Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN INTERNASIONAL

DI AMERIKA, JEPANG, DAN FINLANDIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

1. MONIKA MORE NAINGGOLAN [1213111095]


2. MARIA CHRISTINA NAIBAHO [1213111056]

3. NADIA INANDA [1213111104]

KELAS : PGSD F 2021


DOSEN PENGAMPU : LAURENSIA MASRI PERANGIN-ANGIN, S.Pd., M.Pd.
MATA KULIAH : TELAAH KURIKULUM DAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya
sehingga penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah
dengan judul Pendidikan Internasional ini penulis buat guna memenuhi salah satu penyelesaian tugas pada
mata kuliah Telaah Kurikulum. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Laurensia Masri Perangin-
angin, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangun guna memperbaiki dan menyempurnakankedepannya. Akhir kata
penulis ucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada di dalammakalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua. Terimakasih.

Medan, April 2023

Kelompok 8

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i

BAB I ..................................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 1

C. Tujuan Permasalahan ................................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3

A. Pendidikan Internasional di Amerika……………………………………………………… ............ 4

B. Pendidikan Internasional di Jepang ............................................................................................... 8

C. Pendidikan Internasional di Finlandiaa…………………………………………………………….12

BAB III ................................................................................................................................................ 18

PENUTUP............................................................................................................................................ 18

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 18

B. Saran ......................................................................................................................................... 18

Daftar Pustaka..................................................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan internasional bertujuan untuk membekali siswa dengan pemahaman dunia yang diperlukan
bagi mereka untuk berhasil di dunia yang semakin mengglobal. Pada fase awalnya, pendidikan
internasional modern ditujukan untuk melayani kebutuhan siswa yang berpindah secara
internasional. Pendidikan ini diformulasikan secara khusus untuk memberikan pengalaman antar budaya
dan bahasa kepada siswa yang terpaksa pindah ke seluruh dunia karena tuntutan pekerjaan orang tua
mereka.
Tujuan ini telah berubah selama beberapa dekade dan pendidikan internasional saat ini memainkan
peran yang lebih besar dari ini. Kieran menegaskan bahwa pendidikan internasional tidak lagi terbatas
pada penyediaan kebutuhan pendidikan bagi siswa yang berpindah-pindah; sebaliknya, bentuk
pendidikan ini semakin banyak ditawarkan di sekolah-sekolah nasional yang ingin memberi para
siswanya keuntungan dari pendidikan internasional (315).

B. Rumusan Masalah

A. Bagaimana pendidikan di Amerika Serikat?

B. Bagaimana pendidikan di Jepang?

C. Bagaimana pendidikan di Finlandia?

C. Tujuan Permasalahan

A. Untuk mengetahui bagaimana sistem pendidikan di Amerika Serikat.

B. Untuk mengetahui bagaimana pendidikan di Jepang.

C. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Finlandia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN AMERIKA SERIKAT

1. Sejarah Pendidikan Amerika

Pendidikan di Amerika Serikat ini diawali dengan adanya kolonialisme Inggris. Seorang raja
mempunyai peran sebagai pemilik kepercayaan dan secara kuat menganggap bahwa raja tersebut
mempunyai kewenangan untuk mengatur negara bagian kekuasaannya. Hal tersebut berdasarkan
pada Undang-Undang Keserahaman dan Supermasi.Pendidikan di Amerika Serikat ini juga
merupakan sebuah tanggungjawab keluarga bahkan setiap orang diberikan hak untuk membuat
usaha di dunia pendidikan dengan syarat tidak bertentangan dengan raja. Namun lambat laun
hubungan antara Amerika dan Inggris terputus. Terdapat beberapa hal yang menandai putusnya
keterkaitan budaya dan politik Amerika dan Inggris yaitu pada saat terjadinya perang
kemerdekaan. Dengan adanya perang tersebut memberikan dampak positif di dunia pendidikan,
karena pendidikan dapat menjadi hak milik rakyat kecil atau masyarakat kecil. Dan pada saat itu
pendidikan mempunyai karakter elitis dan berorientsasi pada agama. Walaupun pendidikan
sudah menjadi hak milik rakyat kecil, pendidikan pada saat itu masih memiliki beberapa peraturan
untuk masyarakat rendah atau kecil. Peraturan tersebut berkaitan dengan jenjang pendidikan yang
ditempuh masyarakat kelas rendah atau kecil, yaitu mereka hanya diperbolehkan menempuh
pendidikan di sekolah Ibu atau sekolah yang hanya memberikan pengajaran tentang
membaca, menulis, berhitung dan agama. Berbeda dengan masyarakat kelas tinggi, justru
mereka dipersiapkan untuk menjadi pemimpin masyarakat, bahkan juga menjadi pemimpin
gereja dan juga negara. Setelah melewati masa di atas, pada akhirnya Amerika Serikat
merdeka pada tanggal 4 Juli 1776. Hal ini tentunya juga berdampak pada sistem pendidikannya.
Pendidikan yang sebelumnya bersifat elitis berubah menjadi gerakan Public School yang
diperuntukkan seluruh masyarakat Amerika Serikat baik laki-laki maupun perempuan. Kemudian
pada tahun 1958-1970 merupakan angkatan terakhir dalam sejarah pendidikan di AS dengan
ditandainya gerakan fermentaso. Akan tetapi para pemimpin agama dan tokoh-tokohnya masih
mendukung gaya kapitalisme dan mengecam humanisme sekuler. Maka dari itu, pada keadaan
ini sekitar tahun 1980 peminat public school mengalami penurunan. Selain itu, yang
mempengaruhi turunya peminat public school adalah menurunya kepercayaan umum
masyarakat. Masyarakat menginginkan adanya perubahan pada public school, namun para

4
pengambil keputusan kurang memahami public school itu sendiri dan menyebabkan
ketidakefektifan dalam menentukan prioritas untuk membenahi lembaga ini.

2. Sistem Pendidikan Amerika Serikat


Dalam sistem pendidikan Amerika Serikat, terdapat beberapa pola struktur pendidikan, baik
pada tingkat dasar dan menengah, maupun pada tingkat pendidikan tinggi. Pada tingkat dasar dan
menengah terdapat pola (Agustiar Syah Nur: 2001, 15) sebagai berikut:
1) Taman Kanak-Kanak + Pendidikan Dasar “grade” 1-8 + 4 tahun SLTA.
2) Taman Kanak-Kanak + Sekolah Dasar grade 1-6+3 tahun SLTP+3 tahun SLTA.
3) Taman Kanak-Kanak + Sekolah Dasar “grade” 1-4/5+ 4 tahun SLTP + 4 tahun SLTA.
4) Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat taman Kanak-Kanak + 12 tahun, pada beberapa
buah Negara bagian, dilanjutkan 2 tahun pada tingkat akademi (Junior/ Community Collage
) sebagai bagian dari sistem pendidikan dasar menengah.
Amerika menerapkan model pendidikan yang berbeda dengan negara-negara persemakmuran
Inggris, hal ini dikarenakan Amerika mencoba melakukan pendekatan humanity perspective. Hal
urusan pendidikan diurusi oleh Department of Education/Kementrian Pendidikan. Departemen of
Education berkedudukan di ibu kota negara/Washington DC hanya sebagai pengendali umum
saja. Sementara kebijakan-kebijakan ada pada Department of Education di setiap negara bagian.
Sekolah dasar dan menengah adalah wajib bagi seluruh siswa di Amerika Serikat, akan tetap
jenjang usia siswa berbeda-beda di setiap Negara bagian. Siswa di Amerika Serikat memulai
pendidikanya dari jenjang Kindergarten (usia 5 sampai 6 tahun) hingga menyelesaikan
pendidikan menegah pada kelas 12 (usia 18 tahun). Terdapat 14.000 sekolah di Amerika Serikat
dan setiap tahunnya pemerintah Amerika Serikat mengalokasikan dana pendidikan sebesar $500
triliun untuk digunakan keperluan sekolah dasar dan menengah. Amerika Serikat
mengembangkan visi dan misi pendidikan gratis bagi anak usia sekolah untuk masa 12 tahun
pendidikan awal, dan biaya pendidikan relatif murah untuk tingkat pendidikan tinggi. Sungguh
pun undang-undang tidak sama di antara Negara-negara bagian, tetapi pada dasarnya pendidikan
adalah wajib bagi anak-anak dan remaja dari umur 6 atau 7-16 tahun. Pendidikan dasar di
Amerika Serikat berjenjang dari Kindergarten hingga Fifth grade (Kelas 5), tetapi terkadang juga
berjenjang hingga Fourth grade (kelas 4), Sixth grade (kelas 6) atau eighth grade (kelas 8)
tergantung sisitem kurikulum pada school district tersebut. Kurikulum pembelajaran dipilih oleh
school district mengacu pada standar pembelajaran di Negara bagian tersebut. Standar
pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai oleh School district yang harus mengacu pada
AYP (Adequate yearly program).

5
3. Tujuan Pendidikan Amerika Serikat
Meskipun Amerika Serikat tidak mempunyai sistem pendidikan yang terpusat atau yang
bersifat nasional, akan tetapi bukan berarti tidak ada rumusan tentang tujuan pendidikan yang
berlaku secara nasional. Tujuan sistem pendidikan Amerika secara umum dirumuskan dalam 5
poin sebagai berikut:
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman.
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi.
c. Untuk membantu pengembangan individu.
d. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat.
e. Untuk mempercepat kemajuan nasional.

4. Kurikulum Pembelajaran

Siswa diwajibkan mengambil sejumlah mata pelajaran wajib (mandatory subjects) dan
memilihi mata pelajaran pilihan (electives) adalah:
1) Pertama, Mata Pelajaran Wajib (mandatory subjects) meliputi:
a. Science (Ilmu pengetahuan alam) meliputi: Biologi, Kimia dan Fisika.
b. Mathematics (Matematika) meliputi: aljabar, geometri, pre-calculus dan statistika.
c. English (pelajaran bahasa inggris) meliputi: sastra, humaniora, mengarang dan
verbal(praktek).
d. Physical education (Olahraga).
2) Kedua, Mata Pelajaran Pilihan (electives) meliputi:
a. Atletics meliputi: cross country, football, basketball, track and field, swimming, tennis,
gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading, volleyball, lacrosse, ice
hockey, fieldhockey, crew, boxing, skiing/snowboarding, golf, mountain biking dan
marching band.
b. Career and Technical Education meliputi: agriculture (agriscience), Business
(Marketing), Family and Consumer Science, Health languages.
c. Computer word processing meliputi: Languagesand design.
d. Foreign Languages meliputi: bahasa Spanyol dan Perancis (umum), Cina, Latin,
Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum).
e. Performing Arts (Visual Arts) meliputi: paduan suara, band, orchestra, drama, seni rupa,
fotografi, ceramics dan dance.
f. Publishing meliputi: Journalisme (Koran siswa), buku tahunan dan majalah siswa.

