Anda di halaman 1dari 5

BERITA ACARA PERKULIAHAN

TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

KELOMPOK 8

Hari/Tanggal : 27 April 2023

Minggu ke : Pertemuan ke-11(daring)

Jumlah yang hadir : 39 orang

Jumlah yang tidak hadir :-

Materi : Pendidikan Internasional di Amerika, Jepang, dan Finlandia

Pemateri : Kelompok 8

1. Maria Christina A. Naibaho (1213111056)


2. Monika More T. Nainggolan (1213111095)
3. Nadia Inanda (1213111104)

Berita acara ini dibuat adanya sesi pertanyaan dalam presentasi yang kelompok kami
bawakan, dengan dua pertanyaan yang diajukan oleh hadirin untuk kelompok penyaji. Hasil
diskusi tersebut, meiputi:

1) Penanya : Nendi Rosdiana Buang Manalu


Nim : 1212411040
Pertanyaan : Seperti yang sudah kelompok penyaji jelaskan bahwa sistem
pendidikan di negara Finlandia adalah sistem pendidikan terbaik di Dunia. Namun
mengapa sistem pendidikan ini tidak bisa diterapkan pada sistem pendidikan di
Indonesia? Terimakasih.

Penjawab : Nadia Inanda


Nim : 1213111104
Jawaban : Beberapa alasan mengapa sistem Pendidikan Finlandia belum bisa
diterapkan di Indonesia:
1. Budaya, Latar Belakang dan Pola Pemikiran yang Berbeda
Tentunya setiap negara memiliki budaya dan latar belakang yang
berbeda, yang dimana hal tersebut juga akan membawa perbedaan terhadap
pola pemikiran masyarakat di masing-masing negara. Seperti contoh
masyarakat di Indonesia cenderung berorientasi kepada nilai atau hasil akhir,
hal tersebut terlihat bahwa sejak enam tahun pertama anak bersekolah, mereka
sudah dinilai dan nilai tersebut dianggap sudah mempengaruhi prestasi
mereka. Sedangkan apabila di Finlandia, 93% orang di Finlandia adalah
lulusan sekolah tinggi, hal ini yang menyebabkan masyarakat di Finlandia
lebih menghargai sebuah proses dibandingkan langsung menilai pada hasil
akhir.
Selain itu, akibat perbedaan pola pikir ini pula yang menyebabkan
masyarakat Indonesia terkadang bahkan seringkali menyepelekan kemampuan
seseorang di dalam bidang tertentu. Contoh nyatanya adalah masih banyak
masyarakat di Indonesia yang berpikir bahwa orang yang pintar hanyalah
orang-orang yang mahir dalam hitung-hitungan dan ilmu sains seperti fisika
dan matematika. Padahal tentunya kita semua mengetahui bahwa setiap
pribadi memiliki minat dan bakat yang berbeda-beda, sehingga kita tidak
dapat memaksakan satu pribadi untuk mahir di satu bidang yang tidak sesuai
dengan passionyang ia miliki. Salah satu buktinya adalah sekolah kejuruan
yang berada di Indonesia masih seringkali dipandang rendah oleh masyarakat,
padahal sebenarnya akan lebih baik apabila sejak awal seorang anak sudah
mengetahui minat dan bakatnya lebih awal, anak tersebut diikutkan ke sekolah
yang tepat dan sesuai dengan anak yang bersangkutan. Nah karena stigma
yang ada pada masyarakat mengenai sekolah kejuruan yang cenderung negatif,
hal tersebut yang juga menyebabkan baik orang tua siswa, maupun siswa nya
itu sendiri enggan untuk memilih melanjutkan pendidikan di sekolah kejuruan.
Berbeda dengan pandangan di masyarakat Finlandia, perlu kita ketahui
sebanyak 43% masyarakat Finlandia memilih sekolah kejuruan. Di Finlandia
sendiri, masyarakatnya juga cenderung dapat menghargai setiap karakteristik
minat dan bakat tiap pribadi. Sehingga di Finlandia banyak terdapat sekolah-
sekolah kejuruan sesuai minat dan bakat yang banyak diminati di kalangan
pelajar.
2. Pendidikan yang Belum Merata
Apabila pada poin sebelumnya penulis telah memaparkan bahwa 93%
masyarakat di Finlandia telah mengenyam pendidikan tinggi, hal tersebut
berarti dapat dikatakan bahwa Pendidikan yang ada di Finlandia telah
terbilang sudah merata hampir ke seluruh Finlandia walaupun belum merata
secara sempurna karena masih belum mencapai angka 100%.
Sekarang mari kita bandingkan dengan kemerataan pendidikan di
Indonesia, tentunya kita semua mengtahui bahwa pendidikan di Indonesia ini
sangat belum merata terutama semakin ke bagian timur Indonesia. Mengingat
negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan jumlah
penduduknya yang juga sangat banyak, perihal pemerataan pendidikan hingga
ke pelosok negeri ini tentunya masih menjadi problematika tersendiri bagi
negeri ini. Tentunya apabila pendidikan belum merata maka masih banyak
anak-anak muda di sekitar kita yang seharusnya mengenyam pendidikan
seperti kita, malah mereka putus sekolah.

