Anda di halaman 1dari 5

1.

Membanding Sistem Pendidikan Indonesia dengan Finlandia

Ada yang berpendapat, keunggulan mutu pendidikan Finlandia itu tidak mengherankan karena negeri
ini amat kecil dengan jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa, penduduknya homogen, dan negaranya sudah
eksis sekian ratus tahun. Sebaliknya, penduduk Indonesia lebih dari 220 juta jiwa, amat majemuk terdiri
dari beragam suku, agama, budaya, dan latar belakang sosial. Indonesia baru merdeka 66 tahun.

Pendapat senada dikemukakan oleh tokoh-tokoh dan pemerhati pendidikan Amerika Serikat, Inggris,
Prancis, Jepang, dan negara-negara lain dibandingkan dengan negaranya. Yang paling malu AS karena unit
cost anggaran pendidikannya jauh melebihi Finlandia tapi siswanya mencapai ranking 17 dan 24 dalam
tes PISA, sedangkan siswa Shanghai China ranking 1, Finlandia 2, dan Korea Selatan 3. Soal siswa di
Shanghai China juara masih diragukan karena belum menggambarkan keadaan mutu seluruh pendidikan
China. Kalau Finlandia sebagai negara kecil bisa juara mengapa negara kecil yang sudah established seperti
Islandia, Norwegia, New Zealand tak bisa? Akhirnya semua mengakui bahwa sistem pendidikan Finlandia
yang terbaik di dunia karena kebijakan-kebijakan pendidikan konsisten selama lebih dari 40 tahun walau
partai yang memerintah berganti. Secara umum kebijakan-kebijakan pendidikan China dan Korea Selatan
(dan Singapura) juga konsisten dan hasilnya terlihat sekarang.

Kebijakan-kebijakan pendidikan Indonesia cenderung tentatif, suka coba-coba, dan sering berganti.Lalu
bagaimana dengan sistem ataupun kebijakan pendidikan Indonesia jika dibandingkan dengan Finlandia?
Perbandingan sistem pendidikan Indonesia dan Finlandia pada tingkat sekolah dasar (SD):

1. Anak-anak di Finlandia baru bersekolah di Usia 7 tahun. Sedangkan di Indonesia orang tua
sudah memasukkan anaknya di sekolah dasar pada usia 5 atau 6 tahun.
2. Pendidikan di Indonesia di penuhi dengan test evaluasi seperti ulangan harian, ulangan blok,
ulangan mid-semester, ulangan umum / kenaikan kelas, dan ujian nasional. Sedangkan,
Finlandia menganut kebijakan mengurangi tes jadi sesedikit mungkin. Tak ada ujian nasional
sampai siswa pada tingkat SD dan SMP
3. Di Indonesia KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) menyebabkan siswa yang gagal tes harus
mengikuti tes remidial dan masih ada tinggal kelas. Sebaliknya, Finlandia menganut
kebijakan automatic promotion, naik kelas otomatis. Guru siap membantu siswa yang
tertinggal sehingga semua naik kelas.
4. Pemberian tugas Pekerjaan Rumah (PR) di sekolah Indonesia dianggap penting untuk
mendisiplikan siswa rajin belajar. Sebaliknya, di Finlandia PR masih bisa ditolerir tapi
maksimum hanya menyita waktu setengah jam waktu anak belajar di rumah.
5. Kualifikasi guru SD Indonesia masih mengejar setara dengan S1, di Finlandia semua guru
tamatan S2.
6. Indonesia masih menerima calon guru yang lulus dengan nilai pas-pasan, sedangkan di
Finlandia the best ten lulusan universitas yang diterima menjadi guru.
7. Indonesi masih sibuk memaksa guru membuat silabus dan RPP mengikuti model dari Pusat
dan memaksa guru memakai buku pelajaran BSE (Buku Sekolah Elektronik), di Finlandia para
guru bebas memilih bentuk atau model persiapan mengajar dan memilih metode serta buku
pelajaran sesuai dengan pertimbangannya.
8. Jarang sekali guru di Indonesia yang menciptakan suasana proses belajar-mengajar itu
menyenangkan (learning is fun) melalui penerapan belajar aktif. Bahkan lebih didominasi
metode belajar mengajar satu arah seperti ceramah yang membosankan.Di Finlandia
terbanyak guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui implementasi
belajar aktif dan para siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Motivasi intrinsik siswa
adalah kata kunci keberhasilan dalam belajar.
9. Di Indonesia dikembangkan pengkatasan kelas yaitu klasifikasi kualitas kelas dalam kelas
reguler dan kelas anak pintar, kelas anak lamban berbahasa Indonesia dan kelas bilingual
(bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar) dan membuat pengkastaan sekolah (sekolah
berstandar nasional, sekolah nasional plus, sekolah berstandar internasional, sekolah negeri
yang dianakemaskan dan sekolah swasta yang dianaktirikan). Sebaliknya di Finlandia, tidak
ada pengkotakan siswa dan pengkastaan sekolah. Sekolah swasta mendapatkan besaran dana
yang sama dengan sekolah negeri.
10. Finlandia pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan dari kelas III SD. Alasan kebijakan ini adalah
memenangkan persaingan ekonomi di Eropa, membuka kesempatan kerja lebih luas bagi
lulusan, mengembangkan wawasan menghargai keanekaragaman kultural.
11. Jumlah hari Sekolah di Indonesia terlalu lama yaitu 220 hari dalam setahun (termasuk negara
yang menerapkan jumlah hari belajar efektif dalam setahun yang tertinggi di dunia).
Sebaliknya, siswa-siswa Finlandia ke sekolah hanya sebanyak 190 hari dalam satu tahun.
Jumlah hari liburnya 30 hari lebih banyak daripada di Indonesia. Kita masih menganut
pandangan bahwa semakin sering ke sekolah anak makin pintar, mereka malah berpandangan
semakin banyak hari libur anak makin pintar. Bahkan terkadang para guru mesih memberikan
tugas sekolah selama masa liburan sehingga sekolah merupakan suatu hal yang tidak
menyenangkan.
2. Hal-hal yang mendukung kemajuan pendidikan di Finlandia sebagai berikut ini:

1. Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris serta wajib membaca satu buku setiap
minggu.

2. Sistem pendidikannya yang gratis sejak TK hingga tingkat universitas.

3. Wajib belajar diterapkan kepada setiap anak sejak umur 7 tahun hingga 14 tahun.

4. Selama masa pendidikan berlangsung, guru mendampingi proses belajar setiap siswa, khususnya
mendampingi para siswa yang agak lamban atau lemah dalam hal belajar. Malah terhadap siswa
yang lemah, sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi siswa tersebut serta kepada
mereka diberikan les privat.

5. Setiap guru wajib membuat evaluasi mengenai perkembangan belajar dari setiap siswa.

6. Ada perhatian yang khusus terhadap siswa-siswa pada tahap sekolah dasar, karena bagi mereka,
menyelesaikan atau mengatasi masalah belajar bagi anak umur sekitar 7 tahun adalah jauh lebih
mudah daripada siswa yang telah berumur 14 tahun.

7. Orang tua bebas memilih sekolah untuk anaknya, meskipun perbedaan mutu antar-sekolah amat
sangat kecil.

8. Semua fasilitas belajar-mengajar dibayar serta disiapkan oleh negara.


9. Negara membayar biaya kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan
studinya hingga tingkat universitas.

10. Baik miskin maupun kaya semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar serta
meraih cita-citanya karena semua ditanggung oleh negara

11. Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana demi peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.

12. Makan-minum di sekolah serta transportasi anak menuju ke sekolah semuanya ditangani oleh
pemerintah.

13. Biaya pendidkan datang dari pajak daerah, provinsi, serta dari tingkat nasional.

14. Mengenai para prospek karier dan kesejahteraan, setiap guru menerima gaji rata-rata 3400 euro
per bulan setara 42 juta rupiah. Guru disiapkan bukan saja untuk menjadi seorang profesor atau
pengajar, melainkan disiapkan juga khususnya untuk menjadi seorang ahli pendidikan. Makanya,
untuk menjadi guru pada sekolah dasar atau TK saja, guru itu harus memiliki tingkat pendidikan
universitas.

