Anda di halaman 1dari 24

TUGAS PENGANTAR PENDIDIKAN

Dosen Pengajar :
Ellin Normelani,M.Pd.
Nevy Farista Aristin,S.Pd. M.Sc.

Anna Nuzuliana :1610115320005


Anifa Aini :1610115320004
Uswatun Hasanah :1610115320026
Okta Ayu Windasari :1610115220013
Mawaddah :1610512110008
Novia Sari :1610115220011
Prayoga :1610115310022
Risna Hardiyanti :1610115120012

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS


KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2016/2017

1
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Pendidikan.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pendidikan di Negara
Amerika Serikat dan Indonesia , yang kami sajikan berdasarkan sumber yang ada jurnal.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Pengantar Pendidikan yang
telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.

Banjarmasin, November 2016

Penyusun

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara Maju dan Negara Berkembang


2.2 Politik Pendidikan AS
2.3 Politik pendidikan di Indonesia
2.4 Perbedaan kurikulum Negara Amerika Serikat dan Negara Indonesia
2.5 Tujuan Pendidikan di Negara Amerika Serikat dan Indonesia

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, upaya pembangunan pendidikan formal juga dilakukan di berbagai jenjang,
mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Semua jenjang ini
diharapakan memenuhi fungsi dan mencapai tujuan pendidikan nasional, seperti yang
terdapat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yaitu
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan di Amerika Serikat sudah dirintis pada masa Amerika Serikat belum
terbentuk. Negara ini malah belum memproklamasikan kemerdekaannya ketika College-
college sebagai dasar pendidikan Amerika didirikan oleh pemerintah kolonial. Pada masa-
masa awal, rakyat di seluruh koloni sudah sadar bahwa yang paling penting untuk masa
depan adalah dasar-dasar pendidikan dan budaya Amerika. Hal ini terus berlanjut pada masa
kolonial, diteruskan dan semakin disempurnakan pada masa-masa berikutnya sampai
sekarang. Amerika Serikat yang sudah berumur ratusan tahun sejak kemerdekaannya
tentunya memiliki banyak pengalaman dalam mencari format pendidikan yang cocok. Pada
tahun 1636 di Cambridge, Massachussetts telah didirikan Harvard College. Akhir abad XVII
didirikan College of William dan College of Mary di Virginia. Beberapa tahun kemudian
didirikan College School of Connecicut, yang kemudian menjadi Yale College. Dan pada
awal perkembangannya banyak juga sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh golongan
keagamaan. Seperti diketahui sekolah-sekolah tersebut di atas pada kenyataannya tetap eksis
sampai sekarang. Bagaimana dan seperti apa kebijakan pendidikan di AS tentunya sangat
bisa menjadi wacana bagi pemerhati masalah-masalah pendidikan. Sebuah negara yang maju
tentunya mempunyai sistem pendidikan yang baik pula.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah ciri-ciri negara maju dan negara berkembang ?
2. Apa perbedaan pendidikan di Indonesia dan Amerika Serikat?
3. Bagaimana tujuan pendidikan di Indonesia dan Amerika Serikat?
4. Bagaimana manajemen pendidikan di Indonesia ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar pendidikan
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pendidikan di Negara maju dan
berkembang.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri negara maju dan negara berkembang.
4. Mengetahui perbedaan pendidikan di Amerika Serikat dan di Indonesia .

1.4. Manfaat Penulisan


1. Pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuannya dalam dunia pendidikan
internasional, khususnya pendidikan di Amerika dan Indonesia
2. Pembaca dapat menjadikan makalah sebagai referensi
3. Pembaca dapat mengetahui ciri-ciri negar maju dan negara berkembang.
4. Pembaca dapat mengetahui perbandingan pendidikan di Amerika dengan
Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara Maju dan Negara Berkembang


Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup
yang sedangkan pengertian negara berkembang menurut definisi para ahli juga mengatakan
bahwa Pengertian Negara Berkembang adalah negara yang rakyatnya memiliki tingkat
kesejahteraan atau kualitas hidup taraf sedang atau dalam perkembangan.

