Anda di halaman 1dari 13

Perilaku Pembelian Barang Tiruan Merek Maybelline di

Indonesia

By

Princhita Nabila 1711011128

Ririn Anggraini 1711011117

Muhammad Fikri 1711011103

Ardian Fauzan 1711011106

Faculty of Economics and Business

University of Lampung

2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

Kemajuan teknologi yang sangat pesat saat ini akan berdampak kepadadunia bisnis yang
perkembangannya juga mengalami peningkatan dan persainganusaha yang semakin
kompetitif .akibat dari pesaingan usaha yang kompetitif tersebut ada pada hubungan
antara perusahaan dengan konsumen. Konsumenmenjadi sasaran utama dalam dunia
bisnis adalah kunci utama dalam memenanangkan persaingan antar perusahaan. pada era
sekarang sangat banyak produk-produk baru yang bermunculan, baik produk kuliner,
fashion, perhiasan dan lain sebagainya. Produk bermerek dan tidak bermerek memiliki
pengertian yang berbeda serta kualitas yang berbeda juga. Hingga kini, penggunaan
produk- produk kelas dunia tidak hanya diperuntukkan bagi konsumen yang telah
berpenghasilan. Pada kenyataannya, konsumen muda yang belum ataupun baru mulai
berpenghasilan sudah tidak mau kalah untuk mengecap penggunaan produk bergengsi ini.
Konsumen beranggapan bahwa merek dapat memberikan nilai tambah bagi mereka. Hal
tersebut di karenakan adanya persepsi yang menimbulkan konsumen tertarik untuk
membelinya, dengan begitu konsumenakan rela membayar agar memperoleh produk
yang diinginkan.Menurut Mehta (1996 ; 66) mendefinisikan minat beli sebagai
kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang
berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tigkat kemungkinancalon konsumen
melakukan pembelian Minat beli menurut Kinnear dan Taylor (1995) (Thamrin, 2003:
142) adalah merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam
sikapmengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan
membeli benar-benar dilaksanakan.Menurut Kotler (2009:202) seorang dalam memilih
sesuatu tergantung dari berbagai hal. faktor pribadi yang dimaksud ialah usia dan tahap
siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep-diri
pembeli. gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192) adalah pola hidup seseorang di dunia
yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Citra merek
ataupun produk selalu memiliki citranya sendiri di mata seorang konsumen karena merek
adalah tanda pengenal bagi penjual atau pembuatsuatu produk dan jasa, menurut Kotler
(2006) Merek adalah suatu symbol rumit yang dapat menyampaikan hingga enam tingkat
pengertian sebagai berikut(Atribut, Manfaat, Nilai, Budaya, Kepribadian dan Pemakai)
sedangkan menurut American Marketing assosiation yang di kutip dari Kotler (2005:82-
86) mendefinisikan merek sebagai nama, istilah, tanda, symbol atau desain ataukombinasi
semuanya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasaseseorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang atau jasa pesaing. 6alu
bagaimana hubungannya Citra Merek dengan Minat membeli,menurut Aaker dalam
Vranesevic (2003:811-825)

2
bahwa penciptaan kesan menjadi salah satu karakteristik dasar dalam orientasi pemasaran
modern yaitu lewat pemberian perhatian yang lebih serta penciptaan merek yang kuat
sehingga Implikasi dari hal tersebut bahwa merek suatu produk dapat menciptakan
8mageatau citra untuk produk itu sendiri, sehingga mampu menanamkan informasi
dibenak pikiran konsumen atau menjadikan motivasi dasar bagi konsumen dalam
memilih suatu produk.

Fenomena barang KW di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Pemerintah


lewat undang-undang merek telah berusaha mengaturnya, namun undang-undang yang
ada tidak efektif dalam menahan laju bisnis barang KW.Di Indonesia, berbelanja barang
KW adalah hal yang lumrah. Saat ini bisa ditemukan begitu banyak barang-barang KW
yang dijual di beberapa lokasi yang sangat strategis dan terlihat jelas di depan umum.
Pebisnis barang KW bahkan sepertinya tidak takut akan sanksi hukum yang ada.

