Dibuat untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) pada mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam
Dosen pengampu :
Oleh :
442023133008
FAKULTAS TARBIYAH
KAMPUS MANTINGAN
1445/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. Kurikulum di Finlandia
Perencanaan kurikulum adalah tanggung jawab guru,sekolah dan
pemerintah kota, bukan pemerintah pusat. Kurikulum di negara
pendidikan terbaik di dunia ini telah sejak lama mempersiapkan
kurikulum mereka. Pendidikan di Finlandia jarang mengganti
kurikulum pendidikannya. Mereka terkesan tak mau coba-coba
terhadap kurikulum yang baru. Dengan demikian tak akan terjadi
kebingungan antara guru dan murid, dan fokus pada tujuan pendidikan
dapat tercapai. Pemerintah Finlandia juga percaya bila ujian banyak itu
hanya akan memfokuskan siswa pada nilai sekedar lulus.
Oleh karena itu, mereka meminimalisir ujian yang distandarkan.
Sekolah-sekolah Finlandia tidak memiliki kelas unggulan serta tidak
memberikan ranking pada para siswanya. Penilaian didasarkan pada
bagaimana mereka mengerjakan tugas, bukan pada benar atau salahnya
jawaban. Penilaian didasarkan pada usaha mereka mengerjakan tugas.
Program remedial adalah waktu siswa memperbaiki kesalahannya.
Para siswa berusaha untuk membawa sekolah sebagai kegiatan yang
menyenangkan.
Biaya pendidikan di Finlandia ditanggung oleh negara. Dengan
penduduk hanya 5 juta jiwa pemerintah mampu menanggung biaya
pendidikan sebesar 200 ribu euro. Biaya tersebut per siswa hingga
menuju perguruan tinggi. Jadi keluarga miskin dan kaya mampu
merasakan kesempatan belajar yang sama.
Banyak faktor telah berkontribusi pada ketenaran sistem
pendidikan Finlandia sekarang ini, seperti sekolah terpadu sembilan
tahun (peruskoulu) untuk semua anak, kurikulum modern yang
berfokus pada pembelajaran, perhatian sistematis kepada sistematis
kepada siswa-siswa yang berkebutuhan khusus yang beragam, serta
otonomi lokal dan tanggung jawab bersama. Kunci dari kesuksesan
sistem pendidikan di Finlandia adalah kontribusi guru yang sangat
besar.
Sistem pendidikan di Finlandia mengharuskan kualifikasi
akademik guru minimal bergelar master atau setara dengan S2,
sedangkan guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi akademik
minimal S1/D-IV, sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 UU No.14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Namun, realitas yang terjadi di
Indonesia, tidak semua guru SMP di sekolah sudah memiliki gelar
sarjana.1
B. Sistem pendidikan di Finlandia
Kesetaraan pendidikan dan budaya merupakan target strategis yang
sangat penting yang ingin diraih oleh pemerintahan Finlandia hal ini
tertuang dalam Strategi Kementerian Pendidikan Finlandia tahun 2015.
Pemerintah Finlandia menjamin kesejahteraan intelektual, fisik dan
ekonomi melalui akses pendidikan seluas-luasnya bagi warga
negaranya. Prinsip kompetisi atau persaingan tidak diterima di negara
ini, pasalnya publik Finlandia berpegang teguh pada keyakinan prinsip
keadilan (equity). Warga negara Finlandia menjunjung tinggi prinsip
kesetaraan (equality) dan keadilan (equity) serta bertolak belakang atau
tidak menyetujui pengelolaan sekolah berorientasi pasar atau
kompetisi.
Inilah beberapa poin utama yang digunakan dalam sistem
pendidikan di Finlandia:
1. Fokus pada kesetaraan dan inklusivitas
2. Peran guru yang sentral
3. Kurangnya tekanan ujian dan penilaian yang holistik
4. Kreativitas dan inovasi dalam kurikulum
5. Partisipasi aktif orang tua dan dukungan masyarakat
Publik atau masyarakat Finlandia mempunyai kekhawatiran atas
kesempatan mendapatkan pendidikan. Akses terhadap pendidikan yang
sama menjadi prinsip dari pembuatan regulasi di bidang pendidikan.
1
Siti Nur Bautty, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Telaah Sistem Pendidikan di
Finlandia, Siti Nur Bautty, FM-UINSK-BM-05-07/RO, hal.4-5
Kebijakan tersebut kemudian mengarah pada suatu keunggulan yang
akan memberikan standar pendidikan yang sama terhadap warga
negaranya yang diperoleh secara gratis. Membangun kepercayaan dan
tanggung jawab dalam setiap bentuk interaksi dikedepankan oleh
publik Finlandia. Pengelolaan sistem pendidikan dikembangkan
dengan mengedepankan nilai kepercayaan dan tanggungjawab.
Guru dan kepala sekolah bersama orang tua dan komunitas yang
ada disekolah diyakini mengetahui apa yang harus diberikan dan
disiapkan dengan maksimal untuk peserta didik, hal ini ditanamkan
oleh otoritas pendidikan di Finlandia dengan menumbuhkan budaya
percaya dalam mengelola pendidikan. Budaya percaya juga ditunjang
dengan nilai-nilai profesionalisme, percaya diri, kejujuran dan
tanggung jawab.2
Fokus utama sistem pendidikan adalah kemerataan pendidikan
guna menunjang tingkat kompetensi rakyat dalam menyokong
pembangunan nasional berdasarkan inovasi. Segenap rakyat Finlandia
memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan secara gratis.
Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh
warga negara untuk menikmati layanan Pendidikan gratis, di setiap
jenjang pendidikan, sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya,terlepas dari latar belakang perekonomian mereka, guna
pengembangan diri, keahlian,kompetensi dan kapasitas seluruh
warga negaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang dalam konstitusi
Finlandia.3
C. Peranan guru dalam pembelajaran di Finlandia
Guru di Finlandia harus memiliki gelar master dan mengajar
dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran kooperatif. Guru
menjadi aktor pelaksana utama dalam menerapkan berbagai macam
strategi, metode maupun regulasi yang telah ditentukan kurikulum
2
Nurul Ulfatin, Analisis Komparasi Sistem Pendidikan Indonesia dan Finlandia, TADBIR:
Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, Vol. 3 (2019), hal. 148-149
3
Putu Suardipa,Diversitas Sistem Pendidikan Filandia, 70p-ISSN : 2621-1025e-ISSN :
2654-4903,vol 2(2019), No.2, hal.70
nasional. Guru selalu menjadi panutan utama para peserta didik
disekolah. Keseriusan Finlandia terhadap kualitas guru patut
diteladani. Finlandia mampu menjadikan guru dinegaranya menjadi
sosok yang sangat dihormati dikalangan masyarakat pada umumnya.
Pencapaian ini tentunya tidak diperoleh dengan mudah tanpa
melalui usaha-usaha yang cukup keras. Kualifikasi akademik bagi guru
yang paling dasar adalah master, untuk menjadi guru mahasiswa akan
melewati tiga tahap untuk memastikannya bisa menjadi guru
profesional atau tidak. Tahap pertama, mahasiswa akan melaksanakan
ujian kompetensi yang berkaitan dengan pemecahan masalah
Pendidikan. Tahap kedua, mahasiswa akan melakukan tahap
wawancara serta melakukan sebuah simulasi pemecahan masalah.
Kerjasama, komunikasi, serta kreativitas menjadi komponen utama
dalam penilaian. Tahap ketiga, merupakan penentu apakah seorang
bisa diterima menjadi guru atau tidak. Seorang mahasiswa akan dinilai
dari semua aspek pendidikannya termasuk resume hasil uji pada tahap
sebelumnya.
Pengembangan potensi profesi guru dilakukan melalui banyak
metode salah satunya adalah mewajibkan para calon guru untuk
melaksanakan pembelajaran ditingkat universitas melalui penelitian
dan pelatihan pengembangan profesi.Kualifikasi yang diuraikan
tersebut dapat dibayangkan betapa berkualitasnya para guru di
Finlandia.4
D. Tujuan utama sistem pendidikan di Finlandia
Kurikulum memiliki empat komponen, yaitu komponen tujuan, isi
kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan dan komponen
evaluasi. Dalam sebuah kurikulum memuat suatu tujuan yang ingin
dicapai dalam suatu sistem pendidikan. Tujuan tersebut mengupayakan
agar seluruh rakyat Finlandia dapat mengenyam pendidikan hingga
tingkatan tertinggi, secara merata, dengan kemampuan, keahlian dan
kompetensi yang terbaik. Finlandia membangun system pendidikan
4
Nurul Ulfatin, Analisis Komparasi Sistem Pendidikan Indonesia dan Finlandia, TADBIR :
Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, Vol. 3(2019), hal. 151
dengan karakteristik yang dilaksanakan secara konsisten, yakni, free
education, free schoolmeals, dan special needs education dengan
berpegang teguh pada prinsip inklusivitas.
2. Peran Guru yang Sentral: Peran guru di Finlandia dihargai tinggi dan guru
diberikan kebebasan untuk merancang metode pengajaran mereka sendiri.
Pemberdayaan guru dan penekanan pada profesionalisme mereka berkontribusi
pada kualitas pembelajaran yang lebih baik.