Ciri-Ciri Negara Maju:

 Pertanian termasuk peternakan dan perikanan untuk industrialisasi, dijual, diekspor


 Aktivitas perekonomian menggunakan sarana dan prasarana modern
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang industrialisasi secara
cepat
 Sifat kemandirian masayarakat tinggi
 Pendapatan rata-rata penduduk tinggi
 Intensitas mobilitas tinggi
 Angka harapan hidup tinggi
 Pendidikan dan keterampilan penduduk cukup tinggi
 Tidak tergantung pada alam

Ciri-Ciri Negara Berkembang:

 Pertanian termasuk peternakan dan perikanan hanya untuk memenuhi kebutuhan


sendiri dan keluarga
 Pada umumnya aktivitas masyarakat menggunakan sarana dan prasarana tradisional
 Pendapatan relatif rendah
 Pendidikan penduduknya rata-rata rendah
 Sifat penduduk kurang mandiri
 Sangat tergantung pada alam
 Tingkat pertumbuhan penduduk tinggi
 Angka harapan hidup rendah
 Intensitas rendah.

6
2.2 Politik Pendidikan AS

Pada umumnya kebijakan pendidikan yang diambil di suatu negara cenderung dijadikan
alat intervensi negara kepada warga negaranya. Bentuk intervensi itu bisa berupa justifikasi
(abash atau diakui/tidaknya) ilmu pengetahuan tertentu, pengaturan kelembagaan sekolah,
lama pendidikan dan gelar, serta kualifikasi pendidikan yang dikaitkan dengan posisi
pekerjaan (jabqatan). Di antara jenjang pendidikan sekolah (mulai dari tingkat Dasar hingga
Perguruan Tinggi) yang ada, umumnya negara lebih memilih mengkonsentrasikan
kekuasaannya untuk mengintervensi pendidikan sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak,
remaja dan kaum muda. Hampir tidak ada negara yang menaruh perhatian cukup besar pada
pendidikan untuk orang-orang dewasa. Pertanyaannya adalah; Mengapa negara lebih memilih
memusatkan perhatiannya kepada pendidikan anak-anak (muda) dibandingkan dengan
pendidikan orang dewasa?. Heidenheimer (1990: 23) memberikan ilustrasi jawaban sebagai
berikut: Bahwa sebagian negara memilih lebih mengkonsentrasikan intervensinya pada
pendidikan untuk anak-anak dan remaja adalah disebabkan alasan karena negara memiliki
tanggung jawab untuk menciptakan kader-kader bangsa. Sebagian negara yang lain memiliki
alasan bahwa sekolah cukup menarik untuk dikuasai, dimana di dalamnya terdapat generasi
yang sangat mudah untuk dipengaruhi. Ada juga sebagian negara beralasan karena hak suara
untuk pemilihan politik di masa yang akan datang perlu proses sosialisasi, dan itu cocok
dilakukan untuk anak-anak melalui sekolah-sekolahnya.

Sementara itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Karena itu
para orang tua berbondong-bondong memasukkan anaknya di berbagai lembaga pendidikan,
terutama lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan atau diakreditasi oleh negara.
Campur tangan dan intervensi negara pada pendidikan sekolah formal tampaknya sering
diabaikan oleh para orang tua.

Karena itu perlu adanya mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang
dewasa (masyarakat) setempat terhadap penyelengaraan pendidikan sekolah-sekolah formal
agar intervensi (kebijakan) negara dalam sector pendidikan bermakna positif bagi generasi
berikutnya yang lebih handal, sekaligus untuk mengurangi terjadinya peluang penyimpangan
yang mungkin dilakukan negara dalam kegiatan intervensinya itu.
Di negara-negara demokrasi, kesadaran untuk mengawasi dan membatasi intervensi
pemerintah pada sektor pendidikan itu ditandai dengan dipilihnya asas desentralisasi dalam

7
pengambilan kebijakan (pengaturan) sektor pendidikan. Amerika Serikat adalah salah satu
negara pelopor demokrasi.
Sudah sejak lama kebijakan pendidikan di Amerika Serikat menjadi tanggung jawab
Pemerintah Negara Bagian (State) dan Pemerintah Daerah (Distrik). Sebelumnya,
Pemerintah Pusat memang mengintervensi kebijakan pendidikan, sebagaimana yang
terjadi sejak tahun 1872, dimana Pemerintah Pusat AS mengintervensi kebijakan
pendidikan dengan cara memberikan tanah negara kepada Negara Bagian untuk
pembangunan fakultas-fakultas pertanian dan teknik; membantu sekolah- sekolah dengan
program makan siang, menyediakan pendidikan bagi orang- orang Indian; menyediakan
dana pendidikan bagi para veteran yang kembali ke kampus untuk menempuh pendidikan
lanjutan; menyediakan pinjaman bagi mahasiswa; menyediakan anggaran untuk
keperluan penelitian, pertukaran mahasiswa asing dan bantuan berbagai

2.3 Politik pendidikan di Indonesia


kebutuhan mahasiswa lainnya; serta memberikan bantuan tidak langsung (karena menurut
ketentuan Undang-Undang Amerika Serikat pemerintah dilarang memberikan bantuan
langsung) kepada sekolah-sekolah agama dalam bentuk buku-buku teks dan laboratorium.

Politik pendidikan di Indonesia agaknya mengalami pergeseran dari sentralistik (terpusat)


ke desentralisasi. Awal mula intervensi negara terhadap sektor pendidikan ini sangat besar,
sangat kental, dan sangat vulgar. Keadaan mencapai puncaknya saat kementerian pendidikan
dipegang oleh Daoed Joesop. Saat itu tidak ada satupun kebebasan dalam sekolah dan
kampus. Bahkan berbeda pendapat pun tidak dimungkinkan. Sekolah dan kampus tak
ubahnya kelas besar untuk indokrinasi ideology pemerintah (bukan ideology negara) yang
tidak menginginkan adanya kritik terbuka. Kurikulum didesain sedemikian rupa sehingga
mata-mata pelajaran yang sifatnya politis menjadi sangat dipentingkan.
Mata pelajaran Pancasila, Sejarah, Kewiraan, dan bahkan agama didesain untuk
mengentalkan intervensi negara kepada otak, pikiran dan sikap warga negaranya. Seiring
dengan kejatuhan rejim ‘orde baru’ yang interventif tersebut, yang dijatuhkan oleh adanya
gerakan reformasi total masyarakat yang dimotori oleh mahasiswa dan kalangan terpelajar,
datanglah era yang penuh semangat untuk mengurangi peran dan campur tangan pemerintah
pusat dalam menangani berbagai permasalahan kebijakan, termasuk kebijakan pendidikan.
Inspirasi pertama muncul dari diundangkannya otonomi daerah secara reformis, yaitu UU
No.22 tahun 1999. Dikatakan secara reformis karena sebelum ini memang sudah pernah ada
8
UU otonomi daerah tetapi tidak memiliki ruh reformasi dan hanya formalitas, yaitu UU No.5
tahun 1975. UU otonomi daerah yang baru itu mengilhami dirumuskannya kebijakan
desentralisasi pendidikan. Di samping Dalam bukunya yang berjudul ‘Membenahi
Pendidikan Nasional’, Prof. H.A.R. Tilaar (2002), menyatakan bahwa kebijakan
desentralisasi pendidikan di Indonesia bukan saja sekedar keinginan dan kemauan, tetapi
sudah merupakan suatu keharusan. Pasca gerakan reformasi politik dicanangkan pada tahun
1998, ke depan ini bangsa Indonesia harus bangkit menjadi bangsa yang kuat dan
bermartabat, yang berarti sektor pendidikan harus ditempatkan pada posisi pentring dan
urgen. Berkaitan dengan urgensi sektor pendidikan itu maka harus dilakukan reformasi dalam
pendidikan dari sentralisasi ke desentralisasi. Ada 3 hal yang dapat menjelaskan urgensi
desentralisasi pendidikan di Indonesia, yaitu :
a. Untuk pembangunan masyarakat demokrasi;
b. Untuk pembangunan social capital; dan
c. Untuk peningkatan daya saing bangsa;
Selanjutnya uraian tentang politik pendidikan di Indonesia dapat diikuti kutipan ‘propenas
diknas’ yang disistimatisasikan sebagai berikut: Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di
Indonesia menghadapi tiga tantangan besar.
 Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai.
 Kedua, untuk mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam
pasar kerja global.
 Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan
dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses
pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan/keadaan
daerah dan peserta didik, serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat. Pada
saat ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada beberapa permasalahan yang
menonjol
(1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan;
(2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan; dan
(3) masih lemahnya manajemen pendidikan,

9
a) Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan
hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos
kerja yang tinggi serta berdisiplin.
b) Misi Pendidikan Nasional. Untuk mewujudkan visi pendidikan nasional, pemuda, dan
olahraga ditetapkan misi yang menjadi sasaran pembangunan pendidikan nasional,
pemuda, dan olahraga, yaitu sebagai berikut:
1) Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas
guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggungjawab, terampil, serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi;
2) Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kretaif, dan
berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi;
3) Meningkatkan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
kehidupan, dan mantapnya persaudaraan antarumat beragama yang berakhlak mulia,
toleran, rukun, dan damai;
4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya
saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dalam rangka memberdayakan
masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama pengusaha kecil,
menengah, dan koperasi.