6
5. Landasan Filosofis Pendidikan “Transcendentalisme” dan “Pragmatisme

Iwan Sunarya Panjaitan (2013: 4) mengatakan bahwa berdasarkan letak geografi,


pembentukan lahirnya Amerika dari bangsa-bangsa asing yang mendiaminya, paham kapitalis,
dan nilai karakter orang Amerika, maka dapat mempengaruhi lahirnya filsafat pendidikan yang
dirumuskannya. Ada dua aliran filsafat “Transcendentalisme” dan “Pragmatisme” yang
mempengaruhi filsafat pendidikan di Amerika. Pertama, Transcendentalisme.
Transcendentalisme mengekspresikan hal-hal yang berkenaan dengan kebudayaan, yang hidup,
dinamis dan progresif. Pendidikan Amerika berpijak pada landasan kependidikan yang berupa:
pemikiran kefilsafatan, keilmuwan dan wawasan-wawasan lain (Dimyati, 1988). Kedua,
Pragmatisme. Tokoh yang mengembangkan filsafat pragmatisme adalah John Dewey.

Pragmatisme merupakan doktrin bahwa tes akhir dari sesuatu, baik bergantung pada apakah
sesuatu itu bekerja dan bermanfaat atau tidak. Terdapat dua pandangan mengenai tujuan
pendidikan dari aliran pragmatisme, yaitu: konsep sosial dan konsep kreatif. Dewey berpendapat
bahwa pendidikan harus mengajarkan seseorang tentang bagaimana berpikir dan menyesuaikan
diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Dengan demikian maka sekolah harus
bertujuan mengembangkan pengalaman-pengalaman tersebut yang akan memungkinkan
seseorang terarah kepada kehidupan yang baik.

6. Isu-Isu Pendidikan Amerika Serikat


Pada dekade 1990-an, Departemen Pendidikan memfokuskan pada isuisu berikut:
meningkatkan standar seluruh siswa, memajukan pengajaran, melibatkan orangtua dan keluarga
dalam pendidikan anak, penciptaan sekolah yang aman, disiplin dan bebas narkoba, mempererat
hubungan antara sekolah dan dunia kerja, meningkatkan akses bantuan financial untuk para siswa
agar dapat kuliah dan menerima pelatihan, serta membantu seluruh siswa agar melek teknologi
(GP Harianto, tth).

Menurut hasil studi perbandingan yang dilakukan oleh Agustiar Syah Nur (2001), seperti
dikutip oleh Ulul Albab; ada beberapa isu dan masalah pendidikan yang dialami pemerintah dan
masyarakat Amerika Serikat, antara lain:
a. Banyaknya anak usia sekolah yang tidak diasuh langsung oleh orang tua mereka, karena
adanya dinamika perubahan social masyarakat AS yang umumnya baik sang ibu atau sang
ayah memiliki kesibukan yang sangat tinggi di luar rumah. Hal ini akan menjadi
permasalahan yang serius bagi perkembangan social anak dilihat dari aspek psikis dan
emosional.

7
b. Tingginya tingkat perceraian, yang mengakibatkan banyaknya anak-anak usia sekolah yang
hanya diasuh oleh sang ibu sebagai single-parent dalam rumah tangga. Tidak sedikit janda
cerei di AS yang terpaksa harus berporfesi rendahan dan kasar. Hal ini jugamempengaruhi
perkembangan social anak-anak mereka.
c. Tingginya tingkat imigrasi yang umumnya berasal dari kalangan tidak mampu dan tidak
terdidik, yang karenanya banyak diantara mereka yang tidak memperoleh pekerjaan yang
layak. Hal ini menyebabkan masalah pendidikan anak-anak dari keluarga imigran tidak dapat
teratasi. Ditambah lagi faktor bahasa dari kalangan imigran yang menyulitkan bagi anak-
anak imigran itu sendiri jika mereka mendapat akses pendidik.
d. Dari berbagai monitoring dan evaluasi pendidikan yang dilakukan oleh berbagai badan resmi
AS sendiri, ternyata kualitas pendidikan dan lulusan sekolah di AS masih kalah dibandingkan
dengan negara-negara lain dalam standar internasional. Banyak anak-anak yang drop-outs
dan tingginya kekerasan oleh anak-anak.

B. PENDIDIKAN DI JEPANG
1. Sejarah Pendidikan Jepang
Negara Jepang merupakan salah satu negara yang terletak di Asia timur yang mendapat
pengaruh pemikiran konfusianisme seperti China dan Korea Selatan. Ajaran ini sangat
mengagungkan pendidikan dan penanaman karakter secara kuat, serta teori dan praktek tidak
dapat dipisahkan. Selain itu juga dikatakan bahwa leluhur kaisar membangun kekaisaran dengan
basis nilai luhur dan kekal. Falsafah ini yang mempengaruhi falsafat pendidikan Jepang dari masa
ke masa.

Sejarah pendidikan Negara Jepang secara umum dapat dibagi dalam dua periode yaitu
sebelum perang dunia ke dua dan setelah perang dunia kedua. Sebelum perang dunia ke dua
kebijakan pendidikan negara Jepang dirangkum dalam salinan Naskah Kekaisaran mengenai
pendidikan yang disebut dengan Imperial Rescript on Education. Materi atau pelajaran yang
diajarkan cendrung mengajarkan pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan
tetap memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai estetika (Arifin, 2003). Setiap individu harus
mampu menjalin hubungan yang harmonis, mencurahkan kasih sayang terhadap orang-orang di
sekelilingnya. Kesetiaan, dan kepatuhan kepada orang tua, suami, istri, sahabat, menjadi diri
sendiri yang moderat dan sederhana, serta menuntut ilmu sedalam mungkin dan diimbangi dengan
jiwa seni. Pendidikan sangat menekankan perkembangan ilmu, nilai etika (karakter) dan estetika
(seni) yang merupakan hakikat pendidikan, sesuai dengan pendapat Henderson bahwa pendidikan
sebagai proses pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan, nilai, dan keterampilan dan tujuan

8
pendidikan menurut Hummel adalah menyangkut masalah nilai (Sadullah, 2004).

Setelah berakhirnya Perang Dunia ke II pada tanggal 3 November 1946, kebijakan pendidikan
Jepang mulai dirubah berbasis Hak Asasi Manusia, kebebasan hati nurani, jaminan setiap individu
untuk mengembangkan kebebasan berfikir, kebebasan akademik dimana setiap individu
memperoleh hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan kemampuannya (Anggraini,
2014).

Perbedaan periode sebelum dan sesudah perang kedua diantaranya seperti yang dikatakan
Imam bernadib (2013) yaitu tentang hubungan warga dengan negara dan tujuan pendidikan negara
Jepang yang awal orientasinya untuk kekaisaran menjadi lebih demokratis berorientasi pada
masyarakat. Berikut uraianya:
a. Setiap warga memiliki kewajiban untuk mengembangkan daya intelektual dan moral mereka,
melaksanakan hukum dan mempersembahkan keberaniannya demi negara untuk melindungi
dan menjaga kesejahteraan istana Kaisar. Berubah menjadi Setiap warga memiliki
kesempatan yang sama menerima pendidikan menurut kemampuan mereka, bebas dari
diskriminasi atas dasar ras, jenis kelamin, status sosial, posisi ekonomi, asal usul keluarga,
bantuan finansial, bagi yang memerlukan, kebebasan akademik, dan tanggung jawab untuk
membangun negara dan masyarakat yang damai.
b. Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kesetiaan dan ketaatan bagi Kaisar agar dapat
memperoleh persatuan masyarakat di bawah ayah yang sama, yakni Kaisar. Berubah menjadi,
untuk meningkatkan perkembangan kepribadian secara utuh, menghargai nilai-nilai individu,
dan menanamkan jiwa yang bebas.

2. Sistem dan Kebijakan Pendidikan Jepang


Sistem pendidikan Negara Jepang dibangun atas dasar prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Legalisme: Pendidikan di Jepang tetap mengendepankan aturan hukum dan melegalkan hak
setiap individu untuk memperoleh pendidikan tanpa mendiskriminasikan siapapun, suku,
agama, ras, dan antar golongan berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
2) Administrasi yang Demokratis: Negara memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk
memperoleh pendidikan dengan biaya yang masih terjangkau oleh masyarakatnya. Biaya
pendidikan Jepang di usahakan untuk bisa dijangkau sesuai keuangan masyarakatnya,
memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi ataupun kurang mampu.
3) Netralitas: Pendidikan Jepang diberikan kepada setiap siswa dengan tingkat pendidikan
masing-masing dengan mengedepankan pandangan persamaan derajat setiap siswanya tanpa

9
membeda-bedakan latar belakang materil, asal-usul keluarga, jenis kelamin, status sosial,
posisi ekonomi, suku, agama, ras, dan antar golongan.
4) Penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan: Dalam proses pengajaran memiliki tingkat
kesulitan masing-masing yang disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pendidikan yang
ditempuh.
5) Desentralisasi: Penyebaran kebijakan-kebijakan pendidikan dari pemerintah pusat secara
merata kepada seluruh sekolah yang ada dinegara tersebut sehingga perkembangan dan
kemajuan sistem pendidikan sehingga dapat diikuti dengan baik.
Prinsip-prinsip tersebut diterjemahkan dalam kebijakkan pendidikan Negara Jepang
diantaranya adalah:
a. Pendidikan SD hingga SMP merupakan pendidikan wajib yang harus diikuti oleh setiap siswa
di Jepang dimana pendidikan tersebut menjadi dasar-dasar pembentukan kepribadian, watak,
dan prilaku.
b. Pemerintah Jepang membebaskan biaya pendidikan untuk tingkat SD hingga SMP.
Pemerintah bertanggungjawab terhadap pemenuhan kebutuhan negaranya termasuk
memfasilitasi sarana dan prasarana yang bermutu dalam proses belajar mengajar.
c. Pendidikan wajib di diikuti oleh siswa yang berusia 6-15 tahun; 4) Setiap tanggal 1 April
Sekolah Dasar di Jepang mulai membuka tahun ajaran baru dan membuka pendaftaran bagi
para calon-calon siswa tingkat Sekolah Dasar.

3. Tujuan Pendidikan Jepang


Filsafat pendidikan Jepang tercermin dalam tujuan pendidikannya yaitu:
1) Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh;
2) Berusaha keras mengembangkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik pikiran
maupun jasmani;
3) Mengajarkan kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan dan kebenaran;
4) Setiap siswa dididik untuk selalu menjaga keharmonisan dan menghargai terhadap
lingkungan sosialnya;
5) Setiap siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan memiliki etos kerja;
6) Pengembangan sikap bertanggungjawab terhadap setiap pembebanan pelajaran dan tugas
yang diberikan kepada siswa sesuai dnegan tingkat pendidikannya masing-masing;
7) Meningkatkan semangat independen setiap siswa untuk membangun negara dan menjaga
perdamaian dunia.

10
4. Kurikulum dan Metodologi Pembelajaran Jepang
Pembuatan kurikulum pendidikan Jepang diawasi oleh The Board of Education yang terdapat
pada tingkat perfectur dan munipal. Karena kedua lembaga ini masih terkait erat dengan MEXT,
maka pengembangan kurikulum masih sangat kental sifat sentralistiknya (Shigesa Komatsu,
2002). Namun rekomendasi yang dikeluarkan oleh Central Council for Education (chuuou shingi
kyouiku kai) pada tahun 1997 memungkinkan sekolah berperan lebih banyak dalam
pengembangan kurikulum di masa mendatang. Beberapa pedoman dalam menyusun kurikulum
adalah:
1) Mengacu kepada standar kurikulum nasional;
2) Mengutamakan keharmonisan pertumbuhan jasmani dan rohani peserta didik;
3) Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar;
4) Memperhatikan perkembangan peserta didik;
5) Memperhatikan karakteristik course pendidikan/jurusan pada level SLTA.
Secara garis besar penyusunan kurikulum sekolah dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Menetapkan tujuan sekolah, mempelajari standar kurikulum, dan korelasinya dengan tujuan
sekolah, menyusun course wajib dan pilihan untuk SLTP dan SLTA, mengalokasikan hari efektif
sekolah dan jam belajar.

5. Landasan Filososfis Pendidikan


Filsafat pendidikan Jepang dipengaruhi ajaran konfusianisme dan berbasis pada nilai-nilai
yang luas dan kekal dan menanamkanya secara dalam dan kokoh yang dilestarikan dalam
pendidikan. Pendidikan mengafiliasi seseorang kepada orang tuanya, suami isteri secara harmoni,
sebagai sahabat, sederhana dan moderat, mencurahkan kasih sayang, serta menuntut ilmu dan
memupuk seni. Daya intelektual dan kekuatan moral yang sempurna, selalu menghormati
konstitusi, dan menjalankan hukum, dalam kondisi darurat sekalipun. Setelah perang dunia kedua
pendidikan tetap menekankan pada karakter tetapi lebih mengusung persamaan atau demokrasi
untuk kemajuan negara.

6. Permasalahan Pendidikan Jepang


1) Permasalah pertama yang masih dimiliki Jepang saat ini adalah banyaknya guru SMA yang
tidak mengajarkan secara lengkap mata pelajaran ke siswanya yang mempengaruhi kelulusan
mereka. Tiga mata pelajaran yang disoroti adalah sejarah dunia (”sekai-shi”), sejarah
nasional (”nihon-shi”) dan geografi (”chiri”). Tercatat lebih dari 60 SMA di 11 propinsi di
Jepang yang tidak mengajarkan sejarah dunia (”sekai-shi”), padahal ini mata pelajaran wajib.
Menurut aturan Monbukagakusho, sekai-shi adalah mata pelajaran wajib SMA yang harus
11
diikuti siswa. Sedangkan geografi (”chiri”) dan sejarah nasional Jepang (”nihon-shi”) adalah
mata pelajaran pilihan tetapi siswa harus mengikuti satu diantara keduanya. Alasan yang
dikemukan oleh pihak sekolah adalah menyajikan mata pelajaran yang sesuai dengan yang
diujikan saat masuk ke perguruan tinggi. Banyaknya siswa yang masuk keperguruan tinggi
mengangkat nama baik sekolah sehinggga banyak sekolah yang berkosentrasi pada mata
pelajran yang diujiankan pada saat masuk perguruan tinggi.
2) Permasalahan yang kedua adalah para siswa yang terbebani tugas berat. Apabila dilihat lebih
jauh ternyata sistem pendidikan Jepang jika dilihat dengan kacamata teori pendidikan barat
bisa dikategorikan sebagai suatu sistem pendidikan tradisional. Pemerintah pusat memegang
kontrol pendidikan, termasuk menentukan kurikulum yang berlaku secara nasional baik bagi
sekolah negeri ataupun sekolah swasta. Pengajaran menekankan hafalan dan daya ingat
untuk menguasai materi pelajaran yang diberikan. Materi pelajaran diarahkan agar murid
bisa lulus ujian akhir atau test masuk ke sekolah lebih tinggi, tidak mengembangkan daya
kritis dan kemandirian murid. Semua murid diperlakukan sama, tidak ada treatment khusus
untuk murid yang tertinggal. Sekolah menekankan pada diri murid sikap hormat dan patuh
kepada guru dan sekolah. Dengan singkat sistem pendidikan Jepang dapat dikatakan suatu
sistem pendidikan yang “kaku, seragam dan tiada pilihan bagi anak didik”. Meskipun anak
didik di Jepang memiliki prestasi lebih tinggi dari pada prestasi anak Amerika, namun hal
itu dicapai dengan pengorbanan yang tidak ringan. Antara lain murid-murid di Jepang tidak
bisa “menikmati” enaknya sekolah. Sebab dari waktu ke waktu anak didik di Jepang dikejar-
kejar oleh pekerjaan rumah, ulangan dan ujian. Hasilnya murid-murid Amerika lebih
independent dan innovative dalam berfikir.

C. PENDIDIKAN DI FINLANDIA
1. Sejarah Pendidikan Finlandia
Finlandia atau Republik Finlandia adalah sebuah negara Nordik yang terletak di
Fennoscandian wilayah utara Eropa. Di sebelah barat berbatasan dengan Swedia, di sebelah timur
berbatasan dengan Rusia, dan di sebelah utara berbatasan dengan Norwegia, sementara
Estonianya terletak di bagian selatan Teluk Finlandia. Ibu kota Finlandia adalah Helsinki.
Finlandia terkenal dengan pendidikan terbaik di dunia. Ini terbukti dari peringkat PISA (Program
for International Student Assesment) pada tahun 2003 siswa Finlandia menduduki peringkat
pertama dan meraih skor tertinggi di dunia secara konsisten. Tes yang diadakan oleh PISA
menguji siswa yang berusia 15 tahunan di sekiatr 40 negara industri seluruh dunia, pengukuran
tes dalam PISA yaitu keaksaraan dalam membaca, matematika, dan ilmu pengetahuan. Jika
dibandingkan dengan Indonesia yang berada pada peringkat paling bawah. Ini artinya negara
12
finlandia merupakan Negara dengan kualitas pendidikan terbaik di dunia dengan sistem
pendidikan yang baik pula. Sistem pendidikan di Finlandia adalah sebuah system egalitarian
Nordik, dengan tidak ada uang untuk waktu-penuh siswa. Secara hukum semua siswa wajib
belajar sembilan tahun dimulai pada usia tujuh tahun dan mereka mendapatkan makan secara
gratis. Peraturan tersebut diberlakukan pada tingkat dasar dan menengah. Di bidang pendidikan
pendidikan, Forum Ekonomi Dunia meletakkan kualitas Finlandia pada peringkat pertama di dan
peringkat kedua dalam matematika dan ilmu pendidikan.

2. Sistem Pendidikan Finlandia


Dalam visi negara Finlandia, Pendidikan merupakan kunci pembangunan ekonomi dan
peradaban, oleh karena itu kesetaraan Pendidikan dan budaya adalah poin strategis yang hendak
dicapai oleh pemerintah Finlandia. Rasa persaingan di Finlandia tidak dapat ditemukan, karena
Finlandia teguh pada prinsip keadilan, sehingga Finlandia menolak pengelolaan sekolah yang
berorientasi pada persaingan atau kompetisi. Konsep persaingan antar siswa dan sekolah sangat
dikurangi sehingga sekolah diharuskan meningkatkan kolaborasi serta kerja sama.

Salah satu faktor yang mendorong keberhasilan Finlandia bertransformasi menjadi negara
industri maju dan modern adalah tingginya kualitas dan kompetensi sumber daya manusia (SDM)
yang dimilikinya. Tingginya kualitas dan kompetensi SDM Finlandia merupakan hasil dari
perjalanan panjang komitmen kuat pemerintah dan rakyat Finlandia dalam membangun dan
mengembangkan system pendidikan nasionalnya.

Pemerintah dan rakyat Finlandia menyadari bahwa komitmen kuat untuk membangun dan
mengembangkan system pendidikan nasional merupakan kunci penentu keberhasilan negaranya
untuk tetap eksis mempertahankan keberlangsungan hidupnya sebagai negara yang berpenduduk
kecil, sumber daya alam yang sangat terbatas dan hidup di tengah kondisi alam yang ekstrim dan
kurang bersahabat. Pembangunan negara dan bangsa Finlandia berdiri di atas pilar pendidikan
dan penelitian yang berbasis inovasi dan disokong penuh oleh seluruh komponen bangsa. Sistem
pendidikan di Finlandia memiliki 3 tingkatan, yakni:
1. Pendidikan wajib dasar nasional 9 tahun (terdiri dari 6 tahun pendidikan dasar dan 3 tahun
pendidikan menengah pertama);
2. Pendidikan menengah atas dan/atau sekolah kejuruan (vocational training);
3. Pendidikan tinggi (higher education).
Pendidikan pra-sekolah tersedia bagi anak-anak yang belum memasuki usia wajib sekolah (di
bawah usia 7 tahun). Pendidikan dasar adalah tingkat pendidikan umum dasar yang diberikan
secara komprehensif dalam periode 9 tahun. Pendidikan menengah atas terdiri dari pendidikan
13
dan pelatihan kejuruan dan pendidikan dasar. Pendidikan tinggi diberikan di berbagai universitas
dan politeknik. Pendidikan dan pelatihan kaum muda tersedia di setiap tingkatan jenjang
pendidikan. Selain dari pada itu, pendidikan kaum dewasa menawarkan berbagai macam
pendidikan dan pelajaran rekreasional yang diharapkan mampu membangun kompetensi dan
keahlian penduduk.

3. Tujuan Pendidikan di Negara Finlandia

Tujuan utama system pendidikan Finlandia adalah mewujudkan high-level education for all.
Tujuan tersebut mengupayakan agar seluruh rakyat Finlandia dapat mengenyam pendidikan
hingga tingkatan tertinggi, secara merata, dengan kemampuan, keahlian dan kompetensi yang
terbaik. Finlandia membangun system pendidikan dengan karakteristik yang dilaksanakan secara
konsisten, yakni, free education, free school meals, dan special needs education dengan berpegang
teguh pada prinsip inklusivitas.

Pendidikan dasar Finlandia dikembangkan sedemikian rupa agar mampu menjamin


kesetaraan kesempatan bagi seluruh rakyat untuk menikmati pendidikan terlepas dari faktor
gender, strata sosial, latar belakang etnis dan golongan. Fokus utama sistem pendidikan adalah
kemerataan pendidikan guna menunjang tingkat kompetensi rakyat dalam menyokong
pembangunan nasional berdasarkan inovasi.

Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan secara gratis.
Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh warga negara untuk
menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang pendidikan, sesuai dengan kemampuan
dan kebutuhannya, terlepas dari latar belakang perekonomian mereka, guna pengembangan diri,
keahlian, kompetensi dan kapasitas seluruh warga negaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang
dalam Konstitusi Finlandia.

4. Kurikulum Pendidikan di Finlandia


Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan di negara-
negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia menghabiskan waktu lebih
sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara lain. Jam istirahat sekolah juga lebih
panjang, yakni 75 menit, dibandingkan dengan negara seperti Amerika yang membatasi waktu 30
menit istirahat. Mereka juga diberikan tugas yang lebih sedikit. Selain itu, anak-anak Finlandia
memulai pendidikan akademik di usia 7 tahun, berbeda dengan kebanyakan negara yang memulai
pendidikan akademik anak-anak di usia yang lebih muda.

14
Prinsip kurikulum pendidikan Finlandia adalah “Less is More”. Sekolah berfungsi sebagai
tempat belajar dan eksplorasi potensi dimana sekolah menjadi lingkungan yang relaks dan tidak
terlalu mengikat siswanya dengan jam belajar dan kapasitas tugas yang tidak terlalu membebani
siswa. Di samping itu, tidak ada sistem peringkat untuk prestasi akademik dan ujian standarisasi
dari tingkat sekolah dasar sampai dengan menengah pertama. Para siswa juga baru diuji dengan
ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat akhir. Ujian ini pun bersifat optional, hanya
bagi mereka yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi yang tidak mengikuti
ujian, tetap bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang berorientasi ke praktek dunia kerja.

Salah satu prinsip kurikulum di Finlandia adalah Non-discrimination and equal


treatment yang berarti tidak ada diskriminasi dan mendapat perlakuan yang sama. Di Finlandia
semua anak punya hak sama dalam pendidikan, tidak dibedakan antara si kaya dan si miskin dan
semua sekolah tidak dibedakan baik itu sekolah favorit atau tidak.

Di sisi lain berdasarkan hak dasar warga Finlandia, prinsip Receive understanding and have
their say in accordance with their age and maturity yaitu menerima pemahaman dan pendapat
sesuai umur dan kedewasaan. Jadi mereka memiliki hak mendapatkan ilmu sesuai umur mereka
tanpa diskriminasi. Mereka juga mendapatakan dukungan spesial jika dibutuhkan seperti anak
cacat dan anak-anak yang membutuhkan waktu ektra akan memiliki kelas tambahan untuk
diajarkan secara khusus agar mereka mendapatkan hal yang sama seperti anak lainnya.

Dari segi mata pelajaran di Finlandia memiliki 6 mata pelajaran inti yang semuanya
terbungkus dengan kata orientation. Kenapa ada kata orientation? Karena kurikulum di Finlandia
memiliki konsep gagasan bahwa 6 mata pelajaran ini bukan mengharuskan siswa belajar isi dari
seluruh pelajaran ini namun mengajak anak didik untuk mulai memperoleh kemampuan
menjelajah dan memahami fenomena-fenomena alam yang ada disekitar mereka. Maka ada tiga
kata yang dipakai disini yaitu examine, understand, & experience.

Hal menarik lainnya adalah bagaimana seorang guru mengajar di Finlandia tidak sebatas
hanya di dalam kelas. Siswa diajak mengekplorasi pengetahuan secara langsung di luar kelas
ketika bahan ajar berkaitan dengan lingkungan. Jangan heran jika di Finlandia ada yang
namanya Parental engagement, orang tua siswa juga terlibat dalam pendidikan anak jadi mereka
juga secara tidak langsung memiliki ikatan kerjasama dengan sekolah. Tujuannya adalah agar
memungkinkan pihak sekolah tahu bakat anak secara akurat lebih dini jadi apa yang dibutuhkan
si anak lebih tersalurkan di sekolah dengan informasi dari orangtuanya ke pihak sekolah. Tidak
hanya itu, orang tua juga memiliki hak mengevaluasi kurikulum sehingga mereka punya hak
memberikan saran untuk perkembangan si anak. Ini adalah peran nyata orangtua dalam

15
pendidikan. Jadi orantua di Finlandia tidak sekedar mendaftarkan anak ke sekolah dan terus
selesai, mereka punya tanggungjawab sebagai orangtua untuk memonitor kemajuan si anak
dengan baik melalui keterlibatan memberikan saran dan pendapat untuk perbaikan kurikulum jika
dibutuhkan.

Finlandia merupakan negara yang memiliki tingkat kualitas pendidikan terbaik di dunia.
Finlandia merupakan sebuah negara yang hanya memiliki penduduk sekitar 5 juta jiwa. Salah satu
sebab mengapa Finlandia mempunyai pendidikan terbaik adalah budaya baca yang ditanamkan
sejak anak-anak. Berikut beberapa kebijakan negara dengan pendidikan terbaik di dunia. Mata
pelajaran inti dan distribusi mata pelajaran dalam silabus pendidikan dasar Finlandia
ditetapkan melalui regulasi. Mata pelajaran inti yang ditetapkan di sekolah-sekolah dasar
adalah bahasa ibu dan sastra; bahasa resmi lainnya satu bahasa asing seperti bahasa Inggris,
Jerman, dan Italia; pendidikan lingkungan; pendidikan kesehatan; pendidikan agama atau etika;
ilmu sejarah; ilmu sosial; matematika; fisika; kimia, biologi, geografi, psikologi, musik, seni dan
kerajinan, serta ilmu ekonomi rumah tangga.

Finlandia lebih banyak menekankan penguasaan bahasa dan sastra termasuk bahasa asing
pada peserta didiknya. Selain fungsi bahasa sebagai alat komunikasi, tentu saja penguasaan
bahasa dan sastra menjadi sangat penting kedudukannya sebagaimana keberadaan bahasa dalam
struktur ilmu sebagai basis yang harus dikuasai peserta didik selain matematika tentunya.

5. Alasan Finlandia Menjadi Negara Pendidikan Terbaik


a. Kesempatan yang Sama
Tujuan utama dari sistem pendidikan Finlandia adalah pendidikan universal yang berkualitas
baik. Maksudnya adalah pendidikan yang gratis, inklusif dan komprehensif yang sama
diberikan kepada semua warga negara.
b. Belajar dengan Bermain
Pada fase awal sekolah, ada penekanan kuat pada pembelajaran melalui bermain, sebelum
anak-anak memasuki usia sekolah. Penitipan anak dan prasekolah Finlandia mengikuti
kurikulum Pendidikan dan Perawatan Anak Usia Dini (ECEC) nasional yang sangat percaya
untuk membiarkan anak-anak menjadi anak-anak seutuhnya, dengan berfokus pada
permainan, kesehatan, dan kesejahteraan anak secara keseluruhan.

16
c. Pembelajaran Personal
Tidak ada sistem peringkat di Finlandia karena tidak ada ujian standar nasional.
Pembelajarannya pun dilakukan secara personal agar setiap siswa dapat berdaya dengan
kekuatan mereka masing-masing. Mereka dapat belajar apapun yang mereka inginkan dan
setiap siswa benar-benar memegang kunci untuk membuka potensi mereka sendiri.
d. Minimal dari Pengujian Standar
Di Finlandia sendiri minimal dari pengujian standar. Pembelajaran siswa dinilai dari berbagai
metode kualitatif yang berfokus pada pengembangan keseluruhan siswa dan pembelajaran
soft skill, daripada keterampilan menghafal dan skor kuantitatif mereka.
e. Jarang Ada PR

Di Finlandia sekolah dimulai saat para siswa berumur 7 tahun. Saat tahun pertama sekolah,
PR sangatlah jarang diberikan dan jam sekolah sangat pendek. Hal tersebut dilakukan agar
para siswa dapat bermain dan belajar mengembangkan hobi di luar sekolah. Hal ini juga
berpengaruh pada tingkat harapan hidup yang tinggi.
f. Teknologi yang Mendukung
Teknologi digital digunakan para siswa untuk belajar. Sebagian besar kurikulum nasional
Finlandia adalah pembelajaran yang fenomenal dan mengembangkan pengalaman belajar
yang unik melalui pengajaran dan teknologi yang inovatif. Teknologi di sini sangat berperan
untuk meningkatkan pengalaman belajar.
g. Pembelajaran Sepanjang Hayat
Maksud dari belajar sepanjang hayat adalah sistem pendidikan di Finlandia adalah mereka
dapat melanjutkan pendidikan di usia berapa pun. Sistem pendidikan di Finlandia juga sangat
fleksibel.
h. Pembelajaran Inklusif
Siswa berkebutuhan khusus akan mendapatkan fasilitas yang memadai. Semua kebutuhan
murid akan didukung tanpa memperhitungkan berapa banyak alat yang dibutuhkan.
i. Guru Otonom
Guru Finlandia sangat terlatih melalui gelar master wajib. Guru diberikan kebebasan dengan
merencanakan pengajaran dan sumber daya mereka sendiri.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan internasional memiliki seperangkat nilai-nilai etika universal yang ditanamkan kepada
siswa. Siswa diajarkan untuk menghormati martabat manusia dan memperjuangkan hak asasi
manusia. Nilai-nilai hidup berdampingan secara damai juga dipromosikan melalui pendidikan
internasional. Thompson dan Hayden menyatakan bahwa karena akar resolusi konflik pendidikan ini, siswa
didorong untuk menjadi warga dunia yang menghargai perdamaian. Pendidikan internasional berfokus pada
peningkatan keterampilan berpikir kritis pada siswa dan mendorong pendekatan berpikiran terbuka ketika
mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda. Fitur pendidikan internasional ini diperlukan oleh adanya
banyak pandangan tentang satu masalah ketika mengajar siswa dari negara yang berbeda.

B. Saran
Kita sebagai calon peserta didik, memang harusnya mengetahui apa itu pendidikan profesional,
mempelajari dan memahaminya dengan baik, sehingga ketika di masa depan nanti, kita tahu apa saja yang
seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan, harapan penulis adalah, makalah ini dapat membantu
siapa pun yang membacanya, sekian terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

Aniswita, dkk. (2021). SISTEM PENDIDIKAN JEPANG: STUDI KOMPARATIF PERBAIKAN


PENDIDIKAN INDONESIA. Vol. XI.
Sutari, Imam Bernadib. (2013). Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Ombak.
Wahab, Abdul. Dkk. (2022). SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA AMERIKA SERIKAT. Jurnal Ilmu
Pendidikan dan Kearifan Lokal (JIPKL). Vol. 2 No. 1 Hal. 27-36.
Wahab, Abdul. Dkk. (2022). SISTEM PENDIDIKAN DI NEGARA MAJU AMERIKA SERIKAT.
JOURNAL OF EDUCATION. Vol. 2 No. 3 Hal. 311-317.
Wulandari, Taat. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI AMERIKA SERIKAT. 6310-16573-1-PB[1].pdf.
(Diakses pada tanggal 26 April 2023).
https://www.academia.edu/32470350/SISTEM_PENDIDIKAN_di_AMERIKA_Serikat. (Diakses pada
tanggal 26 April 2023).
https://www.academia.edu/16692488/MAKALAH_SISTEM_PENDIDIKAN_DI_JEPANG. (Diakses pada
tanggal 26 April 2023).
https://www.academia.edu/35424171/SISTEM_PENDIDIKAN_NEGARA_FINLANDIA_docx. (Diakses
pada tanggal 26 April 2023).
Mengapa Finlandia Menjadi Negara Pendidikan Terbaik? Ini 9 Alasannya – Program Studi Pendidikan Fisika
UNJ. (Diakses pada tanggal 26 April 2023).
Sistem Pendidikan Amerika - A. Sejarah Pendidikan di AS Pendidikan di Amerika Serikat ini diawali -
Studocu. (Diakses pada tanggal 26 April 2023).
Pendidikan Dasar: Makalah Pendidikan Di Finlandia (wairamadhayantiilhas.blogspot.com). (Diakses pada
tanggal 26 April 2023).

19

Anda mungkin juga menyukai