Disusun untuk Memenuhi Remidial PTS Mata Pelajaran Seni Budaya ( Seni Tari )
Tahun Pelajaran 2019/2020
Disusun Oleh :
Kelas : X MIPA 2
Nama / No. Absen : Berniko Surya W Wibawa / 06
Saya berharap, semoga tugas ini dapat menambah ilmu saya, dan juga menanamkan rasa
bangga terhadap tarian di Indonesia yang jumlahnya sangat banyak. Kiranya tugas ini
dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca.
Saya sadar bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Saya harap agar makalah ini
mendapat saran dan kritik yang membangun supaya bisa lebih baik dikemudian hari.
Berniko Surya
DAFTAR ISI
JUDUL …………………..…………………………………………………………………
3.2 Saran………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Tari Kancet Ledo (Tari Gong). Penghormatan terhadap tamu sudah sedemikian
mengakar dalam budaya manusia, terlebih dalam kebudayaan Indonesia.
Sedemikian hebatnya penghormatan itu, bahkan untuk penyambutan tamu yang
dianggap penting atau tamu agung akan ada prosesi tersendiri. Dalam hal ini,
sebagai misal adalah masyarakat Dayak Kenyah di Kalimantan Timur yang
menghadirkan tarian khas yakni Tari Kancet Ledo. Tarian ini dipertunjukkan saat
upacara menyambut tamu agung, termasuk menyambut kelahiran seorang bayi
kepala suku mereka.
Tari Kancet Ledo adalah tarian yang sarat akan makna sebagai penggambaran
tentang kelembutan seorang wanita. Kecantikan, kepandaian, serta kelemah
lembutan wanita diungkapkan secara manis dalam gerakan tari. Dalam prakteknya,
sang penari menari gemulai diatas sebuah gong, itulah mengapa tari ini juga sering
disebut sebagai Tari Gong. Dalam tarian ini sang penari gadis itu akan direbutkan
oleh dua pemuda Dayak. Sebagai pengiring, digunakan alat musik tradisional Suku
Dayak yang bernama Sampe.
Tari Kancet Ledo ditampilkan dalam kesederhanaan, terutama terlihat pada gerak
dan musik pengiringnya. Tari ini hanya menampilkan beberapa segmen gerakan
tubuh yang cenderung di ulang-ulang, terlebih ketika penari bersiap menuju, diatas
maupun saat turun gong. Langkah kaki sangat sederhana berpadu dengan ayunan
tubuh dan tangan yang lemah lembut. Secara keseluruhan, tari ini lebih
memperlihatkan ekspresi seekor burung Enggang yang dalam kelembutannya
tersimpan kecepatan dan kelincahan.
Dalam perkembangannya, Tari Gong sudah banyak dipraktikan dan dilestarikan
oleh beberapa sanggar, salah satunya sanggar di kawasan perbatasan Indonesia-
Malaysia. Cara yang dilakukan ini ternyata menarik sejumlah anak muda lainnya
untuk bergabung dalam sanggar tari yang didirikannya itu. Hingga kini, Sanggar
Tari Gong masih menjadi pilihan utama dalam setiap kegiatan di wilayah tiga
Kabupaten Nunukan ini.
Sekilas tentang tari Semajau, tarian ini memiliki ciri dan makna dalam setiap
gerakannya, dengan gaya gerakan burung terbang dan mengikuti iringan musik.
Para penari kemudian bergerak memutar secara bersama–sama membentuk
lingkaran yang tidak terputus. Tidak ada yang menjadi komando dalam tarian ini,
semua penari memiliki peran dan tanggung jawab yang sama untuk menjaga
keharmonisan gerak dan membentuk formasi yang utuh.
Pada awal mulanya, tari Semajau selalu diiringi alat musik gong, namun dengan
perkembangan zaman iringan musik dari kaset lebih banyak dipergunakan untuk
menggantikan gong. Hal itu juga dipengaruhi jumlah personel yang tidak terlalu
banyak, sehingga pemain musik yang seharusnya menemani penari mulai
tergantikan.
Saat kali pertama dibentuk, sanggar tari ini sebenarnya cukup dikenal di
lingkungannya. Itu berkat perlombaan tari yang diikuti dan berhasil memenangkan
berbagai kejuaran di tingkat kecamatan. Kemenangan beruntun itu membawa
sanggar tari Gong ke tingkat lebih tinggi dan dapat pentas di tingkat kabupaten dan
berhasil membawa predikat sebagai juara tiga.
Tari Gong menceritakan kemolekan seorang gadis yang menari di atas sebuah
gong, dimana gadis itu akan diperebutkan oleh 2 orang Pemuda Dayak.
Kesederhanaan tari Gong terlihat pada gerak dan musik. Gerak pada tari Gong
hanya beberapa segmen tubuh saja yang bergerak, serta bentuk gerakannya diulang-
ulang pada saat penari menuju Gong, saat berada di atas Gong dan turun dari Gong.
Tari Gong memiliki gerak kaki yang sederhana dalam melangkah dan ayunan tubuh
dan tangan yang lemah lembut. Kostum yang digunakan sangat mewah karena
terbuat dari manik-manik yang dirangkai menjadi motif – motif binatang seperti
motif Kalung Aso (Naga Anjing), pola permainan musik yang mendukung tarian
ini datar tidak terjadi pergantian iringan dari awal hingga akhir tari. Dilihat dari
gerak dan tatapan mata yang dimiliki lembut dan lincah karena disamakan dengan
sifat seekor burung, di mana burung mempunyai sifat yang cepat, lembut dan
lincah. Bentuk gerak dalam tari Gong ini tergolong sederhana, gerak yang
merupakan ekspresi yang menirukan gerak hewan tiruannya seperti burung
Enggang. Penari melakukan gerakan-gerakan yang sederhana dan mudah. Dalam
gerak yang melambangkan hubungan manusia dengan burung Enggang terlihat
dalam gemulai gerak tangan, tubuh dan kaki. Gerak pelan pada tangan
mengibaratkan kepak sayap burung Enggang. Bahkan terkadang kita bisa takjub
akan beberapa gerakan tarian yang dilakukan tanpa sadar oleh penari tersebut
karena terkadang adanya kekuatan mistis pada beberapa orang yang memang
menggemari tarian-tarian yang ada dan ingin melihatnya secara dekat karena daya
tarik dari beberapa gerakan yang ada pada tarian tersebut, dan gerak pada tari gong
hanya beberapa segmen tubuh saja yang bergerak, serta bentuk gerakannya diulang-
ulang pada saat penari menuju gong,saat berada di atas gong dan turun dari gong.
Tari gong memiliki gerak kaki yang sederhana dalam melangkah dan ayunan tubuh
dan tangan yang lemah lembut. Beberapa tarian yang ada pun sering menjadi daya
tarik tersendiri bagi beberapa orang yang melihatnya karena adanya gerakan pada
tarian tersebut disertai dengan irama yang ada membuat suatu tarian tersebut
menjadi lebih indah dan juga lebih menarik di bandingkan kesenian lainnya.
Tari Gong sering di tampilkan dalam berbagai acara adat seperti acara
penyambutan tamu dan festival budaya di Kalimantan timur. Selain itu, tari ini
digunakan pula untuk menyambut kelahiran seorang bayi kepala suku setempat.
Tarian ini masih terus di lestarikan, sehingga banyak modifikasi dan kreasi dalam
gerakan dan kostum yang di kenakan. Semua itu agar lebih menarik dan dapat
menarik minat wisatawan yang datang berkunjung.
2.4 Kostum atau Busana Tari Gong
Dalam pertunjukannya penari di balut oleh busana khas adat Dayak kenyah di
Kalimantan timur. Yaitu baju dengan yang di hiasi oleh manik - manik berwarna
cerah dan corak khas Dayak yang dilengkapi dengan taah. Taah merupakan pakaian
khas wanita Dayak berupa kain yang dihiasi manik-manik, taah biasanya dipakai
dengan cara dililitkan pada pinggang. Selain itu, kepala penari biasanya
menggunakan lavung, yaitu topi yang dibuat dari rotan yang di hiasi motif yang
senada dengan pakaian dan taah. Asesoris lain yang di gunakan adalah kalung
manik-manik atau yang terbuat dari gigi atau taring macan.
Pada saat menari, tangan penari di selipkan rangkaian bulu ekor dari burung
enggang sebagai property menarinya. Hampir sama dengan tarian enggang, namun
dalam tarian ini gerakan yang di gunakan lebih lembut dan sederhana. Dalam tarian
ini juga di iringi oleh musik tradisional seperti sapeq atau alat musik seperti kecapi.
Ritme musik pengiring dalam tarian ini juga bertempo lambat. Sehingga
menyesuaikan dengan gerakan tari yang lemah gemulai.
BAB III
PENUTUP