2.4 Perbedaan kurikulum Negara Amerika Serikat dan Negara Indonesia

Sekolah dasar dan menengah adalah wajab bagi seluruh siswa di Amerika Serikat, akan
tetap jenjang usia siswa berbeda-beda di setiap Negara bagian. Siswa di Amerika Serikat
memulai pendidikanya dari jenjang Kindergarten (usia 5 sampai 6 tahun) hingga
menyelesaikan pendidikan menegah pada kelas 12 (usia 18 tahun). Terdapat 14.000 sekolah
di Amerika Serikat dan setiap tahunya pemerintah Amerika Serikat mengalokasikan dana
pendidikan sebesar $500 triliun untuk digunakan keperluan sekolah dasar dan menengah.

10
TABEL PERBANDINGAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
DI AMERIKA DAN INDONESIA

PILIHAN AMERIKA SERIKAT INDONESIA

Negara tidak memonopoli


sama
penyelenggaraan sekolah.

Sekolah Swasta justru lebih


sama
banyak drpd sekolah negeri.

Anggaran pemerintah pusat

lebih banyak diberikan ke sama

sekolah2 negeri.

1. Scope Dukungan dari anggaran

Pemprov/Pemkab/Pemkot
- Dukungan dari anggaran negara
untuk wilayah masing2.
bagian bervariasi. Bahkan ada

negara bagian yang sama sekali


Ada program khusus: Bantuan
tidak memberi dukungan
Operasional Sekolah (BOS),
anggaran ke sekolah2 swasta
sumber anggarannya sebagian

dari pusat, prov, kab/kot.

2. Instruments Desentralisasi. Memberi


Desentralisasi. Memberi
kewenangan dan otonomi yg
kewenangan dan otonomi yg
luas kpd pemerintah Distrik,
luas kpd pemkab/pemkot,
dg dukungan pemerintah
dengan dukungan pemprov.
Negara Bagian.

Konsekuensinya banyak variasi


Sama
keputusan yg berbeda.

Agar variasi itu positif dan Sama

11
tetap konstruktif, pemerintah

pusat membentuk badan2 yang

mengkoordinasikan sektor

pendidikan.

Di tingkat nasional ada Dept Di tingkat nasional ada

Pendidikan Federal, di tingkat DEPDIKNAS, di tingkat regional

regional dan lokal ada Board dan lokal ada Dinas Pendidikan

of Education (semacam Dinas Prov, dan Dinas Pendidikan

Pendidikan). Kab/Kota.

Negara/pemerintah pusat menaruh perhatian


kepada

tingginya apresiasi masyarakat


Sama
memasukkan anak2nya ke

Sekolah Dasar dan Menengah.

Menciptakan semakin

berkualitasnya mahasiswa Sama (ada seleksi dalam

yang masuk ke perguruan recruitment mahasiswa)

tinggi.
3. Distribution
Perguruan Tinggi diharapkan

bisa melahirkan tenaga-tenaga


Sama
yang berkualitas dan mampu

bersaing secara universal.

Kebijakan pendidikan multy

misi: Politik, social, ekonomi,


Sama
budaya, dan kemartabatan

bangsa (daya saing bangsa).

12
Dengan mendesentralisasikan

kebijakan pendidikan, banyak

permasalahan yang dapat

dipecahkan lebih cepat dan


Sama
lebih detail dg hasil yang

sesuai dengan semangat

desentralisasi dan otonomi

daerah.
4. Reistraints and
Sama. Bahkan dengan
Innovation
kebijakan desentralisasi
Keterlibatan public diberi
pendidikan, akses public dan
akses sangat besar dalam
keterlibatan public cukup
turut serta mendisain,
diberi peluang lebar, yaitu
memonitor dan mengevaluasi
dengan diadakannya
hasil-hasil implementasi
kelembagaan semacam Dewan
kebijakan pendidikan
Pendidikan dan Komite

Sekolah

1. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar di Amerika Serikat berjenjang dari Kindergarten hingga Fithh grade
(Kelas 5), tetapi terkadang juga berjenjang hingga Fourth grade (kelas 4), Sixth grade (kelas
6) atau eighth grade (kelas 8) tergantung sisitem kurikulum pada school district tersebut.
Kurikulum pembelajaran dipilih oleh school district mengacu pada standar pembelajaran di
Negara bagian tersebut. Standar pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai oleh School
district yang harus mengacu pada AYP (Adequate yearly program).

