Anda di halaman 1dari 63

Sasaran Keselamatan Pasien/

International Patient Safety Goals

FB: Marsi Dimas


IG: Marsi Dimas
CP: 08121564464
Email:
marsi_dms@yahoo.coom
DASAR KUKUM
• UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RS

1. Bagian Ketiga Akreditasi Psl 40:


• Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan RS
wajib dilakukan akreditasi secara berkala
menimal 3 (tiga) tahun sekali. Bagian Kelima

2
2. Keselamatan Pasien Pasal 43:

(1) RS wajib menerapkan standar keselamatan


pasien.
(2) Standar keselamatan pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, menganalisa, dan
menetapkan pemecahan masalah dalam
rangka menurunkan angka kejadian yg tidak
diharapkan.

3
Keselamatan Pasien Pasal 43:

(3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada
komite yang membidangi keselamatan pasien
yang ditetapkan oleh Menteri.
(4) Pelaporan insiden keselamatan pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
secara anonim dan ditujukan untuk
mengkoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.
4
PER RI NO1691/MENKES/PER/VIII/2011 , tentang
keselamatan Pasien/ nomor 11 2017

Standar KP trsbt terdiri dari 7 standar yaitu:


1. hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. keselamatan pasien dan kesinambungan yan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan
kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan
keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
mencapai keselamatan pasien
5
Kategori Insiden
• Pengelolaan Klinis (Salah assesmen klinis, Salah Diagnosis,
Salah penatalaksanaan, gagal monitoring dan kajian slm
perawatan, abandonment, lain lain)

• Dokumentasi (Informed Consent tdk dilakukan/tdk ada,


pelanggaran kerahasiaan, catatan medis tdk diisi/dicatat
(termasuk instruksi dokter), catatan medis tdk
terbaca/salah baca, catatan medis hilang, salah menulis
data di catatan medis/tertukar, Salah menulis hasil
tes/pemeriksaan diagnostik, Tdk menulis hsl tes/Px
Diagnostik, salah menulis insiden PS/Nomor RM, Tdk
menulis identitas PS/Nomor RM
Kategori Insiden
• Pemeriksaan Penunjang Diagnostik (Salah
Pemeriksaan/Interpretasi hasil, sampel hilang, sampel
tertukar, sampel tdk dpt diperiksa krn salah cara
pengambilan, sampel Rusak/pecah krn salah
penyimpanan, Px tdk sesuai indikasi/berlebihan, lain lain)
• KOMUNIKASI (salah informasi saat komunikasi lewat
telepon, Salah Informulir saat serah terima/operan, salah
interprestasi informasi lisan/salah dengar, Tdk ada serah
terima, Lain lain)
• Infeksi Nosokomial
• Pemberian Obat
• Pemberian Transfusi
Kategori Insiden
• Perilaku Pasien ( Agresif/Abuse, Perilaku
membahayakan diri sendiri
• Kecelakaan /Patient Accidents (Terpeleset,
jatuh, tertusuk, Terpapar/Eksprosur)
• Alat Medis
• Infrastruktur
• Sumber Daya
SASARAN KESELAMATAN PASIEN (SKP)
GAMBARAN UMUM
• SKP mrpkn syarat mayor dalam akreditasi KARS
• Maksud dari SKP: mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien
• SKP: menyoroti bagian2 yang bermasalah dalam
yankes
• Perbaikan Disain sistem yang baik: memberikan
pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi, difokuskan pada solusi2 sistem yang
menyeluruh

9
STANDAR SKP/ IPSG

SKP.1: Melakukan identifikasi pasien secara benar

SKP.2: Meningkatkan komunikasi yang efektif

SKP.3: Meningkatkan keamanan penggunaan obat yang


membutuhkan kewaspadaan tinggi

SKP. 4: Memastikan operasi dengan lokasi yang benar,


prosedur yang benar, dan pasien yang benar.

