokuments”,


London, British Museum.

Feilden, Bernard M. 1979. An Introduction to Conservation of


Cultural Property, Unesco, Rome.

Harvey, Ros. 1993. Preservation In Libraries : Principles,


Strategy and Practices fo Librarians.London:Bowker Saur.

Made Ayu.W,dkk, 2013 “Pedoman Teknis Pembasmian


Serangga & Biota di Perpustakaan, Perpustakaan Nasional
RI, Jakarta.

Muhammadin Razak, 1995 dkk,”Petunjuk Teknis Pelestarian


Bahan Pustaka”, Perpustakaan Nasional RI, Jakarta.

Teygeler, Rene, 2001, Preservation of Archives in Tropical


Climate, An Annotated Bibliography, International Council
on Archive, Paris, The Haque, Jakarta.

67

Anda mungkin juga menyukai