OLEH KELOMPOK 3 :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIPLOMA IV GIZI
2019
1
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu”
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang
amat berarti. Tanpa pertolongan dari-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran baik dari dosen mata kuliah maupun teman-
teman atau pembaca makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
D. Manfaat 5
BAB II PEMBAHASAN 6
KESIMPULAN 14
SARAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ancaman penyakit kritis dewasa ini tidak lagi mengenal usia. Serangan
penyakit degeneratif dan kronis pun kini tak sedikit yang menyasar usia
muda. Usia muda dan kondisi prima tak lantas membuat Anda terbebas dari
ancaman penyakit kritis. Gaya hidup serba instan saat ini, stres, dan
lingkungan yang terpapar polusi membuat ancaman penyakit kritis semakin
meningkat dari waktu ke waktu.
Penyakit kritis di zaman sekarang ternyata sangat sering terjadi.
Menurut survey dunia oleh WHO, saat ini 67% kematian disebabkan oleh
sakit kritis. Bila kita zoom lebih dekat lagi, yaitu di negara Indonesia, maka
persentasenya jauh lebih tinggi yaitu sebesar 85% kematian disebabkan
Penyakit Kritis di Indonesia. Penyakit stroke, jantung, ginjal, dan kanker
tidak ragu menghinggapi orang-orang usia produktif (15-64 tahun).
Menurut jurnal medis American Academy of Neurology, jumlah penderita
stroke di bawah usia 55 tahun mengalami peningkatan signifikan. Untuk
kasus di Indonesia misalnya, prevalensi serangan penyakit kardiovaskuler
pada orang di atas 15 tahun dapat dilihat melalui grafik berikut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Critical Illness dan HIV AIDS ?
2. Bagaimana gambaran klinis dari penyakit kritis HIV AIDS ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit kritis HIV AIDS ?
4. Bagaiamana patofisiologis dari penyakit kritis HIV AIDS ?
5. Bagaimana asuhan gizi pada pasien HIV AIDS?
4
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui penegrtian dari Critcal Illness dan HIV
AIDS
2. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinis dari penyakit kritis
HIV AIDS
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari penyakit kritis HIV AIDS
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologis dari penyakit kritis HIV
AIDS
5. Mengetahui bagaimana asuhan gizi untuk pasien HIV AIDS
D. Manfaat
Dari tujuan yang diharapkan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa
manfaat baik untuk pembaca maupun penulis sendiri, yaitu :
1. Bagi Pembaca
Jika penulisan makalah ini dirasakan dapat menambah pengetahuan
tentang perkembangan terakhir tentang critical Illness, diharapkan
pembaca dapat lebih memehami isi dari makalah ini.
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini menjadi suatu pembelanjaran, sebagai
penegtahuan kami untuk lebih mengetahui berbagai penegtahuan
tentang Critical Illness.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
b. HIV AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang
menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit
yang timbul karena terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi virus HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang dapat
menginfeksi sel darah putih untuk menurunkan sistem kekebalan tubuh,
menghancurkan atau merusak fungsinya. Sedangkan AIDS atau
Acquired immunodeficiency syndrome adalah tahapan peningkatan dari
perkembangan akibat terinfeksi virus HIV. Sebelum virus HIV berubah
menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira
5 sampai 10 tahun.
7
khususnya rentan terhadap efek penghancuran dari HIV karena sistem
imun yang tidak berkembang pada saat infeksi primer. Gambaran klinik
antara lain pneumonitis interstitisial limfoid, pneumonia, kandidiasis
oral berat, ensefalopati, kurus, limfadenopati generalisata, sepsis
bakteri, hepatosplemomegali, diare, dan kegagalan pertumbuhan. Anak-
anak dengan infeksi HIV-1 yang di dapat secara perinatal memiliki
prognosis yang sangat buruk. Angka perkembangan penyakit yang
tinggi terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan.
b. Penyakit Neurologik : Gangguan fungsi neurologik sering terjadi pada
orang-orang yang terinfeksi HIV. 40-90% pasien mengalami gejala
neurologik, dan banyak kelainan neuropatologik yang ditemukan
selama autopsi.
c. Infeksi Oportunistik : Penyebab paling sering dari morbiditas dan
mortalitas di antara pasien dengan infeksi HIV stadium lambat adalah
infeksi oportunitik, yaitu infeksi berat yang ditimbulkan oleh penyebab
yang jarang ditimbulkan penyakit serius pada orang dengan fungsi imun
yang baik.
8
memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+ yang terinfeksi. Bagian
dalam terdapat dua kopi RNA juga berbagai protein dan enzim yang penting
untuk replikasi dan maturasi HIV antara lain adalah p24, p7, p9, p17,
reverse transkriptase, integrase, dan protease. Tidak seperti retrovirus yang
lain, HIV menggunakan sembilan gen untuk mengkode protein penting dan
enzim. Ada tiga gen utama yaitu gag, pol, dan env. Gen gag mengkode
protein inti, gen pol mengkode enzim reverse transkriptase, integrase, dan
protease, dan gen env mengkode komponen struktural HIV yaitu
glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef, vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk
replikasi virus dan meningkatkan tingkat infeksi HIV (Calles, et al. 2006,
Kummar, et al. 2015).
9
limfosit CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks kemudian
terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.
Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan
provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga
menghasikan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 juga dapat
menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk
apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih
lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).
a. Pengajian Gizi
10
b. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake (Asupan)
Asupan energi dan protein tidak adekuat, (P) berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan akibat infeksi (E) ditandai dengan asupan energi dari kebutuhan dan
asupan protein (S).
2. Domain Klinis
Berat badan berkurang (P) berkaitan dengan kurangnya asupan energi (E)
ditandai dengan IMT normal.
3. Domain Prilaku
Kualitas hidup yang buruk (P) ditandai dengan gaya hidup yang tidak baik dan tidak
sehat (E) berkaitan dengan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alcohol dan sex
bebas (S).
c. Intervensi Gizi
Tujuan Diet :
- Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi kepada semua tahap dini penyakit infeksi HIV
- Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot
- Memenuhi kebutuhan nenergi dan semua zat gizi
- Mendorong perilaku sehatb dalam menerapkan diet, olah raga, dan rileksasi
- Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
- Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan terutama jringan otot
- Mengatasi gejala diare, mual, dan muntah
Jenis Diet : Diet AIDS I (Akut) dikarenakan psien dalam keadaan kritis
Syarat Diet :
- Energi tinggi, pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan factor
stress, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak
13% untuk setiap kenaikan suhu 1C
11
- Protein tinggi, yaitu 1,1-1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti
jaringan tubuh yang rusak,
- Lemak cukup, antara 10-25% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral yang tinggi, yaitu ½ kali (150%) Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C,E. folat, kalsium,
- Serat yang cukup
12
F. Contoh Kasus
Keluhan lain yang dirasakan demam tidak terlalu tinggi, batuk sulit dikeluarkan,
nafsu makan menurun, penurunan BB 1 kg dalam 1 bulan dan sakit pada ulu hati.
Mempunyai riwayat penyakit AIDS namun dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit AIDS. Dalam keseharian GS suka sekali merokok
dan minum minuman beralkohol serta mempunyai perilaku seks bebas.
Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu
tubuh 36 derajat celcius, pernafasan 20x2.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan materi criticall illness pada penyakit HIV-AIDS, diharapkan
pembaca dapat memahami serta mengimplementasikan metode-metode atau
perkembangan terbaru tentang serat pangan bagi kesehatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/1062/3/4.%20BAB%20II.pdf
15