Berdasarkan hal di atas, maka penelitian ini dilakukan dengan judul;

PERILAKU PEMBELIAN BARANG TIRUAN MEREK "MAYBELLINE" DI


INDONESIA

Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah
penelitian di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana Perilaku Pembelian Barang Tiruan Merek Maybelline di Indonesia?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diangkat dalam penulisan paper ini maka tujuan penulisan
paper ini adalah :

1. Untuk mengetahui Perilaku Pembelian Barang Tiruan Kosmetik Merek


Maybelline.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Merek

Dalam dunia perdagangan, faktor kunci yang sangat menentukan dalam mendukung
aktifitas usaha adalah penjualan. Faktor inilah yang menjadi kunci sekaligus indikator
apakah sebuah usaha perdagangan dapat dikatakan mengalami kemajuan atau mengalami
kemunduran. Penjualan didefinisikan sebagai sebuah usaha atau langkah konkrit yang
dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari
produsen kepada konsumen sebagai sasarannya yang bertujuan mendatangkan
keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan produsennya dengan
pengelolaan yang baik.

Produk-produk yang ditawarkan tentu memiliki perbedaan di antara masing-masing


produk. Baik dalam detail memiliki panggilan ataupun corak tersendiri serta manfaat
yang diberikan dari produknya. Istilah ini yang dikenal dengan sebutan merek. Merek erat
kaitan nya dengan produk yang ditawarkan oleh produsen berupa barang maupun jasa
dan hal merek juga menimbulkan kepuasan tersendiri bagi konsumen yang menggunakan
merek tersebut. Merek merupakan tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dan unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda warna, atau kombinasi dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang
atau jasa.

Pengertian Barang Tiruan/KW

Semakin canggihnya teknologi yang dimiliki saat ini memunculkan kekhawatiran bagi
pemilik merek, terutama pemilik merek terkenal. Karena produsen nakal dapat membuat
produk dengan meniru agar menyerupai produk aslinya. Tidak dipungkiri sebagian besar
barang yang beredar dipasaran saat ini merupakan barang KW. Ironisnya, sebagian besar
konsumen tanpa berpikir panjang lebih memilih untuk menggunakan produk KW
tersebut.

KW merupakan istilah anak gaul jaman sekarang karena KW sendiri tidak terdapat dalam
kamus besar Bahasa Indonesia. Sehingga definisi tentang KW sedikit dan merupakan
pendapat-pendapat mereka yang mengetahuinya saja. Namun pada intinya KW ialah

4
merupakan barang tiruan dari merek terkenal. Jelas produk KW ini telah melakukan
pelanggaran merek.

Kerentanan Informasi

Kerentanan informasi mengacu pada keputusan pembelian yang dilakukan oleh


konsumen berdasarkan pendapat ahli orang lain. Orang-orang yang memiliki
pengetahuan tentnag

keunggulan diferensial produk asli dapat mempengaruhi konsumen terhadap merek


barang tiruan.

Kerentanan Normatif

Kerentanan normatif mungkin membuat keputusan berdasarkan harapan yang akan


mengesankan orang lain. Dalam hal ini, citra diri memainkan peranan yang sangat besar,
karena pembelian produk palsu tidak menggambarkan kesan yang baik.

Kesadaran Nilai

Bloch, Bush, dan Campbell (dalam Wang dkk., 2005),

mengemukakan bahwa konsumen akan memilih barang tiruan dibandingkan barang asli
jika terdapat keunggulan harga didalamnya. Keunggulan harga merupakan nilai (value)
yang didapat oleh konsumen ketika harga dari barang tiruan tersebut lebih murah
dibandingkan dengan harga barang yang asli, sehingga konsumen bisa mendapat
keunggulan harga jika membeli barang tiruan tersebut

(Albers-Miller, 1999). Lichtenstein, Netemeyer, dan Burton (1990) mendefinisikan value


consciousness sebagai suatu kesadaran untuk membayar suatu barang dengan harga yang
rendah, walaupun terdapat quality constraint didalamnya. Bloch, dkk., (dalam Wang,
dkk., 2005) menunjukkan bahwa ketika barang tiruan menawarkan keunggulan harga
dibandingkan barang asli, konsumen akan lebih memilih barang tiruan tersebut. Oleh
karena itu, konsumen yang memiliki value consciousness yang tinggi akan lebih memiliki
sikap yang positif terhadap barang-barang tiruan.

Niat Beli

Berdasarkan theory of planned behavior, perilaku pembelian

5
ditentukan oleh keinginan pembelian seseorang, dimana keingian tersebut ditentukan dari
sikap (Ang dkk., 200). Chang (1998) menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang
tidak etis seperti membeli barang tiruan dapat dijelaskan oleh sikap konsumen itu sendiri.
Ang dkk., (2001) dan Wang dkk., (2005) telah menyimpulkan bahwa sikap konsumen
terhadap pemalsuan berpengaruh signifikan

dalam menciptakan keinginan pembelian. Jika sikap konsumen terhadap barang tiruan
positif, maka akan semakin tinggi kemungkinan konsumen tersebut membeli barang
fashion tiruan.