3. Karakteristik Pendidikan di Finlandia

Pilihan Sekolah Sedikit dan Semua Dikelola Pemerintah


Mulai sekolah setingkat TK sampai perguruan tinggi, pelajar-pelajar Finlandia
bersekolah di sekolah negeri. Hanya ada sedikit sekolah swasta di Finlandia, dan bahkan
semuanya dibiayai pemerintah. Tidak ada yang diperbolehkan untuk membebankan biaya
sekolah. Variasi pilihan sekolah di Finlandia sangat sedikit. Di sana, pilihan sekolah tidak
lagi menjadi prioritas utama. Kunci kesuksesan Finlandia dalam memperbaiki sistem
pendidikannya adalah mereka tidak mengejar keunggulan akademis (excellence), tapi
kesetaraan (equity). Setiap anak harus memiliki kesempatan yang sama untuk belajar,
tanpa melihat latar belakang keluarga, pendapatan, atau lokasi geografis. Pendidikan
utamanya bukanlah cara untuk menghasilkan individu yang cerdas, tetapi sebagai alat
untuk meratakan kesenjangan sosial. Keunggulan akademis bukanlah prioritas khusus
bagi Finlandia, tetapi Finlandia berhasil menciptakan keunggulan akademik melalui fokus
kebijakan pada kesetaraan. Finlandia menyediakan sekolah yang sehat dan lingkungan
yang aman untuk anak-anak. Mereka menawarkan semua anak makanan sekolah gratis,
akses mudah ke perawatan kesehatan, konseling psikologis, dan bimbingan individual.

Tidak Ada Kompetisi di Sekolah Finlandia


Sistem pendidikan Finlandia juga tidak mengenal istilah kompetisi dan sistem
peringkat. Tidak ada daftar sekolah terbaik atau guru terbaik di Finlandia. Pendorong
utama dari kebijakan pendidikan bukanlah persaingan antar guru dan antar sekolah, tapi
kerjasama. Siswa dengandevelopment disorder ataupun penyandang cacat diletakkan
pada kelas yang sama dengan siswa umum lainnya. Mereka tidak mengukur prestasi
hanya untuk memberi label pada siswa. Finlandia memandang kompetisi dalam
lingkungan pendidikan merupakan konsep yang destruktif. Mental anak dapat
dihancurkan oleh evaluasi terus-menerus dan membuat anak-anak kurang percaya diri
dengan kemampuannya. Bagi Finlandia, ketika anak-anak dapat unggul pada apa yang
mereka dapat lakukan dengan baik, bukan diukur untuk memenuhi standar, mereka
dapat menghasilkan performa yang terbaik. Anak-anak harus diberikan pendidikan
sehingga mereka dapat berkembang terlepas dari bakat mereka.

Tidak Ada Ujian Standar, yang Ada Ujian Matrikulasi Nasional


Negara yang menerapkan kapitalisme di sistem pendidikannya selalu terobsesi
dengan pertanyaan berikut: Bagaimana cara memantau kinerja siswa jika tidak diuji
secara konstan? Bagaimana bisa meningkatkan pengajaran jika tidak ada
pertanggungjawaban ke guru yang 'payah' atau tidak memberikan penghargaan pada guru
yang baik? Bagaimana cara menciptakan kompetisi dan melibatkan sektor swasta?
Bagaimana cara menciptakan variasi pilihan sekolah kepada orang tua atau pelajar?
Jawaban dari realita Finlandia tampaknya bertentangan dengan mindsetorang Amerika
ataupun para reformis pendidikan lainnya. Finlandia tidak memiliki ujian nasional pada
tiap jenjang pendidikan. Yang ada hanyalah Ujian Matrikulasi Nasional yang diambil pada
jenjang sekolah menengah atas yang bersifat 'sukarela'. Wajib belajar di Finlandia sendiri
adalah antara usia 7-16 tahun. SD 6 tahun dan SMP 3 tahun. Setelah lulus SMP, siswa
memiliki pilihan boleh langsung masuk dunia kerja atau masuk sekolah persiapan profesi
atau gimnasium (setingkat sekolah menengah atas). Lulusan sekolah menengah atas ini
nantinya bisa lanjut lagi ke politeknik ataupun universitas. Intinya tidak ada UN di tingkat
SD.

Kurikulum Pendidikan yang Fleksibel


Sekolah di Finlandia tidak terikat dengan kurikulum pendidikan yang seragam. Sekolah
tidak harus menerapkan kurikulum yang sama dengan metode yang sama pada jadwal
yang sama. Kementerian Pendidikan meluncurkan "Kurikulum Dasar" yang fleksibel,
semacam panduan umum mengenai mata pelajaran apa yang harus diajarkan dan tujuan
yang harus dicapai di setiap tingkat kelas. Kurikulum Dasar ini berlaku sebagai dasar
untuk setiap sekolah saat mereka mempersiapkan kurikulum sendiri, di mana mereka
dapat berkreasi menekankan pada pedagogi tertentu, nilai tertentu (misalnya, sekolah
hijau), keterampilan (seni, olahraga, bahasa), atau isu-isu lokal (misalnya, sekolah
multikultural). Setiap kelas difasilitasi hingga 3 orang guru. Apa yang guru peroleh dari
pendidikannya memberi mereka berbagai macam metode pengajaran yang dapat
digunakan sesuka mereka. Keanekaragaman dipandang sebagai kekuatan yang nyata
dengan tidak mengisolasi siswa yang berbakat. Para siswa di Finlandia sangat menikmati
belajar, selalu rindu sekolah, tidak rela tidak sekolah hanya karena libur ekstra atau sakit.
Sekolah-sekolah di Finlandia sangat sedikit memberikan PR (tidak lebih dari 1/2 jam
waktu pengerjaan) dan lebih banyak melibatkan siswanya dalam aktivitas yang lebih
kreatif. Bisa dikatakan guru lah kunci keberhasilan dari sistem sekolah Finlandia, dan
individualitas yang diperbolehkan dalam kelas.
Guru Memiliki Tanggung Jawab yang Besar
Guru-guru di sekolah negeri Finlandia mendapatkan pelatihan khusus untuk dapat
menilai siswa satu kelas menggunakan tes independen yang mereka ciptakan sendiri.
Setiap anak mendapatkan kartu rapor tiap akhir semester, tapi rapor ini berdasarkan
penilaian individu oleh tiap guru. Secara berkala, Menteri Pendidikan memantau
kemajuan nasional dengan menguji beberapa sampel kelompok dari sekolah yang
berbeda. Sistem ini memungkinkan dihasilkannya penilaian yang sangat spesifik ke
kemampuan tiap individu anak. Bukan sistem penilaian umum yang mungkin kurang
dapat menjangkau kemampuan spesifik tiap anak. Guru dapat mengeluarkan
kreatifitasnya untuk memberikan perhatian khusus ke tiap anak. Guru jadi punya
tanggung jawab dan peran yang lebih besar. Kadang seorang guru tahu apa yang harus
dilakukan untuk membantu siswanya tapi dibatasi oleh sistem sekolah yang menyatakan
bahwa lebih penting untuk bergerak lanjut mengikuti kurikulum yang ada daripada
memperlambat "hanya demi" siswa-siswa yang membutuhkan waktu tambahan dalam
menerima pelajaran. Guru dan staf administrasi sekolah di Finlandia memiliki martabat
atau gengsi yang tinggi, gaji yang layak, dan banyak tanggung jawab. Gelar Master (S2)
diperlukan untuk menjadi guru. Program pelatihan guru di Finlandia adalah salah satu
sekolah profesional yang paling selektif di negara ini. Jika terdapat guru yang
performanya buruk, tanggung jawab kepala sekolah untuk menangani hal tersebut.
Kebijakan pendidikan lebih penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan negara
daripada ukuran negara tersebut atau keanekaragaman etnis di negara itu. 20 tahun lalu
Finlandia adalah negara miskin yang bergantung pada sektor agrikultur. Namun, mereka
berhasil bangkit dan membutuhkan waktu hingga satu generasi setelah mereformasi
sistem pendidikan negaranya. Mereka meyakini bahwa kesetaraan dalam pembelajaran
dini akan memungkinkan anak-anak untuk menemukan potensi sejati mereka ketika
mereka tumbuh dewasa. Bagaimana dengan sistem pendidikan Indonesia? Bapak Ibu
mampu untuk membandingkannya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai