I. PENGANTAR
Keterampilan komunikasi dasar ini bertujuan untuk dapat mengali identitas pasien dan
mengeksplorasi latar belakang pasien sehingga dapat merespon keadaan dan perasaan
pasien. Maksud dilatihkannya keterampilan komunikasi dasar adalah agar mahasiswa mampu
memposisikan diri dalam hubungan dokter-pasien menggunakan pola hubungan wawancara
mendalam dalam suasana yang khusus.
Aspek keterampilan komunikasi yang diharapkan adalah mahasiswa dapat melakukan
sambung rasa dengan mengucapkan salam; bersikap ramah dan sopan; menjaga suasana
serius tapi rileks; berbicara dengan lafal yang jelas; menggunakan bahasa yang dapat
dipahami; menjadi pendengar yang baik; dapat mengeksplorasi identitas pasien dengan baik;
dapat melakukan eksplorasi latar belakang pasien dengan baik; merespon keadaan dan
perasaan pasien; mencatat hasil wawancara; melakukan umpan balik; melakukan cross check;
bersikap netral terhadap pasien; wawancara tidak berkesan menyelidik atau interogasi; dan
menutup wawancara dengan mengucapkan salam.
III. ANAMNESIS
Nama Lengkap
Nama sangat penting agar menghindari tertukar dengan orang lain, terutama dalam
pencatatan (medical record). Melalui medical record, kita bisa melihat riwayat penyakit yang
pernah diderita pasien sebelumnya dan riwayat pengobatannya. Selain itu, mengetahui nama
bisa digunakan untuk membuat suasana anamnesis lebih akrab, yaitu dengan memanggilnya
dengan sebutan “Bu Anna”, atau “Pak Amin”, atau “Iwan”, dan sebagainya.
Nama juga bisa menunjukkan kaitannya dengan suku atau agama tertentu. Nama
“Pasaribu” berkaitan dengan suku Batak, nama “Daeng” berkaitan dengan suku Makassar,
nama “Cut” biasanya adalah orang Aceh, nama “Joyohadikusumo” berkaitan dengan suku
Jawa, dan sebagainya. Nama “Nurul Hidayah” biasanya beragama Islam, Nama “Agnes
Kristina” biasanya beragama Kristen, nama “I Wayan Sukarsa” biasanya beragama Hindu, dan
sebagainya.
Umur
Umur pasien dapat dikategorikan dalam kelompok umur, misalnya kelompok umur anak-
anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Kategori umur ini sebenarnya dapat menolong dokter
untuk dapat menyesuaikan diri untuk memilih cara komunikasi yang cocok dengan pasien.
Contoh: bila pasien anak, maka dokter harus tampil sebagai orang tua (seperti orang tua dari
anak), menggunakan cerita atau donggeng serta dengan bahasa yang dimengerti oleh anak,
tetapi bila pasien dewasa harus mengutamakan aspek rasional.
Selain untuk kelengkapan identitas, umur juga bisa digunakan untuk memikirkan
kecenderungan penyakit pada usia tersebut. Ada penyakit yang cenderung mengenai bayi baru
lahir (neonatus), ada yang cenderung mengenai balita, ada yang cenderung mengenai orang
lanjut usia, dan sebagainya. Misalnya tetanus neonatorum adalah penyakit yang hanya
menyerang neonatus. Cacar air, difteri, campak cenderung mengenai anak-anak. Hipertensi
dan stroke atau penyakit degeneratif cenderung menyerang orang lanjut usia.
Jenis Kelamin
Pasien dapat dibagi dalam jenis kelamin pria dan wanita, pembagian ini membantu kita
untuk mempersiapkan wawancara yang sesuai dengan kebiasaan dari pria dan wanita. Pada
umumnya pria lebih suka dengan wawancara yang rasional, sedangkan lebih suka yang
emosional.
Selain untuk kelengkapan identitas, jenis kelamin dapat dikaitkan dengan penyakit tertentu,
misalnya penyakit-penyakit yang terkait seks (sex-linked). Penyakit yang berkaitan dengan haid
dan kehamilan hanya dapat diderita wanita. Kelainan pada prostat dan testis hanya bisa diderita
oleh pria.
Alamat
Selain untuk kelengkapan identitas, alamat bisa digunakan untuk menghubungi pasien
apabila ada yang harus dipastikan lebih lanjut. Alamat juga bisa dijadikan gambaran tentang
gambaran tentang kelas ekonomi penghuninya, kondisi lingkungan pasien, yang berkaitan
dengan higiene, sanitasi, dan kepadatan penduduk. Contohnya, tempat tinggal di dekat daerah
racun industri dapat menimbulkan penyakit bertahun-tahun kemudian, sehingga relevan
menanyakan apakah pasien bermukim atau pernah bermukim di dekat pertambangan,
peternakan, pabrik, atau galangan kapal. Alamat juga dapat membedakan kelas ekonomi
penghuninya.
Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat diasumsikan turut menentukan penerimaan wawancara. Pasien
dengan pekerjaan yang sibuk mungkin tidak tertarik dengan wawancara secara rinci dan
panjang, namun pasien yang mempunyai jenis pekerjaan dengan waktu luang cukup banyak
akan lebih suka diwawancarai lebih detail. Selain untuk kelengkapan identitas, pekerjaan dapat
memberikan informasi tentang status sosial-ekonomi seseorang. Pekerjaan juga bisa dikaitkan
dengan tingkat pendidikan seseorang. Pekerjaan pasien juga dapat memberikan informasi
yang dapat diperkirakan seberapa tinggi status sosial-ekonomi seseorang. Mungkin juga
pekerjaan berkaitan dengan tingginya gaji/ penghasilan seseorang yang dihubungkan dengan
latar belakang pendidikan. Misalnya apakah si "A" itu di bidang kesehatan atau bidang teknik,
sebagai lulusan SD, SPM, SMU, Diploma, S1, S2, S3, dan sebagainya.
Selain itu, pekerjaan dapat menjadi faktor risiko penyakit tertentu, juga pemaparan
dengan zat-zat atau lingkungan yang secara potensial dapat menimbulkan penyakit, misalnya
orang yang bekerja di pabrik yang bising cenderung menderita gangguan pendengaran. Lama
dan aktivitas bekerja harus ditanyakan, pemakaian alat pelindung pada pekerjaan yang berisiko
juga perlu ditanyakan. Misalnya orang yang bekerja di pabrik yang bising cenderung ada
gangguan pendengarannya.
Tingkat Pendidikan
Pasien dapat dikelompokkan dalam tingkat atau jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA,
Sarjana, dan Pascasarjana). Pada umumnya pengetahuan atau keluasan wawasan seseorang
sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan, makin tinggi tingkat pendidikan maka dianggap
makin mengerti atau mudah diberikan pengertian suatu informasi. Sebaliknya makin rendah
tingkat pendidikan, maka makin sulit diberikan pengertian. Pada pasien dengan tingkat
pendidikan yang tinggi, dokter tidak perlu merinci wawancara, sedangkan pada pasien dengan
tingkat pendidikan yang rendah diperlukan.
Suku Bangsa
Suku dapat mengambarkan norma dan kebiasaan pasien. Contoh, pada suku tertentu
berbicara keras tetaplah dianggap biasa, sedangkan untuk suku lainnya berbicara keras
dianggap tidak sopan. Perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan
dengan suku. Kebiasaan, kepercayaan dan tradisi dapat menunjang namun tidak jarang dapat
menghambat perilaku hidup sehat. Beberapa penyakit juga mempunyai predileksi ras tertentu.
Gambar 3. Upacara belian suku dayak (untuk pengobatan)
Untuk heteroanamnesis, juga tanyakan nama, umur, pekerjaan, alamat, dan hubungan
pengantar dengan penderita.
Pada pasien bayi dan anak kecil, perlu ditanyakan riwayat kesehatan ibu hamil,
persalinan, imunisasi, operasi, perlukaan dan trauma pada anak. Pada orang dewasa perlu
dilengkapi dengan: haid, kehamilan, persalinan (bagi wanita), pendidikan, riwayat pekerjaan,
riwayat perkawinan, kebiasaan, keadaan sosial ekonomi, dan status emosi.
IV. MERESPON KEADAAN PASIEN (EMPATI)
Empati adalah respons yang menyadari perasaan pasien dan tidak mencelanya. Ini
adalah pengertian, bukan keadaan simpati emosional. Pemakaian empati dapat memperkuat
hubungan dokter-pasien dan membuat wawancara dapat berjalan dengan lancar. Respon
empati dapat pula bersifat non-verbal. Anggukan kepala seseorang adalah suatu cara untuk
menunjukkan respons empati. Pewawancara memahami dan menghargai perasaan pasien
tanpa memperlihatkan emosinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Graff, JA., Elder, JP., Booth,EM. 1996. Komunikasi Untuk Kesehatan dan Perubahan
Perilaku, cet. Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Green,L.W., and Kreuter,M.W., 1999. Health Education and Ecological Approach. 3rd
ed. Mountain View, CA:Mayfield Publishing Company.
The John Hopkins University Center for Communication Programs, 1992. Training
for Trainers on Interpersonal Communication. Baltimore: The John Hopkins
University Center for Communication Programs.
Van Meer, K,. and Van Neijenhof, J,. 1994. Elementary Social Skills.
Maastricht:Tranferpoint Skillteaching.
WHO. 1993. Doctor-Patient Interaction and Communication. Division of Mental Health. WHO-
Geneva.
Nilai
No Aspek yang Dinilai
0 1 2
Keterampilan membina sambung rasa
1 Memberikan salam pembuka
2 Memperkenalkan diri
3 Mempersilahkan duduk pasien
4 Menunjukkan empati pada pasien
5 Menggunakan bahasa verbal yang dimengerti pasien
6 Menggunakan bahasa non-verbal
Keterampilan mengali identitas dan latar belakang
7 Menanyakan nama pasien
8 Menanyakan umur pasien
9 Menanyakan jenis kelamin pasien (dicatat)
10 Menanyakan alamat pasien
11 Menanyakan pekerjaan pasien
12 Menanyakan pendidikan terakhir pasien
13 Menanyakan suku bangsa pasien
14 Menanyakan agama pasien
15 Menanyakan riwayat keluarga
16 Melakukan cross-check
17 Mencatat resume anamnesis identitas pasien
Keterampilan menjaga proses wawancara
18 Menjadi pendengar yang baik
19 Penampilan sopan dan ramah
20 Menutup wawancara dengan mengucapkan salam
Jumlah
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan
1 : Dilakukan tidak lengkap
2 : Dilakukan dengan lengkap
Latihan pada keterampilan komunikasi blok 2 ini bertujuan untuk membina sambung
rasa antara dokter dan pasien, serta menjaga proses wawancara untuk mengumpulkan data
identitas dan latar belakang pasien, serta dapat merespon perasaan dan keadaan pasien
dengan baik.
Cara latihan adalah: Andaikan saudara calon dokter dan dimohon melakukan
anamnesis identitas pasien dan data pribadi lain. Sebelumnya persiapkanlah daftar
pertanyaan untuk identitas dan data pribadi lain. Apabila mampu buatlah skenario bersama
instruktur saudara untuk membiasakan diri melatih mengenal pasien. Diingatkan bahwa blok 2
mempunyai topik modul traktus respiratorius, sehingga diharapkan pengetahuan tentang
modul tersebut dapat digunakan untuk bahan skenario. Namum demiklan dapat pula Saudara
menggunakan topik skenario lainnya sesuai minatnya.
SKENARIO 1
Nama : Arman
Usia : 45 tahun
Alamat : Jl. Gurami, Selili
Pekerjaan : Karyawan teknisi tambang batubara (eksplorasi)
: lama bekerja 5 tahun
Pendidikan : tamat SMA
Keluarga : istri satu, ibu rumah tangga
anak 3, usia 5, 3, dan 1 tahun.
Keluhan:
Datang untuk meminta surat keterangan sehat yang akan dipergunakan untuk melamar
pekerjaan di galangan kapal. Pasien mengeluh terlalu capek kerja dengan lokasi yang jauh dari
rumah dan tidak tahan dengan kondisi tempat bekerja yang penuh dengan debu batubara.
Pasien sering mengeluh batuk dan sesak nafas terutama saat bekerja di tambang batubara.
Tugas: Lakukanlah anamnesis identitas
SKENARIO 2
Nama : Rena
Usia : 27 tahun
Alamat : Loa Janan
Pekerjaan : Perusahaan Kayu Lapis
Keluarga : suami supir angkot
anak 2, usia 5 dan 8 tahun
Keluhan:
Pasien datang untuk meminta surat keterangan dokter, dengan latar belakang pasien selalu
sesak nafas bila terhirup lem kayu lapis, pasien bekerja dibagian penambalan kayu lapis.
Penderita ingin dipindahkan ke bagian lain yang tidak adal lem kayu lapis..
Tugas: Lakukanlah anamnesis identitas dan buatlah resumenya.