Integritas

Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan
seseorang. Seseorang dikatakan mempunyai integritas apabila tindakannya sesuai dengan
nilai, keyakinan, dan prinsip yang dipegangnya (Wikipedia). Integritas merupakan tingkat
pertimbangan etis individu dengan ketaatan pada hukum (Wang, dkk., 2005). Phau dan
Teah (2009) menyatakan pengaruh nilai dasar seperti integritas dapat mempengaruhi
keputusan untuk bertindak etis. Konsumen yang lawful-minded, cenderung untuk tidak
berhubungan dengan produk imitasi, dan sebaliknya konsumen yang mempunyai standar
etika yang rendah cenderung untuk membenarkan tindakannya dengan membeli produk
imitasi.

Sikap Terhadap Merek Barang Tiruan

Sikap konsumen terhadap barang fashion tiruan (attitude toward counterfeited fashion
goods) merupakan sebuah evaluasi yang dilakukaan oleh konsumen untuk
membandingkan antara barang fashion yang asli dengan yang tiruan (Wee dkk., 1995).
Wee dkk., (1995) menemukan bahwa variabel produk atribut sangat penting dalam
menjelaskan keinginan konsumen untuk membeli barang

tiruan. Nia dan Zaichkowsky (2000) menyimpulkan bahwa konsumen yang memiliki
barang yang asli dan tidak memiliki barang tiruan percaya bahwa barang tiruan
merupakan produk inferior, sedangkan konsumen yang memiliki barang tiruan tentunya
akan memiliki pandangan yang positif terhadap barang tiruan dan tidak menganggap
bahwa barang tersebut merupakan produk inferior. Dalam studi ini,

evaluasi konsumen terhadap barang fashion tiruan akan menjadi penentu utama dalam
intention orang tersebut untuk membeli barang tiruan tersebut. Dan dalam hal ini, perlu
diperhatikan faktor-faktor yang menjadi fokus perhatian konsumen dalam mengevalusi
barang fashion tiruan tersebut. Beberapa faktor tersebut biasanya adalah harga, kualitas,
dan risk awareness.

6
BAB III

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu perencanaan penelitian yang berguna sebagai


panduan untuk membangun strategi yang menghasilkan model penelitian serta
memperoleh jawaban atas pertanyaan – pertanyaan suatu penelitian. Sekaran (2000)
menyatakan bahwa desain penelitian menyampaikan sebuah urutan pilihan pengambilan
keputusan rasional.

Penelitian ini menggunakan metode survei yang merupakan cara untuk mengumpulkan
informasi dari sekumpulan subyek yang berkepentingan. Faktor yang akan diteliti pada
penelitian ini meliputi faktor independen yaitu kerentanan informasi, kerentanan
normatif, kesadaran nilai, resiko yang dirasakan, integritas, status konsumsi,
materialisme, dan sikap. Sedangkan faktor independen yaitu perilaku pembelian terhadap
merek barang tiruan kosmetik Maybelline.

Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian. Dalam
penulisan ini, penulis menggunakan teknik pengumpul data secara langsung yaitu dengan
membagikan kuesioner kepada para masyarakat yang membeli merek barang tiruan
kosmetik Maybelline.

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data
primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti melalui wawancara dan melalui butir –

butir pertanyaan (questioner) yang disebarkan kepada responden (Sugiyono, 2007). Data
primer yang digunakan berupa data subyek (self report data) yang berupa opini dan
karakteristik dari responden. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan cara membagikan kuesioner kepada masyarakat umum.

7
Populasi

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan


ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi
perhatian (Suharyadi dan Purwanto, 2009). Populasi bukan hanya orang, tetapi juga
obyek dan benda - benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada
pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat umum.

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi target, yang dipilih secara cermat untuk mewakili
populasi tersebut (Cooper dan Schindler, 2006). Sedangkan menurut Sugiyono (2014),
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah <100 masyarakat umum yang
mengisi kuesioner mengenai perilaku pembelian terhadap merek barang tiruan kosmetik
Maybelline.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis yang bersifat deskriptif. Teknik analisi deskriptif
adalah data yang berbetuk kata, kalimat, skema, dan gambar. Analisis diskriptif ini akan
dikemukakan cara-cara penyajian data, dengan tabel biasa maupun distribusi frekuensi,
grafik garis maupun batang, diagram lingkaran, pictogram, penjelasan kelompok melalui
modus, median, mean, dan variasi kelompok melalui rentang dan simpangan baku
(Sugiyono, 2007).

