Anda di halaman 1dari 15

TUGAS DIETETIKA LANJUT

CRITICALL ILLNES PADA PENYAKIT HIV AIDS

OLEH KELOMPOK 3 :

1. LUH PUTU DESY WULAN SARI (P07131217009)


2. NI PUTU DIAN PUSPITA SARI (P07131217020)
3. KADEK OWI LISTIANI (P07131217035)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIPLOMA IV GIZI
2019

1
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu”

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya lah sehingga tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang
amat berarti. Tanpa pertolongan dari-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Saya menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran baik dari dosen mata kuliah maupun teman-
teman atau pembaca makalah ini dapat lebih sempurna.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca.

Sekian dan terima kasih

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Denpasar, Agustus 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 5
D. Manfaat 5

BAB II PEMBAHASAN 6

A. Pengertian Critical Illness dan HIV AIDS 6


B. Gambaran Klinis Dari Penyakit Kritis HIV AIDS 7
C. Etiologi Dari Penyakit Kritis HIV AIDS 8
D. Patofisiologis Dari Penyakit Kritis HIV AIDS 9
E. Asuhan Gizi HIV-AIDS 10
F. Contoh Kasus 13

BAB III PENUTUP 14

KESIMPULAN 14

SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ancaman penyakit kritis dewasa ini tidak lagi mengenal usia. Serangan
penyakit degeneratif dan kronis pun kini tak sedikit yang menyasar usia
muda. Usia muda dan kondisi prima tak lantas membuat Anda terbebas dari
ancaman penyakit kritis. Gaya hidup serba instan saat ini, stres, dan
lingkungan yang terpapar polusi membuat ancaman penyakit kritis semakin
meningkat dari waktu ke waktu.
Penyakit kritis di zaman sekarang ternyata sangat sering terjadi.
Menurut survey dunia oleh WHO, saat ini 67% kematian disebabkan oleh
sakit kritis. Bila kita zoom lebih dekat lagi, yaitu di negara Indonesia, maka
persentasenya jauh lebih tinggi yaitu sebesar 85% kematian disebabkan
Penyakit Kritis di Indonesia. Penyakit stroke, jantung, ginjal, dan kanker
tidak ragu menghinggapi orang-orang usia produktif (15-64 tahun).
Menurut jurnal medis American Academy of Neurology, jumlah penderita
stroke di bawah usia 55 tahun mengalami peningkatan signifikan. Untuk
kasus di Indonesia misalnya, prevalensi serangan penyakit kardiovaskuler
pada orang di atas 15 tahun dapat dilihat melalui grafik berikut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Critical Illness dan HIV AIDS ?
2. Bagaimana gambaran klinis dari penyakit kritis HIV AIDS ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit kritis HIV AIDS ?
4. Bagaiamana patofisiologis dari penyakit kritis HIV AIDS ?
5. Bagaimana asuhan gizi pada pasien HIV AIDS?

4
C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui penegrtian dari Critcal Illness dan HIV
AIDS
2. Mahasiswa mampu mengetahui gambaran klinis dari penyakit kritis
HIV AIDS
3. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi dari penyakit kritis HIV AIDS
4. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologis dari penyakit kritis HIV
AIDS
5. Mengetahui bagaimana asuhan gizi untuk pasien HIV AIDS

D. Manfaat
Dari tujuan yang diharapkan dalam makalah ini, dapat ditarik beberapa
manfaat baik untuk pembaca maupun penulis sendiri, yaitu :
1. Bagi Pembaca
Jika penulisan makalah ini dirasakan dapat menambah pengetahuan
tentang perkembangan terakhir tentang critical Illness, diharapkan
pembaca dapat lebih memehami isi dari makalah ini.
2. Bagi Penulis
Penulisan makalah ini menjadi suatu pembelanjaran, sebagai
penegtahuan kami untuk lebih mengetahui berbagai penegtahuan
tentang Critical Illness.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Critical Illness dan HIV AIDS


