Anda di halaman 1dari 20

SISTEM DAN KEBIJAKAN

PENDIDIKAN DI NEGARA FINLANDIA


(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan)
Dosen Pengampu : Amaira Utami, M.Pd.

Disusun Oleh :
Wahyu Dwi Wiyono
Eliza Katratun Nada
Ummi Latifah Nur Aini

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NADHLATUL ULAMA INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan hidayahnya
lah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul "Sistem dan Kebijakan Pendidikan
di Negara Finlandia". Makalah ini dibuat bertujuan untuk menambah pengetahuan kami
tentang Sistem dan Kebijakan Pendidikan diberbagai Negara terkhusus di Negara Finlandia.
Dan atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini maka penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Amaira Utami, M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Perbandingan Pendidikan, yang banyak
memberikan motivasi serta dorongan berupa materi ataupun yang lainnya.
2. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan semangat kepada kami sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah kami masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi
tersempurnanya makalah kami. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
pembaca-nya. Aamiin..

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 29 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3


A. Sejarah Singkat Negara Finlandia .............................................................................. 4
B. Tujuan Pendidikan di Negara Finlandia ..................................................................... 4
C. Sistem Pendidikan di Finlandia .................................................................................. 4
D. Tingkat Pendidikan di Finlandia ................................................................................ 7
E. Budaya Pendidikan .................................................................................................. 11
F. Kualifikasi Guru ...................................................................................................... 12
G. Biaya Pendidikan ..................................................................................................... 13
H. Kebijakan Pendidikan di Negara Finlandia .............................................................. 13
I. Hal-Hal yang Mendukung Kemajuan Pendidikan di Finlandia ................................. 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 16


A. Kesimpulan ............................................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat pada suatu negara memiliki pedoman hidup yang berbeda-beda
yaitu menyesuaikan dengan sistem negara. Setiap negara di dunia memiliki sistem yang
dianut, hal tersebut berdasarkan pada paham-paham dominan, budaya serta kondisi
demografi negara.Sistem dibutuhkan dalam setiap sektor di suatu negara, dan salah
satunya yaitu sektor pendidikan. Dalam sektor pendidikan terdapat sistem yang akan
menjadi pedoman bagi pemerintah untuk menjawab kebutuhan masyarakat, sistem
tersebut dibuat berdasarkan pada tujuan nasional serta prinsip-prinsip yang dianut oleh
suatu negara. Sistem pendidikan ini mencakup pada skala nasional, hal tersebut
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1, dengan bunyi:“Sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.”
Pemerintah Finlandia membentuk sistem pendidikan yang fleksibel dengan
prinsip sedikit mengajar, perbanyak belajar. Hal tersebut menjadikan pendidikan di
negara Finlandia mencetak lulusan-lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing
yang tinggi. Salah satu lulusan dari Finlandia yang terkenal adalah Linus Torvalds
sebagai perekayasa software karena menciptakan sistem operasi open-source kernel
Linux.
Pada pendidikan tinggi di Finlandia sebanyak 30% siswa melanjutkan pada
bidang sains, berupa perbaikan hutan, riset material, ilmu lingkungan, jaringan saraf,
fisika temperature rendah, riset otak, bioteknologi dan genetika.Hal tersebut yang
menjadikan Finlandia terkenal dengan hasil riset-riset bidang sains. Maka dari itu,
makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui sistem pendidikan yang diterapkan
pada jenjang pendidikan di Negara Finlandia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman sejarah singkat negara Finlandia?
2. Apa saja tujuan pendidikan di negara Finlandia
3. Bagaimana sistem pendidikan di Finlandia?
4. Bagaimana tingkat pendidikan di Finlandia?
5. Bagaimana budaya pendidikan di Finlandia?
1
6. Bagaimana kualifikasi guru di Finlandia?
7. Berapa biaya pendidikan di Finlandia?
8. Bagaimana kebijakan pendidikan di negara Finlandia?
9. Apa saja hal-hal yang mendukung kemajuan pendidikan di Finlandia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah singkat negara Finlandia.
2. Untuk mengetahui tujuan pendidikan di negara Finlandia
3. Untuk mengetahui sistem pendidikan di Finlandia.
4. Untuk mengetahui tingkat pendidikan di Finlandia.
5. Untuk mengetahui budaya pendidikan di Finlandia.
6. Untuk mengetahui kualifikasi guru di Finlandia.
7. Untuk mengetahui biaya pendidikan di Finlandia.
8. Untuk mengetahui kebijakan pendidikan di negara Finlandia.
9. Untuk mengetahui hal-hal yang mendukung kemajuan pendidikan di Finlandia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Negara Finlandia
Revolusi sistem pendidikan Finlandia dimulai sejak tahun 1968, ketika
pemerintah memutuskan untuk menghapus sistem pendidikan berjenjang (parallel
school system/PSS) dan menggantikannya dengan sistem pendidikan wajib dasar
nasional 9 tahun. PSS merupakan sistem pendidikan yang mengutamakan pendidikan
berjenjang bagi seluruh siswa. Sistem ini dinilai tidak efektif karena pada kenyataannya
terdapat perbedaan kemampuan murid dalam menerima dan mencerna ilmu yang
diberikan. Hal tersebut menimbulkan fenomena pemberian peringkat dan labelisasi
“siswa berprestasi” dan “siswa tidak berprestasi”, serta “sekolah favorit” dan “sekolah
tidak favorit”. Kedua fenomena tersebut menimbulkan dampak buruk terhadap
mentalitas murid, guru dan institusi pendidikan. Dengan fenomena tersebut, setiap
murid tidak menerima kualitas pendidikan yang merata. Ada murid yang dapat
mengikuti pendidikan percepatan, dan ada murid yang kerap kali terpaksa mengulang
kelas. Oleh karena itu, pemerintah Finlandia beralih menggunakan sistem pendidikan
wajib dasar nasional 9 tahun, di mana seluruh anak pada usia 7-15 tahun menerima
materi dan kualitas pendidikan yang sama dan seragam.
Siswa tidak lagi mengejar angka dan peringkat selama menjalani pendidikan
wajib dasar 9 tahun, namun mengejar pemahaman dan penerapan ilmu yang diberikan