Suasana pembelajaran pada sekolah dasar di Amerika Serikat berbeda dengan


pembelajaran pada sekolah di Indonesia. Satu kelas terdiri dari dua puluh higga tiga puluh

13
siswa. Guru Sekolah dasar di Amerika Serikat dibekali pendidikan lanjutan mengenai
perkembangan congnitive and psychological development. Guru-guru di Amerika Serikat
telah menyelesaikan pendidikan lanjutan Sarjana dan atau Pasca Sarjana (Bachelors and/or
Masters degree) dalam bidang Early Childhood and Elementary Education.

2. Pendidikan Menengah

Jenjang pendidikan menengah di Amerika Serikat dibagi menjadi dua tahap (middle
school/ junior high) mulai pada jenjang sixth, seventh, eighth and ninth grade (kelas 6, 7, 8,
9). Jenjang pendidikan pada middle school/ junior high (grade/kelas) di tentukan oleh faktor
demografi seperti jumlah usia siswa sekolah menegah. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan populasi siswa sekolah yang stabil. Pada jenjang ini, siswa diberikan
kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang dikehendaki dan menggunakan system kelas
berpindah (moving class).

Senior High(kelas 9,10,11,12) adalah jenjang lanjutan setelah middle school/ junior
high, biasanya Jenjang ini dimulai dari ninth grade (freshman), tenth grade(sophomores),
eleventh grade(Juniors), twelfth grade(seniors). Perlu diketahui bahwa jenjang middle
school/Junior high dan Senior high berbeda-beda di setiap Negara bagian, mengacu pada
demografi usia siswa di Negara bagian tersebut.

Pendidikan menengah memiliki struktur kurikulum yang berbeda dengan di


Indonesia. Pada jenjang ini, siswa diwajibkan mengabil sejumalah mata pelajaran wajib
(mandatory subjects) dan memilihi mata pelajaran pilihan (electives).

Mata pelajaran wajib (mandatory subjects) meiliputi :

 Science (Ilmu pengetahuan alam) meliputi Biologi, Kimia dan Fisika


 Mathematics (Matematika) meliputi aljabar, geometri, pre-calculus dan statistika
 English (pelajaran bahasa inggris) meliputi sastra, humaniora, mengarang dan
verbal(praktek)
 Physical education (Olahraga)

Mata pelajaran pilihan (electives) meliputi:

14
 Atletics meliputi cross country, football, basketball, track and field, swimming,
tennis, gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading, volleyball,
lacrosse, ice hockey, fieldhockey, crew, boxing, skiing/snowboarding, golf, mountain
biking, marching band
 Career and Technical Education meliputi agriculture/agriscience,
Business/Marketing, Family and Consumer Science, Health occipations
 Computer word processing meliputi programing and design
 Foreign langguages meliputi bahasa Spanyol dan Perancis (umum) Bahasa Cina,
Latin, Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum)
 Performing Arts/Visual Arts meliputi, paduan suara, band, orchestra, drama, seni
rupa, fotografi, ceramics dan dance
 Publishing meliputi Journalisme/ Koran siswa, buku tahunan dan majalah siswa

Kurikulum di Negara Indonesia

Kurikulum 2013

sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan
kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas
materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa
disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan

15
Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. bukan hanya itu, Kurikulum ini pun
mempunyai kelemahan dan keunggulan.
Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta
didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan. Sementara
untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari
nmereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan pilihan) terutamanya
dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan
SMK. Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis dari peserta didik usia 7 –
15 tahun, maka mata pelajaran pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik tingkat
SD dan SMP.

Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di
kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa
dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian,
Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut,
pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan
sebelumnya.

2. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia.
Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya
adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah,
membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan
salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa
tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori
semata.

3. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap
meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan

16
penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu
mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut ditulis
berdasarkan pada Interval serta dihapuskannya sistem ranking yang sebelumnya ada pada
kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian
pada Rapor di kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu Pengetahuan,
Keterampilan, danjuga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan dan Keterampilan)
dibagi lagi menjadi 2bagia kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf, dimana setiap
kolom diisi menggunakan system nilai interval.

2.7 Tujuan Pendidikan di Negara Amerika Serikat dan Indonesia

1. Tujuan Pendidikan AS
Sebagaimana dideskripsikan di atas bahwa karakteristik utama politik system pendidikan
Amerika Serikat adalah menonjolnya DESENTRALISASI. Pemerintah Pusat sangat memberi
otonomi seluas-luasnya kepada Pemerintah di bawahnya, yaitu Negara Bagian dan
Pemerintah Daerah (Distrik). Meskipun Amerika Serikat tidak mempunyai system
pendidikan yang terpusat atau yang bersifat nasional, akan tetapi bukan berarti tidak ada
rumusan tentang tujuan pendidikan yang berlaku secara nasional.

Tujuan sistem pendidikan Amerika secara umum dirumuskan dalam 5 poin sebagai
berikut:
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman;
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
c. Untuk membantu pengembangan individu;
d. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat; dan
e. Untuk mempercepat kemajuan nasional.
Di luar 5 tujuan tersebut, Amerika Serikat mengembangkan visi dan misi pendidikan
gratis bagi anak usia sekolah untuk masa 12 tahun pendidikan awal, dan biaya pendidikan
relative murah untuk tingkat pendidikan tinggi.

2. Manajemen Pendidikan AS

Manajemen pendidikan di AS dikembangkan berdasarkan aspirasi dan kebutuhan


masyarakat Negara Bagian dan Pemerintah Daerah setempat. Hal ini dilakukan mengingat AS

17
adalah Negara dengan system desentralisasi. Di tingkat nasional (federal/pusat) dibentuk satu
departemen, yaitu Departemen Pendidikan Federal. Jadi meski dalam sistem pendidikan di
Amerika, sekolah adalah tanggung jawab pemerintah lokal, Deparemen Pendidikan menyediakan
kepeminpinan nasional untuk menjawab isu-isu penting dalam pendidikan Amerika 4
Departemen ini dipimpin oleh seorang setaraf Sekretaris Kabinet.
Tugas departemen ini adalah melaksanakan semua kebijakan pemerintah federal dalam sektor
pendidikan di semua tingkatan pemerintahan dan untuk semua jenjang pendidikan. Tetapi,
karena sebagian besar kewenangan dan tanggung jawab pendidikan sudah diserahkan kepada
Negara Bagian dan Pemerintah Daerah, maka Departemen Pendidikan Federal hanya
menjalankan monitoring dan pengawasan saja.
Di tingkat Negara Bagian dibentuk sebuah badan yang diberi nama Board of Education.
Badan ini bertugas dan berfungsi membuat kebijakan- kebijakan serta menentukan anggaran
pendidikan untuk masing-masing wilayah (Negara Bagian) nya, khususnya berkenaan dengan
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Selanjutnya, untuk menangani permasalahan
yang berkaitan dengan hal-hal yang lebih teknis (yaitu; tentang kurikulum sekolah, penentuan
persyaratan sertifikasi, guru-guru, dan pembiayaan sekolah) dibentuk sebuah bagian
pendidikan yang disebut sebagai comissioner, sering juga disebut sebagai superintendent
Bagian ini dipimpin oleh seorang yang ditunjuk oleh Board of Education atau oleh
Gubernur.
Untuk beberapa Negara Bagian, pimpinan Bagian Pendidikan ini dipilih oleh
masyarakatada. Sementara itu pada level operasional, pelaksanaan manajemen pendidikan
dijalankan oleh unit-unit yang lebih rendah, bahkan banyak secara langsung dilaksanakan
oleh masing-masing sekolah yang bersangkutan. Para pimpinan atau Kepala Sekolah pada
prinsipnya memiliki kebebasan dan otonomi yang luas untuk menjalankan manajemen
operasional pendidikan. Khusus untuk menangani kebijakan Pendidikan Tinggi, manajemen
pendidikan Amerika Serikat yang dikembangkan oleh Negara-Negara Bagian memisahkan
antara Badan yang memberi izin pendirian Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta) dengan
Badan yang merumuskan kebijakan akademik serta keuangan. Badan yang menangani
kebijakan akademik dan keuangan untuk pendidikan Tinggi adalah board of trustees. Untuk
Perguruan Tinggi Negeri anggota badan tersebut ditunujuk oleh Gubernur Negara Bagian.
Ada juga yang dipilih dari dan oleh kelompok yang akan diwakili. Sedangkan untuk
Perguruan Tinggi Swasta anggota badan tersebut dipilih dari perguruan tinggi masing-
masing.

18
1.Tujuan Pendidikan di Indonesia

Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harusnya pendidikan


itu menciptakan siswa yang memiliki daya nalar yang tinggi, memiliki kemampuan analisis
tentang apa yang terjadi sehingga bila di terjunkan dalam suatu permasalahan akan dapat
mengambil keputusan yang tepat. Akan tetapi fenomenanya, pendidikan itu dapat pula
menyesatkan. Bisa kita lihat dari kualitas pendidikan kita yang hanya diukur berdasarkan
ijazah. Padahal sekarang ini banyak ijazah yang diperjual-belikan. Dan tidak bisa kita
pungkiri banyak pejabat yang membelinya. Jika kita pikirkan, berarti asalkan memiliki uang
kita tidak perlu bersekolah, ijazah tinggal kita beli saja. Bagaimana kondisi bangsa ini, jika
semua orang berpikiran seperti itu?
2. Manajemen Pendidikan Di Indonesia

Administrasi dan menejemen (birokrasi) pendidikan di Indonesia tidak berbeda


dengan administrasi dan manajemen sektor-sektor lain yang berbentuk departemen. Secara
nasional permasalahan sektor pendidikan ditangani oleh sebuah badan berbentukdepartemen,
yang beberapa kali mengalami perubahan nama dan perubahan terakhirdiberi nama
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Departemen ini dipimpin oleh seorang
menteri yang ditunjuk langsung oleh presiden.
Untuk masa sekarang ini, struktur organisasinya adalah sebagai berikut:
Ditingkat regional (propinsi), koordinasi urusan-urusan pendidikan ditangani oleh sebuah
badan yang diberi nama DINAS PENDIDIKAN PROPINSI, yang dipimpin oleh seorang
kepala. Kepala Dinas Pendidikan Propinsi ditunjuk oleh Gubernur dengan persetujuan DPRD
Propinsi. Sedangkan di tingkat daerah Kabupaten/Kota, koordinasi urusan pendidikan
ditangani oleh sebuah lembaga yang diberi nama DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN/KOTA. Sama dengan Dinas di Propinsi, Dinas ini dipimpin oleh seorang
kepala. Bedanya, kepala dinas di tingkat kabupaten/kota ditunjuk oleh Bupati/Walikota
dengan persetujuan DPRD Kab/Kota yang bersangkutan. Sejalan dengan kebijakan
desentralisasi pemerintahan, maka sektor pendidikan ini juga mengalami perubahan
kebijakan dari sentralistik ke desentralisasi. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan
dikeluarkannya Undang Undang Pemerintahan Daerah dan otonomi daerah adalah untuk
memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada Daerah dan
masyarakat sehingga memberi peluang kepada Daerah dan masyarakat agar leluasa mengatur
dan melaksanakan kewenangannya atas prakasa sendin sesuai dengan kepentingan
masyarakat setempat dan potensi setiap daerah.
19
Penyelenggaraan pendidikan memerlukan dukungan masyarakat yang memadai. Sebagat
langkah alternatif dalam mengupayakan dukungan masyarakat untuk sektor pendidikan ini
adalah dengan menumbuhkan keberpihakan yang bermutu, mulai dari pimpinan
negara,sampai aparat yang paling rendah. termasuk masyarakat yang bergerak dalam sektor
swasta dan industri. Keberpihakan konkret itu perlu disalurkan secara politis menjadi suatu
gerakan bersama (collective action) yang diwadahi Dewan Pendidikan yang berkedudukan di
kabupaten/kota dan komite Sekolah ditingkat satuan pendidikan. Dewan Pendidikan dan
komite Sekolah merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan
hierarkis dengan satuan pendidikan maupun lembaga pemerintah lainnya. Posisi Dewan
Pendidikan, Komite Sekolah, satuan pendidikan, dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya
mengacu pada kewenangan masing-masing berdasarkan ketentuan yang berlaku.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perbedaan pendidkan di Negara Maju dan Berkembang yaitu pada Negara Amerika
Serikat dan Indonesia adalah terletak dari segi kurikulum yaitu :

Kurikulum Amerika Serikat

1.Pendidikan dasar

Suasana pembelajaran pada sekolah dasar di Amerika Serikat berbeda dengan


pembelajaran pada sekolah di Indonesia. Satu kelas terdiri dari dua puluh higga tiga puluh
siswa. Guru Sekolah dasar di Amerika Serikat dibekali pendidikan lanjutan mengenai
perkembangan congnitive and psychological development. Guru-guru di Amerika Serikat
telah menyelesaikan pendidikan lanjutan Sarjana dan atau Pasca Sarjana (Bachelors and/or
Masters degree) dalam bidang Early Childhood and Elementary Education.

2.Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah memiliki struktur kurikulum yang berbeda dengan di Indonesia.


Pada jenjang ini, siswa diwajibkan mengabil sejumalah mata pelajaran wajib (mandatory
subjects) dan memilihi mata pelajaran pilihan (electives).

Mata pelajaran wajib (mandatory subjects) meiliputi :

 Science (Ilmu pengetahuan alam) meliputi Biologi, Kimia dan Fisika


 Mathematics (Matematika) meliputi aljabar, geometri, pre-calculus dan statistika
 English (pelajaran bahasa inggris) meliputi sastra, humaniora, mengarang dan
verbal(praktek)
 Physical education (Olahraga)

Mata pelajaran pilihan (electives) meliputi:

 Atletics meliputi cross country, football, basketball, track and field, swimming,
tennis, gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading, volleyball,

21
lacrosse, ice hockey, fieldhockey, crew, boxing, skiing/snowboarding, golf, mountain
biking, marching band
 Career and Technical Education meliputi agriculture/agriscience,
Business/Marketing, Family and Consumer Science, Health occipations
 Computer word processing meliputi programing and design
 Foreign langguages meliputi bahasa Spanyol dan Perancis (umum) Bahasa Cina,
Latin, Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum)
 Performing Arts/Visual Arts meliputi, paduan suara, band, orchestra, drama, seni
rupa, fotografi, ceramics dan dance
 Publishing meliputi Journalisme/ Koran siswa, buku tahunan dan majalah siswa

Kurikulum Indonesia
Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di
kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa
dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian,
Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut,
pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan
sebelumnya.
2. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia.
Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya
adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah,
membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan
salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa
tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori
semata.

3. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap
meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan

22
penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu
mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut
ditulis berdasarkan pada Interval serta dihapuskannya sistem ranking yang sebelumnya ada
pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya
penilaian pada Rapor di kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu
Pengetahuan, Keterampilan, danjuga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan dan
Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2bagia kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf,
dimana setiap kolom diisi menggunakan system nilai interval
Tujuan pendidikan Amerika Serikat
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman;
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
c. Untuk membantu pengembangan individu;
d. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat; dan
e. Untuk mempercepat kemajuan nasional.

Tujuan pendidikan Indonesia


Tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Harusnya
pendidikan itu menciptakan siswa yang memiliki daya nalar yang tinggi, memiliki
kemampuan analisis tentang apa yang terjadi sehingga bila di terjunkan dalam suatu
permasalahan akan dapat mengambil keputusan yang tepat.

3.2 Saran
Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada
masyarakat melalui nilai dan manfaat pendidikan itu sendiri. Kondisi ini terbukti dari
rendahnya kualitas lulusan, rendahnya relevansi pendidikan dalam hal substansi dengan
kebutuhan masyarakat, dan pendidikan justru dijadikan sebagai kawasan politisasi dari para
pejabat. Untuk itu perlu adanya identifikasi kembali terhadap problematika pendidikan
Indonesia dan solusi atas problematika tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA

Richard Hofstadter, dkk. 2004. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Deplu AS. Richard C.
Schroeder. 2000. Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Deplu AS. Richard N. Current.
1965. American History: A Survey. New York: Alfred A. Knopft.
Tadashi Fukutake. 1988. Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Nuryata, Made. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta : Sekarmita
Suyanto, 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru.Tantangan Global Pendidikan
Nasional. Jakarta : Grasindo
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia#Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/
Daftar_negara_menurut_Indeks_Pembangunan_Manusia#endnote_2
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalahpendidikan-
di-indonesia/
http://sim.ormawa.uns.ac.id/2009/01/05/masalah-pendidikan-diindonesia/

24

Anda mungkin juga menyukai