Oleh : Nataliningsih
Abstrak
Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah salah satu jenis sayuran yang mudah rusak dan
memiliki masa simpan yang relatif pendek oleh karena itu salah satu cara penanganannya adalah
diolah menjadi beberapa produk olahan. Salah satu hasil olahan tomat adalah saus, yang telah
banyak dikenal masyarakat. Saus yang ada di pasaran umumnya encer sehingga perlu
penambahan bahan pengisi untuk meningkatkan kekentalannya. Labu kuning ( Cucurbita
moschata ex. Poir) kaya akan karbohidrat, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengisi
dalam pengolahan saus tomat. Penelitian ini bertujuan menentukan imbangan tomat dan labu
kuning yang tepat sehingga dapat diperoleh saus tomat dengan karakteristik terbaik. Metode
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan empat kali ulangan
dengan taraf imbangan 90 :10 ; 80 : 20 ; 70 : 30 ; 60 : 40 ; dan 50 : 50. Variabel yang diamati
adalah pH, total padatan terlarut, uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan kekentalan.
Hasil penelitian menunjukkan imbangan tomat dan labu kuning 90 : 10 memberikan nilai terbaik
terhadap pH 3,46, total padatan terlarut 14,29 %, warna (3,46), aroma (3,59), rasa (3,50) dan
kekentalan (3,44) disukai panelis.
I PENDAHULUAN
Tomat ( Lycopersicum esculentum Mill) adalah salah satu jenis sayuran yang telah banyak
dikenal masyarakat, jenis sayuran ini mudah rusak karena kandungan airnya yang tinggi, tumbuh
dekat tanah. Secara keseluruhan kandungan buah tomat per 100 gram adalah 30 kilo kalori,
vitamin C 40 mg, vitamin a 1500 SI, sejumlah zat besi, kalsium dll ( Zahrawan, 2005). Pada
musim panen tomat, jumlahnya sangat melimpah sehingga harganya menjadi turun , hal ini
menyebabkan petani mengalami kerugian,. Buah tomat mempunyai daya simpan pendek
sehingga tidak dianjurkan menyimpan buah tomat segar dalam waktu yang terlalu lama.
1
Saus adalah sejenis bahan penyedap yang memberikan warna dan aroma yang khas pada
makanan. Produk sering dikonsumsi sebagai penyedap saat makan bakso, mie, martabak dll.
Bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan adalah tomat, dengan kandungan air yang tinggi
yaitu 94 % pada tomat masak menghasilkan saus yang sangat encer, oleh karena itu perlu
Bahan pengisi yang sering digunakan dalam pengolahan makanan secara umum adalah ubi
jalar, pepaya , terong, wortel, singkong, labu kuning yang mengandung karbohidrat tinggi.
Pemilihan bahan pengisi labu kuning karena selama ini labu kuning dikonsumsi dengan dibuat
kolak labu kuning sehingga belum banyak dimanfaatkan. Diharapkan dengan diolah menjadi
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini
yaitu berapa imbangan yang tepat antara buah tomat dan labu kuning, sehingga diperoleh saus
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan imbangan tomat dan labu kuning yang tepat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi mengenai cara pembuatan saus
campuran tomat dengan labu kuning,sehingga dapat menangani pasca panen tomat yan kng
melimpah serta meningkatkan nilai ekonomi labu kuning. Pengolahan ini dapat dijadikan sebagai
2
salah satu pengembangan kewirausahaan dibidang makanan sehingga dapat meningkatkan
penghasilan.
II TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman tomat merupakan tanaman daerah tropik, berbentuk perdu yang berdasarkan
tipenya dapat dibedakan menjadi tomat biasa ( Lycopersicum commune), tomat apel (
Lycopersicum validum) ( Herry Tugiono, 2004). Buah tomat yang masih muda memiliki nilai
gizi yang lebih rendah dibanding buah tomat yang tua ( Rismunandar, 2001), kandungan utama
buah tomat adalah vitamin A dan c serta bebrapa mineral antara lain kalsium, besi, dan fosfor.
mempengaruhi kadar vitamin C, semakin cerah kadarnya semakin tinggi. Pengolahan produk
tomat yang sering dilakukan adalah sari buah, sari kental tomat, sari tomat dan pasta tomat. Jenis
olahan lain menurut Cruess (1998) adalah tomato puree, tomato soup, pickles dan saurkraut.