3. Perbedaan Profesionalitas dan Tunjangan untuk Guru


Di Indonesia, sudah banyak guru-guru atau tenaga-tenaga pendidik
yang profesional terutama di wilayah kota-kota besar. Namun, bagaimana
dengan guru-guru yang berada di luar kota-kota besar? Apakah sudah terjamin
tingkat ke-profesionalan-nya? Tentu saja tidak. Hal ini juga yang menjadi
salah satu pertimbangan kuat mengapa sistem pendidikan Finlandia akan sulit
untuk diterapkan di Indonesia.
Kita perlu tahu bahwa semua guru di Finlandia harus bergelar master,
hal tersebut tentu saja berpengaruh pada kinerja para guru saat mengajar.
Sedangkan di Indonesia bahkan untuk lulus S1 saja, tidak semua guru dapat
lulus S1. Apalagi untuk menempuh pendidikan selanjutnya? Tentunya akan
memerlukan biaya yang tidak murah. Di Indonesia sendiri keberadaan guru
masih belum dijamin 100% oleh pemerintah. Salah satu bukti konkret
sederhananya adalah rata-rata gaji guru di Indonesia masih belum memenuhi
UMR.
Berbeda dengan Finlandia, semua guru diberi gaji yang layak bahkan
terbilang cukup besar, selain itu untuk menunjang pendidikan seorang guru
agar dapat mendapatkan gelar master semuanya sudah difasilitasi oleh negara,
sehingga guru di Finlandia tidak perlu memusingkan diri dengan biaya
pendidikan dan semacamnya.

2) Penanya : Neysa Afifah Lubis


Nim : 1213111005
Pertanyaan : Telah dijelaskan bahwa Firlandia menjadi salah satu negara yang
memiliki sistem pendidikan terbaik, di sekolah kapasitas tugas yang tidak terlalu
membebani siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik
dan ujian standarisasi dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama.
Kemudian, pada tingkat SD khususnya kelas rendah, tidak ada PR. Lalu sebenarnya
bagaimana prinsip pendidikan Finlandia dalam mengevaluasi pencapaian siswanya
terutama dalam SD jika memperhatikan hal yang telah dijelaskan diatas?

Penjawab : Monika More T. Nainggolan


Nim : 1213111095
Jawaban : Evaluasi utama siswa adalah evaluasi berkelanjutan oleh guru terkait
selama tahun ajaran berlangsung. Setiap siswa mendapatkan laporan hasil belajar
setidaknya sekali dalam satu tahun akademis. Tidak ada ujian bernilai atau ujian
nasional bagi siswa pendidikan dasar. Ujian nasional baru diadakan bagi siswa
menengah atas pada akhir tingkat pendidikan.
Inspeksi sekolah ditiadakan pada awal tahun 1990-an, dan diganti dengan
konsep pembagian informasi, pemberian dukungan, serta pendanaan yang dirangkum
dalam legislasi kependidikan, kurikulum nasional, dan standar kualifikasi pengajar.
Dengan demikian, kualitas program pendidikan di Finlandia bergantung banyak pada
kecakapan tim pengajar dan staf di setiap institusi pendidikan. Setiap institusi
pendidikan bertanggung jawab untuk melakukan evaluasi sendiri-sendiri diluar
evaluasi nasional yang dilakukan melalui ujian nasional berkala di bidang studi yang
berbeda-beda setiap saatnya tergantung keputusan dari hasil evaluasi Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Finlandia. Mata pelajaran yang diuji bisa jadi di bidang
akademik (bahasa, sastra, matematika) atau non-akademik (kesenian, prakarya, atau
pelajaran ekstrakurikuler). Hasil evaluasi nasional diberikan kembali ke masing-
masing sekolah untuk menjadi bahan peningkatan mutu ke depannya. Tidak ada
evaluasi nasional untuk universitas, karenanya setiap universitas diwajibkan
melakukan evaluasinya masing-masing secara mandiri dan tidak terdapat peringkat
nasional universitas. Evaluasi guru dilakukan melalui diskusi mengenai evaluasi
pribadi guru dengan jajaran pimpinan di institusi pendidikan terkait.
Guru dianggap paling tahu bagaimana cara mengevaluasi murid-muridnya.
Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah
menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran
langsung kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus
diikuti. Ujian Nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah
orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai
dengan siswa-siswa mereka. Bisa jadi gara-gara fleksibilitas dalam sistem pendidikan
Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi. Jadi dengan caranya sendiri-
sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan potensinya secara
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai