Anda di halaman 1dari 26

TIM AHLI CAGAR BUDAYA PROVINSI SUMATERA SELATAN

NASKAH REKOMENDASI PENETAPAN

PERCANDIAN BUMAYU

SEBAGAI

KAWASAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI

19 Desember 2017
Dokumen Nomor: 04/Rek./TACB.SS/2017
REKOMENDASI
PERCANDIAN BUMIAYU

Menimbang : a. berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kabupaten Penukal Abab


Lematang Ilir Nomor 201/KPTS/DISBUDPAR/2017 tentang
Penetapan Kawasan Percandian Bumiayu sebagai Situs Cagar
Budaya Tingkat Kabupaten;
b. bahwa Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi telah melakukan kajian
pemeringkatan terhadap Kawasan Cagar Budaya Percandian
Bumiayu

Mengingat : a. Pasal 42 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar


Budaya, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 130;
b. Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor
543/KPTS/DISBUDPAR/2016 tentang Pembentukan Tim Ahli
Cagar Budaya Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016.

Merekomendasikan : Kawasan Cagar Budaya Percandian Bumiayu sebagai Kawasan


Cagar Budaya peringkat Provinsi.

1
Denah 1. Situs Bumiayu
Sumber : Balai Arkeologi Sumatera Selatan

2
HASIL KAJIAN
KOMPLEKS PERCANDIAN SITUS BUMIAYU

I IDENTITAS
Lokasi : Bumiayu
Desa : Bumiayu
Kecamatan : Tanah Abang
Kabupaten : Penukal Abab Lematang Ilir
Provinsi : Sumatera Selatan
Koordinat : Candi 1: 3˚20’54”LS – 104˚05’22,3” BT
Candi 2 : 3o20’50,6”LS – 104o05’13,7”BT
Candi 3 : 3o20’58”LS – 104o05’08”BT
Candi 4 : 3o20’49,6”LS – 104o5’24,9”BT
Candi 5 : 3o20’53,1”LS – 104o05’21”BT
Candi 6 : 3o20’51,4”LS – 104o05’22,5”BT
Candi 7 : 3o20’53,2”LS – 104o05’23,4”BT
Candi 11 : 3o20’53,4” – 104o05’15,3”
Luas/Ukuran : 203,710 hektare
Luas Bangunan Candi 1 : 14.3 x 19.9 m
Candi 2 : 10 x 13 m
Candi 3 : 17.7 x 17.7 m
Candi 7 : 9 x 10.6 m
Candi 8 : 5 x 14 m
Batas-batas : Utara : Jalan batas Desa Tanah Abang Selatan dan Tanah
Abang Utara
Selatan : Kebun Karet dan Sungai Lubuk Panjang
Barat : Kebun Karet dan Tebat Saleh (Tebat Tholib)
Timur : Sungai Lematang dan jalan poros Bumiayu-
Tanah Abang

II DESKRIPSI
Uraian : Situs Bumiayu adalah salah satu situs peninggalan agama
Hindu yang terdapat di tepian Sungai Lematang, di hilir Desa
Siku yang merupakan desa paling hilir dari kecamatan
Rembang Dangku dan masih termasuk kawasan Kabupaten
Panukal Abab Lematang Ilir (PALI), Provinsi Sumatera
Selatan. Di dalam situs ditemukan 10 gundukan tanah. Lima
gundukan tanah telah dipugar yaitu Candi Bumiayu 1, 2, 3, 7
dan 8.
Hasil kajian deliniasi yang dilakukan oleh Balai Pelestarian
Cagar Budaya Jambi tahun 2017 telah membagi Kawasan
Percandian Bumiayu menjadi empat area yaitu area Blok 1
yang secara administrasi berada di Desa Bumiayu,
Kecamatan Tanah Abang; area Blok 2 berada di Desa
Bumiayu tepatnya di sebelah barat daya blok 1; area titik
indikasi tinggalan 1 secara administrasi terletak di Desa
Tanah Abang Selatan dan di sebelah utara Blok 1; dan area
titik indikasi tinggalan 2 secara administrasi terletak di
sebelah utara candi 2 dan jalan desa kedalam wilayah Desa

3
Bumiayu (lebih rinci dapat dilihat pada hasil kajian deliniasi
halaman 60-62).
Pentingnya Situs Bumiayu dikarenakan berdasarkan hasil
penelitian arkeologi ditemukan banyak peninggalan, seperti
bangunan ritual (candi), bangunan profan, arca, tembikar, dan
keramik lama yang berasal dari abad ke-9 Masehi. Secara
garis besar peninggalan arkeologi tersebebut sebagai berikut:
1.Bagunan ritual
Bangunan ritual maksudnya bangunan ditujukan sebagai
tempat ibadah umat Hindu. Terdiri dari kompleks percandian
Bumiayu 1, kompleks percandian Bumiayu 2, dan kompleks
percandian Bumiayu 3.
a. Kompleks Percandian Bumiayu 1 :
Kompleks percandian Bumiayu 1 terdiri dari 1
bangunan induk dengan 4 candi perwara. Berdasarkan
hasil ekskavasi Balai Arkeologi Palembang pada tahun
2003 menemukan struktur bata di sebelah barat, utara,
timur dan selatan. Struktur bata tersebut diduga sisa-
sisa pagar keliling candi. Jarak struktur (pagar) diukur
dari dari tengah fondasi candi Bumiayu 1 adalah 20
meter lebar pagar 120 cm. Pagar keliling candi
Bumiayu 1 diperkirakan berbentuk bujur sangkar.
Atap candi Bumiayu 1 sudah hancur, diduga dahulu
terbuat dari bahan tanah liat, namun walaupun atap
telah hancur masih ditemukan komponen-komponen
atap yang diletakkan pada bangunan penyimpan
artefak seperti antefiks dan kemuncak. Bagian tubuh
candi berbentuk empat persegi panjang berukuran
10,21 x 10,47 meter, terbuat dari bata berwarna putih
kekuningan yang umumnya dalam kondisi rapuh.
Bagian tubuh candi ini tinggal menyisakan beberapa
lapis bata saja, meskipun demikian dari bagian badan
bangunan ini dapat diketahui adanya empat penampil
termasuk pintu masuk yang berada di sebelah timur,
sehingga dapat diketahui arah candi adalah timur. Kaki
candi Bumiayu 1 dibangun langsung diatas tanah
dengan menggunakan bata. Kaki candi Bumiayu 1
memiliki tangga yang berada di sebelah timur,
merupakan pintu masuk utama. Bagian kaki candi
tidak mempunyai hiasan.
Candi induk memiliki tiga perwara yang berada di
sebelah timur. Candi perwara I terletak di sebelah
utara berukuran 5,20 x 5,20 meter dengan tinggi yang
tersisa 0,72 meter. Candi perwara II terletak di tengah
dan merupakan reruntuhan bangunan kedua yang
kondisinya masih cukup baik. Candi ini juga
berukuran 5,20 x 5,20 meter dengan tinggi 0,40 meter.
Bata-bata dibagian penampil berhasil direkonstruksi
dan membentuk denah empat persegi panjang. Candi
Perwara III terletak di sebelah selatan dan merupakan

4
reruntuhan bata yang mengalami kerusakan paling
parah. Bata-batanya telah banyak yang hilang. Namun
berdasarkan sisa-sisa struktur yang ada diperkirakan
bentuk bangunannya sama dengan bangunan lainnya,
yaitu berukuran 5,20 x 5,20 meter. Struktur bata yang
tersisa di bagian sisi utara tingginya 0,32 meter.
Sedangkan candi perwara IV berada berjarak 10 meter
di sebelah timur candi perwara II. Candi berdenah
empat persegi panjang berukuran 2,40 x 3,30 meter.
Lapisan bata yang masih tersisa berada di sisi timur
berjumlah 5 lapis atau 0,40 meter.
b. Kompleks Percandian Bumiayu 2
Kompleks percandian Bumiayu 2 terdiri dari 1 candi
induk dan 1 candi perwara. Candi Bumiayu 2 berjarak
sekitar 280 meter 5ystem5 barat laut dari Candi
Bumiayu 1, berdenah bujur sangkar, ukuran 9, 52
meter x 9,91 meter, tiga penampil di depan dengan
ukuran 0,52 meter, penampil kedua 2,70 meter dan
penampil ketiga 1,93 meter. Hiasan pelipit pada sisi
kiri-kanan candi berbentuk seperti padma. Di muka
tangga candi terdapat empat perwara; satu perwara
masih utuh sedangkan tiga lainnya sebagian batanya
sudah lepas. Ukuran panjang, lebar dan tinggi masing-
masing perwara : 1) 67 cm x 76 cm x 35, 2) 70 cm x 80
cm x 94 cm , 3) 68 x 68 x 22 cm. Penampil terdapat di
sisi utara (menjorok 40 cm), selatan (menjorok 44 cm)
dan barat (menjorok 30 cm) dengan ukuran lebar 4,90
meter. Tangga naik terletak pada bangunan penampil
timur di sisi utara dan selatan dengan ukuran lebar
sekitar 1 meter. Di sisi timur bangunan penampil tidak
terdapat tangga naik
Empat struktur bata yang terletak di sebelah timur
candi induk mempunyai bentuk dan ukuran yang sama,
yaitu susunan bata yang dibentuk empat persegi
panjang berukuran 68 cm x 78 cm. Posisi struktur bata
berbaris dari utara ke selatan. Struktur bata no. 1
menyisakan empat lapis bata, struktur bata no. 2
menyisakan 12 lapis bata, struktur bata no. 3
menyisakan empat lapis bata, dan struktur bata no. 4
menyisakan dua lapis bata. Pemugaran yang dilakukan
pada struktur bata menjadikan Struktur bata no. 1
sebanyak 10 lapis bata, struktur bata no. 2 tetap 12
lapis bata, struktur bata no. 3 dan no. 4 sebanyak
sembilan lapis bata.
c. Kompleks Percandiaan Bumiayu 3
Kompleks percandian Bumiayu 3 terdiri dari 1 candi
induk yang berada 280 meter sebelah barat daya dari
Candi Bumiayu 1. Candi induk berdenah segi empat
belas. Denah tersebut pada dasarnya dibentuk dari
denah bujur sangkar yang sisi-sisinya diberi penampil.

5
Denah bujur sangkar berukuran 13,88 meter,
sedangkan masing-masing penampilnya berukuran
sama, yaitu 6,78 meter x 1,80 meter. Fondasi kaki
bangunan induk terdapat 4 struktur dinding bata yang
selanjutnya dari luar ke dalam secara berurutan
masing-masing disebut dinding I, II, III, IV. Denah
dinding I dan II bujur sangkar, sedangkan dinding III
dan IV segi delapan tidak sama sisi. Bidang batas
antara kaki dan tubuh bangunan tidak diketahui secara
jelas karena bata kulit luar bangunan telah terlepas.
Dinding I dan II yang terletak di bagaian luar
diperkirakan merupakan struktur bangunan bagian
bawah, mungkin kaki bangunan, sedangkan dinding III
dan IV merupakan struktur bangunan diatasnya,
mungkin badan bangunan. Struktur badan bangunan
berbentuk segi delapan berada di bagian dalam denah
bangunan. yang diduga kuat dibuat untuk membentuk
ruang dalam bangunan yang berdenah segi delapan
pula. Rang tersebut biasa disebut garbhagrha. Ruang
tersebut terletak di dalam badan candi. Struktur atap
tidak dapat diketahui lagi, kecuali adanya hiasan-
hiasan yang terdapat pada struktur tersebut. Hiasan-
hiasan yang dimaksudkan adalah simbar (antefiks) dan
menara-menara hias yang berbentuk seperti genta serta
hiasan kemuncak yang ditemukan diantara runtuhan
bangunan. Pintu masuk bangunan tidak diketahui lagi,
akan tetapi sisa struktur tangga pintu masuk ada
sehingga diketahui arah hadap candi tersebut adalah
timur laut, tepatnya U 1060 Candi Bumiayu 3
merupakan compound dari sekurang-kurangnya empat
bangunan yaitu satu bangunan induk dan tiga
bangunan penunjang.

2. Bangunan profan
Bangunan profan adalah bangunan tidak berfungsi sebagai
kegiatan keagamaan, kemungkinan sebagai bangunan
mandapa atau sebagai bangunan tempat tinggal bagi orang-
orang yang bertugas dalam kegiatan keagamaan. Bangunan
profan di situs Bumiayu adalah candi Bumiayu 8.
Candi Bumiayu 8
Berjarak sekitar 40 meter sisi timur dari Candi Bumiayu 3.
Bangunan Candi Bumiayu 8 bentuk denahnya sangat berbeda
dengan bangunan candi lain yang ada di kompleks
percandian Bumiayu. Bentuk denahnya empat persegi
panjang tanpa penampil dengan ukuran 6 x 15 meter. Di
bagian atas dua lapis bata yang terakhir, terdapat sebuah
profil bingkai mistar dan pada lapisan yang keempat, sistem
seluruhnya diisi relief bunga-bungaan. Diatas relief tersebut
terdapat tiga susun bata bata yang berbentuk bingkai polos
selanjutnya diteruskan dengan bingkai sisi genta. Di bagian

6
atas bingkai sisi genta itu diteruskan dengan bingkai mistar
masuk ke dalam selanjutnya berkembang menjadi lantai
bagian atas. Dilihat dari bentuknya yang sangat sederhana
tersebut timbul suatu kesan bahwa bangunan mandapa atau
bangunan 7ystem7.Secara keseluruhan hiasan bangunan
candi 8 terdiri dari relief bunga dalam bentuk ceplok bunga
dan sulur-suluran. Hiasan-hiasan tersebut ditemukan pada
bingkai datar 4 lapis di atas fondasi.

Gundukan tanah yang belum dipugar adalah candi Bumiayu


4,5,6,9,10. Berdasarkan hasil penelitian gundukan tanah
tersebut berisi struktur bata.
a.Candi Bumiayu 4
Candi Bumiayu 4 berjarak 150 meter sisi timur laut dari
Candi Bumiayu 1. Ekskavasi yang dilakukan pada tahun
1992 di runtuhan bangunan Candi Bumiayu 4 berhasil
menampakkan struktur yang ditemukan masih terus berlanjut
sisi utara ke arah timur. Pada bagian tengah struktur tersebut
tidak menunjukkan struktur, malainkan diisi dengan tanah.
Hal ini membuktikan bahwa struktur ini diduga merupakan
struktur bangunan yang semi permanen seperti bangunan
rumah tinggal (bangunan 7ystem7 di suatu perkampungan)

b.Candi Bumiayu 5
Berjarak 60 meter sebelah barat lau dari Candi Bumiayu 1.
Pada waktu ditemukan berupa gundukan tanah seluas 100
meter persegi yang ditumbuhi ilalang. Beberapa pecahan bata
tampak berserakan di permukaan tanah. Di bagian timur
merupakan struktur bata yang menyerupai lantai bangunan.

c.Candi Bumiayu 6
Terletak di sebelah utara Candi Bumiayu 1 berjarak sekitar
20 meter. Merupakan gundukan tanah yang tingginya sekitar
0,5 meter dengan diameter 90 meter persegi, diduga
didalamnya adalah runtuhan bangunan yang masih
berhubungan dengan kompleks percandian Bumiayu.

d.Candi Bumiayu 7
Berada di sebelah Timut Laut Candi 1 dengan jarak 20 meter.
Pada mulanya Candi 7 merupakan gundukan tanah yang
berukuran 18 x 18 meter dan tinggi sekitar 1 meter. Candi
Bumiayu 7 berdenah dasar empat persegi panjang dengan
penampil di sebelah Barat. Denahnya berukuran 9 x 10,60
meter sedangkan penampil berukuran 5,53 x 5,80 meter.
Bentuk Candi Bumiayu 7 ini tidak lazim karena bagian
tengahnya kosong atau tidak ada bata-bata isian. Selain itu di
bagian dalam atau tepatnya di sisi barat laut terdapat susunan
bata yang membentuk lingkaran berukuran 1,55 cm x 1,75
cm. Berbeda dengan dibagian penampil yang padat dengan
bata-bata isian yang sudah tidak lagi beraturan. Berjarak

7
sekitar 10 meter sebelah timur laut dari Candi Bumiayu 1,
berbentuk empat persegi panjang. Di tengah runtuhan
bangunan ditemukan lubang berdiameter 1 meter yang
didalamnya ditemukan arang dan tulang.

e.Candi Bumiayu 9
Berjarak 90 meter di sebelah timur-laut Candi Bumiayu2.
Lingkungan merupakan kebun yang ditanami pohon jeruk,
rambutan dan kopi serta karet. Saat ditemukan beberapa
pecahan bata di permukaannya. Lima meter sisi selatan
terdapat bekas penggalian liar. Selanjutnya dilakukan
penggalian oleh tim Puslit dan berhasil menemukan fondasi
ukuran 158 x 158 cm.
f.Candi Bumiayu 10
Berada di sisi timur Sungai Tebat Jambu, anak Sungai
Lematang. Terdapat jalan setapak di sisi timur gundukan
tanah, yang membujur dari utara ke selatan. Berdasarkan
penggalian 14 kotak diketahui candi Bumiayu 10 berisi
runtuhan bata dari arah timur ke barat. Dari permukaan tanah
sampai spit (2) dijumpai sebaran bata tidak
beraturan/tumpang tindih 8ystem menyeluruh kotak galian
dan struktur bata ditemukan pada kotak 10 dan 1 (4 lapis
bata), 13 (3 lapis bata), 11 (3 lapis bata) dan 12 (5 lapis bata),
membujur dari utara ke selatan kurang lebih 3 meter
menyilang dari timur ke barat 4,2 meter.

3. Arca
a.Arca Siwa Mahadewa dari Candi Bumiayu 1
Arca berukuran tinggi keseluruhan arca 62 cm, tinggi
antara 51 cm, lebar 36 cm, tebal 24 cm dan tebal
sandaran 5 cm.Arca digambarkan dalam sikap duduk
bersila diatas padmasana.
b.Arca Tokoh 1 dari Candi Bumiayu 1
Arca dalam sikap duduk diatas padmasana ganda
berbentuk segi empat dengan ujung membulat. Bentuk
permukaan atas asana berhias pola geometris. Arca
dari bahan batu tufaan (limestone), memiliki dua
tangan. Arca berukuran tinggi keseluruhannya 62 cm,
tinggi arca 50 cm, lebar 36 cm dan tebal 4,5 cm.
c.Arca Tokoh 2 dari candi Bumiayu 1
Arca berpostur gemuk, dari bahan limestone, posisi
duduk lapik polos padmasana, mempunyai tangan dua.
Telapak kiri di bawah telapak tangan, yang diatasnya
terdapat bunga mekar. Arca memakai kain panjang
sampai betis dan dengan hias pola bunga.
d. Arca Agastya dari candi Bumiayu 1
Arca berdiri diatas padmasana ganda, bertangan dua
dan berjanggut panjang, membawa kamandalu (kendi),
aksamala (tasbih), berperut buncit (gendut) dan trisula
dipahatkan menempel pada sandaran arca sebelah

