Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PADA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH ATAS ( SMA)

OLEH :

KELOMPOK 3

ANGGOTA KELOMPOK :

ISNAENI FAJARWATI (20160111054011)


MARSELINA TANGDIALLA (20160111054007)
RETNO WULANDARI ( 2016 0111054001)
RITA REMATOBI (20160111054025)

DOSEN PEMBIMBING :

Dr.Florida Doloksaribu,M,Si

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETHUAN ALAM

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

JAYAPURA

2017

1|Page
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan pertolongannya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini . Makalah ini
ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah yaitu perkembangan peserta didik .
Makalah ini berisikan tentang perkembangan peserta didik pada jenjang sekolah menengah
atas ( SMA).

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna ,oleh karena itu
kritik dan saran dari para pembaca dan dosen sangat penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini .

Penulis sangat mengucapkan terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan
,dan berharap makalah ini dapat memberikan manfaat yang sebesar besarnya bagi semua
pihak yang membacanya.

Jayapura ,08 september 2017

penulis

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Masa SMA yang memiliki rentan usia 15-18 tahun bisa dikatakan merupakan masa
peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau yang lebih sering kita
kenal dengan istilah masa remaja. Masa remaja merupakan suatu tahap transisi menuju ke
status yang lebih tinggi yaitu status sebagai orang dewasa. Berdasarkan teori perkembangan,
masa remaja adalah masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk
perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006).

Sering kali kita melihat banyak sekali tindakan kriminal yang dilakukan terutama oleh
remaja di tingkat SMA, lalu apakah itu murni kesalahan mereka?. Terjadinya suatu
perubahan yang bisa dikatakan cepat tersebut, baik perubahan-perubahan yang datang dari
dalam diri individu remaja maupun perubahan dari luar individu (lingkungan sekitar)
seringkali dapat menimbulkan konflik, kebimbangan maupun rasa ketergantungan. Konflik
yang kerap kali terjadi di dalam diri remaja bisa juga dikarenakan kelabilan emosi yang
masih belum terkontrol sepenuhnya, sehingga tidak heran mereka akan mengalami kesulitan
dan rasa bimbang dalam menentukan arah jalan hidup ke depan. Perasaan yang masih labil
tersebut juga dapat menimbulkan rasa ketergantungan terhadap orang lain karena rasa ketidak
mampuan yang mereka miliki.

Sifat ketergantungan yang diiringi dengan kebimbangan tersebut dapat


membahayakan diri remaja itu sendiri, disaat mereka membutuhkan sesuatu untuk
bergantung namun mereka sendiri masih mengalami kebimbangan dalam perasaannya
kemungkinan besar dapat membuat mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Masa-
masa ini dapat dikatakan sebagai masa badai bagi seseorang, dimana akan terjadi
perombakan besar terhadap hidupnya, sehingga dalam fase ini benar-benar dibutuhkan peran
orang tua, peran guru, peran lingkungan, dan peran teman-teman sebayanya untuk membawa
dia ke ranah positif dari kehidupan.

3|Page
Pemberian penyuluhan kepada si remaja mengenai tahap-tahap perkembangannya
sangat penting untuk memastikannya agar tidak salah langkah. Suatu masa transisi tidak
hanya akan memberikan dampak negatif bagi seorang remaja, masa transisi tersebut juga
bisa memberikan keuntungan kepada remaja yaitu suatu masa yang lebih panjang untuk
mengembangkan berbagai keterampilan serta mempersiapkan masa depannya. Seorang
remaja yang sadar betul akan pentingnya tahap ini akan lebih berhati-hati dalam mengambil
sebuah keputusan, dengan sikap awasnya tersebut akan menjadikannya sebagai sosok yang
memiliki rasa kemandirian.

Kemandirian dalam menentukan jalan hidupnya, menentukan mana yang terbaik bagi
masa depannya kelak. Berbagai faktor juga dapat memegang kendali dalam tahap ini baik
faktor yang datang dari dalam maupun luar individu remaja, sehingga dalam makalah ini
akan di bahas bagaimana karakteristik remaja terutama siswa SMA dalam tahap
perkembangannya, faktor-faktor yang memegang andil besar dalam tahap ini, beserta
bagaimana cara mendukung tahap perkembangan tersebut .