a. Critical Illness
Penyakit kritis atau critical illness merupakan penyakit yang
menyebabkan kritis, kronis, atau stadium lanjut sehingga dapat
dikatakan tidak dapat atau memiliki harapan kecil bagi penderitanya
untuk kembali pulih. Penyakit kritis menyerang secara perlahan dan
membutuhkan waktu yang panjang untuk proses pengobatannya. Tahap
penyembuhannya dapat dimulai dari pengobatan medis hingga
perubahan gaya hidup dan pola makan. Jika tidak ditangani dengan
cepat, penyakit kritis kerap kali dapat menyebabkan hilangnya
kemampuan beraktivitas secara mandiri dan bahkan berujung kematian.
Namun ironis, kebanyakan orang atau kita sendiri baru mengetahui
kondisi penyakit ketika sudah tahap lanjut atau kritis, padahal
sebelumnya merasa dalam kondisi sehat.
Oleh karena itu, persiapan proteksi kesehatan terhadap risiko
penyakit kritis menjadi salah satu kebutuhan yang penting, terutama
bagi para pekerja berusia produktif. Meskipun telah menerapkan gaya
hidup sehat, lingkungan dan faktor eksternal berpotensi membuat
penyakit dapat menyerang kapan saja.
Untuk mengantisipasi dan mencegah ancaman penyakit kritis,
mengubah gaya hidup bisa menjadi salah satu kunci penting. Paparan
stres dan polusi di lingkungan sekitar tak bisa dipandang sebelah mata.
Ciptakan pola hidup seimbang untuk meminimalisasi stres.

6
b. HIV AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang
menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit
yang timbul karena terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi virus HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang dapat
menginfeksi sel darah putih untuk menurunkan sistem kekebalan tubuh,
menghancurkan atau merusak fungsinya. Sedangkan AIDS atau
Acquired immunodeficiency syndrome adalah tahapan peningkatan dari
perkembangan akibat terinfeksi virus HIV. Sebelum virus HIV berubah
menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira
5 sampai 10 tahun.

B. Gambaran Klinis Dari Penyakit Kritis HIV AIDS


AIDS ditandai dengan penekanan yang nyata terhadap sistem imun dan
perkembangan neoplasma yang tidak lazim (khususnya sarcoma Kaposi)
atau dengan berbagai infeksi oportunistik berat. Gejala yang lebih serius
pada orang dewasa sering didahului dengan suatu prodromal (diare dengan
penurunan berat badan) yang dapat meliputi rasa lelah, malaise, penurunan
berat badan, demam sesak nafas, diare kronik, bercak putih pada lidah
(leukoplakia berambut, kandidiasis oral), dan limfadenopati. Gejala
penyakit pada saluran pencernaan mulai dari esophagus sampai kolon
merupakan penyebab utama dari kelemahan. Jangka waktu antara infeksi
primer dengan HIV dan penampakan gejala klinik yang pertama biasanya
cukup lama pada orang dewasa, rata-rata sekitar 10 tahun. Kematian terjadi
sekitar 2 tahun kemudian.
a. AIDS pediatrik : Keadaan berbeda pada neonates yang terinfeksi
dibandingkan dengan orang dewasa yang terinfeksi HIV. Kasus AIDS
pediatric di dapat dari ibu dalam kelompok resiko tinggi biasanya
ditemukan dengan gejala klinik 2 tahun berikutnya. Neonatus

7
khususnya rentan terhadap efek penghancuran dari HIV karena sistem
imun yang tidak berkembang pada saat infeksi primer. Gambaran klinik
antara lain pneumonitis interstitisial limfoid, pneumonia, kandidiasis
oral berat, ensefalopati, kurus, limfadenopati generalisata, sepsis
bakteri, hepatosplemomegali, diare, dan kegagalan pertumbuhan. Anak-
anak dengan infeksi HIV-1 yang di dapat secara perinatal memiliki
prognosis yang sangat buruk. Angka perkembangan penyakit yang
tinggi terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan.
b. Penyakit Neurologik : Gangguan fungsi neurologik sering terjadi pada
orang-orang yang terinfeksi HIV. 40-90% pasien mengalami gejala
neurologik, dan banyak kelainan neuropatologik yang ditemukan
selama autopsi.
c. Infeksi Oportunistik : Penyebab paling sering dari morbiditas dan
mortalitas di antara pasien dengan infeksi HIV stadium lambat adalah
infeksi oportunitik, yaitu infeksi berat yang ditimbulkan oleh penyebab
yang jarang ditimbulkan penyakit serius pada orang dengan fungsi imun
yang baik.