8
kanan. Arca bertangan dua, tangan kanan berada di
depan perut memegang aksamala dan tangan kiri lurus
ke bawah memegang kendi (kamandalu). Ukuran arca,
tinggi keseluruhan 69 cm, lebar 29 cm, tinggi lapik 14
cm dan tebal sandaran 3,5 cm.
e.Arca Stambha dari candi Bumiayu 1
Arca terdiri dari tiga tokoh yaitu 9yste (raksasa
berbadan kerdil) duduk diatas gajah yang mendukung
singa. Ukuran arca tinggi 55 cm. Lebar 18 cm dan
tebal 17,5 cm. Ada kemungkinan bahwa arca ini
menggambarkan karivairi suatu bentuk yang sangat
9ystem9 di wilayah Orissa sekitar 11-12 Masehi.
Dalam 9ystem percandian yang dikenal di India
biasanya terdapat bangunan menara di setiap sudut
dekat pagar. Di atas menara biasanya ditempatkan
suatu arca (berupa binatang singa atau gajah) stambha
sebagai hiasan puncaknya. Dengan analogi ini
kemungkinan arca stambha ini juga berasal dari suatu
menara yang mungkin didirikan di sekitar candii
Bumiayu 1 tidak menutup kemungkinan bahwa
disinilah lokasi semula arca stambha tersebut.
f.Nandi dari candi Bumiayu 1
Nandi adalah nama vahana (kendaraan) dewa Siwa
yang berwujud binatang lembu. Arca yang terbuat dari
batu putih (limestone) ini ditemukan di Candi
Bumiayu 1. Posisi arca mendekam dengan kedua kaki
berlipat di atas lapik berbentuk segi empat. Arca
berukuran panjang 85 cm dan tinggi 35 cm.
g.Badan Dewi Bhairawi dari candi Bumiayu 3
Ditemukan di halaman Candi Bumiayu 3 tinggal
sebatas ujung leher sampai pertengahan perut. Ukuran
tinggi 44 cm, lebar 48,5 cm, tebal 42 cm. Arca tersebut
digambarkan mengenakan upavita berupa hiasan enam
kepala tengkorak yang diuntai dari bahu kiri sampai ke
pertengahan perut. Kedua buah dadanya menonjol.
Tangan kanannya patah, sedangkan tangan kirinya
dilipat ke bahu kiri dengan jari-jari tangan terbuka,
telapak tangan menghadap ke depan, hanya jari jempol
yang masih utuh, keempat jari lainnya telah patah.
Kelat bahu pada tangan kiri dihias dengan kepala
tengkorak dihias dengan dengan untaian biji mutiara.
h.Arca Singa dari Candi Bumiayu 3
Tinggi keseluruhan 77 cm, tinggi arca : 68,5 cm, lebar
50 cm. Arca dalam sikap duduk diatas, kaki kanan
depan tegak, sedangkan kaki kiri depan diangkat
keatas sambil mencengkram seekor ular. Wajah
mendongak keatas, mata melotot, mulut terbuka
sehingga lidah dan giginya tampak. Surai diatas
punggung distilasikan. Di bawah badan dipahat kura-
kura dalam sikap kepala terjulur dari tempurung.

9
i.Arca Pendeta
Arca berada dalam mulut makara. Rambut diikat
ketas, berjenggot panjang, mata memandang ke
bawah. Kedua tangannya bertumpu diatas kaki, dengan
tangan kanan diatas dengan 4 jari tegak, ibu jari berdiri
sedangkan tangan dalam posisi di bawah, tangan kanan
dengan jari-jari terbuka telapak tangan mengarah
keatas. Badan mengenakan upavita berbentuk tali
polos yang diselempangkan dari bahu kiri ke pingul
kanan.
j.Kepala Arca Siwa Bhairawa
Ukuran tinggi 23 cm, lebar 14,5 cm dan tebal 18 cm.
Alis, hidung dan mulut arca sudah aus. Mata melotot,
memiliki bulu mata, mengenakan jatamakuta yaitu
rambut ikal disusun ke ujung dahi. Telinga panjang
dengan hiasan subang berbentuk bulat hati. Telinga
panjang dengan subang berbentuk bulat hati.
l.Arca Makhluk Ghana
Ukuran tinggi arca 51 cm, lebar 45 cm, dan tebal 13,5
cm. Digambarkan di pipi tangga candi, dalam posisi
berdiri dengan kedua tangan terangkat keatas dan kaki
mengangkang. Jari-jari terbuka dan telapak tangan
menghadap keatas, mata melotot memiliki alis, hidung
besar, mulut terbuka dengan deretan gigi runcing
menutup rahang bawah. Rambut lurus disisir ke
belakang kepala, memiliki telinga lebar, subang
berbentuk cincin, berjenggot dan mahkota berupa
tengkorak yang diuntai dengan sulur-suluran. Hiasan
kalung berupa tengkorak, mengenakan dua gelang di
tiap tangan, yang berbentuk tali polos. Perut buncit dan
buah dadanya menonjol.
m.Topeng-Topeng Tanah Liat
Ditemukan 5 topeng dari candi Bumiayu 3,
digambarkan dalam perawakan menyeramkan, mulut
melongo, mata melotot, bertaring dan bertanduk serta
memakai hiasan candrakapala.
n.Arca-arca binatang yang tinggal kepalanya saja yaitu
buaya, anjing dan ular.

4. Keramik Lama
Di situs Bumiayu ditemukan keramik dalam kondisi
fragmentaris, kronologi keramik tertua berasal dari abad ke-9
Masehi. Maka diperkirakan situs Bumiayu telah dihuni
sekitar abad ke-9 Masehi. Keramik dari dinasti Tang, Sung
dan Ming, Ching dengan jenis terbanyak dari Swatow dan
Kraak. Keramik lainnya adalah keramik dari Asia Tenggara
yaitu dari Vietnam (abad ke-16 M), dan Thailand berupa
tungku Sawankhalok berasal dari abad ke-14-16 Masehi,
serta keramik Jepang sekitar abad ke-19 M yang berasal dari
Yoshida. Adapun keramik Eropa umumnya berasal dari abad

10
ke-19 Masehi yaitu keramik dari Belanda dan Inggris.Bentuk
keramik yang terbanyak ditemukan dari situs Bumiayu
adalah mangkuk (512 fragmen porselen dan 459 fragmen
batuan), guci (610 fragmen batuan). Dari kompleks
percandian Bumiayu 3 banyak ditemukan guci (69 fragmen)
baik yang terbuat dari bahan batuan dan porselen, selain itu
ditemukan pada mangkuk, jambangan, dan cepuk, yang
berasal dari dinasti Tang sampai Sung (abad ke-10-13 M).

5. Prasasti Emas, temuan di tepi Sungai Lematang


Sekarang prasasti disimpan di Museum Balaputradewa,
memiliki paleografi abad ke-11-12 Masehi, huruf Jawa Kuno.

6. Bata bertanda dari Candi Bumiayu 1


Di candi Bumiayu 1 ditemukan sebanyak 314 bata berhias,
baik yang berupa huruf maupun bentuk tanda lain.
Keseluruhan bata tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan
jenis-jenis tanda yang digoreskan di atas permukaannya,
yaitu: bata dengan tanda berupa huruf terdiri dari 115, bata
bercap/bertanda selain huruf berjumlah 100, bata dengan
hiasan gores garis berjumlah 75, bata pecahan dengan tanda
huruf dalam kondisi tidak utuh berjumlah 26. Bata-bata yang
ditemukan tersebut merupakan hasil pembongkaran dinding
bangunan bagian barat timur dan selatan Candi Bumiayu 1.
Hasil identifikasi terhadap bata-bata bertulis memperlihatkan
adanya 18 jenis huruf dengan beberapa variasi penulisannya.
Keseluruhan huruf tersebut merupakan aksara Jawa Kuna.
Masing-masing terdiri dari: huruf ”ja”, “da”, “pa”, dan “la”
dituliskan dalam satu variasi bentuk; sementara hurut “ka”
terdiri dari tiga variasi, huruf “ca” ada dua variasi, huruf “ţa”
dituliskan dalam dua variasi, huruf “ta” digoreskan dalam
tiga bentuk berbeda, huruf “wa” terdiri dari dua variasi dan
huruf “ha” ditulis dalam bentuk empat bentuk.Selain
ditemukannya tulisan dalam batu bata di Candi Bumiayu 1,
ada pula hiasan tera yang masing-masing terdiri atas hiasan
berbentuk: gores garis, jejak kaki binatang, bunga, daun, cap
jari tangan manusia dan hiasan gores lain yang belum dapat
diidentifikasikan. Bata dengan hiasa cap jari tangan
terkumpul sebanyak 54 buah yang meliputi cap satu jari, dua
jari, empat jari, lima jari tangan, serta enam jari tangan.
Adapun bata dengan bentuk hiasan garis tercatat sebanyak 46
bata, yang dapat dikelompokkan lagi atas bentuk satu garis
berjumlah 32 bata, dua garis sejajar berjumlah tiga bata, dan
tiga garis sejajar hanya dijumpai pada dua bata. Bata dengan
“hiasan” jejak kaki binatang berjumlah 23, terdiri dari jejak
kaki ayam, anjing dan kucing. Selain bentuk hiasan di atas,
juga berhasil dikumpulkan bentuk-bentuk hiasan berupa ikan
dan daun masing-masing satu bata (Purwanti, 2014).
Kondisi Saat Ini : Hingga kini situs Bumiayu masih diteliti oleh Balai
Arkeologi Sumatera Selatan. Secara umum kondisi situs

11
dalam keadaan baik. Sampai saat ini penelitian, upaya
pelestarian dan pemanfaatan untuk obyek turis masih terus
berjalan. Untuk mencapai situs, Pemerintah Kabupaten
Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) telah memperkeras jalan
dengan aspal untuk menunju situs. Di dalam situs saat ini
masih terdapat gundukan tanah yang didalamnya
diindikasikan struktur bata yang belum dikupas. Saat ini telah
disiapkan Gedung Koleksi yang berfungsi untuk menyimpan
artefak dan temuan-temuan arkeologis lainnya yang berasal
dari kawasan Percandian Bumiayu. Candi Bumiayu 1 sering
mengalami banjir apabila musim penghujan maka lama
kelamaan dapat menyebabkan arca dan komponen candi
rusak. Penduduk desa masih banyak bermukim di dalam
situs, maka perlu relokasi permukiman pada masa yang akan
datang. Begitupula adanya aktivitas pasar karet di dalam situs
yang dapat menyebabkan situs kotor dan bau.
Manfaat : Situs Bumiayu dengan peninggalan candi beserta
komponennya sangat penting dilihat dari berbagai perspektif.
Pertama, untuk kepentingan akademis, kemajuan ilmu
pengetahuan, khususnya sejarah dan kebudayaan. Kedua,
untuk kepentingan ideologis, pendidikan karakter dan
penguatan semangat nasionalisme melalui nilai-nilai
ekstrinsik dan intrinsik yang dikandung tinggalan. Ketiga
untuk kepentingan praktis, pemanfaatan untuk peningkatan
ekonomi masyarakat dengan menjadikannya objek wisata dan
lain-lain.

1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan.


Kompleks Percandian Bumiayu dapat menambah ilmu
pengetahuan bagi masyarakat, untuk pengetahuan bahwa
dahulu Sumatera Selatan telah memiliki kontak dagang
dengan bangsa asing seperti bangsa Cina, India, Vietnam,
Thailand dan Eropa. Kontak dagang dengan India
mengakibatkan masuk dan berkembangnya agama Hindu
di Bumiayu. Adanya kontak dagang dengan bangsa asing
dibuktikan dengan temuan keramik asing, dan keramik
tertua berasal dari abad ke-9 Masehi.

2. Kepentingan Bangsa. Peninggalan arkeologi di situs


Bumiayu menghasilkan banyak nilai-nilai kemanusiaan
dan peradaban yang sangat penting bagi Bangsa Indonesia
di masa kini. Nilai-nilai itu merupakan bagian dari nilai-
nilai kenusantaraan, nilai yang mencirikan keindonesiaan.
Singkatnya nilai yang merupakan akar peradaban bangsa.
Oleh sebab itu nilai-nilai itu semestinya menjadi landasan
atau fondasi kebangsaan dalam membangun peradaban
yang berkeindonesiaan. Beberapa di antara nilai itu adalah:

- Nilai Kebinekaan: Nilai yang mencirikan


keindonesiaan menunjukkan bahwa sejak dahulu

12
bangsa Indonesia dapat menerima dan bergaul dengan
bangsa asing (pendatang). Bangsa Indonesia telah
mengenal akulturasi kebudayaan yaitu kebudayaan asli
Indonesia bercampur dengan kebudayaan India. Hal ini
dibuktikan dengan pendirian kompleks percandian
Bumiayu tidak seketat mengikuti aturan dari India
tetapi bercampur dengan anasir lokal.

- Nilai Spritualisme: Bangsa Indonesia telah mengenal


nilai spritual. Terbuk dengan adanya peninggalan
bangunan candi Hindu-Buddha di Sumatera Selatan.
Pada masa lalu masyarakat telah memiliki toleransi
beragama. Umat Hindu-Buddha dapat hidup
berdampingan dalam menjalankan ibadah

- Nilai Ilmu Pengetahuan:


Keberadaan candi menunjukkan masyarakat masa lalu
telah memiliki pengetahuan dan kemampuan teknologi
untuk mendirikan candi. Kemampuan teknologi dalam
membangun candi yaitu menggunakan bahan batu bata
dan teknologi memahat dan mengukir arca dan relief
candi dengan menggunakan bahan batu putih, batu
granit dan terracota.
Kompleks berpotensi untuk diteliti lebih lanjut dalam
rangka menjawab masalah-masalah dalam bidang
keilmuan tertentu, antara lain antropologi, sejarah,
arsitektur, teknik sipil, ilmu-ilmu kebumian, dan lain-
lain.

- Nilai Seni: Keberadaan candi dan komponen candi,


arca-arca dewa, arca-arca hewan, relief fauna dan flora
menunjukkan hasil karya seni yang tinggi yang dibuat
masyarakat situs Bumiayu pada masa lalu.

- Nilai Pembelajaran: Belajar dari masa lampau menjadi


sangat penting untuk perbaikan ke depan. Dalam
konteks ini pembelajaran masa lampau dari situs
Bumiayu dapat dilihat bahwa masyarakat masa lalu
menempatkan bangunan ritual dan tempat tinggal pada
bentang lahan aluvial yaitu di tepian sungai (DAS
Lematang). Dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi, sosial dan religi.

3. Kepentingan Praktis.
Situs Bumiayu berisikan kompleks percandian beserta
arca, keramik dan tembikar merupakan aset baik yang
sudah maupun yang belum tergali, serta nilai-nilai
ekstrinsik dan intrinsik yang melekat padanya, maka situs
ini perlu dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat.
Salah satu di antaranya adalah menjadikannya objek wisata

13
untuk sarana penelitian, edukasi, dan rekreasi.

Riwayat Penelitian
Penelitian tentang Kompleks Percandian Bumiayu telah
berlangsung sejak masa Kolonial Belanda. E.P. Tombrink,
seorang ilmuwan Belanda, melaporkan kali pertama
keberadaan situs Bumiayu pada 1864 dalam Hindoe
Monumenten in de Bovenlanden van Palembang. Di dalam
laporannya ia menyebutkan bahwa di daerah Lematang Ulu
ditemukan peninggalan yaitu 26 arca dari trasit berbentuk
nandi. Pada daerah Lematang Ilir ditemukan runtuhan candi
di dekat Dusun Tanah Abang juga satu relief burung
kakaktua yang disimpan sekarang di Museum Nasional
(Tombrink, 1870: 1-45; Satari, 2000:2). Selanjutnya kontrolir
Belanda bernama A.J. Knaap pada tahun 1904 melaporkan
bahwa di wilayah Lematang ditemukan reruntuhan bangunan
bata setinggi 1,75 m. Berdasarkan informasi bangunan
tersebut diduga bekas Keraton Kedebong Undang yang
memiliki luas dari Babat sampai Modong. J.L.A. Brandes
pada tahun 1904 melaksanakan penelitian terhadap Situs
Bumiayu, namun tidak menghasilkan apa-apa. FDK Bosch
(1930: 151-152) dalam majalah Oudheidkundig Verslag (OV)
melaporkan bahwa di Tanah Abang ditemukan sudut
bangunan dengan hiasan makhluk gaana dari bahan terakota,
selain itu juga ditemukan kemuncak bangunan berbentuk
lingga, antefiks, dan satu arca tanpa kepala.
Tahun 1936, F.M. Schnitger melakukan penelitian dan
berhasil menemukan 3 runtuhan bangunan bata, pecahan arca
Siwa, 2 kepala kala, fragmen arca singa, dan beberapa bata
yang memiliki hiasan binatang burung. F.M. Schnitger
menyimpan temuan tersebut di Museum Badaruddin II,
Palembang (Utomo, 1993: 4). Tahun 1973 Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional (Puslitarkenas) melakukan penelitian di
situs Bumiayu dengan bekerjasama Universitas Pennsylvania.
Penelitian tersebut berhasil menemukan 3 runtuhan bangunan
bata. Penelitian kemudian dilakukan tahun 1976 dengan
melakukan survey di situs Bumiayu dan berhasil menemukan
3 runtuhan bangunan bata (Surjanto, dkk., 1984: 31). Tahun
1990 penelitian dilakukan lebih gencar dan menjalin
kerjasama dengan Ecole Francaise d’Extreme Orient
(EFEO). Pada tahun 1991 dilakukan pemetaan secara
menyeluruh juga penelitian biologi dan geologi pada
Kompleks Percandian Bumiayu. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Situs Bumiayu dikelilingi oleh parit
yang mengalir ke Sungai Lematang. Sedangkan dari
pengamatan geologi diperkirakan letak kompleks percandian
Bumiayu berada di meander Sungai Lematang, diduga dalam
jangka waktu 20 tahun akan hilang karena terseret oleh arus
sungai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut selanjutnya
dilakukannya ekskavasi pada Candi Bumiayu 1 oleh Pusat

14
Penelitian Arkeologi Nasional. Pada penelitian ini ditemukan
sudut penampil bangunan candi. Selain itu dilaporkan adanya
sembilan gundukan tanah yang mengindikasikan didalamnya
berisikan runtuhan bangunan bata. Puslitarkenas kemudian
memberikan penomoran pada gundukan-gundukan tersebut.
Penomoran diurutkan berdasarkan urutan penemuannya dan
ditempatkan dalam peta situasi Kompleks Percandian
Bumiayu. Penamaan “candi” pada setiap gundukan tidak
mengindikasikan bahwa gundukan tersebut merupakan
bangunan candi, karena dari hasil penelitian diketahui bahwa
tidak semua bangunan kuno yang terdapat di situs ini bersifat
sakral, namun ada juga yang bersifat profan.
Pada tahun 1992-1993 Proyek Pelestarian / Pemanfaatan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala (P2SKP) Propinsi
Sumatera Selatan melaksanakan kegiatan pemugaran di Situs
Bumiayu yaitu melaksanakan penggalian secara menyeluruh
pada Candi Bumiayu 1. Hasil penggalian diketahui denah dan
ukuran Candi Bumiayu 1, juga berhasil menemukan arca-arca
dari batu putih, seperti Siwa, arca Agastya, dua arca tokoh,
dan arca yang menggambarkan tiga tokoh dari batu hitam.
Pemugaran kemudian dilanjutkan pada tahun 1994 - 1995.
Candi induk Bumiayu 1 selanjutnya diberi cungkup pada
tahun 1996. Bentuk bangunan berdenah empat persegi
panjang berukuran 16,8 x 16 meter.
Tahun 2001 dilaksanakan pengupasan oleh Proyek
Pelestarian / Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala
Sumatera Selatan. Kemudian pada tahun 2002 dan 2003
dilakukan pemugaran oleh Proyek Pemanfaatan Peninggalan
Sejarah dan Purbakala (P2SP) Jambi dengan menggunakan
dana APBN. Hal itu dikarenakan adanya perubahan Propinsi
Sumatera Selatan menjadi daerah otonom. Pada tahun 2004
Subdin Kebudayaan Dinas Pendidikan Nasional Propinsi
Sumatera Selatan menggunakan dana APBD membangun
cungkup pada Candi induk Bumiayu 1.
Candi Bumiayu 7 berjarak 20 meter sebelah Timut Laut
Candi induk. Lokasi ini diteliti oleh Pusat Penelitian
Arkeologi Nasional tahun 2002. Berdasarkan penggalian
ditemukan struktur bata yang memanjang dengan orientasi
barat-timur panjangnya 390 cm. Selanjutnya Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi tahun 2003
melakukan ekskavasi dan menemukan struktur bata dengan
lebar 1 meter. Sedangkan pada bagian tengah tidak
ditemukan adanya susunan bata. Tahun 2004 Subdin
Kebudayaan Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Sumatera
Selatan melakukan kegiatan yang berupa pengupasan,
konsolidasi, dan pencungkupan. Selain itu juga mendirikan
bangunan penyimpanan temuan.
Kompleks percandian Bumiayu 2 terdiri dari 1 candi induk,
empat struktur bata, dan 1 candi perwara. Candi induk
merupakan bangunan yang telah dilakukan pengupasan oleh

15
Proyek Pelestarian / Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Sumatera Selatan pada tahun 2000. Pemugarannya
dilakukan oleh Proyek P2SP Balai Pelestarian Peninggalan
Purbakala Jambi pada tahun 2002 dan 2003. Sedangkan
pencungkupannya oleh Dinas Pendidikan Nasional Propinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2004.
Berdasarkan kegiatan studi teknis yang dilakukan pada tahun
2006 diketahui bahwa gundukan candi mengandung struktur
bata berbentuk empat persegi panjang berukuran 980 x 1300
cm. Pada sisi barat terdapat struktur bata yang membentuk
huruf U dengan panjang masing-masing sisinya 100 cm.
Struktur yang berbentuk huruf U ini yang masih utuh terletak
di sisi selatan. Oleh karena itu diperkirakan struktur bata ini
diperkirakan pagar keliling candi.
Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Sumatera Selatan pada tahun 1996-1997
melakukan pengupasan dan berhasil menemukan candi induk
dan tiga candi perwara. Kegiatan pengupasan tersebut juga
menghasilkan komponen-komponen bangunan yang tidak
diketahui lagi tempatnya dan fragmen arca yang berbagai
jenis.
Bulan Oktober tahun 1997 Proyek Pelestarian / Pemanfaatan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sumatera Selatan
melakukan pengupasan terhadap gundukan tanah yang
dinamakan Candi Bumiayu 8. Hasil pengupasan
menampakkan struktur bangunan yang berukuran 5 x 12
meter. Selain struktur bangunan, di sebelah timur bangunan
tersebut ditemukan empat makara yang kondisinya relatif
utuh.
Atas dasar potensi yang dimiliki, Balai Pelestarian Cagar
Budaya Jambi telah mengangkat beberapa orang juru pelihara
untuk menjaga dan merawat situs Bumiayu.
Status Kepemilikan : Lokasi Kompleks Percandian Bumiayu dimiliki dan dikelola
dan/atau Pengelolaan oleh Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir.
Sedangkan sebagian kawasan, masih dimiliki masyarakat,
yaitu, kawasan pemukiman (26,103 ha), area danau Lebar
(29,069 ha), area rawa (1,453 ha), area Tempat Pemakaman
Umum (3,845 ha), kebun campur (15,690 ha), area lahan
kosong (1,700 ha), kebun karet (111,130 ha), area Candi
yang dibebaskan (10,293 ha).

III KRITERIA PENETAPAN DAN/ATAU PEMERINGKATAN


Dasar Hukum : Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya:
Pasal 5
Benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai
Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur
Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima

16
puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian
bangsa.

Pasal 43
Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya
peringkat provinsi apabila memenuhi syarat sebagai:
a. mewakili kepentingan pelestarian Kawasan Cagar
Budaya lintas kabupaten/kota;
b. mewakili kreatif yang khas dalam wilayah provinsi:
c. langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit
jumlahnya di provinsi;
d. sebagai bukti evolusi peradaban bangsa dan pertukaran
budaya lintas wilayah kabupaten/kota, baik yang telah
punah maupun yang masih hidup di masyarakat; dan/atau
e. berasosiasi dengan tradisi yang masih berlangsung
Alasan : Lokasi Kawasan Percandian Bumiayu memenuhi kriteria
Pasal 5, karena:
a. berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;
b. mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima
puluh) tahun;
c. memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan,
pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan
d. memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa
.
Lokasi Kawasan Percandian Bumiayu memenuhi kriteria
Pasal 43, karena:
a. mewakili kreatif yang khas dalam wilayah provinsi:
b. langka jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit
jumlahnya di provinsi;
c. sebagai bukti evolusi peradaban bangsa dan pertukaran
budaya lintas wilayah kabupaten/kota, baik yang telah
punah maupun yang masih hidup di masyarakat

IV KESIMPULAN
Berdasarkan kajian terhadap data yang tersedia hingga saat ini, maka Tim Ahli Cagar
Budaya Provinsi Sumatera Selatan merekomendasikan kepada Gubernur Sumatera
Selatan agar Kawasan Cagar Budaya Percandian Bumiayu ditetapkan sebagai Kawasan
Cagar Budaya Peringkat Provinsi.

17
REKOMENDASI PEMERINGKATAN
KOMPLEKS PERCANDIAN BUMI AYU
SEBAGAI
SITUS CAGAR BUDAYA PERINGKAT KABUPATEN

DISETUJUI OLEH

IRENE CAMELYN SINAGA …………………….

SYAHRULLAH …………………….

HADRAN EFFENDI …………………….

BUDI WIYANA …………………….

YUDHY SYAROFIE …………………….

ARYANDINI NOVITA …………………….

SAMSUDIN ………………….....

Tempat : Palembang
Hari, tanggal : Selasa, 19 Desember 2017

18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto

Foto 1. Sungai Lematang di sisi tenggara Candi Foto 2. Danau Candi


Bumiayu 1 Sumber: Balai Arkeologi Sumsel
Sumber: Balai Arkeologi Sumsel

Foto 3. Relief Singa pada Pilaster Candi Bumiayu 1


Sumber: Balai Arkeologi Sumsel

19
Foto 4. Candi Bumiayu 1
Sumber: Balai Arkeologi Sumsel

Foto 5. Candi Bumiayu 2


Sumber: Balai Arkeologi Sumsel

20
Foto 6. Candi Bumiayu 3
Sumber: Balai Arkeologi Sumsel

Foto 7. Candi Bumiayu 7


Sumber Balai Arkeologi Sumsel

21
Foto 8. Candi Bumiayu 8 Foto 9. Hiasan pada pondasi candi Bumiayu 8
Sumber: Balai Arkeologi Sumsel Sumber Balai Arkeologi Sumsel

Foto 10.Arca Siwa Mahadewa dari Foto 11. Arca Makhluk Gana dari Foto 12. Arca Stambha dari
candi Bumiayu 1 acndi Bumiayu 3 Candi Bumiayu 1

22
Foto 13. Fragmen-Fragmen Keramik dari Situs Bumiayu

Foto 14. Bangunan Gedung Koleksi Kawasan Percandian Bumiayu

23
DAFTAR PUSTAKA

Balai Pelestarian Cagar Budaya, 2017. Delineasi Kawasan Percandian Bumiayu Kabupaten
PALI, Provinsi Sumatera Selatan. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.

Budi Utomo, Bambang, 1993. “Penelitian Arkeologi Tapak (Situs) Percandian Tanah Abang”.
Jurnal Arkeologi Malaysia 6. Halaman 10-40.

Marhaeni, Tri, dkk., 2000. Analisis Candi Bumiayu 3 dalam “Berita Penelitian Arkeologi No.
5”. Palembang: Balai Arkeologi Palembang.

Poesponegoro, Marwati Djoened, dkk., 1993 Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Retno Purwanti. 2014. Bata Bertanda di Candi 1 Bumiayu dalam Siddhayatra Vol. 19, No. 1.
Palembang: Balai Arkeologi Palembang.

Siregar, Sondang M, 2001. “Tantrayana di Sumatera”, dalam Siddhayatra Vol. 6. Palembang:


Balai Arkeologi Palembang.

--------, 2002. “Topeng-Topeng Tanah Liat dari Candi Bumiayu 3”, dalam Siddhayatra Vol. 7.
Palembang: Balai Arkeologi Palembang. Halaman 1-5.

--------, 2003. Laporan Penelitian Pemukiman di Das Lematang, Desa Bumiayu, Kabupaten
Muaraenim. Palembang : Balai Arkeologi Palembang. Belum diterbitkan.

--------, 2004. Laporan Penelitian Arkeologi, Tata Letak Bangunan Kompleks Percandian
Bumiayu 1, Situs Bumiayu, Kabupaten Muaraenim. Palembang : Balai Arkeologi
Palembang. Belum diterbitkan.

Subhadradis Diskul, M.C. (editor), 1980, The Art of Sriwijaya. Kuala Lumpur/Paris. Oxford
University Press, UNESCO.

Suleiman, Satyawati, 1999. Sculptures of Ancient Sumatra. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional

Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. 2014. Candi Indonesia: Seri Sumatera,
Kalimantan, Bali Sumbawa. Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan
Permuseuman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Website:
“Candi Bumiayu yang Terancam Erosi Lematang”. Kompas, 25 Juni 2005.
Mulyati, Sri. 2012. Beberapa Upaya Konservasi Pencegahan di Sumatera (Sebuah Solusi
Alternatif) dalam Jurnal Konservasi Cagar Budaya Brobudur Vol. 6.
bankdata.konservasiborobudur.org
Utomo, Bambang Budi. 2008. Balajar dari Datu Sriwijaya: Bangkitlah Kembali Bangsa Bahari
dalam Kumpulan Makalah Seminar dan Bedah Buku Satu Abad Kebangkitan Nasional.
old.perpusnas.go.id
http://palembang.tribunnews.com/2015/02/10/dprd-sumsel-berharap-sumsel-kelola-candi-bumi-
ayu-di-pali (diakses pada 25 Januari 2017)

24
http://beritapagi.co.id/2015/06/19/areal-candi-bumi-ayu-bakal-diperluas.html(diakses pada 25
Januari 2017)
http://www.antarasumsel.com/berita/298987/candi-bumiayu-sumsel-belum-dikenal-
wisatawan(diakses pada 25 Januari 2017)
http://www.phdisumsel.or.id/phdi/sejarah-candi-bumiayu-muara-enim/ (diakses pada 25 Januari
2017)
http://www.wacana.co/2010/01/kompleks-percandian-bumiayu/ (diakses pada 26 Januari 2017)
http://www.panoramic-of-lahat.com/2016/08/candi-di-tepi-sungai-lematang.html (diakses pada
26 Januari 2017)
http://budaya-indonesia.org/candi-bumiayu/ (diakses pada 26 Januari 2017)
https://sumsel.kemenag.go.id/artikel/28289/sejarah-candi-bumiayu-muara-enim (diakses pada 26
Januari 2017)

25

Anda mungkin juga menyukai