Tingkat kematangan buah tomat menurut Ranggana ( 1997) adalah Green mature atau masak
hijau ( 100% masih hijau), breaker atau semburat ( perubahan warna 0-10 % kekuningan ),
turning atau peralihan merah ( ada warna merah 10-30 %, pink atau merah jambu ( warna yang
berubah 30 – 60 %), dan ripe atau merah masak ( warna merah 60-100%).
Labu kuning termasuk jenis tanaman menjalar, dengan kandungan per 100 gram adalah
karbohidrat 6,60 gram, vitamin A 180 SI, vitamin C 52 mg ( Yudo Sudarto, 1988), sehingga labu
kuning dapat dimanfaatkan dalam pengolahan saua tomat. Sebagai sayuran labu kuning dapat
dimanfaatkan dalam pengolahan dodol, kolak, dan manisan. Sedangkan biji diolah dengan
3
pengawetan garam. Masyarakat secara umum kurang menyukai sehingga nilai ekonomi labu
Prinsip pengolahan agar diperoleh hasil olahan yang baik menurut Sinaga (2000) adalah
kwalitas bahan baku ( bebas dari kerusakan fisik, mekanik maupun mikroba), proses persiapan
bahan baku dan persiapan alat, prosedur pengolahan yang tepat yaitu menggunakan suhu yang
tidak merusak nilai gizi bahan baku, saat yang tepat untuk menghentikan pemanasan dalam
pengolahan. Tahapan ini menentukan mutu hasil olahan, selanjutnya tahapan berikutnya adalah
pengemasan dan penyimpanan, yang dilakukan agar produk yang dikemas dan disimpan tidak
mengalami penyimpangan.
Saus tomat adalah termasuk makanan semi solid food, sehingga ukuran kekentalan merupakan
salah satu atribut mutu dari saus, nilai kekentalan produk saus dapat ditingkatkan dengan
.Umur simpan saus tergantung derajat keasaman (pH) menurut SII (1998), pH yang
dipersyaratkan untuk produk saus adalah 4,0 – 5,0. Syarat mutu saus secara keseluruhan adalah
jumlah padatan terlarut 20-40 %, kandungan tomat min 4 %, kadar asam bensoat 800 ppm,
kadar AS, Pb dan Hg negatif, pH 4-5, jamur negatif, zat warna yang ditambahkan adalah yang
diijinkan.
Pada proses pengolahan saus tomat maka penggunaan suhu dan waktu pemanasan
menentukan saus yang dihasilkan. Menurut Desrosier ( 1999), suhu yang digunakan dibawah
titik didih, dilakukan pengadukan yang kontinu atau terus menerus agar tidak terjadi karamel
yang mempengaruhi warna saus yang dihasilkan. Selama proses pemanasan dilakukan
pengamatan terhadap keasaman saus yanng dihasilkan, untuk memenuhi persyaratan keasaman
4
saus maka dapat ditambahkan asam organik atau asam sintetik yang diperbolehkan oleh
Departemen Kesehatan. Kerusakan saus tomat terjadi karena adanya aktivitas mikroba selama
penyimpanan yang disebabkan karena saus kurang asam atau pH masih tinggi, kadar air relatif
tinggi atau lebih dari 40 % yang ditunjukkan saus masih encer, atau pengemasan kurang steril
sehingga wadah dan saus terkontaminasi mikroba. Untuk menghindari kerusakan selama
penyimpanan tersebut maka pH saus dapat diturunkan dengan menambahkan asam, kekentalan
saus ditingkatkan dengan menambahkan bahan pengisi dan kontaminasi mikroba dapat dihindari
dengan menggunakan wadah steril dan dituang ke dalam wadah saat masih panas ( > 80 0 C).
Masing-masing diulang 4 kali, data yang diamati adalah sifat fisik pH, total padatan terlarut,
5
TOMAT
LABU KUNING
Dihancurkan dihancurkan
Disaring disaring
SAUS TOMAT
6
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan imbangan tomat dan labu
kuning berpengaruh nyata terhadap derajat keasaman (pH) saus yang dihasilkan. Secara
Tabel 1. Pengaruh Imbangan Tomat dan Labu Kuning terhadap pH saus tomat
A 90 : 10 3,40 a
B 80 : 20 3,68 a
C 70 : 30 4,08 b
D 60 : 40 4,26 bc
E 50 : 50 5,0 c
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
95 % menurut uji jarak berganda Duncan .
Dari tabel diatas, secara keseluruhan pH saus tomat telah memenuhi syarat pH saus yang
dipersyaratkan oleh Standard Industri Indonesia (SII) untuk kategori hasil olahan pangan, pH
terendah diperoleh pada imbangan 90 : 10. Hal ini terjadi karena labu kuning yang ditambahkan
relatif sedikit yaitu 10 % sehingga sifat asam masih didominasi oleh cairan tomat. Pengaruh pH
digunakan sebagai parameter keawetan makanan, karena mikroba tidak mudah tumbuh pada
makanan yang asam. Hasil penelitian ini telah memenuhi syarat pH yang disyaratkan yaitu antara
pH 4 - 5, sehingga layak untuk dipasarkan karena selama penyimpanan mikroba tidak tumbuh.
Agar saus mempunyai daya simpan yang lebih lama perlu ditunjang proses dan cara
7
4.2 Total padatan terlarut saus tomat
Hasil analisis statisik menunjukkan pengaruh imbangan tomat dan labu kuning memberikan
pengaruh yang nyata terhadap total padatan terlarut saus yang dihasilkan . Secara keseluruhan
Tabel 2. Pengaruh Imbangan Tomat dan Labu Kuning terhadap total padatan terlarut saus tomat
A 90 : 10 14,29 a
B 80 : 20 16,43 a
C 70 : 30 17,09 bc
D 60 : 40 17,92 cd
E 50 : 50 20,29 d
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
95 % menurut uji jarak berganda Duncan.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa yang memenuhi syarat total padatan terlarut adalah
perlakuan imbangana 50 : 50 yaitu menghasilkan total padatan terlarut 20,29 %. Syarat padatan
terlarut pada saus tomat adalah 20 – 40 %, hal ini terjadi karena pada imbangan ini labu kuning
yang ditambahkan sama beratnya dengan tomat yang digunakan sehingga dapat meningkatkan
kekentalan saus yang dihasilkan. Tingkat padatan terlarut menunjukkan kadar air bahan pangan
semakin tinggi padatan terlarut semakin rendah kadar airnya. Parameter padatan terlarut
berpengaruh pada keawetan produk pangan karena kadar air yang tinggi merupakan media
perkembangan mikroba, dan mempengaruhi keawetan produk. Pada makanan dengan padatan
8
4.3 Warna saus tomat
Hasil analisis statistik menunjukkan imbangan tomat dan labu kuning berpengaruh nyata pada
hasil penilaian atribut warna saus tomat yang dihasilkan. Secara keseluruhan adalah :
Tabel 3. Pengaruh Imbangan Tomat dan Labu Kuning terhadap warna saus tomat
A 90 : 10 4,12 a
B 80 : 20 3,67 ab
C 70 : 30 3,12 ab
D 60 : 40 2,52 bc
E 50 : 50 2,36 c
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
95 % menurut uji jarak berganda Duncan.
Tabel di atas menunjukkan bahwa imbangan tomat dan labu kuning berpengaruh nyata terhadap
tingkat kesukaan warna saus yang dihasilkan mulai dari tidak suka ( pada perlakuan imbangan 50
: 50) sampai suka (pada imbangan 90 : 10). Hal ini terjadi karena warna labu kuning yaitu kuning
dapat mempengaruhi warna tomat sehingga saus yang dihasilkan berubah warna, semakin
banyak labu kuning yang ditambahkan warna saus menjadi merah kekuningan sehingga kurang
disukai panelis karena warna standard saus tomat adalah merah. Dari hasil penelitian ini warna
yang masih disukai panelis adalah saus tomat yang dihasilkan oleh perlakuan imbangan tomat
9
4.4. Aroma saus tomat
Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan imbangan tomat dan labu kuning memberikan
pengaruh yang nyata terhadap aroma saus yang dihasilkan. Hasil analisis secara keseluruhan
adalah :
Tabel 4. Pengaruh Imbangan Tomat dan Labu Kuning terhadap aroma saus tomat
A 90 : 10 3,59 a
B 80 : 20 3,50 a
C 70 : 30 3,01 b
D 60 : 40 2,74 b
E 50 : 50 2,52 c
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
95 % menurut uji jarak berganda Duncan.
Nilai kesukaan terhadap aroma saus yang dihasilkan berkisar antara tidak suka ( pada imbangan
50 : 50) sampai suka ( pada imbangan 90 : 10). Hal ini terjadi karena aroma labu kuning adalah
netral sehingga mengurangi aroma tomat. Semakin tinggi jumlah labu kuning yang ditambahkan
semakin berkurang aroma tomatnya sehingga saus yang dihasilkan aromanya kurang disukai.
Standard penilaian aroma saus adalah aroma tomat yang lebih dominan. Dari hasil penelitian ini
aroma yang disukai panelis dihasilkan oleh perlakuan imbangan 90 : 10 dan 80 : 20.
10
Analisis statistik terhadap nilai kesukaan rasa saus tomat menunjukkan bahwa imbangan
tomat dan labu kuning berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan rasa saus yang dihasilkan.
Tabel 5. Pengaruh Imbangan Tomat dan Labu Kuning terhadap rasa saus tomat
A 90 : 10 3,44 a
B 80 : 20 3,50 a
C 70 : 30 3,29 b
D 60 : 40 2,69 b
E 50 : 50 2,71 b
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
95 % menurut uji jarak berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan pengaruh imbangan memberikan perbedaan terhadap tingkat
kesukaan rasa saus tomat yaitu kurang suka ( imbangan 50 :50) sam pai netral (imbangan 90 :
10). Rasa saus tomat adalah merupakan hasil perpaduan antara rasa tomat, rasa labu kuning dan
rasa bumbu yang ditabahkan, pada proses pengolahan saus tomat jumlah bumbu yang
ditambahkan sama sehingga pada imbangan labu kuning yang tinggi rasa bumbu menjadi kurang
terkesan oleh panelis, disini rasa saus yang dominan adalah rasa labu kuning sehingga kurang
disukai panelis. ,
Hasil analisis statistik menunjukkan perlakuan imbangan tomat dan labu kuning tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap kekentalan saus yang diberikan. Hasil secara
keseluruhan adalah :
11
Tabel 6. Pengaruh Imbangan Tomat dan Labu Kuning terhadap kekentalan saus tomat
A 90 : 10 3,08 a
B 80 : 20 3,16 a
C 70 : 30 3,19 a
D 60 : 40 3,17 a
E 50 : 50 3,41 a
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf
95 % menurut uji jarak berganda Duncan.
Nilai kesukaan terhadap kekentalan saus tomat adalah sama yaitu netral artinya panelis menilai
saus tomat yang dihasilkan pada penelitian ini hampir sama dengan sasu yang selama ini
dikenali panelis sehingga secara keseluruhan kekentalan saus yang dihasilkan masih diterima
oleh panelis. Hal ini terjadi karena tingkat kadar air tomat yang tinggi yaitu 93 % masih dapat
diterima kekentalan walaupun telah diimbangi denganditambah bahan pengisi labu kuning.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa imbangan tomat dan labu kuning 90 : 10 ,
menghasilkan saus yang mempunyai karakteristik terbaik ditinjau dari derajat keasmana (pH),
yaitu 3,46 , kesukaan terhadap warna nilai 4,12 , kesukaan terhadap aroma 3,59 , kesukaan
12
5.2 Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui cara
DAFTAR PUSTAKA
Cruess, 1998. Commercial Fruit and Vegetable Product, Mc Graw Hill Book, Co, Inc, New
York.
Departemen Kesehatan, 1998, Standard Industri Indonesia, Dep. Kes, jakarta.
Desrosier, 1999. Food Preservation, Mc Graw Hill Book, Co, Inc, New York.
Ranggana, 1997. Manual of Analysis Fruit and Vegetables Product, Mc Graw Hill. Publ. Co.
Ltd.
Zahrawan, 2005, Penentuan Mutu Tomat Segar Untuk Konsumsi, BPH, Lembang, Bandung
Riwayat penulis, Ir. Hj. Nataliningsih MP., adalah dosen Kopertis Wil. IV. Jabar dab Banten
13
MAKALAH KARYA ILMIAH
OLEH : NATALININGSIH
FAKULTAS PERTANIAN
2009
14