8
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bagian ini akan menjabarkan tentang hasil pengumpulan data dan deskripsi responden.
Peneliti menyebarkan kuesioner kepada masyarakat umum dengan dengan responden
sebanyak <100 responden dalam waktu dua hari.

Hasil Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner seperti yang telah dijelaskan pada bab
tiga. Hasil pengumpulan data berupa kuesioner yang berhasil dikumpulkan dan disajikan
dalam Tabel 4.1.

Keterangan Jumlah %

Kuesioner yang terisi 65 65

Kuesioner yang memenuhi 65 65


syarat

Deskripsi Responden
● Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden terdiri dari 2 kategori, yaitu laki-laki dan
perempuan. Dalam pengumpulan data yang dilakukan diperoleh data bahwa
responden berjenis kelamin perempuan berjumlah 46 orang (70,8%),
sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki berjumlah 19 orang (29,2%), di
mana responden yang paling banyak ditemui adalah responden berjenis
kelamin perempuan, yakni berjumlah 46 orang (70,8%).

Keterangan Jumlah %

Laki-laki 19 29,2

Perempuan 46 70,8

● Usia
Dalam penelitian ini jumlah 86,2% responden berusia kurang dari 25 tahun.
Sedangkan 4,6% responden berusia antara 26-35 tahun, 4,6% berusia 36-45,
dan sisanya 4,6% berusia > 45.

● Pendidikan
Dalam penelitian ini terdapat 43 (66,2%) responden yang berpendidikan atau
sedang menjalani pendidikan pada strata 1 (S1). Sedangkan yang

9
berpendidikan atau sedang menjalani pendidikan strata 2 juga strata 3 sama
sama 2 (3.1%) responden, 17 (26,2%) responden menjalani pendidikan di
bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat, dan sisanya 1 (1,5%)
responden menjalani pendidikan di bangku sekolah menegah pertama (SMP).

● Provinsi Domisili
Dalam penelitian ini terdapat 50 (50%) responden berasal dari Provinsi
Lampung, 16 (16%) dari Provinsi Jawa Barat, 19 (19%) dari Provinsi Jawa
Tengah, 5 (5%) dari Provinsi DKI Jakarta, 2 (2%) dari Provinsi Banten, 3 (3%)
dari DIY Yogyakarta, dan 5 (5%) berasal dari provinsi lain di Indonesia.

Provinsi Jumlah %

Lampung 43 66,15

DKI Jakarta 6 9,23

Sumatera 7 10,76
selatan

Provinsi Lain 9 13,84

● Pengeluaran Per Bulan


Dalam penelitian ini, 49 (75,4%) responden memiliki pengeluaran per bulan
kurang dari Rp. 3.000.000, 8 (12,3%) responden memiliki pengeluaran Rp.
3.000.000 - Rp. 4.999.999, 3 (4,6%) responden memiliki pengeluaran Rp.
5.000.000 – Rp. 6.000.000, dan sisanya 5 (7,7%) responden memiliki
pengeluaran > Rp. 6.000.000.

● Pengeluaran Per Bulan untuk Produk Kosmetik


Dalam penelitian ini, 54 (83.1%) responden memiliki pengeluaran per bulan
untuk produk kosmetik kurang dari Rp. 2.000.000. Sedangkan 4 (6,2%)
responden memiliki pengeluaran untuk produk kosmetik Rp. 2.000.000 – Rp.
3.999.999, dan sisanya terdapat masing-masing satu (1%) responden yang
memiliki pengeluaran antara Rp. 4.000.000 - Rp. 6.000.000 , > Rp 6.000.000 ,
juga sisanya tidak pernah membeli

● Pengetahuan Produk kosmetik dan produk Meybelline 63 (96,9%) responden


mengetahui dan dua (3,1%) responden tidak mengetahui
● Pengetahuan Merek Produk Tiruan kosmetik Maybelline 43 (66.2%)
responden Mengetahui dan 22 (33,8%) responden tidak mengetahui.

10
Kerentanan Informasi

Pada penelitian ini, sebanyak 46 (70,76%) responden mendapatkan informasi melalui


media elektronik, 33 (50,76%) mengamati apa yang orang lain beli dan gunakan sebelum
membeli produk tiruan, 43 (66,15%) setuju jika ditanya akankah mereka bertanya kepada
orang lain apa yang pernah membeli produk tiruan sebelum membelinya juga, 53
(81,53%) berkonsultasi kepada orang lain untuk memilih alternatif produk terbaik, dan
40 (61,53%) responden setuju bahwa mereka mencari informasi dari teman atau keluarha
sebelum membeli produk tiruan.

Kerentanan Normatif

Sebanyak 21 (32,30%) responden memilih setuju ketika ditanya pentingnya orang lain
menyudkai produk yang mereka beli. 13 (20%) responden membeli membeli produk yang
dianggap orang lain mewah. 34 (52,30%) senang mengetahui produk apa yang
memberikan kesan baik pada orang lain. Dan 16 (24,61%) setuju ketika ditanya apakah
mereka senang membeli merek yang sama dengan yang orang lain beli.

Kesadaran Nilai

Sebanyak 43 (66,15%) responden setuju bahwa produk tiruan lebih murah. 39 (60%)
setuju bahwa produk tiruan memiliki kualitas yang rendah. Dan 49 (75,38%) setuju
bahwa mereka ingin memastikan produk yang mereka beli sesuai dengan harga.

Integritas

Dalam penelitian ini, 54 (83,07%) responden setuju bahwa kejujuran adalah kualitas
penting karakter seseorang. 47 (72,30%) menganggap bahwa sangat penting bagi
seseorang untuk bersikap sopan. Dan 49 (75,38%) responden menyukai seseorang yang
memiliki kontrol diri.

Status Konsumsi

Sebanyak 41 (63,07%) responden tidak membeli produk tiruan hanya untuk pengakuan
sosial. 40 (61,53%) responden tidak setuju bahwa mereka rela membayar lebih hanya
untuk mendapatkan status sosial. Dan 36 (55,38%) responden netral ketika ditanya
apakah mereka jika produk fashion lebih berharga bagi mereka jika memiliki daya tarik
status sosial.

11
Sikap

Dalam penelitian ini, 12 (18,8%) responden netral ketika ditanya apakah mereka membeli
produk tiruan hanya dengan mempertimbangkan harga. 8 (12,5%) responden juga netral
ketika ditanya apakah mereka senang membeli produk tiruan. 17 (26,6%) responden
netral mengenai pendapat bahwa tidak ada yang salah dengan membeli produk tiruan.
Dan 12 (18,8%) juga berpendapat netral mengenai pendapat bahwa secara umum produk
tiruan adalah pilihan yang tepat.

Niat Beli

Sebanyak 13 (20,3%) responden netral dalam hal mempertimbangkan produk tiruan


sebagai pilihan saat akan membeli sesuatu. 10 (15,6%) responden tidak berencana
membeli produk tiruan dalam waktu dekat. 50 (76,92%) responden tidak akan
merekomendasikan keluarga atau kerabat untuk membeli produk tiruan. 69 (69%)
responden tidak akan mengatakan hal yang menguntungkan terhadap produk tiruan. Dan
84 (84%) responden tidak akan membeli produk tiruan secara terus-menerus.

12
BAB V

KESIMPULAN

Dari < 100 responden yang telah mengisi kuesioner, dalam penelitian ini dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam pembelian produk tiruan Maybelline, responden terlebih
dahulu berusaha mencari informasi mengenai produk tersebut. Sedangkan responden
lebih memilih netral mengenai kerentanan normatif. Untuk kesadaran nilai, reponden
setuju bahwa produk tiruan memiliki harga yang lebih murah namun berkualitas rendah
dan mereka akan memastikan bahwa produk yg hendak mereka beli harus sesuai dengan
harga. Dalam hal integritas, responden setuju bahwa kejujuran kejujuran dan kesopanan
adalah penting. Responden tidak membeli produk tiruan untuk pengakuan sosial dan
tidak bersedia membayar lebih untuk mendapatkan status sosial. Mengenai sikap
terhadap produk tiruan, responden lebih banyak bersikap netral. Sedangkan untuk niat
beli, responden tidak berencana membeli produk tiruan dalam waktu dekat, tidak akan
merekomendasikan kepada keluarga atau kerabat mengenai produk tiruan, tidak akan
mengatakan hal yang menguntungkan terhadap produk tiruan, dan tidak akan membeli
produk tiruan secara terus-menerus.

13

Anda mungkin juga menyukai