SKP.5: Mengurangi risiko infeksi akibat pelayanan di Rumah


Sakit

SKP.6: Mengurangi risiko pasien cedera karena jatuh


SKP.1: MELAKUKAN IDENTIFIKASI PASIEN SECARA BENAR

Pasien diidentifikasi :
1. Sebelum pemberian obat,
2. Sebelum transfusi darah atau produk darah
lainnya.
3. Sebelum mengambil darah dan spesimen
lain untuk keperluan pemeriksaan.
4. Sebelum memberikan perawatan atau
prosedur pelayanan.
Pasien yang dipasang gelang
identitas
• Pasien rawat inap
• Pasien gawat darurat
• Pasien operasi
• Pasien Haemodialisis
• Pasien dengan tindakan invasif
Petugas pemasang gelang
• IGD : perawat
• Pasien prosedur invasiv di rawat jalan :
perawat
• Pasien rawat jalan yang akan masuk rawat
inap : Petugas admisi
Saat pemasangan gelang oleh petugas
• Jelaskan manfaat gelang pasien
• Jelaskan bahaya untuk pasien yg merokok,
melepas, menutupi gelang,dll
• Minta pasien untuk mengingatkan petugas
bila akan melakukan tindakan atau memberi
obat tidak melihat gelang

14
CONTOH PEMASANGAN GELANG IDINTITAS :

Pemasangan gelang identitas di


tempat tidur pasien
Pemasangan gelang identitas di
tangan pasien yang dominan

Pemasangan gelang
identitas pada kaki
SKP.1: Identifikasi Pasien secara Benar

GELANG
IDENTITAS PASIEN

1. Identifikasi pasien dilakukan mulai saat pasien mendaftar,


memperoleh pelayanan sampai pasien pulang.
2. Pasien diidentifikasi menggunakan Dua Identitas Pasien:
a. Nama Lengkap Pasien dan
b. Tanggal lahir/ no RM pasien.
Identifikasi Pasien Bayi Kembar

Identifikasi pada bayi kembar:


a. Warna gelang sesuai jenis kelamin bayi.
b. Menggunakan dua identitas.
c. Nama bayi: By. Ny. Ani 1, By. Ny. Ani 2 dst.
d. Ibu bayi dipasang gelang yang sesuai dengan gelang
identitas bayi
Identifikasi Pasien Pasien Tanpa Identitas

Identifikasi pasien tanpa identitas:


a. Warna gelang sesuai jenis kelamin.
b. Pasien yang berasal dari kepolisian: pemberian identitas
sesuai yang diberikan kepolisian.
c. Pasien yang bukan dari kepolisian: pemberian nama
menggunakan Mr. X1, Mr. X2 dst.
Contoh lain: Mr. X12014  nama sesuai jenis kelamin (Mr,
Mrs), nomor urut pasien tanpa identitas dan tahun
pelayanan.
d. Kebijakan termasuk pada jenazah.
Identifikasi Pasien yang Tidak Memungkinkan
Pemasangan Gelang Identitas

• Identifikasi pada pasien yang tidak mungkin dipasang gelang


identitas mis :
• pasien yang tidak memiliki extremitas
• pada pasien luka bakar
• pasien gaduh gelisah
 menggunakan dokumentasi foto pasien (????).
Identifikasi Pasien yang Tidak Memungkinkan
Pemasangan Gelang Identitas

• Proses dokumentasi foto pasien dilakukan di IGD dan di


Customer Care (sesuai kebijakan rumah sakit).??
• Pasien dari RS lain yang akan melakukan pemeriksaan dan
sudah memakai gelang identitas RS yang merujuk, tetap
dipertahankan. Bila pemeriksaan mengharuskan pemasangan
gelang identitas, dipasang gelang identitas baru.
• Pasien rawat jalan yang akan dilakukan prosedur invasif
dilakukan pemasangan gelang identitas.

20
Prosedur Pemasangan Gelang Identitas Pasien
• Setiap pasien yang terdaftar di IGD dan P3RN yang akan
dirawat inap dan pasien yang akan dilakukan prosedur invasif
harus memakai gelang identitas pasien.
• Label pada gelang identitas pasien memuat 4 (empat) identitas
yaitu nama lengkap di sisi kiri atas, tanggal lahir (usia) di sisi
kiri bawah, jenis kelamin perempuan dan laki-laki di sisi kanan
bawah, dan nomor rekam medik di sisi kanan atas.

Tn. Abdul Fathir 313.10.88


13 Februari 1972 (29) Laki-laki
Prosedur Identifikasi Pasien Berisiko

Gelang risiko di pasang saat pasien dilakukan penilaian risiko


mulai dari IGD atau di ruang perawatan sesuai kebijakan
dan kebutuhan rumah sakit.

Gelang Kuning/stiker kuning : Risiko tinggi jatuh


Gelang Merah/stiker merah : Risiko alergi
Gelang Ungu/siker DNR : Tidak dilakukan resusitasi
Gelang Abu-abu/Stiker abu abu : Terpasang implant radioaktif
Gelang Putih : Keterbatasan ekstremitas
SKP 2 : Meningkatkan Komunikasi Efektif

24
SKP.2 : Meningkatkan Komunikasi Efektif

1. Komunikasi efektif  komunikasi yang dilakukan secara


akurat, lengkap, dimengerti, tidak duplikasi, dan tepat
kepada penerima informasi untuk mengurangi kesalahan
dan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
2. Petugas kesehatan melaporkan kondisi pasien kritis kepada
DPJP/ serah terima pasien kritis, proses transfer pasien,
menggunakan teknik SBAR (Situation - Background –
Assessment – Recommendation).
3. Ketika petugas kesehatan menerima pesan verbal/ per
telepon menerapkan TBaK  Tulis Baca Konfirmasi/ CaBaK
(Catat Baca Konfirmasi).
4. Bila menerima instruksi lisan/telepon berupa obat sound alike
dilakukan TeachBack dengan menggunakan huruf alfabet

25
SKP. 2 : Meningkatkan Komunikasi Efektif

5. Menuliskan pesan yang diterima di catatan terintegrasi.


6. Dalam menulis pesan verbal, ditulis lengkap dan dapat
dibaca dengan jelas agar sumber instruksi dapat dilacak
bila diperlukan verifikasi, menggunakan singkatan
terstandar, akronim dan simbol yang disetujui rumah sakit
7. Mengingatkan DPJP pemberi instruksi, untuk
menandatangani catatan pesan yang ditulis dalam kotak
stempel KONFIRMASI sebagai tanda persetujuan dalam
waktu 1 x 24 jam.
8. Dalam hal tidak ada rekam medis pasien di ruang
penunjang, dokumentasi bisa menggunakan buku atau
pemberian cap “critical value” pada hasil kritis. (berisi tgl,
jam, pelapor, verifikasi oleh DPJP)

26
27
Kebijakan
• Instruksi verbal/ per telepon tidak
diperkenankan pada pemberian obat-obat
tertentu misalnya:
– Pemberian obat-obatan epidural.
– Pemberian obat kemoterapi.

28
Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan Cito
Pelaporan Hasil Kritis (critical result) dapat diartikan:
1. Proses penyampaian hasil kritis kepada dokter yang
merawat pasien.
2. Nilai / Hasil kritis (critical values / result) adalah
hasil pemeriksaan diagnostik/ penunjang yang
memerlukan penanganan segera.
3. Proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang
memerlukan penanganan segera dan harus
dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 1
(satu) jam.

29
Pelaporan Hasil Kritis Dan Pemeriksaan Cito

• Pemeriksaan cito adalah pemeriksaan yang harus


segera disampaikan hasilnya baik normal maupun
abnormal kepada DPJP yang merawat pasien.

• Rumah sakit membuat Daftar Nilai Kritis.

30
S Situasi
Saya menelpon tentang (nama pasien, tanggal lahir dan lokasi)

Masalah yang ingin disampaikan adalah: __________________________________


.
Tanda-tanda vital:
TD: __/__, Nadi: ___, Pernapasan: ___, dan Suhu: ___
Saya khawatir tentang:

B Background/ Latar Belakang


Status mental pasien:

Kulit/ Ekstremitas:

Pasien memakai/ tidak memakai oksigen

A Assessment/ Penilaian
Masalah yang saya pikirkan adalah: (katakan apa masalah yang anda pikirkan)
Masalahnya tampaknya adalah: jantung, infeksi, neurologis, respirasi, _____
Saya tidak yakin apa masalahnya tapi pasien memburuk.
Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk. Kita perlu melakukan
sesuatu, Dok.

R Rekomendasi
Apakah (katakan apa yang ingin disarankan).

Apakah diperlukan pemeriksaan tambahan:

Jika ada perubahan tatalaksana, tanyakan:


Obat
SKP. High Alert keamanan penggunaan obat
3 Meningkatkan
yang membutuhkan kewaspadaan tinggi (High Alert
Medications)
High
OBAT HIGH ALERT Alert

Kebijakan:
1. Setiap satelit farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki
daftar obat high alert dan panduan penanganan obat high
alert.
2. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan
khusus untuk obat high alert.
3. Obat high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses
terbatas, diberi label yang jelas.
4. Rumah sakit membuat nya keDaftar Obat Hight Alert.
5. Obat LASA dikelola untuk mencegah terjadinya kesalahan
dengan cara Pemberian Label LASA dan penyimpanan
dipisah satu dengan yang lain
6. Rumah sakit membuat daftar obat LASA
High
OBAT HIGH ALERT Alert

NO KELAS TERAPI NAMA GENERIK


1 ELEKTROLIT PEKAT KALIUM KLORIDA 7,46%; NATRIUM KLORIDA 3%
2 ELEKTROLIT NATRIUM BIKARBONAT 8,4% 25 ML
3 ANESTETIK UMUM
(INHALASI DAN IV) DESFLURANE, PROPOFOL, SEVOFLURAN
4 ANTINEOPLASTIK, SEMUA
PARENTERAL DAN ORAL
5 OBAT YANG ANTI THROMBIN III, ATEPLASE, ENOKSAPARIN
MEMPENGARUHI DARAH NATRIUM, FONDAPARINUX, HEPARIN NATRIUM,
NADROPARIN, PARNAPARIN, STREPTOKINASE,
UROKINASE, WARFARIN
6 ANTIDIABETIK INSULIN
PARENTERAL
7 VASOKONSTRIKTOR EPINEFRIN , NOREPINEFRIN BITARTRAT
8 PENGHAMBAT ATRAKURIUM BESILAT, PANKURONIUM BROMIDA,
NEUROMUSKULAR ROKURONIUM BROMIDA, VEKURONIUM BROMIDA

Revisi terakhir: 26 Juni 2012


High
OBAT HIGH ALERT Alert
KEBIJAKAN UNTUK PENYIMPANAN ELEKTROLIT PEKAT:
1. Elektrolit pekat tidak boleh disimpan di ruang perawatan kecuali di kamar operasi jantung dan unit
perawatan intensif (ICU).

2. Ruang perawatan yang boleh menyimpan elektrolit pekat harus memastikan bahwa elektrolit pekat
disimpan di lokasi dengan akses terbatas bagi petugas yang diberi wewenang. Obat diberi penandaan
yang jelas berupa stiker “High Alert”

N BENTUK
NAMA GENERIK NAMA DAGANG KEKUATAN KET
O SEDIAAN

1 KALIUM KLORIDA INJEKSI OTSU-KCL 7.46 (7.46% 7.46% 25 ML Instalasi Farmasi menyediakan
POTASSIUM CHLORIDE premixed solution dengan
INJECTION) konsentrasi 12,5 mek dan 25
mek per 500 ml NaCl 0,9%

2 NATRIUM KLORIDA > 0.9% INJEKSI OTSU-SALIN 3 (3% 3% 500 ML


SODIUM CHLORIDE)
High
PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT Alert

 Pisahkan obat high alert dari obat


lain sesuai dengan Daftar Obat High
Alert

 Tempelkan stiker merah


bertuliskan “High Alert” pada setiap
obat high alert

 Berikan selotip merah pada


sekeliling tempat penyimpanan obat
high alert yang terpisah dari obat lain

 Simpan obat sitostatika dan obat


narkotik secara terpisah dari obat
high alert lainnya
Elektrolit Pekat

Natrium klorida 3%
Kolf 500 ml

Kalium klorida 7,46%


ampul 25 ml
PREMIXED KALIUM KLORIDA SOLUTION

 Instalasi Farmasi menyediakan premixed solution untuk elektrolit


KCl infus

Premixed Kalium Klorida Premixed Kalium Klorida Premixed Kalium Klorida


Sol. Standar 25 meq dalam Sol. Standar 12,5 meq Sol. Standar 10 meq dalam
NaCl 0,9% dalam NaCl 0,9% KAEN1B
SKP. 4
Memastikan benar lokasi, benar prosedur,
benar pasien operasi
SKP.4 : Menjamin benar sisi operasi yang tepat, prosedur
yang benar, dan pasien yang benar

1. Dokter yang akan melakukan operasi melakukan


penandaan lokasi operasi di ruang rawat dengan
spidol 70 atau skin marker dengan melibatkan pasien
dalam prosesnya. Paling lambat penandaan dilakukan di
ruang persiapan.
2. Penandaan dilakukan untuk semua kasus :
 Lateralisasi (organ dua sisi)
 Multiple Structure (contoh ruas jari)
 Multiple level (contoh tulang belakang)
 Multiple Lesi yang akan dilakukan tindakan bertahap
 Tindakan pada gigi
SKP.4 : Menjamin benar sisi operasi yang tepat, prosedur
yang benar, dan pasien yang benar
3. Perawat melakukan verifikasi pra operasi terhadap; benar
sisi/ lokasi operasi, benar prosedur operasi dan benar
pasien, serta verifikasi pra operasi bahwa semua
dokumentasi dan peralatan yang dibutuhkan diterima
dengan benar dan berfungsi.
4. Penandaan operasi pada bayi, tidak dilakukan dengan spidol
permanen karena mengakibatkab Tato, dan dibuat tanda
sesuai kebijakan RS
5. Penandaan luka operasi pada wajah diatur untuk tidak
menghilangkan estetika
6. Penandaan pada gigi menggunakan gambar gigi atau foto
panoramic gigi
IPSG4 : Menjamin benar sisi operasi yang tepat, prosedur
yang benar, dan pasien yang benar

3. Prosedur Surgery safety cecklist dilakukan oleh


seluruh anggota tim operasi melakukan komunikasi
secara verbal dan mendokumentasikan prosedur
meliputi :
a. Sign in : dilakukan sebelum pembiusan
b. time out : dilakukan sebelum insisi
c. Sign out : dilakukan sebelum operasi selesai
Ceklis Keselamatan Operasi
IPSG 5

Menurunkan risiko infeksi rumah sakit


IPSG 5 Menurunkan risiko infeksi rumah sakit

1. Setiap petugas melakukan kebersihan tangan


sesuai 6 langkah dari WHO dan 5 moment
2. Menggunakan APD sesuai dengan indikasi
3. Menerapkan etika batuk/bersin
4. Pemberian tanggal pada setiap pemasangan alat
invasif untuk memastikan ketepatan waktu
penggantian
5. Pastikan instrumen set terjaga sterilitas dg melihat
tipe indikator dan tanggal kadaluwarsa
5 Moment:
Setelah menyentuh area sekitar pasien/lingkungan pasien
Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
Sebelum dan sesudah tindakan/ aseptik.
Setelah terpapar cairan tubuh pasien.
Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasif.
SKP. 6: Menurunkan risiko cedera
karena jatuh
SKP.6: Menurunkan risiko cedera karena pasien jatuh
• Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dinilai risiko
jatuhnya dan dilakukan penilaian diulang jika diindikasikan
terjadi perubahan kondisi pasien atau pengobatan, sesuai
kebijakan rumah sakit
• Pasien rawat inap:
– Penilaian risiko jatuh pada Pasien Dewasa dengan Skala
Jatuh Morse
– Penilaian risiko jatuh pada Pasien Anak dengan Skala
Humpty Dumpty
– Penilaian risiko jatuh pasien Psikiatri dengan Skala
Admonson
– Penilaian risiko jatuh pada Pasien Usia Lanjut.

52
Standard SKP. 6

Form Penilaian risiko jatuh:


1. Humpty Dumpty: untuk pasien 12 – 18 tahun
2. Morse Falls Scale: pasien dewasa > 18 dan < 60 tahun.
3. Penilaian pasien usia lanjut: usia 60 tahun ke atas.
4. Modifikasi Get Up & Go Test: Pasien Poliklinik dan IGD.
Pasien anak di bawah 12 tahun dan pasien
intensive care dinilai berisiko tinggi jatuh
dan ditatalaksana sesuai panduan.
Pelaksanaan sesuai kebijakan masing masing
RS
Contoh Perubahan Kondisi/ Pengobatan:
1. Pasien pasca operasi
2. Pasien pasca sedasi
3. Pasien pasca tindakan invasif risiko tinggi
4. Penambahan obat obat sedatif (kecuali pasien ICU yang
menggunakan sedasi dan paralisis) , Hipnotik, Barbiturat,
Fenotiazin, Antidepresan, Laksans/ Diuretika,Narkotik.
5. Obat-obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif, anti
psikotik, laksatif, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat
hipoglikemik, antidepresan, neuroleptik, NSAID, Hipnotik,
Barbiturat, Fenotiazin.
6. Penurunan kesadaran.
7. Pasien pasca jatuh.
Penilaian Risiko Jatuh Rawat Inap
Pasien Anak Usia 12-18 Tahun
• Total skor 7-11:
Risiko Rendah
Untuk Jatuh

• Total skor ≥ 12:


Risiko Tinggi Untuk
Jatuh

Skor Minimal : 7
Skor Maksimal : 23
Formulir Penilaian Risiko Jatuh Rawat Inap
Pasien Dewasa 18-60 Tahun

Tingkat Risiko:
• Tidak berisiko bila skor 0-24 lakukan intervensi jatuh standar(lanjutkan dengan
Formulir Pencegahan Jatuh Pasien Dewasa)
• Risiko Rendah bila skor 25-50  lakukan intervensi jatuh standar(lanjutkan dengan
Formulir Pencegahan Jatuh Pasien Dewasa)
• Risiko Tinggi bila skor ≥ 51  lakukan intervensi jatuh risiko tinggi(lanjutkan dengan
Formulir Pencegahan Jatuh Pasien Dewasa)
Formulir Penilaian Risiko Jatuh Rawat Inap
Pasien Usia Lanjut >60 Tahun

Tingkat Risiko:
• Risiko Rendah bila skor 1 -3  lakukan intervensi Risiko Rendah
• Risiko Tinggi bila skor ≥ 4  lakukan intervensi Risiko Tinggi
Penilaian Risiko Jatuh Rawat Jalan dan IGD
Modifikasi Get Up and Go Test

KOMPONEN PENILAIAN Ya Tidak


a. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah pasien
tampak tidak seimbang (sempoyongan / limbung)?

a. Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja atau benda lain
sebagai penopang saat akan duduk?

• Tidak berisiko (tidak ditemukan a dan b)


• Berisiko rendah (ditemukan a atau b)
• Berisiko tinggi (ditemukan a dan b)
Pelaksanaan Pencegahan Risiko Jatuh
Pasien Rawat Inap
Perawat melakukan intervensi risiko jatuh sesuai
dengan hasil penilaian, dan mengisi:
– Formulir Pelaksanaan Pencegahan Jatuh Pasien
Anak (Usia 12 s/d 18 Tahun) di Rawat Inap.
– Formulir Pelaksanaan Pencegahan Jatuh Pasien
Dewasa (Usia >18 s/d <60 Tahun) di Rawat Inap.
– Formulir Pelaksanaan Pencegahan Jatuh Pasien
Usia Lanjut (Usia 60 tahun ke atas) di Rawat Inap.
Formulir Pelaksanaan Pencegahan Jatuh
Pasien Anak Usia 12-18 Tahun
Formulir Pelaksanaan Pencegahan Jatuh
Pasien Dewasa Usia >18 s/d <60 Tahun
Formulir Pelaksanaan Pencegahan Jatuh
Pasien Usia Lanjut di atas 60 Tahun
Intervensi Jatuh Risiko Tinggi

1. Pakaikan gelang risiko jatuh berwarna kuning. Pasang tanda


risiko jatuh segitiga warna kuning pada bed pasien
2. Lakukan Intervensi jatuh standar
3. Berikan brosur edukasi jatuh/ akrilik edukasi jatuh
4. Handrail mudah dijangkau pasien dan kokoh.
5. Penilaian ulang risiko jatuh setiap shift.
6. Pelaksanaan sesuai kebijakan RS

Anda mungkin juga menyukai