4|Page
B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian peserta didik menurut para ahli ?


2. Bagaimana pengertian peserta didik menurut penulis ?
3. Bagaimana sejarah sekolah menengah atas (SMA) di indonesia ?
4. Apa saja faktor yang mendukung perkembangan siswa SMA?
5. Apa saja faktor yang mendukung belajar siswa SMA?
6. Bagaimana pola pikir pada siswa sekolah menengah atas (SMA) ?
7. Apa saja aspek yang mendukung perkembangan peserta didik ?
8. Bagaimana perkembangan karakteristik siswa SMA ?

C.Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian peserta didik menurut para ahli.


2. Untuk mengetahui pengertian peserta didik menurut penulis.
3. Untuk mempelajari sejarah sekolah menengah atas (SMA).
4. Untuk mengetahui faktor pendukung perkembangan siswa SMA.
5. Untuk mengetahui faktor pendukung belajar siswa SMA.
6. Untuk mempelajari pola pikir pada siswa sekolah menengah atas.
7. Untuk mengetahui aspek yang mendukung perkembangan peserta didik.
8. Untuk mempelajari perkembangan karakteristik anak SMA.

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Peserta Didik Menurut Para Ahli

Pengertian peserta didik menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Abu Ahmadi: Peserta didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha,
bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara,
sebagai warga masyarakant dan sebagai suatu pribadi atau individu.
2. Abdul Mujib (2006), memberikan pengertian bahwa peserta didik adalah bentuk
penyebutan murid yang mengisyaratkan atau menunjukan dalam pendidikan formal
dan non formal.
3. Barnadib (1989), mendefinisikan bahwa peserta didik adalah tiap kelompok individu
yang menerima ilmu pengetahuan dari tenaga pendidikan yang menjalankan kegiatan
pendidikan.
4. Abuddin Nata (2005), memberikan arti peserta didik adalah seseorang yang sedang
berada dalam proses pembelajaran sebagai objek yang dalam perkembangan dan
pertumbuhannya dilakukan menurut fitrahnya masing-masing.
5. Rahardjo (1999), memberikan arti peserta didik sebagai objek dari sebuah pendidikan
yang dilakukan oleh lembaga pendidikan.
6. Hery Noer Aly (1999:113), peseta didik ialah setiap manusia yang sepanjang
hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Jadi bukan hanya anak-anak yang
sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orang tuanya, bukan pula anak-anak dalam
usia sekolah.
7. Toto Suharto (2006: 123), peserta didik adalah makhluk allah yang terdiri dari aspek
jasmani dan rohani yang belum tercapai taraf kematangan, baik fisik, mental,
intelektual, maupun psikologinya. Oleh karena itu, ia senantiasa memerlukan bantuan,
bimbingan dan arahan pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal dan membimbingnya menuju kedewasaan.

6|Page
8. Samsul Nizar menuliskan, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan
memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.

B.Pengertian Peserta Didik Menurut Penulis

Menurut kami peserta didik adalah seorang yang memiliki potensi dasar yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan baik secara fisik maupun psikis baik pendidikan itu
dilakukan di lingkungan keluarga ,sekolah ,maupun dilingkungan masyarakat dimana anak
tersebut berada. Hal ini dikarenakan guru harus memahami dan memberikan pemahaman
tentang aspek aspek yang terdapat dalam diri peserta didik untuk dikembangkan sehingga
tujuan pendidikan berkualitas dapat tercapai.

C.Sejarah sekolah menengah atas ( SMA)

Pada masa pemerintahan hindia belanda bagi orang belanda ,eropa atau elite pribumi
yang telah menyelesaikan pendidikan dasarnya di ELS atau HIS hanya dapat meneruskan
pendidikan menengah umumnya di hoogere burger school ( dalam ejaan baru kemudian
menjadi hogere burger school) yang disingkat HBS dengan masa studi lima tahun.setelah
lulus HBS mereka dapat melanjutkan pendidikannya ke universitas di belanda.dengan kata
lain HBS pada masa itu serupa dengan penggabungan SMP dan SMA sekarang dalam satu
paket. Sekolah menengah tersebut hanya diperuntukan bagi orang belanda ,eropa ,elite
pribumi. Hingga tahun 1916 hanya terdapat empat HBS milik pemerintah yaitu jakarta (1867)
,Surabaya (1875) ,semarang ( 1 november 1877) ,dan bandung (1916).

Sebagai konsekuensi dicanangkannya politik etis dimana salah satunya menyangkut


bidang pendidikan ,maka bagi orang pribumi di bukakan kesempatan mengikuti pendidikan
lanjutan ,dimana sebelumnya kesempatan tersebut hanya bisa diperoleh kaum elite pribumi
dengan dibukanya meer uitgebreid lager onderwijs MULO yaitu pendidikan dasar yang
diperluas dan sekolah menengah umum di atasnya yaitu algemeene middelbare school (
AMS) .pada tahun 1919 AMS pertama dibuka pemerintah hindia belanda berlokasi di
Yogyakarta. Hingga saat itu terdapat dua jenis sekolah menengah umum yaitu HBS dan AMS
( bagi lulusan MULO) .

7|Page
Sistem tersebut bertahan sampai tahun 1942 ketika masa pendudukan jepang
dimulai,dimana kemudian jenjang sekolah menengah atas disebut dengan sekolah menengah
tinggi (SMT).

Pada tahun 1945 sebagai masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia terjadi
perubahan yaitu dari SMT menjadi sekolah menengah oemoem atas ( SMOA) pada tanggal
13 maret 1946 dijakarta yang bertransformasi dari SMT yang menjasi SMOA menempati
gedung PSKD di jalan diponegoro di salemba.

Pada tahun 1950 sebagai masa Republik Indonesia Serikat dari SMOA kemudian berubah
menjadi sekolah menengah atas (SMA) yang dikategorikan tiga bagian yakni:

1) SMA A ( bahasa)
2) SMA B (ilmu pasti dan ilmu alam)
3) SMA C ( ilmu sosial)

Pada tahun 1960-an sistem tersebut diubah ,semua SMA membuka beberapa jurusan
sekaligus baik bagia A (bahasa) ,B (ilmu pasti dan ilmu alam), maupun C (ilmu sosial).

Pada tahun 1980-an sistem penjurusan di SMA diubah lagi menjadi A1 ( fisika ),A2
(biologi),A3 (social)

Pada tahun ajaran 1994 /1995 hingga 2003/2004 dari SMA berubah menjadi sekolah
menengah umum (SMU)

Pada tahun ajaran 2004 /2005 dari SMU kembali berubah menjadi sekolah menengah atas
(SMA).

8|Page
D.Faktor Yang Mendukung Perkembangan Siswa SMA

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap


berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosial dan pendidikannya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi
sosialisasi anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan
demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan
yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga.
Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang
lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.

2. Kematangan Anak

Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu


mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa
ikut pula menentukan.Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan
baik.

3. Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial
keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai
anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu. ia anak siapa. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial anak,
masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya.

9|Page
Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif
yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial
anak akan senantiasa menjaga status sosial dan ekonomi keluarganya. Dalam hal tertentu,
maksud menjaga status sosial keluarganya itu mengakibatkan menempatkan dirinya dalam
pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi
terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan
normanya sendiri.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan


sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial
anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan
dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan
keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara
sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).

Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

5. Kapasitas Mental, Emosi, dan Intelegensi

Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,


memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi,
kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat
menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal
utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.

10 | P a g e
E.Faktor Faktor Yang Mendukung Belajar Peserta Didik SMA:

a.faktor internal adalah segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang dapat menunjang
pembelajaran seperti:

Intelegensi
Bakat / kemampuan motorik pancaindra
Skema berpikir

b.faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang
mengkondisikannya dalam belajar seperti:

Pengalaman
Lingkungan social
Strategi belajar mengajar
Fasilitas belajar
Dedikasi guru

F.Aspek Aspek Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik Tingkat Sekolah


Menengah Atas (SMA)

Psikolog memandang anak usia SMA sebagai individu yang berada pada tahap yang
tidak jelas dalam rangkaian proses perkembangan individu. Ketidak jelasan ini karena mereka
berada pada masa transisi yaitu dari periode anak-anak ke periode dewasa. Pada masa
tersebut mereka melalui masa yang disebut masa remaja atau pubertas. Umumnya mereka
tidak mau dikatakan sebagai anak-anak tapi jika mereka disebut orang dewasa ,mereka secara
riil belum siap menyandang predikat sebagai orang dewasa.

Ada perubahan - perubahan yang bersifat universal pada masa remaja,yaitu


meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan
psikis,perubahan tubuh ,perubahan minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social
tertentu untuk dimainkannya yang kemudin menimbulkan masalah. Perubahan-perubahan
tersebut berdampak ada perubahan fisik, kognitif ,afektif ,dan juga psikomotorik mereka.

11 | P a g e
Aspek Aspek Yang Mendukung Perkembangan Anak SMA

1.aspek intelektual

Yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Anak SMA sudah mulai percaya
pada kemampuannya sendiri dalam memecahkan masalah ,memiliki inisiatif ,berikap
kompeten ,kreatif ,dapat mengambil keputusan sendiri dalam bentuk kemampuan memilih
dan mempertanggungjawabkan pilihan atau tindakannya.

2.aspek social

Yaitu kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada
aksi orang lain. Anak SMA sudah mampu secaraaktif berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya.di dalam berinteraksi anak SMA mempunyai rasa percaya diri sehingga mampu
menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang terjadi dilingkungan sekitarnya.

3.aspek emosi

Yaitu kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada
orang lain .anak SMA mampu mengelola emosinya dan mempunyai control diri yang baik.

4. aspek ekonomi

Yaitu kemampuan mengatur ekonomi sendiri dan tidak bergantung pada kebutuhan ekonomi
orang lain.maksudnya bukan anak mampu menghidupi dirinya sendiri tetapi anak mampu
secara sederhana untuk mengelola ekonominya sendiri.contohnya anak mampu untuk
mengelola uang saku yang diberikan orang tuanya.

12 | P a g e
G.Pola Pikir Pada Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA )

Intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja , belajar


,membayangkan atau menggagas berbagai macam persoalan .pertumbuhan otak mencapai
kesempurnaan pada usia 12 - 20 tahun secara fungsional ,perkembangan kognitif (
kemampuan berfikir ) remaja dapat digambarkan sebagai berikut :

Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak.
Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana ,strategi
,membuat keputusan-keputusan ,serta memecahkan masalah
Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi ,membedakan yang konkrit dengan
yang abstrak.
Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis.
Memikirkan masa depan ,perencanaan ,dan mengekplorasi alternative untuk
mencapainya psikologi remaja
Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berintropeksi
Wawasan berfikirnya semakin meluas ,bisa meliputi agama ,keadilan ,molaritas , dan
identitas ( jati diri )

H.Perkembangan Karakteristik peserta didik SMA

Menurut ilmu psikologi yang dimaksud dengan perkembangan adalah perkembangan


manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi
sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus
menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang
kembali.Istilah perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.

13 | P a g e
Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati
usia dewasa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Kenangan
terhadap saat remaja merupakan kenangan yang tidak mudah dilupakan, sebaik atau seburuk
apapun saat itu. Sementara banyak orangtua yang memiliki anak berusia remaja merasakan
bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak konflik yang dihadapi oleh orangtua dan
remaja itu sendiri. Banyak orangtua yang tetap menganggap anak remaja mereka masih perlu
dilindungi dengan ketat sebab di mata orangtua, para anak remaja mereka masih belum siap
menghadapi tantangan dunia orang dewasa. Sebaliknya, bagi para remaja, tuntutan internal
membawa mereka pada keinginan untuk mencari jati diri yang mandiri dari pengaruh
orangtua. Keduanya memiliki kesamaan yang jelas yakni remaja adalah waktu yang kritis
sebelum menghadapi hidup sebagai orang dewasa.

Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang terjadi secara kontinue, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara interdependent, saling
bergantung satu sama lainnya dan tidak dapat dipisahkan (tidak bisa berdiri sendiri), akan
tetapi dapat dibedakan (Kartono, K., 1979).
Pertumbuhan dimaksudkan untuk menunjukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi
fisik yang murni. Perubahan ukuran akibat bertambah banyaknya atau bertambah besarnya
sel (Edwina, 2004) Misalnya bertambahnya tinggi badan, bertambahnya berat badan, otot-
otot tubuh bertambah pesat (kekar).

Perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu yaitu proses yang menuju kedepan
dan tidak dapat diulang kembali. Dalam perkembangan manusia terjadi perubahan-perubahan
yang sedikit banyak bersifat tetap dan tidak dapat diulangi. Perkembangan menunjukkan pada
perubahan-perubahan dalam suatu arah yang bersifat tetap dan maju (Ahmadi, A., 1991),
begitu pula dengan perkembangan karakteristik remaja terutama siswa SMA.

14 | P a g e
Berikut merupakan perkembangan karakteristik dari siswa SMA:

1. Perkembangan karakteristik berupa perkembangan fisik.

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan
dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang
lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas
terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang
pesat.

2. Perkembangan karakteristik seksual

Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tanda-


tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai
berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan
sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah
mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada
lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah,
ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih
kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan,
diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya
meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang
pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di
daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia
mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba
memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi
aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)
yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu:

15 | P a g e
1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH)

2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan.

kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua


jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone.
Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis
seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem
reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik
lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka
akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.

3. Perkembangan karakteristik berpikir, cara berpikir kausalitas.

Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir
kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya
sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang
yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu,
kemudian orang tua melarangnya sambil berkata pantang. Sebagai remaja mereka akan
menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan
jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan
oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan
remaja berupa perkelahian antar pelajar.

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli


perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah
memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan
abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta
kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka
berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.

16 | P a g e
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan
memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat


banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan
masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini
bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan
metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan
cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki
keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya
saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

4. Perkembangan karakteristik emosi yang cenderung meluap-meluap.

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon.
Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan
sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah.
Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya.
Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat
melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang
akan terjadi.

17 | P a g e
5.perkembangan karakteristik dalam kehidupan sosialnya

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala


permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu
menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan
kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan
tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai
dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat
anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan
tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan
tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas
perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.

Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting


manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja
individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan
lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-
ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan,
cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan
bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan
jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri.
Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja
yang harus diperhatikan.Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang
berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki
ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

18 | P a g e
Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi,
menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan
pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau
menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan
sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu
mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada
masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan
status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan
dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi
peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan
biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.

Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu
kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya
sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya dinomorsatukan.
Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara
keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi
dengan teman-teman.

Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya
dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan
melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap
tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat
matang daripada anak laki-laki.

19 | P a g e
6. Perkembangan karakteristik moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai


berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat
penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja
tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada
mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran
yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan
lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang
selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat
adanya kenyataan lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan
melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang
lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia
terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja


berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara
yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa
perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan kenyataan yang baru.
Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap pemberontakan remaja terhadap
peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada
seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik.
Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan
korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi
tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai
dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak
menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai
yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika
orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika
lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

20 | P a g e
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban
dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan
memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh
dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak
dan bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan
mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi
berbahaya jika lingkungan baru memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan
dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai
menajam.

7. Perkembangan karakteristik kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian


seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan
pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi
remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang
memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua
memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.

21 | P a g e
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Peserta didik adalah seorang yang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan
melalui pendidikan baik secara fisik maupun psikis baik pendidikan itu dilakukan di
lingkungan keluarga ,sekolah ,maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut
berada. Hal ini dikarenakan guru harus memahami dan memberikan pemahaman
tentang aspek aspek yang terdapat dalam diri peserta didik untuk dikembangkan
sehingga tujuan pendidikan berkualitas dapat tercapai.
2. Ada beberapa faktor yang mendukung perkembangan peserta didik SMA sebagai
berikut :
Keluarga
Kematangan anak
Status social
Pendidikan
Kapasitas mental ,emosi dan intelegensi

22 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/makalah-ppm-perkembangan-peserta-didik-
pendidikan-kesetaraan.pdf

2.http://repository.upi..edu/297/4/S_PPB_0804333_CHAPTHER 1.pdf

3.http://veronicacloset.files.wordpress.com/2010/06/metode mengejar.pdf

4.http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=11985

23 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai