Asuhan Gizi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dengan Hipertensi Stage I Nandung Eko Pambudi 1203000046 PDF
Asuhan Gizi Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Dengan Hipertensi Stage I Nandung Eko Pambudi 1203000046 PDF
1203000046
Oleh :
Nandung Eko Pambudi
NIM. 1203000046
Pembimbing
Mengetahui,
I Nengah Tanu K., DCN., SE., M.Kes. Sugeng Iwan Setyobudi, STP., M.Kes.
NIP. 1965030119888031005 NIP. 196609081989031003
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
serta kemudahan yang diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Gizi Pasien DM Tipe II dengan
Hipertensi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Karya Tulis Ilmiah.
Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Direktur RSUD Sidorjo yang telah memberikan izin tempat penelitian.
2. Kepala Instalasi RSUD Sidorjo yang telah membantu dalam penelitian ini.
3. Budi Susatiya, Skp., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang.
4. I Nengah Tanu Komalyna, DCN. SE., M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
5. Sugeng Iwan Setyobudi, STP., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
6. Dr. Annasari Mustafa, SKM., M.Sc selaku Pembimbing.
7. Etik Sulistyowati, SST., S.Gz. M.Kes selaku ketua penguji.
8. Tim dosen mata kuliah Karya Tulis Ilmiah Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang.
9. Pasien yuang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
sehingga dapat membantu untuk perbaikan selanjutnya.
iii
DAFTAR ISI
v
B. Assessment ................................................................................. 28
1. Identitas Pasien........................................................................ 28
2. Antropometri ............................................................................ 29
3. Hasil Pemeriksaan Biokimia ..................................................... 30
4. Hasil pemeriksaan Fisik/Klinis .................................................. 30
5. Riwayat Gizi ............................................................................. 31
a) Riwayat Gizi Dahulu ............................................................ 31
b) Riwyat Gizi Sekarang .......................................................... 32
6. Riwayat Penyakit...................................................................... 33
a) Riwayat Penyakit Dahulu ..................................................... 33
b) Riwayat Penyakit Sekarang ................................................. 33
c) Riwayat Penyakit Keluarga .................................................. 34
7. Kebiasaan Hidup ...................................................................... 34
a) Kebiasakan Konsumsi Obat................................................. 34
b) Kebiasaan Olahraga ............................................................ 34
c) Sosial Ekonomi .................................................................... 34
C. Diagnosa Gizi .............................................................................. 34
D. Intervensi Gizi .............................................................................. 35
1. Intervensi Diet .......................................................................... 35
a) Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi ........................ 36
2. Intervensi Edukasi .................................................................... 37
E. Implementasi................................................................................ 38
1. Terapi Diet ............................................................................... 38
2. Terapi Edukasi ......................................................................... 39
F. Data Monitoring dan Evaluasi ....................................................... 39
1. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi ..................................... 39
a) Tingkat Konsumsi Energi ..................................................... 39
b) Tingkat Konsumsi Protein .................................................... 41
c) Tingkat Konsumsi Lemak ..................................................... 42
d) Tingkat Konsumsi Karbohidrat ............................................. 44
e) Tingkat Konsumsi Natrium ................................................... 45
2. Antropometri ............................................................................ 46
3. Biokimia ................................................................................... 46
4. Fisik/Klinis ................................................................................ 47
vi
6. Monitoring dan Evaluasi Terapi Diet ......................................... 48
a) Pemberian Diet .................................................................... 48
b) Kesesuaian Menu dengan Diet ............................................ 49
BAB V KESIMPULAN .................................................................................. 50
A. Kesimpulan .................................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 53
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GRAFIK
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
ABSTRAK
Nandung Eko Pmbudi, 2015. Asuhan Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus (DM)
Tipe II dengan Hipertenesi Stage I di Ruang Mawar Putih No. O4 RSUD
Sidoarjo Jawa Timur. Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Malang.
Pembimbing : Dr. Annasari Mustafa, SKM., M.Sc. M.
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula
sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis asuhan gizi pada pasien penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe II
dengan Hipertensi stage I. Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan desain studi kasus yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap
pasien Diabetes Mellitus (DM) dengan Hipertensi stage I di RSUD Sidoarjo. Tn.
Ny adalah seorang laki-laki berusia 43 tahun memiliki BB 50 kg dan TB 150 cm.
Pasien MRS merasa lemas, mual, muntah, perut terasa nyeri dan bersendawa,
keadaan umum lemah. Pasien MRS dengan diagnosa DM, HT stage I. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terapi diet yang diberikan adalah diet DM B 1500
Kalori dan Rendah Garam 3. Hasil perkembangan antropometri pasien tidak
mengalami perubahan selama 5 hari pengamatan. Hasil laboratorium GDP dan
GD2JPP mengalami penurunan dari 366 mg/dl menjadi 126 mg/dl dan 412 mg/dl
menjadi 135 mg/dl. Pada pemeriksaan klinis didapatkan bahwa adanya
perkembangan tekanan darah untuk hari pertama MRS 150/90 mmHg menjadi
130/80 mmHg pada hari terakhir pengamatan. Untuk tingkat konsumsi energi dan
zat gizi termasuk dalam kategori cukup namun rata-rata tingkat konsumsi masih
rendah. Pada proses konseling pada pasien dan keluarga pasien berjalan
dengan lancar. Materi konseling diberikan tentang diet Diabetes Melitus (DM)
dan diet Rendah Garam (RG). Konseling dilakukan pada saat di rumah sakit.
Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan bahwa pasien sudah mematuhi diet
yang diberikan meskipun belum mencapai standart. Namun meskipun demikian,
pasien perlu mendapatkan motivasi dan edukasi agar diet yang diberikan dapat
dilakukan dengan benar untuk proses pemulihan kondisi pasien.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini masalah kesehatan mulai beralih dari penyakit infeksi menjadi
penyakit degeneratif. DM (DM) merupakan penyakit degeneratif yang semakin
bertambah di dunia. Menurut American Diabetes Assosiation (ADA) 2008, DM
merupakan penyakit metabolik dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin. Hiperglikemia kronik pada DM berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ
tubuh terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
1
cenderung lebih tinggi bagi penderita yang tinggal diperkotaan dibandingkan
dengan dipedesaan. Jika ditinjau dari segi pendidikan menurut RISKESDAS
bahwa prevalensi DM cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan tingkat
pendidikan tinggi serta dengan kuintil indeks kepemilikan yang tinggi.
2
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui Asuhan
Gizi pada Pasien DM Tipe II dengan Hipertensi di RSUD Sidoarjo
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan gizi pada pasien DM Tipe II dengan Hipertensi di
RSUD Sidoarjo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis asuhan gizi pada pasien DM Tipe II dengan
Hipertensi di RSUD Sidoarjo
2. Tujuan Khusus
a) Melakukan Assessment pada pasien DM Tipe II dengan Hipertensi di
RSUD Sidoarjo secara individu
b) Menganalisis diagnosa gizi pasien DM Tipe II dengan Hipertensi di
RSUD Sidoarjo
c) Melakukan intervensi gizi pasien DM Tipe II dengan Hipertensi di
RSUD Sidoarjo
d) Melakukan monitoring evaluasi pada pasien DM Tipe II dengan
Hipertensi di RSUD Sidoarjo.
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
tentang asuhan gizi pada pasien DM Tipe II dengan Hipertensi serta dapat
digunakan untuk melakukan penatalaksanaan asuhan gizi di RSUD Sidoarjo
maupun di unit kesehatan lain.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diebetes Melitus
1. Definisi
DM adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup (Soegondo, 2005) sedangkan
menurut WHO (2008) DM(DM) adalah penyakit kronis, yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup memproduksi insulin, atau ketika tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan hal ini menyebabkan
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah meningkat.
Kriteria diagnostik untuk diabetes mencakup glukosa plasma puasa
≥126 mg/dL, gejala diabetes ditambah glukosa plasma sewaktu ≥200
mg/dL, atau kadar glukosa plasma ≥200 mg/dL setelah pemberian 75 g
glukosa per oral (uji toleransi glukosa oral) (Stephen J dan William F,
2010).
2. Klasifikasi
DM tipe II merupakan bentuk DM yang paling sering ditemukan dan
ditandai oleh gangguan pada sekresi serta kerja insulin. Kedua efek ini
terdapat pada DM klinis. Penyebabnya bervariasi untuk terjadinya
kelainan ini telah teridentifikasi.
Menurut Karen Kingham (2009) DM tipe II juga disebut diabetes non-
insulin dependent atau adult-onset (menyerang usia 40 tahun ke atas),
diabetes jenis ini paling banyak diderita, meyerang lebih dari 90 persen
pengidap diabetes. DM banyak diderita oleh orang berusia 40 tahun ke
atas dengan berat badan berlebih dan keluarganya memiliki riwayat
penyakit diabetes. Namun, sekarang diabetes tipe 2 mulai diderita
kalangan dewasa muda dan anak–anak, akibat gaya hidup yang kurang
aktif dan kelebihan berat badan. Pada diabetes tipe 2, pankreas masih
menghasilkan insulin tetapi tubuh tidak merespon dengan baik dan
menjadi resistensi terhadap insulin. Dengan demikian, pankreas
menghasilkan lebih banyak insulin untuk menyeimbangkannya, tetapi
lama–kelamaan tidak mencukupi. Akhirnya, kadar glukosa darah tetap
meningkat. DM tipe 2 sering dapat dikendalikan dengan pola makan
4
sehat, gaya hidup aktif dan mengurangi berat badan. DM tipe II juga
memiliki perubahan multifaktoral. Mayoritas pasien DM tidak bergantung
pada insulin. Pasien DM juga cenderung mengalami komplikasi
mikrovaskuler dan makrovaskular.
3. Etiologi
DM secara khas berjalan dengan lambat atau bahkan tanpa disertai
gejala.Tanda dan gejalanya meliputi ( Kowalak, 2011) :
a) Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) disebabkan karena air
mengikuti glukosa yang keluar melalui urin. dan polidipsia
(peningkatan rasa haus) disebabkan oleh volume urin yang sangat
besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstra sel
(Elizabeth J.Corwin, 2009).
b) Anoreksia sering terjadi dan polifagia kadang-kadang terjadi.
c) Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang berkurang dan
gangguan pada kinerja, semua ini disebabkan karena kadar glukosa
intrasel yang rendah. Menurut Hans Tandra (2008) keluhan ini juga
terjadi karena pada penderita diabetes, glukosa tidak lagi sebagai
sumber energi karena insulin yang rusak sehingga tidak dapat
diangkut ke dalam sel untuk menjadi energi.
d) Penurunan berat badan (biasanya sebesar 10% hingga 30%;
penyandang diabetes tipe I secara khas tidak memiliki lemak pada
tubuhnya saat diagnosis ditegakkan karena tidak terdapat metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak yang normal sebagai akibat fungsi
insulin yang rusak atau tidak ada.
e) Kram otot, iritabilitas, dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan
elektrolit.
f) Gangguan penglihatan akibat pembengkakan yang tejadi yang
disebabkan glukosa. Glukosa darah yang tinggi akan menarik cairan
dari dalam lensa mata sehingga lensa menjadi tipis. Sehingga mata
kehilangan fokus dan penglihatan menjadi kabur. Gangguan
penglihatan ini menjadi tidak terkontrol dengan baik karrena naik
turunnya kadar glukosa. (Hans Tandra, 2008).
g) Patirasa dan kesemutan akibat kerusakan jaringna saraf. Kerusakan
saraf yang disebabkan oleh glukosa yang tinggi merusak dinding
pembuluh darah dan akan mengganggu nutrisi pada saraf. Karena
5
yang rusak adalah saraf sensorik maka keluhan yang paling sering
muncul adalah rasa kesemutan atau patirasa terutama pada tangan
dan kaki (Hans Tandra, 2008).
h) Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen akibat neuropati
otonom yang menimbulkan konstipasi.
i) Mual, diare, atau konstipasi sebagai akibat dari dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit maupun neuropati otonom
j) Infeksi atau luka pada kulit yang lamban sembuhnya serta rasa gatal
pada kulit. Penyebab luka yang sukar sembuh adalah : (1) infeksi yang
hebat, kuman, atau jamur yang mudah tumbuh pada kondisi glukosa
darah yang tinggi; (2) kerusakan dinding pembuluh darah, aliran darah
yang tidak lancar pada kapiler yang menghambat penyembuhan luka;
dan (3) kerusakan saraf dan luka yang tidak terasa menyebabkan
penderita diabetes tidak menaruh perhatian dan membiarkan
membusuk.
4. Patofisiologi
Hiperglikemia yang disebabkan isensitivitas seluler terhadap insulin
disebut DMtipe 2, selain itu terjadi efek sekresi insulin ketidak mampuan
pankreas mempertahankan glukosa plasma yang normal meskipun kadar
insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal,
jumlah insulin tetap rendah sehingga kadar glukosa plasma meningkat
(Corwin, 2009).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002) kadar glukosa darah
yang tinggi akan berakibat terhadap pankreas sehingga akan mensekresi
insulin lebih banyak untuk mengatasi kadar glukas darah yang tinggi
dalam tubuh. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu tersebut akan
mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi kriteria
sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan
berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak
mampu lagi terus menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin
yang cukup untuk mengontrol glukosa darah. Peningkatan produksi
glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh otot dan lemak
berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah
makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan menurun
6
dan kenaikan kadar glukosa darah semakin bertambah berat. Diabetes
tipe 2 tampaknya berkaitan dengan kegemukan. Selain itu,
kecenderungan pengaruh genetik yang menentukan kemungkinan
individu mengidap penyakit ini.
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul adalah komplikasi akut dan komplikasi
kronis. Komplikasi akut termasuk ketoasidosis diabetik, hipoglikemi dan
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik. Untuk ketoasidosis diabetik
adalah kedaaan dekompesasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias,terutama diakibatkan oleh defisiensi insulin absolute atau insulin
relative. Hipoglikemia adalah penurunan kadar glukosa dalam darah dan
biasanya disebabkan peningkatan kadar insulin yang kurang tepat,
asupan karbohidrat yang kurang. Hiperglikemia Hiperosmolar non ketotik
pula adalah suatu dekompensasi metabolik pada pasien diabetes tanpa
disertai adanya ketosis, gejalanya adalah dehirasi hiperglikemia berat,
dan gangguan neurologis (Gustaviani, R., 2007).
DMjuga bisa menyebabkan komplikasi kronis yaitu mikroangiopati
dan makroangiopati. Dimana mikroangiopati meliputi :
a) Retinopati diabetikum
Retinopati diabetekum adalah disebabkan karena kerusakan
pembuluh darah retina. Faktor tejadinya retinopathy diabetik
adalah lamanya menderita diabetes, umur penderita , control
glukosa darah, serta faktor sitemik seperti hipertensi dan
kehamilan
b) Nefropati
Nefropati diabetikum yang ditandai dengan ditemukannya kadar
protein yang tinggi dalam urin dan disebabkan adanya kerusakan
pada glomerulus . Nefropati diabetikum merupakan faktor resiko
untuk menjadi gagal ginjal kronik.
c) Neuropati.
Neuropati diabetikum biasanya ditandai dengan hilangya rasa
sensorik terutama bagian distal diikuti dengan hilangnya reflex.
Selain itu juga bisa terjadi poliradikulopati diabetikum yang
merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan gangguan pada
7
satu atau lebih akar saraf dan dapat diserta dengan kelemahan
motorik. Makroangiopati adalah penyakit jantung koronor.
DMmempercepat pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis)
dalam pembuluh darah yang lebih besar.Penyakit jantung koroner
adalah disebabkan kurangnya supply darah ke jantung
(Gustaviani, R., 2007).
B. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90
mmHg (Smeltzer dan Bare, 2001 dalam Ahmad, 2009).
Menurut World Health Organization (2005) batas normal adalah 120-
140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut
mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah perbatasan bila tekanan
darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg dan tekanan darah diastolik
antara 90 mmHg-95 mmHg.
Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah
dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan)
setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau
terlentang paling sedikit selama lima menit sampai tiga puluh menit
setelah merokok atau minum kopi. Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis
lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan
hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui.
8
Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Yogiantoro M,
2006).
2. Klasifikasi
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-
rata dua kali atau lebih pengukuran pada dua kali atau lebih kunjungan
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal >120 <80
Phrehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi taha I 140-159 90-99
Hipertensi taha II >160 >100
Sumber : WHO Regional 2005
3. Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan
pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.
Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan.
Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang diketahui
yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut,
kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada
penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko
relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,
umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi
meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro M, 2006).
4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan
diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru,
9
angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi
utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah (Sharma S et al, 2008 dalam Anggeini AD et
al, 2009)
5. Komplikasi
Tekanan darah yang berangsur-angsur meningkat dan tidak
terkontrol dapat menimbulkan timbulnya penyakit kronis hingga terjadinya
koma. Penyakit yang dapat timbul dari gejala awal tekanan darah yang
tidak terkontrol meliputi sebagai berikut Corwin (2009) :
1) Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami
arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke adalah sakit kepala
secara tiba-tiba, seperti, orang bingung, limbung atau bertingkah laku
seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa lemah atau sulit
digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak
2) Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerosis tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan
10
hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin
tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi
ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan
resiko pembentukan bekuan.
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progesif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya
glomerolus, darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui
urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.
4) Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan
terkumpul di paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan
didalam paru – paru menyebabkan sesak napas,timbunan cairan
ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan edema.
5) Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke
dalam ruang intertisium diseluruh susunan saraf pusat. Neron- neron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian.
6. Terapi
a) Diet rendah garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g
garam dapur perhari dan menghindari makanan yang kandungan
garamnya tinggi. Misalnya telur asin, ikan asin, terasi, minuman dan
makanan yang mengandung ikatan natrium. Tujuan diet rendah
garam adalah untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air
dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam
melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap
11
mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral, maupun
vitamin yang seimbang (Dalimartha, 2008 dalam Nur Malasari, 2008)
b) Makan banyak buah dan sayuran segar
Menurut Dr. Anie Kurniawan (2006) buah dan sayuran segar
mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak
mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah yang ringan. Peningkatan masukan kalium (4,5 g atau 120-
175 mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan darah. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan
kalium akibat dari rendahnya natrium.
c) Olahraga
Olah raga teratur yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi
esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali. Selain meningkatkanya perasaan sehat dan
kemampuan untuk mengatasi stress, keuntungan latihan aerobik
yang teratur adalah meningkatnya kadar HDL-C, menurunnya kadar
LDL_C, menurunnya tekanan darah, berkurangnya obesitas,
berkurangnya frekuensi denyut jantung saat istirahat dan konsumsi
oksigen miokardium (MVO2), dan menurunnya resistensi insulin
(Sylvia Price, 2005).
C. Asuhan Gizi
Menurut Almatsir (2007) kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGS)
merupakan bagian integal dari Pelayanan Kesehatan Paripurna Rumah Sakit
untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien melalui makanan sesuai penyakit
yang diderita. Asuhan gizi merupakan serangkaian proses kegiatan
pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga
evaluasi rencana diet pasien (DEPKES RI, 2003).
1. Assesment Gizi
a) Antropometri
Antropomerti adalah pengukuran fisik dimana secara tidak langsung
menilai kemajuan komposisi tubuh dan perkembangannya. Melalui
pengukuran antropomerti, akan dapat diketahui perubahan bentuk dan
komponen tubuh akibat asupan zat gizi (Supariasa, 2001). Antropometri
sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
12
parameter. Parameter adalah ukuran tunggul dari tubuh manusia, antara
lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak bawah kulit (Supariasa,
2001). Data antropometri digunakan untuk menilai status gizi pasien dan
menentukan kebutuhan energi dan zat gizi pasien. Jenis parameter
antropometri yang digunakan untuk pesienpasca bedah saluran
pencernaan bagian atas meliputi : Umur, Berat Badan (BB), Tinggi Badan
(TB), Lingkar Lengan Atas (LILA), Tinggi Lutut (TL).
1) Umur
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan Penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi
menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang
akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat (Supariasa, 2001).
13
4) Indeks Masa Tubuh (IMT)
Indeks massa tubuh merupakan faktor indikator status gizi untuk
memantau berat badan normal orang dewasa bukan untuk
menentukan over weight dan obesitas anak anak dan remaja. Nilai
indeks massa tubuh dihitung dengan meggunakan rumus :
Kurus :
Gemuk :
b) Biokimia
Biokimia adalah ilmu yang mempelajari senyawa-senyawa kimia dan
prosesnya dalam tubuh makhluk hidup. Biokimia dalam tubuh yang
berhubungan dengan protein melipitu kadar ureum, kadar albumin, dan
14
kadar kreatinin (Willian, 2009). Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mendeteksi adanya kelainan biokimia dalam rangka mendukung diagnosa
penyakit serta menegakkan masalah gizi pasien. Data pemeriksaan
laboratorium yang berhubungan dengan status gizi dan penyakit yang
menyertai misalnya kadar Hb, albumin darah, glukosa, profil lipid,
creatinin, kolestrol total, HDL, LDL, glukosa darah, ureum, creatinin, asam
urat, trigliserid, dan feces (PGS, 2013). Pada pasien DM Tipe II dengan
Hipertensi pemeriksaan data biokimia meliputi :
a) Glukosa darah Sewaktu (GDS)
Pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan setiap waktu
sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang
dikonsumsi dan kondisi tubuh orang tersebut. ( Depkes RI, 1999 ).
b) Glukosa darah Puasa (GDP) dan Glukosa Darah 2 Jam Setelah
Makan
Pemeriksaan glukosa darah puasa merupakan pemeriksaan
glukosa yang dilakukan setelah pasien tidak makan/berpuasa selama
8-10 jam, sedangkan pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan
adalah pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung setelah pasien
menyelesaikan makan ( Depkes RI, 1999).
c) Leukosit
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga
sel darah putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia
3 3
normal adalah 5000-9000/mm , bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm ,
keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000/mm disebut
leukopenia (Effendy, Z., 2003)
d) Albumin
Albumin adalah sejenis protein yang dapat diukur dalam urine. Tes
albumin adalah test untuk mengukur jumlah protein yang melewati
ginjal dan keluar bersama dengan urine. Pada ginjal yang sehat,
protein merupakan molekul yang ukurannya terlalu besar untuk d apat
melewati pembuluh darah di ginjal.
Kehilangan albumin pada penderita gagal ginjal kronik akan
menyebabkan perpindahan cairan dari ruanga infrastruktur ke ruang
infestial karena adanya penurunan tekanan osmotik. Sebagai respon
penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR), aldosteron dikeluarkan
15
dari kortek adrenal yang menyebabkan reabsobsi cairan dan sodium.
Jika asupan protein dalam makanan kurang, amka pembentukan
albumin mengalami penurunan. Kadar albumin yang kurang dari 25%
merupakan petunjuk prognosa yang tidak baik.
e) Natrium
Natrium atau sodium adalah zat gizi mineral yang esensial. Zat ini
berfungsi dalam memelihara volume darah, mengatur keseimbangan
cairan dalam sel, dan menjaga fungsi syaraf. Keseimbangan natrium
dalam darah dikendalikan oleh ginjal. Ketidak normalan Na dalm
darah akan mengindikasikan adanya gangguan kesehatan dengan
nilai ambang batas normal 135-147 mmol/l.
f) Kalium
Kalium dikatakan normal antara 3,5-5mmol/l. Peningkatan kalium
(hiperkalemia) terjadi jika terdapat gangguan ginjal, penggunaan obat
dan lain-lain
c) Fisik Klinis
Pemeriksaan fisik meliputi kesan klinis keadaan gizi, jaringan lemak
subkutan, trofi otot, dan defisiensi zat gizi lainnya. Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang berhubungan
dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat,
antara status gizi dengan kesehatanserta menentukan terapi obat dan
diet. Pemeriksaan fisik meliputi : tanda-tanda klinis kurang gizi atau gizi,
sistem kardiovaskuler, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal, sistem
metabolik/endrokin, dan sistem neurologik/psikiatrik. Pemeriksaan
Fisik/Klinis untuk pasien meliputi:
a) Kesadaran Umum (KU)
b) Kesadaran
c) Suhu
d) Tekanan Darah
e) RR
f) Sesak nafas
g) Nafsu makan turun
h) Mual
i) Muntah
16
d) Riwayat Makan
1) Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan dapat diukur dengan metode dietary history
(riwayat makan), food record (pencatatan), food frequency (frekuensi
makan), dan food weight penimbangan makanan) Pola konsumsi
makanan merupakan Gafikan jumlah jenis dan frekuensi bahan
makanan yang dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri
khas dari kelompok masyarakat tertentu. Konsumsi pangan
merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi seseorang.
Pengaturan diet yang sukar dipatuhi oleh pasien sehingga
memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup pasien.
2) Tingkat Konsumsi
Menurut Almatsier (2007) konsumsi makanan berpengaruh
terhadap status gizi seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal
terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan
secara efisien, sehingga menunjang pertumbuhan fisik,
perkembangan otak,kemampuan kerja dan kesehatan secara umum.
2. Diagnosis Gizi
Menurut Kemenkes RI (2013) pada langkah ini dicari pola dan
hubungan antar data yang terkumpul dan kemugkinan penyebabnya.
Penulisan diagnosis gizi terstruktur dengan konsep PES atau Problem
Etiology dan Signs/Symptoms. Diagnosis gizi dikelompokkan menjadi tiga
domain yaitu :
a) Domain asupan adalah masalah aktual yang berhubungan dengan
asupan energy, zat gizi, cairan, substansi bioaktif dari makanan baik
melalui oral maupun parenteral dan enteral.
b) Domain klinis adalah masalah gizi yang berkaitan dengan kondisi medis
atau fisik/ fungsi organ.
c) Domain perilaku / lingkungan adalah masalah gizi yang berkaitan dengan
pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik dan akses
keamanan makanan.
3. Intervensi Gizi
Menurut Almatsir (2007) intervensi gizi pda pasien penderita DM
adalah sebagai berikut :
17
1) Tujuan Diet
Membantu pasien untuk memperbaiki kebiasakan makan dan olahraga
untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik, dengan cara :
a. Mempertahankan kdar glukosa drah supay mendekti normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau
exogenous), dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.
b. Mecapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
c. Memberikan cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
badan normal.
d. Menghindari atau menangani komplikasi kut pasien yang menggunakan
insulin seperti hipoglikemi, komplikasi jangka pendek, dan jangka panjang
serta yang berhubungan dengan latihan jasmani.
e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang
optimal.
2) Syarat Diet
Syarat diet pasien Diabetes Melitus tipe II dengan Hipertensi yaitu:
a. Memberikan makanan dalam bentuk lunak dengan 3x makan 3x snack.
Energi diberika cukup sesuai kebutuhan pasien.
b. Pembagian karbohidrat sebesar 68 %, lemak 20 %, protein sebesar 12 %
dari total energi.
c. Karbohidrat diberikan 68 % sebagai sumber energi utama, serta untuk
mencegah pemecahan protein dan lemak menjadi energi.
d. Protein diberikan 12 % sebagai zat pembangun dan pemelihara sel-sel
jaringan tubuh.
e. Lemak diberikan 20 % sebagai sumber energi, pelindungan panas tubuh
dan pelarut vitamin A, D, E, K.
f. Serat tinggi untuk mempertahankan stabilitas dan kandungan insulin yang
rendah dengan menunda penyerapan glukosa dalam tubuh.
g. Memberikan diet rendah garam (Na) dengan pemberian Natrium, 1000-
1200 mg.
3) Terapi Edukasi
Sebelum melaksanakan kegiatan edukasi berupa konseling gizi, terlebih
dahulu membuat rencana konseling yang mencakup penetapan tujuan,
sasaran, strategi, materi, metode, penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan dari
18
konseling gizi adalah membuat perubahan perilaku makan pada pasien. Hal
ini akan terwujud melalui :
a. Penjelasan diet yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk
proses penyembuhan
b. Kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yangtelah ditentukan, dan
c. Pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan diet tersebut.
19
BAB III
METODOLOGI
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan 6 Maret – 2 Mei 2015
C. Instrumen Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. TKPI (Tabel Komposisi Pangan Indonesia) / software Nutrisurvey 2007
2. Komputer
3. Alat tulis
4. Form pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian
5. Form kuesioner yang meliputi identitas subjek seperti nama, alamat,
jenis kelamin, umur, diagnose penyakit, tanggal penyakit, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal mendapatkan tindakan pembedahan dan
tanggal keluar rumah sakit
6. Form food weighing
7. Form Recall 24 jam
8. Form food frequency
9. Form PAGT RSUD Sidoarjo
10. Form Skrining RSUD Sidoarjo
11. Data rekam medik
12. Medline
13. Timbangan
20
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Assessment
a) Data Indentitas Pasien
Data identitas pasien meliputi nama, jenis kelaimin, usia,
alamat, nomer telepon, suku/bangsa, aga, pendidikan, pekerjaan,
diagnosis medis, dan diet RS dan identitas lainnya diperoleh
dengan cara pencatatan dari buku rekam medik pasien dan
wawancara langsung dengan pasien.
b) Data Antropometri
Data antropometri pasien DM Tipe II dengan Hipertensi yang
dikumpulkan meliputi :
c) Data Biokimia
Data biokimia merupakan data hasil uji laboratorium yang
digunakan untuk penunjang penegakan diagnosa pasien DM Tipe II
dengan Hipertensi didapatkan dari pencatatan hasil rekam medik
dan hasil uji laboratorium. Data biokimia yang digunakan meliputi :
Albumin, GDS, GDP, Glukosa darah 2 jam setelah makan, Leukosit,
Kalium, dan Natrium.
d) Data Fisik/Klinis
Data Fisik/Klinis merupakan data yang diambil dengan cara
melihat langsung kondisi fisik pasien dan pencatatan dari buku
21
rekam medik pasien. Data yang diambil sesuai dengan kasus yang
akan di jadikan study kasus, pada kasus ini data Fisik/Klinis yang di
ambil pada pasien DMdengan gastrointestinal dan hipertensi
diabetik meliputi : keadaan umum, kesadaran, suhu, tekanan
darah, RR, nadi.
Undernutrition <80%
Kurus (underweight) BBR <90%
Normal 90 – 100%
Gemuk (overweight) >110%
23
Klasifikasi Berat Badan Relatif (BBR)
c) Data Biokimia
Data biokimia yang didapatkan dari hasil pencatatan dari buku
rekam medik pasien disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
secara diskriptif.
d) Data Fisik/Klinis
Data Fisik/Klinis merupakan data yang diambil dengan cara
melihat langsung kondisi fisik pasien dan pencatatan dari buku
rekam medik pasien disajikan dalam bentuk table dan dianalisis
secara diskriptif.
e) Riwayat Gizi
a. Riwayat Gizi Dahulu
Data riwayat gizi dahulu disajikan dalam bentuk tabel dan
dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil pengumpulan data
riwayat gizi pasien dengan metode food ferquency dan food
recall.
b. Riwayat Gizi Sekarang
Data riwayat gizi sekarang disajikan dalam bentuk tabel dan
dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil pengumpulan data
riwayat gizi pasien dengan metode food weighing.
c. Riwayat Penyakit
• Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat penyakkit Sekarang
• Riwayat Penyakit Keluarga
24
d. Kebiasaan Hidup
• Kebiasaan Konsumsi Obat
• Kebiasaan Olahraga
• Data Sosial Ekonomi
4. Data Intervensi
1) Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Data kebutuhan energi dan zat gizi dianalisis secara deskriptif
berdasarkan hasil perhitungan pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan
Hipertensi yaitu menggunakan perhitungan Askandar.
2) Menentukan Status Gizi
BBR = berat badan (kg) X 100%
tinggi badan (cm) – 100
3) Perhitungan Kebutuhan Energi
Menentukan jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk pasien
diabetes yang bekerja biasa adalah Askandar (2011) :
Kurus : berat badan x 40 – 60 kalori sehari
Normal : berat badan x 30 kalori sehari
Gemuk : berat badan x 20 kalori sehari
Obesitas : berat badan x 10 – 15 kalori sehari BBI (Berat Badan
Ideal)
Diet untuk pasien DM Tipe II dengan Hipertensi menggunakan
prinsip diet DM B. Komposisi pemberian diet DM B adalah karhohidrat
68 %, proten 12 %, lemak 20 % dari total energi pasien.
25
4) Jadwal Pemberian Diet
Jadwal pemberian diet disesuaikan dengan jadwal pemberian diet
rumah sakit untuk pasien DMdengan gastrointestinal dan hipertensi.
5) Bentuk Makanan
Bentuk makanan yang diberikan sesuai dengan standar pemberian
diet rumah sakit yang telah disesuaikan dengan kemampuan
mencerna pasien dan penyakit yang diderita yaitu DMdengan
gastrointestinal dan hipertensi.
6) Cara Pemberian
Cara pemberian makan unuk pasien disesuaikan dengan standar
pemberian diet rumah sakit yang telah disesuaikan dengan
kemampuan saluran pencernaan dengan 3x makan utama dan 3x
snack.
7) Terapi Edukasi
Pemberian edukasi pada pasien dan keluarga dilakukan sesuai
dengan standar terapi edukasi yang ada di rumah sakit yaitu dengan
cara konseling, media yang digunakan adalah leaflet diet pasien DM
dan hipertensi.
26
Data yang sudah dikualifikasi kemudian ditabulasi dalam
tabel dan gafik selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
3) Antropometri
Monitoring antropometri dilakukan pada pasien dengan
melihat status gizi pasien setiap 2 hari sekali untuk melihat
perubahan status gizi selama proses asuhan gizi. Data
diperoleh dengan cara pengukuran setiap 2 hari sekali dan
dianalisis secara deskriptif.
4) Biokimia
Monitoring biokimia dilakukan pada pasien dilakukan
dengan melihat hasil pemeriksaan laboratorium pasien setiap 1
hari sekali untuk mengetahui perubahan nilai-nilai biokimia
pasien selama menjalani rawat inap dan untuk mengetahui
keadaan pasien. Data diperoleh dengan cara melakukan
pengukuran setiap 1 hari sekali, data ditabulasi dan dianalisis
secara desskriptif.
5) Fisik/Klinis
Monitoring fisik / klinik dilakukan pada pasien dengan
melihat keadaan fisik pasien setiap hari secara langsung yang
bertujuan untuk melihat perkembangan pasien pada saat
dirawat di rumah sakit dan memberikan modifikasi diet jika ada
perubahan – perubahan pada kondisi pasien. Data diperoleh
dengan cara melakukan pengatan langsung pada pasien dan
berkolaborasi dengan tim medis lain. Data yang didapatkan
dianalisis secara deskriptif.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Assessment
1. Identitas Pasien
Umur 43 tahun
28
Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak yang sudah
dewasa yang tinggal bersama. Pasien bekerjaa setiap harinya sebagai
penggali kubur di pemakaman umum dekat dengan rumahnya. Pasien di
terdiagnosa DM dengan gastointestinal dan hipertensi yang disebabkan
karena pola hidup dan pola konsumsi yang kurang baik. Berdasarkan
wawancara dengan pasien sebelum didiagnosa DM pada tahun 2005
pola makan pasien tidak teratur dan cenderung berlebihan. Pasien
bekerja setiap harii tidak pasti waktunya siang, malam, bahkan dini hari
dan suka mengkonsumsi kopi saat bekerja dan minumman berenergi
terkadang.
2. Antropometri
29
3. Hasil Pemeriksaan Biokimia
30
batas normal adalah 120-140 mmHg sistolik dan 80-90 mmHg diastolik.
Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika tekanan darah sistolik ≥
160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan tekanan darah
perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg dan
tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg.
Dari hasil pemeriksaan pasien ketika MRS sebesar 150/90 mmHg
termasuk dalam kategori hipertensi stage I WHO (2005).
5. Riwayat Gizi
31
mengkonsumsi sayur yang beranekarag karena kebiasakan makan
dirumah sayur dimakan lebih dari 2 hari. Kebiasakan konsumsi pasien
kurang baik sering mengkonsumsi kopi saat bekerja dengan
penggunan gula yang banyak.
32
Riwayat Gizi Sekarang
Sayur
Lodeh terong + kacang panjang
Asem-asem buncis + wortel
3x snack
- Ketang rebus
- Buah segar
Pisang rebus
Kepatuhan Diet - Pasien hanya mengkonsumsi makanan dari
rumah sakit
- Makanan yang diberikan rumah sakit tidak
dihabiskan oleh pasien
6. Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Dahulu
33
c) Riwayat Penyakit Keluarga
7. Kebiasaan Hidup
a) Kebiasakan Konsumsi Obat
b) Kebiasaan Olahraga
c) Sosial Ekonomi
C. Diagnosa Gizi
Data diagnosa gizi ditentukan sesuai dengan masalah yang ada sesuai
dengan Proses Asuhan Gizi (PAGT) pada lampiran 4, meliputi :
Tabel 4.7 Diagnosa Gizi Pasien
Identifikasi Masalah Diagnosa gizi
Kadar gula darah tinggi NI-5.4 Penurunan zat gizi khusus
karbohidrat disebabkan adanya gangguan
metabolisme karbohidrat ditandai dengan
nilai GDA 428 mg/dl dan GD2JPP 456
mg/dl.
NC-2.2 Perubahan nilai lab yang terkait
pangan dan gizi disebabkan adanya
gangguan metabolisme ditandai dengan
nilai GDA 428 mg/dl dan GD2JPP 456
34
mg/dl.
Kadar leukosit tinggi NI-5.1 Peningkatan kebutuhan gizi energi
dan protein disebabkan oleh adanya infeksi
ditandai dengan nilai WBC 24,5.
Identifikasi Masalah Diagnosa gizi
NC-2.2 Perubahan nilai lab yang terkait
pangan dan gizi disebabkan adanya infeksi
dengan nilai WBC 24, 5 mg/dl.
Tekanan darah tinggi NI-5.4 Penurunan zat gizi spesifik natrium
disebabkan penyakit pasien hipertensi
ditandai dengan TD 150/90.
Intake energy rendah NI-1.4 Kekurangan intake energi
disebabkan oleh perubahan fisiologis
pasien mual dan muntah ditandai dengan
tingkat konsumsi energi 33% (rendah).
Intake protein rendah NI-5.2.1 Kekurangan intake protein
disebabkan oleh perubahan fisiologis
pasien mual dan muntah ditandai dengan
tingkat konsumsi protein 27% (rendah).
Intake lemak rendah NI-5.1.1 Kekurangan intake lemak
disebabkan oleh perubahan fisiologis
pasien mual dan muntah ditandai dengan
tingkat konsumsi lemak 53% (cukup).
Intake karbohidrat rendah NI-5.3.1 Kekurangan intake karbohidrat
disebabkan oleh perubahan fisiologis
pasien mual dan muntah ditandai dengan
tingkat konsumsi karbohidrat 40% (rendah).
Belum siap untuk diet NB-1.3 Belum siap untuk melakukan diet
disebabkan pemilihan makanan yang salah
dalam sehari-hari ditandai dengan pernah
mendapat edukasi gizi terkait diet DM waktu
dulu MRS.
D. Intervensi Gizi
1. Intervensi Diet
35
a) Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
b) Jenis Diet
Jenis diet yang diberikan bubur kasar DMRG
a) Tujuan Diet
• Memberikan cukup karbohidrat yang sesuai dengan prinsip
diet penyakit DM (3J) untuk membantu menurunkan dan
menjaga kadar glukosa darah.
• Memberikan diet DM cukup sesuai dengan kebutuhan pasien
untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan
menurunkan jumlah leukosit.
• Memeberikan makanan rendah natrium untuk
mempertahankan TD.
36
• Memberikan makanan yang adekuat untuk meningkatkan
intake makanan dan mnuman secara oral dan memenuhin
kebutuhan gizi pasien serta mempertahankan status gizi.
• Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga ajuran
perubahan pola makan susuai dengan penyakit pasien.
b) Prinsip Diet
• Energi sesuai kebutuhan
• Cukup Protein
• Cukup Lemak
• Cukup Karbohidrat
• Rendah Garam III
c) Syarat Diet
• Energi sesuai kebutuhan sebesar 1500 Kalori.
• Protein cukup sebesar 45 g atau 12% dari total energi.
• Lemak cukup sebesar 33,3 g atau 20% dari total energi.
• Karbohidrat cukup sebesar 255 g atau 68% dari total energi.
• Konsistensi diet bertahap sesuai kemampuan pasien dengan
diberikan makanan lunak berupa bubur kasar DM.
• Rendah garam III maksimal 1-1,5 sdt (1000-1200 mg Na)
c) Jadwal Pemberian
Jadwal pemberian diet 6x sehari berupa 3x makanan utama dan 3x
makanan selingan
d) Bentuk Makanan
Konsistensi makanan diberikan sesuai dengan kemampuan
pasien. Dalam bentuk makanan lunak berupa bubur kasar DM sampai
pasien mamapu mengkonsumsi makanan biasa.
e) Cara Pemberian
Pemberian diet dilakukan melalui oral.
2. Intervensi Edukasi
a) Terapi Edukasi
• Tujuan
- Agar pasien dan keluarga pasien dapat menjalankan diet
yang dianjurka dengan baik dan benar.
37
- Memberikan pengetahuan tentang kebutuhan gizi pasien.
- Memberikan edukasi mengenai penerapan prinsip 3J dan
edukasi tentang bahan makanan sumber karbohidrat
komplek.
- Memberikan edukasi bahan makanan seimbang zat gizi
- Memeberikan pemahaman dan motivasi tentang makanan
dan minuman rendah natrium
• Sasaran
Pasien & keluarga
• Tempat:
Gedung Mawar Putih Ruang O4
• Metode
Konsultasi dan tanya jawab
• Alat bantu
Leaflet diet DM dan diet rendah garam
• Materi
- Makanan seimbang zat gizi (energi, protein, lemak,
karbohidrat) serta makanan rendah natrium dan tidak
merangsang.
- Makanan yang danjurkan dan dibatasi.
- Makanan sehat seimbang dan beraneka rag
• Evaluasi
Memberikan pertanyaan sebagai feedback untuk mengecek
pemahaman Px terhadap materi yang telah disampaikan.
E. Implementasi
1. Terapi Diet
38
Tabel 4.9 Pemberian Terapi Diet Rumah Ssakit
39
Gafik 4.1 Tingkat Konsumsi Energi Selama 5 Hari
41
diperut masih sering dirasakan oleh pasien sehingga bepengaruh
terhadap nafsu makan pasien.
Hari ke-3 – hari ke-5 pengatan konsumsi protein pasien
mengalami peningkatan secara bertahap yaitu sebesar 38,1 g, 40 g,
dan 42,9 g. Pemberian edukasi mengenai bahan makanan yang
dapat berpengaruh dalam meningkat kadar glukosa darah pasien
yang disampaikan pada hari ke-2 berdampak positif pada
perkembangan konsumsi protein pasien serta ditunjang pula dengan
kondisi pasien yang mulai membaik dari hari demi hari dengan rasa
mual, muntak, dan nyeri di perut yang kunjung mereda setiap
harinya.
Rata-rata tingkat konsumsi protein pasien selama 5 hari
pengatan studi kasus sebesar 74,7 % menurut Gibson (2005)
termasuk dalam kategori cukup. Dengan asupan protein yang baik
akan dapat membantu cadangan energi dan zat pembangun dalam
tubuh hal ini sesua dengan Winarno (2002) protein merupakan suatu
zat yang penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi
sebagai bahan bakar juga berfungsi sebagai zat pembangun dan
pengatur yang sangat diperlukan tubuh. Pada masa dewasa dan
manula, protein dibutuhkan untuk mempertahankan jaringan-jaringan
tubuh dan mengganti sel-sel yang telah rusak.
42
Gafik 4.3 Tingkat Konsumsi Lemak Selama 5 Hari
43
mual, muntak, dan nyeri di perut yang kunjung mereda setiap
harinya.
Rata- rata asupan lemak selama lima hari pengatan sebesar 70 %
menurut Gibson (2005) termasuk dalam kategori cukup. Lemak
merupakan salah satu zat yang sebagai cadangan energi setelah
karbohidrat dan protein. Lemak mencangkup kurang dari 15 % berat
badan dan dibagi menjadi empat belas yaitu trigliserida phospolifid,
sterol, dan lipoprotein. Sumber lemak berasal dari susu, lauk hewani
dan minyak. Lemak berfungsi sebagai cadangan tenaga maka
asupan lemak serta berperan penting dalam penyerapan sumber
vitamin larut lemak yaitu A,D,E,K. Oleh karena itu, mengkonsumsi
bahan makanan yang mengandung lemak menjamin penyediaan
vitamin-vitamin tersebut untuk keperluan tubuh. (Almatsier, 2009).
Karbohidrat atau Hidrat Arang adalah suatu zat gizi yang fungsi
utamanya sebagai penghasil energi, dimana setiap gnya
menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih
besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari-hari
sebagai bahan makanan pokok, terutama pada negara sedang
berkembang. Karbohidrat banyak ditemukan pada serealia (beras,
gandum, jagung, kentang dan sebagainya), serta pada biji-bijian
yang tersebar luas di alam (Hutagalung Halomon, 2004).
Pengatan yang dilakukan selama 5 hari dengan memberikan 68
% karbohidrat dari total energi (Askandar, 2011) tersaji dalam gafik
4.4
44
Berdasarkan gbar 4.4 menunjukkan hasil asupan karbohidrat
selma 5 hari mengalami peningkatan secara bertahap. Pada hari
pertama asupan karbohidrat pasien sebesar 75 , 3 g dengan kondisi
mula, muntah, dan nyering yang dialami pasien karena penyakit yang
diderita, berpengaruh terhadap asupan karbohidrat pasien.
Pada hari ke-2 – ke-5 intake karbohidrat mengalami peningkatan
yaitu 110,5 g, 128 g, 161, g, 189,9 g dengan mulai berkurangnyarasa
mual, muntah, dan nyeri yang pasien alami intake karbohidrat dapat
meningkat mulai dari hari-kehari secara perlahan-lahan didorong
motivasi dari keluarga dan nafsu makan pasien yang mulai membaik
daripada hari-hari sebelumnhya.
45
untuk menghindari pengikatan cairan yang berlebihan guna
mencegah terjadinya edema dan peningkatan tekanan darah.
2. Antropometri
46
19 20 21 22 23
Hasil Nilai
Maret Maret Maret Maret Maret Ket
Lab Normal
2015 2015 2015 2015 2015
Leukosit
4,8 – 10,8 - 20,2 - - 12,4 Tinggi
10^3/ul
GDP
74 – 109 - 366 - - 126 Tinggi
mg/dl
GD2JPP
<140 - 412 - - 135 Normal
mg/dl
Muntah +- +- +- - - Tidak
TD (mmHg) 140/90 140/90 140/80 140/80 130/80 Tinggi
Sumber : Buku rekam medis RSUD Sidoarjo
Dari tabel 4.12 menunjukkan kedaan fisik klinis pasien selama 5
hari pengatan mengalami perkemembangan semakin baik. Keadaan
47
umum pasien yang sudah mulai membaik yang sebelumnya lemah
menjadi cukup sedangkan untuk rasa mual dan muntah yang
dirasakan pasien mulai berkurang selama 5 hari pengatan. Pada hari
ke-2 dan ke-3 rasa muntah pasien terkadang timbul dan tidak, saat
pasien merasa ingin muntah namun tidak bisa memuntahkan apapaun
dari mulutnya hanya air yang keluar.
Pada hari ke-4 dan hari ke-5 rasa muntah yang dialami pasien
sudah tidak dirasakan lagi sehingga berdampak pada asupan
makanan pasien yang cenderung meningkat.
Tekanan darah yang mengalami penurunandan mendekati angka
normal selama 5 hari pegatan yang sebelumnya mencapai 150/90
mmHg. Penurunan tekanan darah dapat disebabkan karena pasien
mendapatkan Diet Rendah Garam selama 5 hari pengmatan.
5. Monitoring dan Evaluasi Edukasi
Motivasi dilakukan dengan memberikan penyuluhan yang
dilakukan pada pasien dan keluarga pasien berjalan dengan baik. Hal
ini dapat dilihat dari antusias pasien dan keluarga pasien dalam
bertanya saat dilakukan penyuluhan, pertanyaan pasien dan keluarga
pasien beraneka ragam seperti makanan yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan untuk diet diebetes melitus dan diet rendah garam.
Pasien dan keluarga pasien juga diberikan penjelasan dan
pemahaman tentang pentingnya penerapan prinsip 3 J (jumlah, jenis,
jadwal) dalam pengelolaan pola makan pasien. Perubahan sikap yang
terlihat setelah diberikan penyuluhan pasien pasien mampu bisa
mengkonsumsi snack malam sesuai jadwal yang di anjurkan, karena
pemberian snack malam diberikan bersama makam malam jam 15.30
untuk dikonsumsi jam 21.00 malam.
Keluarga pasien diharapkan dapat memberikan dukungan dan
motivasi kepada pasien sehingga pasien dapat menerapkan diet
dengan baik dan benar.
6. Monitoring dan Evaluasi Terapi Diet
a) Pemberian Diet
49
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pasien dalam karya tulis ini adalah pasien dengan diagnosa penyakit Diabetes
Melitus Tipe II dengan Hipertensi. Pasien dirawat di ruang Mawar Putih lantai 1
No O4 mulai tanggal 19 Maret 2015.
2. Assessment gizi yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
- Antropometri : Status gizi pasien masuk dalam kategori normal
dengan nilai RBW sebesar 91 %.
- Biokimia : Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai nilai
GDA dan GD2JPP pasien yang meningkat sebesar 428 mg/dl dan
456 mg/dl pada hari pertama pasien MRS.
- Fisik/klinis : Tekanan darah sebesar 150/90 mmHg yang termasuk
dalam Hipertensi Stage I disertai keluhan mual, muntah dan perut
terasa nyeri.
- Tingkat konsumsi energy dan zat gizi : Selama dirawat di rumah sakit
nafsu makan dan tingkat konsumsi pasien rendah.
3. Masalah gizi yang ditemukan pada kasus ini adalah peningkatan kadar
glukosa darah, tekanan darah, kadar leukosit dalam darah, kekurangan
intake makanan oral, dan belum siap untuk diet.
4. Terapi diet dan terapi edukasi yang diberikan kepada pasien selama 5
hari berupa diet DM B Energi : 1500 Kalori, Protein : 45 g, Lemak : 33,3
g, Karbohidrat : 255 g dan Rendah Garam III disertai dengan pemberian
motivasi dan penyuluhan mengenai diet pasien dibetes mellitus tipe II
dengan hipertensi.
5. Hasil dari monitoring dan evaluasi selama 5 hari didapatkan rata-rata
tingkat konsumsi energi sebesar 57 %, proteen 74,4 %, lemak 70 %,
dan karbohidrat 52,1 % belum mencapai kebutuhan. Berdasarkan
antropometri status gizi pasien normal. Hasil akhir pemeriksaan
laboratorium kadar glukosa darah mengalami penurunan yakni awal
MRS sebesar 456 mg/dl menjadi 135 mg/dl. Hasil perkembangan
fisik/klinis pasien mengalami penurunan dan perubahan yang positif,
rasa mual, muntah, dan nyeri yang sudah hilang serta tekanan darah
yang semula 150/90 mmHg menjadi 130/80 mmHg.
50
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2007. Penuntun Diet. Jakarta : PT. Gedia Pustaka Utama
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gedia Pustaka
Utama
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : ECG
Effendi Z, 2003. Peranan Leukosit Sebagai Anti Inflamasi Alergik Dalam Tubuh.
Available from: http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf
Hans Tandra. 2008. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang
Diabetes. Jakarta : PT Gedia Pustaka Umum.
Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Hutagalung, Halomon. 2004. Karbohidrat. Universitas Sumatra Utara Digital
Library
Internasional Diabetes Federation (IDF) (2012) Available from:
http://www.diabetes.org/ [Diakses tanggal 26 Desember 2014]
Kingham, Karen. 2009. Makan Oke Hidup Oke Dengan Diabetes Kumpulan
Resep dan Tips Rendah Indeks Glikemik (IG). Jakarta : Penerbit
Erlangga.
51
Powers, A.C., 2006. Diabetes Mellitus. In : Jameson J.L. Harrison Endocrinology.
1sted. USA: McGaw-Hill Companies, Inc., 283-330
Schwartz, S.I., 2000. Hernia Dinding Abdomen. Dalam: Chandranata, Linda., ed.
Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC, 509–517.
Sandjaja, dkk. 2002. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. PT. Kompas
Media Nusantara, Jakarta
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
53
Lampiran 1
Saya Nandung Eko Pambudi dari Prodi DIII Jurusan Gizi akan
melakukan penelitian yang berjudul Asuhan Gizi Pasien DM Tipe II dengan
Hipertensi di RSUD Sidoarjo.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asuhan gizi pasien Asuhan
Gizi Pasien DM Tipe II dengan Hipertensi di RSUD Sidoarjo.
Peniliti mengajak saudara/saudari untuk ikut serta dalam enelitian ini.
Penelitian ini membutuhkan 1 subjek penelitian, dengan jangka waktu
keikutsertaan minimal 3 hari di rawat di rumah sakit, sampai subjek
diperbolehkan untuk pulang, maka penelitian dikatakan selesai.
A. Keikutsertaan Untuk Ikut Penelitian
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan.
Bila anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda juga bebas untuk
mengundurkan diri/berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun
sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda diminta
menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk Anda
simpan, dan satu untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah :
1. Anda akan diberikan form indentitas pasien yang diisi oleh petugas
dengan data dari buku rekam medis dan wawancara langsung.
2. Anda akan diukur tinggi badan serta ditimbang berat badan untuk melihat
status gizi sebelum masuk rumah sakit, beserta kebutuhan zat gizi pasien
selama dirawat di rumah sakit.
3. Dilakukan Recall 24 jam sebelum diberikan Diet kepada pasien dengan
wawancara secara langsung.
4. Dengan melihat uji laboratorium dan hasil dari buku rekamedik akan
dipantau kadar Albumin, GDS, GDP, Gula darah 2 jam setelah makan,
Kalium, Natrium secara berkala.
5. Form penilaian data Fisik/Klinis pasien akan di isis oleh peneliti dengan
melihat kondisi pasien secara langsung, wawancara, dan melihat buku
reka medik pasien.
6. Form penilainan riwayat gizi dahulu dilakukan dengan wancara kemudian
ditulis pada form food frekuensi begitu juga riwayat gizi sekarang yang
54
kan ditulis pada form food wighing untuk makanan yang dikonsumsi
pasien selama di rawat di rumah sakit, yang akan dilakukan oleh penelit.
7. Rencana intervendi akan diberikan kepada pasien sesuai dengan form
PAGT (NCP) yang sudah disesuaikan dengan kondisi pasien, serta
dilakukan monitoring dan evaluasi selama pasien dirawat di rumah sakit
secara berkala.
C. Kewajiban Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian saudara/saudari berkewajiban mengikuti aturan
atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum
jelas, saudara/saudari bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
D. Manfaat
Keuntungan langsung yang Anda dapatkan adalah anda mendapatkan
pemeriksaan asuhan gizi selama dirawat di rumah sakit untuk memantau
kondisi anda.
E. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek penelitian akan
dirahasiakan dan hanya akan diketahui penelitian.
F. Pembiayaan
Semua biaya yang terkait penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
G. Informasi Tambahan
Saudara/Saudari diberi kesempatan untuk menyatakan semua hal yang
belum jelas sehubungan dengan penelitian ini. Bila sewaktu-waktu
membutuhkan penjelasan lebih lanjut, Saudara/Saudari dapat menghubungi
Peneliti pada no. HP 087758550485 atau melalui email
nandungebi@gmail.com.
55
Lampiran 2
56
Lampiran 3
ANTROPOMETRI DEWASA
BB :50 kg TB : 150 cm BBI :……….kg IMT : 22,2 kg/m2 (Status Gizi : Normal )
TL : ……….cm TB est :……..cm LILA :……..cm % LILA :….....% (Status Gizi : …………..)
ANTROPOMETRI DEWASA
BB :………..kg TB :………….cm LLA :……….kg BBI : ……………kg % BBI :……………
BB/U : …….cm TB/U :…..…..cm BB/TB :……cm LIA/U : ……………
NO KRITERIA PENILAIAN SKOR
1. Skor Status Gizi :
Obesitas :2
Overweight :1
Normal :0 0
Gizi Kurang :1
Gizi Buruk :2
2. Skor Pemeriksaan Fisik/Klinis :
Sulit Menelan : ( ya / tidak )
Sulit Mengunyah : ( ya / tidak )
Mual : ( ya / tidak )
Muntah : ( ya / tidak )
Diare > 3 hari : ( ya / tidak )
Odema : ( ya / tidak )
Keterangan
a. Tidak semua :0
b. Ya (1-3 item) :1 1
c. Ya (4-6 item) :2
57
Lampiran 4
58
Lampiran 5
5. Riwayat Penyaki
Perhitungan:
Keluarga :
TEE
DM + dari Ibu
=BB x 30 Kalori
=50 x 30 Kalori
6. Skrining gizi :
=1500 Kalori
Data antropometri
Protein
BB = 50 kg
= 12% x 1500 Kalori
TB = 155 cm
= 180 kalori : 4
LILA = 24 cm
= 45 g
60
RBW = 91 %
Status gizi = Normal Lemak
= 20% x 1500 Kalori
= 300 kalori : 9
= 33 g
Karbohidrat
= 68 % x 1500 Kalori
= 1020 kalori : 4
= 255 g
Bentuk makanan:
Lunak/ Nasi tim
Cara pemberian:
Oral
Frekuensi pemberian
makanan:
3x makanan utama
3x snack
61
Cara pemesanan diet:
Diet DMRG
A. Data Biokimia Kadar Gula NI 5.4 Penurunan zat Memberikan cukup Memberikan Recall/hari
tingi gizi khusus karbohidrat yang sesuai edukasi
GDA : 428
karbohidrat dan dengan prinsip diet penyakit mengenai
( < 140 mg/dl ) protein DM (3J) untuk membantu penerapan
GD2JPP : 456 disebabkan menurunkan dan menjaga prinsip 3J dan
adanya gangguan kadar glukosa darah edukasi
( < 140 mg/dl ) metabolisme tentang bahan
karbohidrat makanan
ditandai dengan sumber
nilai GDA 428 karbohidrat
mg/dl dan komplek
GD2JPP 456 ( ↑ )
Memantau hasil
laboratorium setiap
NC-2.2 Perubahan nilai pemeriksaan (kadar
lab yang terkait Glukosa darah)
pangan dan gizi
disebabkan
adanya gangguan
metabolisme
ditandai dengan
nilai GDA 428
mg/dl dan
GD2JPP 456 ( ↑ )
62
WBC : 24,5 Leukosit tinggi NI- 5.1 Peningkatan Memberikan diet DM cukup Memberikan Recall/hari
kebutuhan gizi sesuai dengan kebutuhan edukasi bahan
(4,8 – 10,8 10^3/ul)
disebabkan oleh pasien untuk membantu makanan
adnya infeksi meningkatkan daya tahan seimbang zat
ditandai dengan tubuh dan menurunkan gizi
nilai WBC 24,5 jumlah leukosit
(↑)
Memantau hasil
NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium setiap
lab yang terkait pemeriksaan (kadar
pangan dan gizi Leukosit dalam darah)
disebabkan
adanya infeksi
dengan nilai WBC
24, 5 mg/dl ( ↑ )
B. Data klinis Tekanan darah NI.5.4 Penurunan zat Memeberikan makanan Memeberikan Recall/hari
Tinggi gizi spesifik rendah natrium untuk pemahaman
KU : Lemah Memantau tekanan
natrium mempertahankan TD dan motivasi
darah pasien
Kes : Compos Mentis disebabkan tentang
Tensi : 150/90mmHg penyakit pasien makanan dan
hipertensi minuman
Suhu : 36,50 C ditandai dengan rendah natrium
RR : 22x/menit TD 150/90 (↑)
N : 88x/menit
63
C. Data diet Asupan energi NI-1.4 Kekurangan Memberikan makanan yang Memberikan Memantau asupan
rendah intake energi adekuat untuk pemahaman makan pasien
1) Hasil recall:
disebabkan oleh meningkatkan intake dan motivasi
Energi : perubahan makanan dan mnuman pada keluarga
500 Kalori (33 %) fisiologis pasien secara oral dan memenuhin pasien tentang
mual dan muntah kebutuhan gizi pasien serta kebutuhan gizi
ditandai dengan mempertahankan status gizi pasien
tingkat konsusmsi
energi 33%
(rendah)
Protein : Asupan protein
12,5 g ( 27 %) NI-5.2.1 Kekurangan
rendah
intake protein
disebabkan oleh
perubahan
fisiologis pasien
mual dan muntah
ditandai dengan
tingkat konsusmsi
protein 27%
(rendah)
Lemak :
17,5 g ( 53 %) Asupan lemak
NI-5.1.1 Kekurangan
rendah
intake lemak
disebabkan oleh
perubahan
fisiologis pasien
mual dan muntah
ditandai dengan
tingkat konsusmsi
lemak 53%
64
KH : (cukup)
102 g ( 40 %) Asupan
karbohidrat NI-5.3.1 Kekurangan
rendah intake karbohidrat
disebabkan oleh
perubahan
fisiologis pasien
mual dan muntah
ditandai dengan
tingkat konsusmsi
karbohidrat 40%
(rendah)
2) Riwayat Gizi Dahulu: Pola makan NB-1.3 Belum siap untuk Memberikan edukasi Sasaran:
yang salah melakukan diet kepada pasien dan
Pola makan Pasien &
disebabkan keluarga ajuran perubahan
keluarga
Frekuensi makan px pemilihan pola makan susuai dengan
cukup teratur 3x sehari. makanan yang penyakit pasien Tempat:
Kebiasaan: salah dalam Gedung
sehari-hari Mawar Putih
• Px menyukai gorengan ditandai dengan
pernah mendapat Metode:
• Px suka
edukasi gizi Konsultasi dan
mengkonsumsi kopi 2-
terkait diet DM tanya jawab
3 x sehari (2 sdm Gula
waktu dulu MRS
Pasir). Alat bantu:
• Px suka makan kue Leaflet diet DM
yang manis-manis dan dan diet
berselai. rendah garam
• Px suka
65
mengkonsumsi Materi
mnuman bersoda 2x a. Makanan
hari sekali seimbang
zat gizi
• Px minum air putih
(energi,
kadang-kadang.
protein,
• Px jarang mengkon- lemak,
sumsi sayur dan buah karbohidrat
) serta
• Ps merokok setiap hari makanan
Alergi : - rendah
natrium dan
tidak
D. Lain-lain merangsan
g.
1) Sosial Ekonomi:
b. Makanan
Pasien bekerja yang
sebagai tukang gali danjurkan
kubur di dan
pemakaman, tinggal dibatasi
bersama istri dan c. Makanan
kedua anaknya. sehat dan
beraneka
2) Aga: Islam
rag
3) Alamat : Jl. Jendral
S.Parman 6/46 Evaluasi
Waru - Sidoarjo Memberikan
4) Pendidikan : SMP pertanyaan
sebagai
feedback
untuk
66
mengecek
pemahaman
Px terhadap
materi yang
telah
disampaikan.
67
Lampiran 6
Leaflet Diet
68
69
70
71
72
73
Lampiran 7
Hari 1
74
Hari 2
75
Hari 3
76
Hari 4
77
Hari 5
78