C. Etiologi Dari Penyakit Kritis HIV AIDS


HIV-AIDS adalah singkatan dari Human Immunodefisiensi virus
(HIV) yang merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili
retroviridae, subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Berdasarkan
strukturnya HIV termasuk famili retrovirus yang merupakan kelompok
virus RNA yang mempunyai berat molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini
terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup
mempunyai berbagai subtipe. Diantara kedua grup tersebut, yang paling
banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah grup
HIV-1 (United States Preventive Services Task Force, 2011).
HIV terdiri dari suatu bagian inti yang berbentuk silindris yang
dikelilingi oleh lipid bilayer envelope. Pada lipid bilayer tersebut terdapat
dua jenis glikoprotein yaitu gp120 dan gp41. Fungsi utama protein ini
adalah untuk memediasi pengenalan sel CD4+ dan reseptor kemokin dan

8
memungkinkan virus untuk melekat pada sel CD4+ yang terinfeksi. Bagian
dalam terdapat dua kopi RNA juga berbagai protein dan enzim yang penting
untuk replikasi dan maturasi HIV antara lain adalah p24, p7, p9, p17,
reverse transkriptase, integrase, dan protease. Tidak seperti retrovirus yang
lain, HIV menggunakan sembilan gen untuk mengkode protein penting dan
enzim. Ada tiga gen utama yaitu gag, pol, dan env. Gen gag mengkode
protein inti, gen pol mengkode enzim reverse transkriptase, integrase, dan
protease, dan gen env mengkode komponen struktural HIV yaitu
glikoprotein. Sementara itu, gen rev, nef, vif, vpu, vpr, dan tat penting untuk
replikasi virus dan meningkatkan tingkat infeksi HIV (Calles, et al. 2006,
Kummar, et al. 2015).

D. Patofisiologis Dari Penyakit Kritis HIV AIDS


Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi
HIV/AIDS. Penderita AIDS adalah individu yang terinfeksi HIV dengan
jumlah CD4 < 200µL meskipun tanpa ada gejala yang terlihat atau tanpa
infeksi oportunistik. HIV ditularkan melalui kontak seksual, paparan darah
yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, dan oleh ibu yang
terinfeksi kepada janinnya atau melalui laktasi.
Molekul reseptor membran CD4 pada sel sasaran akan diikat oleh HIV
dalam tahap infeksi. HIV terutama akan menyerang limfosit CD4. Limfosit
CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp41 dapat memerantarai
fusi membrane virus ke membran sel. Dua ko-reseptor permukaan sel,
CCR5 dan CXCR4 diperlukan, agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat
berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabkan perubahan
konformasi sehingga gp41 dapat masuk ke membran sel sasaran.
Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi
HIV. Monosit dan makrofag yang terinfeksi dapat berfungsi sebagai
reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan oleh virus. HIV bersifat
politronik dan dapat menginfeksi beragam sel manusia, seperti sel Natural
Killer (NK), limfosit B, sel 8 endotel, sel epitel, sel langerhans, sel dendritik,
sel mikroglia dan berbagai jaringan tubuh. Setelah virus berfusi dengan

9
limfosit CD4, maka berlangsung serangkaian proses kompleks kemudian
terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.
Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan
provirus atau mungkin mengalami siklus-siklus replikasi sehingga
menghasikan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 juga dapat
menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk
apoptosis (kematian sel terprogram) anergi (pencegahan fusi sel lebih
lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi sel).

E. Asuhan Gizi HIV-AIDS

a. Pengajian Gizi

Jenis Data Indikator


Antropometri BB, TB, Lingkar Perut/ Lingkar
pinggang, IMT
Biokimia Kalium, Ureum, Kreatinin, Lekosit,
Netrofil, Monosit, Eosinofil, Eritosit,
Albumin
Fisik dan Klinis Tekanan darah, Nadi, Suhu tubuh,
Pernafasan
Diet Asupan energi , asupan karbohidrat ,
lemak , serat
Frekuensi makan sehari
Kebiaasaan konsumsi jenis
makanan

10
b. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake (Asupan)

Asupan energi dan protein tidak adekuat, (P) berkaitan dengan peningkatan
kebutuhan akibat infeksi (E) ditandai dengan asupan energi dari kebutuhan dan
asupan protein (S).

2. Domain Klinis

Berat badan berkurang (P) berkaitan dengan kurangnya asupan energi (E)
ditandai dengan IMT normal.

3. Domain Prilaku

Kualitas hidup yang buruk (P) ditandai dengan gaya hidup yang tidak baik dan tidak
sehat (E) berkaitan dengan kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alcohol dan sex
bebas (S).

c. Intervensi Gizi
 Tujuan Diet :
- Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi kepada semua tahap dini penyakit infeksi HIV
- Mencapai dan mempertahankan berat badan serta komposisi tubuh yang
diharapkan, terutama jaringan otot
- Memenuhi kebutuhan nenergi dan semua zat gizi
- Mendorong perilaku sehatb dalam menerapkan diet, olah raga, dan rileksasi
- Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
- Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan terutama jringan otot
- Mengatasi gejala diare, mual, dan muntah

 Jenis Diet : Diet AIDS I (Akut) dikarenakan psien dalam keadaan kritis
 Syarat Diet :
- Energi tinggi, pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan factor
stress, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak
13% untuk setiap kenaikan suhu 1C

11
- Protein tinggi, yaitu 1,1-1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti
jaringan tubuh yang rusak,
- Lemak cukup, antara 10-25% dari kebutuhan energi total
- Vitamin dan mineral yang tinggi, yaitu ½ kali (150%) Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C,E. folat, kalsium,
- Serat yang cukup

d. Jenis Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan


Sumber Karbohidrat Semua bahan makanan keculai Bahan makanan yang
yang menimbulkan gas meimbulkan gas seperti ubi jalar
Protein hewani Susu, telur, daging ayam, ikan Daging, ikan yang berlemak
kulit ayam
Sumber protein nabati Tempe, tahu, kacang hijau Kacang merah
Sumber lemak Minyak, margarin, santan, dan Semua makanan yang
kelapa dalam jumlah yang mengandung lemak tinggi
terbatas (digoreng, bersantan kental)
Sayuran Sayuran yang tidak menimbulkan Sayuran yang menimbulkan gas
gas
Buah-buahan Apel, jeruk, papaya, pisang dan Buah yang menimbulkan gas
sebagainya seperti durian dan Nangka
Bumbu Bumbu yang tidak merangsang Bumbu yang merangsang seperti
seperti bawang merah, bawang cabe, lada, asam cuka, dan jahe
putih, daun salam, ketumbar,
laos, kecap
Minuman The, kopi, sirup Minuman bersoda dan
beralkohol

12
F. Contoh Kasus

Seorang laki-laki bernama GS usia 27 tahun, TB 158 cm, BB 45 kg. selama


dirawat GS mengeluh sakit kepala dan berdenyut terus di sebelah kanan, di bagian
belakang dan terus menjalar keleher dan bahu.

Keluhan lain yang dirasakan demam tidak terlalu tinggi, batuk sulit dikeluarkan,
nafsu makan menurun, penurunan BB 1 kg dalam 1 bulan dan sakit pada ulu hati.
Mempunyai riwayat penyakit AIDS namun dalam keluarga tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit AIDS. Dalam keseharian GS suka sekali merokok
dan minum minuman beralkohol serta mempunyai perilaku seks bebas.

Hasil pemeriksaan laboratorium : kalium 3,37 mmol/L, ureum 15 mg/dl,


kreatinin 0,5 mg/dl, lekosit 4,83 ribu/mm3, netrofil 49,5%, monosit 10,6%, esritosit
2,99 juta/ul, Hb 10,8 g/dl, laju endapan darah 100 ml/jam, globumin 4,3 g/dl.
Albumin 3,2 g/dl, SGOT 200u/L, SGPT 22,6 u/L, anti HIV (CD4) reaktif, col :
481,7.

Hasil pemeriksaan fisik : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu
tubuh 36 derajat celcius, pernafasan 20x2.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit kritis atau critical illness merupakan penyakit yang menyebabkan


kritis, kronis, atau stadium lanjut sehingga dapat dikatakan tidak dapat atau
memiliki harapan kecil bagi penderitanya untuk kembali pulih.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang


menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan
tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome
adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit yang timbul karena terjadi
penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi virus HIV.
HIV-AIDS adalah singkatan dari Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang
merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam famili retroviridae,
subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk
famili retrovirus yang merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat
molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing grup mempunyai berbagai subtipe. Diantara kedua grup tersebut,
yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (United States Preventive Services Task Force, 2011).

B. Saran
Dengan materi criticall illness pada penyakit HIV-AIDS, diharapkan
pembaca dapat memahami serta mengimplementasikan metode-metode atau
perkembangan terbaru tentang serat pangan bagi kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2019. Apa Yang Dimaksud Dengan Penyakit Kritis?. Tersedia di :


https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/apa-yang-dimaksud-dengan-
penyakit-kritis (diakses pada 14 Agustus 2019)

Izma, TZ. 2015. Patofisiologi Infeksi HIV/AIDS. Tersedia di:


http://eprints.undip.ac.id/46234/3/Talita_ZI_22010111120046_LapKTI_B
ab2.pdf (diakses pada 14 Agustus 2019)

http://repository.unimus.ac.id/1062/3/4.%20BAB%20II.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai