Dosen Pengajar :
Ellin Normelani,M.Pd.
Nevy Farista Aristin,S.Pd. M.Sc.
1
Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami
kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Pendidikan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pendidikan di Negara
Amerika Serikat dan Indonesia , yang kami sajikan berdasarkan sumber yang ada jurnal.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu Pengantar Pendidikan yang
telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan manfaat yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penyusun
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa sajakah ciri-ciri negara maju dan negara berkembang ?
2. Apa perbedaan pendidikan di Indonesia dan Amerika Serikat?
3. Bagaimana tujuan pendidikan di Indonesia dan Amerika Serikat?
4. Bagaimana manajemen pendidikan di Indonesia ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Politik Pendidikan AS
Pada umumnya kebijakan pendidikan yang diambil di suatu negara cenderung dijadikan
alat intervensi negara kepada warga negaranya. Bentuk intervensi itu bisa berupa justifikasi
(abash atau diakui/tidaknya) ilmu pengetahuan tertentu, pengaturan kelembagaan sekolah,
lama pendidikan dan gelar, serta kualifikasi pendidikan yang dikaitkan dengan posisi
pekerjaan (jabqatan). Di antara jenjang pendidikan sekolah (mulai dari tingkat Dasar hingga
Perguruan Tinggi) yang ada, umumnya negara lebih memilih mengkonsentrasikan
kekuasaannya untuk mengintervensi pendidikan sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak,
remaja dan kaum muda. Hampir tidak ada negara yang menaruh perhatian cukup besar pada
pendidikan untuk orang-orang dewasa. Pertanyaannya adalah; Mengapa negara lebih memilih
memusatkan perhatiannya kepada pendidikan anak-anak (muda) dibandingkan dengan
pendidikan orang dewasa?. Heidenheimer (1990: 23) memberikan ilustrasi jawaban sebagai
berikut: Bahwa sebagian negara memilih lebih mengkonsentrasikan intervensinya pada
pendidikan untuk anak-anak dan remaja adalah disebabkan alasan karena negara memiliki
tanggung jawab untuk menciptakan kader-kader bangsa. Sebagian negara yang lain memiliki
alasan bahwa sekolah cukup menarik untuk dikuasai, dimana di dalamnya terdapat generasi
yang sangat mudah untuk dipengaruhi. Ada juga sebagian negara beralasan karena hak suara
untuk pemilihan politik di masa yang akan datang perlu proses sosialisasi, dan itu cocok
dilakukan untuk anak-anak melalui sekolah-sekolahnya.
Sementara itu pendidikan merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Karena itu
para orang tua berbondong-bondong memasukkan anaknya di berbagai lembaga pendidikan,
terutama lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan atau diakreditasi oleh negara.
Campur tangan dan intervensi negara pada pendidikan sekolah formal tampaknya sering
diabaikan oleh para orang tua.
Karena itu perlu adanya mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang
dewasa (masyarakat) setempat terhadap penyelengaraan pendidikan sekolah-sekolah formal
agar intervensi (kebijakan) negara dalam sector pendidikan bermakna positif bagi generasi
berikutnya yang lebih handal, sekaligus untuk mengurangi terjadinya peluang penyimpangan
yang mungkin dilakukan negara dalam kegiatan intervensinya itu.
Di negara-negara demokrasi, kesadaran untuk mengawasi dan membatasi intervensi
pemerintah pada sektor pendidikan itu ditandai dengan dipilihnya asas desentralisasi dalam
7
pengambilan kebijakan (pengaturan) sektor pendidikan. Amerika Serikat adalah salah satu
negara pelopor demokrasi.
Sudah sejak lama kebijakan pendidikan di Amerika Serikat menjadi tanggung jawab
Pemerintah Negara Bagian (State) dan Pemerintah Daerah (Distrik). Sebelumnya,
Pemerintah Pusat memang mengintervensi kebijakan pendidikan, sebagaimana yang
terjadi sejak tahun 1872, dimana Pemerintah Pusat AS mengintervensi kebijakan
pendidikan dengan cara memberikan tanah negara kepada Negara Bagian untuk
pembangunan fakultas-fakultas pertanian dan teknik; membantu sekolah- sekolah dengan
program makan siang, menyediakan pendidikan bagi orang- orang Indian; menyediakan
dana pendidikan bagi para veteran yang kembali ke kampus untuk menempuh pendidikan
lanjutan; menyediakan pinjaman bagi mahasiswa; menyediakan anggaran untuk
keperluan penelitian, pertukaran mahasiswa asing dan bantuan berbagai
9
a) Visi pendidikan nasional adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai,
demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berdasarkan
hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos
kerja yang tinggi serta berdisiplin.
b) Misi Pendidikan Nasional. Untuk mewujudkan visi pendidikan nasional, pemuda, dan
olahraga ditetapkan misi yang menjadi sasaran pembangunan pendidikan nasional,
pemuda, dan olahraga, yaitu sebagai berikut:
1) Mewujudkan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan berkualitas
guna mewujudkan bangsa yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan
kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin, bertanggungjawab, terampil, serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi;
2) Mewujudkan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kretaif, dan
berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi;
3) Meningkatkan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam
kehidupan, dan mantapnya persaudaraan antarumat beragama yang berakhlak mulia,
toleran, rukun, dan damai;
4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif, mandiri, maju, berdaya
saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dalam rangka memberdayakan
masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional terutama pengusaha kecil,
menengah, dan koperasi.
Sekolah dasar dan menengah adalah wajab bagi seluruh siswa di Amerika Serikat, akan
tetap jenjang usia siswa berbeda-beda di setiap Negara bagian. Siswa di Amerika Serikat
memulai pendidikanya dari jenjang Kindergarten (usia 5 sampai 6 tahun) hingga
menyelesaikan pendidikan menegah pada kelas 12 (usia 18 tahun). Terdapat 14.000 sekolah
di Amerika Serikat dan setiap tahunya pemerintah Amerika Serikat mengalokasikan dana
pendidikan sebesar $500 triliun untuk digunakan keperluan sekolah dasar dan menengah.
10
TABEL PERBANDINGAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN
DI AMERIKA DAN INDONESIA
sekolah2 negeri.
Pemprov/Pemkab/Pemkot
- Dukungan dari anggaran negara
untuk wilayah masing2.
bagian bervariasi. Bahkan ada
11
tetap konstruktif, pemerintah
mengkoordinasikan sektor
pendidikan.
regional dan lokal ada Board dan lokal ada Dinas Pendidikan
Pendidikan). Kab/Kota.
Menciptakan semakin
tinggi.
3. Distribution
Perguruan Tinggi diharapkan
12
Dengan mendesentralisasikan
daerah.
4. Reistraints and
Sama. Bahkan dengan
Innovation
kebijakan desentralisasi
Keterlibatan public diberi
pendidikan, akses public dan
akses sangat besar dalam
keterlibatan public cukup
turut serta mendisain,
diberi peluang lebar, yaitu
memonitor dan mengevaluasi
dengan diadakannya
hasil-hasil implementasi
kelembagaan semacam Dewan
kebijakan pendidikan
Pendidikan dan Komite
Sekolah
1. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar di Amerika Serikat berjenjang dari Kindergarten hingga Fithh grade
(Kelas 5), tetapi terkadang juga berjenjang hingga Fourth grade (kelas 4), Sixth grade (kelas
6) atau eighth grade (kelas 8) tergantung sisitem kurikulum pada school district tersebut.
Kurikulum pembelajaran dipilih oleh school district mengacu pada standar pembelajaran di
Negara bagian tersebut. Standar pembelajaran adalah tujuan yang harus dicapai oleh School
district yang harus mengacu pada AYP (Adequate yearly program).
13
siswa. Guru Sekolah dasar di Amerika Serikat dibekali pendidikan lanjutan mengenai
perkembangan congnitive and psychological development. Guru-guru di Amerika Serikat
telah menyelesaikan pendidikan lanjutan Sarjana dan atau Pasca Sarjana (Bachelors and/or
Masters degree) dalam bidang Early Childhood and Elementary Education.
2. Pendidikan Menengah
Jenjang pendidikan menengah di Amerika Serikat dibagi menjadi dua tahap (middle
school/ junior high) mulai pada jenjang sixth, seventh, eighth and ninth grade (kelas 6, 7, 8,
9). Jenjang pendidikan pada middle school/ junior high (grade/kelas) di tentukan oleh faktor
demografi seperti jumlah usia siswa sekolah menegah. Hal ini bertujuan untuk
mempertahankan populasi siswa sekolah yang stabil. Pada jenjang ini, siswa diberikan
kebebasan untuk memilih mata pelajaran yang dikehendaki dan menggunakan system kelas
berpindah (moving class).
Senior High(kelas 9,10,11,12) adalah jenjang lanjutan setelah middle school/ junior
high, biasanya Jenjang ini dimulai dari ninth grade (freshman), tenth grade(sophomores),
eleventh grade(Juniors), twelfth grade(seniors). Perlu diketahui bahwa jenjang middle
school/Junior high dan Senior high berbeda-beda di setiap Negara bagian, mengacu pada
demografi usia siswa di Negara bagian tersebut.
14
Atletics meliputi cross country, football, basketball, track and field, swimming,
tennis, gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading, volleyball,
lacrosse, ice hockey, fieldhockey, crew, boxing, skiing/snowboarding, golf, mountain
biking, marching band
Career and Technical Education meliputi agriculture/agriscience,
Business/Marketing, Family and Consumer Science, Health occipations
Computer word processing meliputi programing and design
Foreign langguages meliputi bahasa Spanyol dan Perancis (umum) Bahasa Cina,
Latin, Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum)
Performing Arts/Visual Arts meliputi, paduan suara, band, orchestra, drama, seni
rupa, fotografi, ceramics dan dance
Publishing meliputi Journalisme/ Koran siswa, buku tahunan dan majalah siswa
Kurikulum 2013
sering disebut juga dengan kurikulum berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan
kurikulum baru yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana siswa dituntut untuk paham atas
materi, aktif dalam proses berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan sikpa
disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan
15
Pendidikan yang sudah diterapkan sejak 2006 lalu. bukan hanya itu, Kurikulum ini pun
mempunyai kelemahan dan keunggulan.
Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta
didik pada satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan. Sementara
untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari
nmereka. Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan pilihan) terutamanya
dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan
SMK. Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis dari peserta didik usia 7 –
15 tahun, maka mata pelajaran pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik tingkat
SD dan SMP.
Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di
kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa
dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian,
Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut,
pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan
sebelumnya.
2. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia.
Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya
adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah,
membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan
salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa
tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori
semata.
3. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap
meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan
16
penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu
mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut ditulis
berdasarkan pada Interval serta dihapuskannya sistem ranking yang sebelumnya ada pada
kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian
pada Rapor di kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu Pengetahuan,
Keterampilan, danjuga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan dan Keterampilan)
dibagi lagi menjadi 2bagia kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf, dimana setiap
kolom diisi menggunakan system nilai interval.
1. Tujuan Pendidikan AS
Sebagaimana dideskripsikan di atas bahwa karakteristik utama politik system pendidikan
Amerika Serikat adalah menonjolnya DESENTRALISASI. Pemerintah Pusat sangat memberi
otonomi seluas-luasnya kepada Pemerintah di bawahnya, yaitu Negara Bagian dan
Pemerintah Daerah (Distrik). Meskipun Amerika Serikat tidak mempunyai system
pendidikan yang terpusat atau yang bersifat nasional, akan tetapi bukan berarti tidak ada
rumusan tentang tujuan pendidikan yang berlaku secara nasional.
Tujuan sistem pendidikan Amerika secara umum dirumuskan dalam 5 poin sebagai
berikut:
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman;
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
c. Untuk membantu pengembangan individu;
d. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat; dan
e. Untuk mempercepat kemajuan nasional.
Di luar 5 tujuan tersebut, Amerika Serikat mengembangkan visi dan misi pendidikan
gratis bagi anak usia sekolah untuk masa 12 tahun pendidikan awal, dan biaya pendidikan
relative murah untuk tingkat pendidikan tinggi.
2. Manajemen Pendidikan AS
17
adalah Negara dengan system desentralisasi. Di tingkat nasional (federal/pusat) dibentuk satu
departemen, yaitu Departemen Pendidikan Federal. Jadi meski dalam sistem pendidikan di
Amerika, sekolah adalah tanggung jawab pemerintah lokal, Deparemen Pendidikan menyediakan
kepeminpinan nasional untuk menjawab isu-isu penting dalam pendidikan Amerika 4
Departemen ini dipimpin oleh seorang setaraf Sekretaris Kabinet.
Tugas departemen ini adalah melaksanakan semua kebijakan pemerintah federal dalam sektor
pendidikan di semua tingkatan pemerintahan dan untuk semua jenjang pendidikan. Tetapi,
karena sebagian besar kewenangan dan tanggung jawab pendidikan sudah diserahkan kepada
Negara Bagian dan Pemerintah Daerah, maka Departemen Pendidikan Federal hanya
menjalankan monitoring dan pengawasan saja.
Di tingkat Negara Bagian dibentuk sebuah badan yang diberi nama Board of Education.
Badan ini bertugas dan berfungsi membuat kebijakan- kebijakan serta menentukan anggaran
pendidikan untuk masing-masing wilayah (Negara Bagian) nya, khususnya berkenaan dengan
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Selanjutnya, untuk menangani permasalahan
yang berkaitan dengan hal-hal yang lebih teknis (yaitu; tentang kurikulum sekolah, penentuan
persyaratan sertifikasi, guru-guru, dan pembiayaan sekolah) dibentuk sebuah bagian
pendidikan yang disebut sebagai comissioner, sering juga disebut sebagai superintendent
Bagian ini dipimpin oleh seorang yang ditunjuk oleh Board of Education atau oleh
Gubernur.
Untuk beberapa Negara Bagian, pimpinan Bagian Pendidikan ini dipilih oleh
masyarakatada. Sementara itu pada level operasional, pelaksanaan manajemen pendidikan
dijalankan oleh unit-unit yang lebih rendah, bahkan banyak secara langsung dilaksanakan
oleh masing-masing sekolah yang bersangkutan. Para pimpinan atau Kepala Sekolah pada
prinsipnya memiliki kebebasan dan otonomi yang luas untuk menjalankan manajemen
operasional pendidikan. Khusus untuk menangani kebijakan Pendidikan Tinggi, manajemen
pendidikan Amerika Serikat yang dikembangkan oleh Negara-Negara Bagian memisahkan
antara Badan yang memberi izin pendirian Perguruan Tinggi (Negeri dan Swasta) dengan
Badan yang merumuskan kebijakan akademik serta keuangan. Badan yang menangani
kebijakan akademik dan keuangan untuk pendidikan Tinggi adalah board of trustees. Untuk
Perguruan Tinggi Negeri anggota badan tersebut ditunujuk oleh Gubernur Negara Bagian.
Ada juga yang dipilih dari dan oleh kelompok yang akan diwakili. Sedangkan untuk
Perguruan Tinggi Swasta anggota badan tersebut dipilih dari perguruan tinggi masing-
masing.
18
1.Tujuan Pendidikan di Indonesia
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbedaan pendidkan di Negara Maju dan Berkembang yaitu pada Negara Amerika
Serikat dan Indonesia adalah terletak dari segi kurikulum yaitu :
1.Pendidikan dasar
2.Pendidikan Menengah
Atletics meliputi cross country, football, basketball, track and field, swimming,
tennis, gymnastics, waterpolo, soccer, softball, wrestling, cheerleading, volleyball,
21
lacrosse, ice hockey, fieldhockey, crew, boxing, skiing/snowboarding, golf, mountain
biking, marching band
Career and Technical Education meliputi agriculture/agriscience,
Business/Marketing, Family and Consumer Science, Health occipations
Computer word processing meliputi programing and design
Foreign langguages meliputi bahasa Spanyol dan Perancis (umum) Bahasa Cina,
Latin, Yunani, Jerman, itali dan Jepang (tidak umum)
Performing Arts/Visual Arts meliputi, paduan suara, band, orchestra, drama, seni
rupa, fotografi, ceramics dan dance
Publishing meliputi Journalisme/ Koran siswa, buku tahunan dan majalah siswa
Kurikulum Indonesia
Beberapa aspek yang terkandung dalam kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013, masih serupa dengan aspek di
kurikulum yang sebelumnya, yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman siswa
dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian,
Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013 tersebut,
pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan
sebelumnya.
2. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia.
Keterampilan merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau kemampuan. Misalnya
adalah kemampuan untuk mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah,
membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi. Aspek Keterampilansendiri merupakan
salah satu aspek yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan, maka siswa
tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori
semata.
3. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk dilakukan penilaian. Sikap
meliputi perangai sopan santun, adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan
22
penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru tidak setiap saat mampu
mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor pada Kurikulum 2013 tersebut
ditulis berdasarkan pada Interval serta dihapuskannya sistem ranking yang sebelumnya ada
pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk meredam persaingan antar peserta didik. Upaya
penilaian pada Rapor di kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3 kolom yaitu
Pengetahuan, Keterampilan, danjuga Sikap. Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan dan
Keterampilan) dibagi lagi menjadi 2bagia kolom yaitu kolom angka dan juga kolom huruf,
dimana setiap kolom diisi menggunakan system nilai interval
Tujuan pendidikan Amerika Serikat
a. Untuk mencapai kesatuan dalam keragaman;
b. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi
c. Untuk membantu pengembangan individu;
d. Untuk memperbaiki kondisi social masyarakat; dan
e. Untuk mempercepat kemajuan nasional.
3.2 Saran
Pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada
masyarakat melalui nilai dan manfaat pendidikan itu sendiri. Kondisi ini terbukti dari
rendahnya kualitas lulusan, rendahnya relevansi pendidikan dalam hal substansi dengan
kebutuhan masyarakat, dan pendidikan justru dijadikan sebagai kawasan politisasi dari para
pejabat. Untuk itu perlu adanya identifikasi kembali terhadap problematika pendidikan
Indonesia dan solusi atas problematika tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
Richard Hofstadter, dkk. 2004. Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Deplu AS. Richard C.
Schroeder. 2000. Garis Besar Pemerintahan Amerika Serikat. Deplu AS. Richard N. Current.
1965. American History: A Survey. New York: Alfred A. Knopft.
Tadashi Fukutake. 1988. Masyarakat Jepang Dewasa Ini. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Nuryata, Made. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta : Sekarmita
Suyanto, 2002. Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru.Tantangan Global Pendidikan
Nasional. Jakarta : Grasindo
http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_Pembangunan_Manusia#Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/
Daftar_negara_menurut_Indeks_Pembangunan_Manusia#endnote_2
http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalahpendidikan-
di-indonesia/
http://sim.ormawa.uns.ac.id/2009/01/05/masalah-pendidikan-diindonesia/
24