sesuai dengan kurikulum pendidikan dasar nasional. Sistem peringkat (ranking), baik
peringkat siswa maupun peringkat sekolah (sekolah favorit atau non-favorit), serta
sistem evaluasi ujian nasional untuk kenaikan kelas di tiap jenjang pendidikan wajib
dasar nasional 9 tahun dihapus. Pendidikan dasar difokuskan pada upaya pembentukan
karakter dan kapasitas dari setiap murid.
Upaya ini ditempuh pemerintah Finlandia untuk memeratakan kemampuan
seluruh murid tingkat pendidikan wajib dasar. Sudah tentu, hal ini menuntut kerja sama
lebih erat antara pemerintah, pihak penyelenggara pendidikan, khususnya para guru,
masyarakat, dan orang tua dalam memantau perkembangan pendidikan dan
pembelajaran anak murid guna memastikan bahwa tiap-tiap murid tersebut dapat
mengikuti dan memahami materi pelajaran yang diberikan di jenjang pendidikan dasar.
Sejak pertengahan tahun 1990, Badan Nasional Pendidikan Finlandia telah
melakukan berbagai penilaian nasional (national assessments) dari hasil pembelajaran
3
yang dilakukan terhadap seluruh murid sekolah dasar kelas 9 di seluruh sekolah di
Finlandia. Penilaian rutin dilakukan terhadap mata pelajaran matematika, bahasa ibu
(baik bahasa Finlandia, maupun Swedia), sastra, dan beberapa mata pelajaran pilihan
lainnya. Penilaian nasional tersebut menyediakan informasi tentang kualitas dan hasil
pendidikan dan pelatihan yang dicapai untuk kemudian dipadankan dengan tujuan
pendidikan yang tertuang dalam kurikulum dasar nasional.
Badan Nasional Pendidikan Finlandia, secara reguler, setiap tahun, melakukan
penilaian nasional pendidikan, dengan mengambil sample nilai dari sekolah yang
mewakili daerahnya secara acak. Nilai sample yang diperoleh kemudian diolah untuk
menghasilkan suatu laporan evaluasi pendidikan nasional (national evaluation report)
dan laporan dan masukan individual sekolah (individual feedback report). Laporan dan
masukan individual sekolah tidak diterbitkan secara umum. Badan Pendidikan Nasional
Finlandia tidak akan menampilkan data performa pendidikan yang dihasilkan tiaptiap
pemerintah daerah, atau sekolah per sekolah. Hal ini diterapkan guna menghindari
fenomena stratanisasi peringkat sekolah dan siswa yang hanya akan menimbulkan
dampak negatif naming and shaming (Suardipa, 2019, pp. 69–70).
B. Tujuan Pendidikan di Negara Finlandia
Tujuan utama dari kebijakan pendidikan Finlandia adalah semua warga
mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal menerima pendidikan, tanpa
memperhitungkan usia, tempat tinggal, situasi keuangan, jenis kelamin atau orang tua.
Pendidikan dianggap sebagai salah satu hak-hak dasar semua warga negara. Karena
Fokus utama sistem pendidikan adalah kemerataan pendidikan guna menunjang tingkat
kompetensi rakyat dalam menyokong pembangunan nasional berdasarkan inovasi.
Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan
secara gratis. Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh
warga negara untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang pendidikan,
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya, terlepas dari latar belakang
perekonomian mereka, guna pengembangan diri, keahlian, kompetensi dan kapasitas
seluruh warga negaranya. Hak tersebut dijamin dan tertuang dalam Konstitusi Finlandia
(Putra, 2017).
C. Sistem Pendidikan di Finlandia
Pemerintah memberikan perhatian terhadap pendidikan lebih besar dari sektor
lainnya, karena dengan cara seperti ini secara otomatis sektor lain juga akan
4
berkembang dengan sendirinya. Jika di negara-negara maju memberlakukan
“standardized test” untuk mengukur kemajuan siswa di sekolah, Finlandia tidak
melakukan hal ini. Sistem pendidikan Finlandia berkeyakinan kemampuan murid
tidaklah sama, jadi melakukan tes baku untuk semua murid sama sekali tidak
menghasilkan mutu pendidikan yang baik. Di samping itu pendidikan di Finlandia tidak
memotivasi siswa untuk menjadi siapa yang terpandai di sekolahnya (no competition),
namun lebih menekankan bagaimana membentuk “learning community” yaitu
menggabungkan guru sebagai pendidik, siswa sebagai anak didik, dan masyarakat
sebagai bagian dari pendidikan, sehingga kolaborasi ini yang membuat pendidikan
lebih unggul karena semua merasa bertanggung jawab akan proses pendidikan.
Hal menarik lainnya, mayoritas sekolah di Finlandia tidak “menjual” nama.
Namun mutu seluruh sekolah di Finlandia adalah sama, jadi tidak ada perbedaan. Orang
tua dapat dengan mudah memilih sekolah mana saja untuk anaknya tanpa harus ragu
akan kualitas sekolah tersebut. Yang membedakannya adalah hanya pada 2 hal: Setiap
sekolah memiliki pelajaran bahasa asing yang berbeda dan olahraga khusus, sehingga
para orang tua dapat memilih bahasa asing dan olahraga terbaik bagi anak mereka.
Sekolahan tingkat dasar dan menengah digabung, sehingga murid tidak perlu
berganti sekolah pada usia 13 tahun. Dengan cara ini mereka terhindar dari masa
peralihan yang bisa mengganggu dari satu sekolah ke sekolah lain.
Pendidikan di Finlandia juga tidak membebankan siswa melakukan banyak PR
atau tugas, jika dibandingkan dengan Amerika yang membebankan siswa melakukan
“homework” selama 2-3 jam/hari maka Finlandia hanya memberlakukan maksimum
30 menit/hari. Mereka berkeyakinan “homework doesn’t make you smart”.
Guru di Finlandia lebih mengedepankan proses pembelajaran di mana siswa
dapat menyerap apa yang dipelajari di kelas dibandingkan apa yang mereka dapat
lakukan di luar kelas. Bahkan dalam satu kelas terdapat 2 guru untuk memberikan hak
belajar yang sama pada setiap siswa ditambah dengan satu orang guru yang
memfokuskan diri pada mengajar.
Sistem pendidikan di Finlandia juga berkeyakinan “pendidikan yang baik tidak
terletak pada hasil yang baik”. Oleh karena itu “standardized test” hanya sebagai
patokan namun bukan landasan. Standardize test hanya menghabiskan biaya negara
bermilyar-milyar setiap tahun untuk membuat soal ujian, namun hanya beberapa
individu saja yang bermutu.
5
Setiap siswa tidak memiliki kemampuan yang sama untuk melakukan tes yang
sama. Sebagai contoh ketika melakukan “medical checkup” tidak perlu menyedot
seluruh darah yang ada di badan untuk mengetahui penyakit apa yang diidap, tetapi
cukup dengan mengambil beberapa tetesan saja. Demikian juga dalam lingkup
pendidikan, tidak perlu mengetes seluruh siswa tapi cukup dengan “randomized
sample” untuk mewakili, namun dengan prosedur dan sistem yang valid.
Finlandia juga menerapkan pendidikan antisipatoris yaitu untuk setiap bayi
yang lahir kepada keluarganya diberi “maternity package” yang berisi 3 buku bacaan
untuk ibu, ayah, dan bayi itu sendiri. Alasannya pendidikan dasar anak usia dini adalah
tahap belajar pertama dan paling kritis dalam belajar sepanjang hayat. Sebesar 90%
pertumbuhan otak terjadi pada usia balita dan 85% brain paths berkembang sebelum
anak masuk SD (7 tahun).
Kegemaran aktif membaca didorong. Pemerintah Finlandia menerbitkan lebih
banyak buku anak-anak daripada negeri mana pun di dunia. Guru diberi kebebasan
melaksanakan kurikulum pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks. Stasiun
TV menyiarkan program berbahasa asing dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish
sehingga anak-anak membaca waktu menonton TV.
Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan masuk kelas siswa harus melepas
sepatu, hanya berkaus kaki. Belajar aktif (active learning) diterapkan oleh semua guru
yang semuanya tamatan S2 dan dipilih dari “sepuluh besar lulusan fakultas keguruan”.
Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada jadi dokter atau insinyur. Frekuensi
tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional hanyalah “Matriculation Examination” untuk
masuk perguruan tinggi. Sekolah swasta mendapatkan dana sama besar dengan dana
untuk sekolah negeri.
Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbangkan oleh
meningkatnya mutu pendidikan. Dari negeri agraris yang tak terkenal dewasa ini
Finlandia maju di bidang teknologi.
Sebagai bandingan di Amerika anggaran perbelanjaan pendidikan jauh melebihi
Finlandia tapi siswanya mencapai ranking 17 dan 24 dalam tes PISA, sedangkan siswa
Shanghai China ranking I, Finlandia II, dan Korea Selatan III Mengenai siswa di
Shanghai China juara I masih diragukan karena belum menggambarkan keadaan mutu
pendidikan seluruh China. Finlandia sebagai negara kecil dapat mencapai rangking satu

6
sedangkan negara kecil lainnya yang juga sudah maju seperti Islandia, Norwegia, New
Zealand belum dapat mencapai rangking terbaik dalam PISA.
Akhirnya semua anggota OECD diakui bahwa sistem pendidikan Finlandia
merupakan yang terbaik di dunia karena kebijakan-kebijakan pendidikannya konsisten
selama lebih dari 40 tahun walaupun partai yang memerintah berganti. Secara umum
kebijakan-kebijakan pendidikan China dan Korea Selatan (dan Singapura) juga
konsisten dan hasilnya juga berkembang pesat.
Sistem pendidikan Finlandia sangat menitikberatkan bimbingan bagi siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Finlandia optimis bahwa hasil terbaik hanya dapat
dicapai bila lebih memperhatikan siswa yang kurang daripada terlalu menekankan
target kepada siswa yang unggul. Dengan demikian, tidak ada anak-anak yang merasa
tertinggal. Finlandia terbukti mampu mencetak anak-anak berprestasi di bidang
akademik tanpa harus mengikuti standarisasi akademik konvensional (Daud, 1990, pp.
28–30).
D. Tingkat Pendidikan di Negara Finlandia
Terdapat pula tingkat pendidikan di Negara Finlandia, pada tingkat ini terbagi
menjadi 6 bagian yaitu (Suardipa, 2019) :
1. Pendidikan Prasekolah
Pendidikan prasekolah di Finlandia terdiri dari dua jenis: Pendidikan Usia Dini
(usia 0-5) yang bersifat pilihan dan Pendidikan Pradasar (usia 6 tahun) yang bersifat
wajib. Semua fasilitas buku sekolah, makanan harian, dan transportasi bagi murid
yang tinggal jauh dari lokasi sekolah ditanggung oleh pemerintah.
Pendidikan Usia Dini merupakan pendidikan menyeluruh yang terdiri dari
pengasuhan, pendidikan, dan pengajaran kepada balita dengan tujuan mendidik
mereka untuk memiliki keterampilan hidup dan dasar akademis (berhitung dan
membaca) serta memastikan perkembangan sesuai dengan standar usia masing-
masing. Pendidikan ini dapat berlangsung di sebuah taman kanak-kanak atau di
grup penitipan anak (daycare) swasta yang seringnya menggunakan rumah-rumah
pribadi.
Pendidikan Pradasar berlaku wajib untuk semua anak berusia enam tahun.
Siswa belajar keterampilan dasar dan pengetahuan umum berbagai bidang yang
disesuaikan dengan usia dan kemampuan mereka. Proses belajar-mengajar
mengutamakan metode “belajar melalui bermain” (play learning).
7
2. Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar di Finlandia merupakan fase wajib belajar sembilan tahun
bagi setiap anak berusia 7-16 tahun. Setiap siswa masuk ke sekolah dekat rumah
yang ditunjuk oleh pemerintah daerahnya, walaupun di beberapa kota besar
orangtua dapat memilih sekolah untuk anaknya dalam batasan tertentu.
Tidak ada penggolongan kelas maupun penjurusan selama tahap ini.Enam tahun
pertama setiap guru kelas mengajar hampir semua mata pelajaran.Baru di tiga tahun
terakhir terdapat guru-guru khusus untuk hampir setiap mata pelajaran.Tidak ada
Ujian Nasional untuk tingkat pendidikan dasar.Evaluasi belajar siswa dilakukan
secara berkelanjutan oleh guru terkait, dan laporan hasil belajar diberikan
setidaknya sekali dalam satu tahun akademis.Hasil evaluasi inilah yang digunakan
untuk menentukan arah pembelajaran siswa selanjutnya di tingkat menengah
atas.Evaluasi ini juga dimaksudkan untuk menjadi bahan masing-masing siswa
untuk memahami area-area pengembangan dirinya ke depannya dan menumbuhkan
minat pembelajaran mandiri.Setelah menyelesaikan Pendidikan Dasar 9 tahun,
siswa mendapat sertifikat kelulusan.
3. Pendidikan Menengah Atas
Pendidikan Menengah Atas di Finlandia terdiri dari dua jenis: Pendidikan
Umum dan Pendidikan Vokasi. Fasilitas umum (sekolah dan makan) disediakan
gratis oleh pemerintah, namun murid mungkin harus membeli buku sekolahnya
sendiri-sendiri. Proses penerimaan siswa di pendidikan menengah atas bergantung
banyak pada hasil evaluasi siswa selama di tingkat pendidikan dasar serta nilai yang
tercantum di sertifikat kelulusan pendidikan dasar. Lulusan pendidikan dasar yang
ingin melanjutkan ke pendidikan vokasi biasanya juga melihat pengalaman kerja
dan faktor pendukung lainnya seperti hasil ujian masuk dan tes bakat. Lebih dari
90% lulusan pendidikan dasar di Finlandia memilih langsung melanjutkan ke
pendidikan menengah atas. Lulusan semua pendidikan menengah atas –baik
pendidikan umum maupun vokasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk
melanjutkan ke pendidikan tinggi (universitas).
4. Pendidikan Umum
Agensi Kependidikan Nasional Finlandia menentukan sasaran dan target
pembelajaran serta modul pembelajaran masing-masing mata pelajaran. Dengan
panduan dari kerangka kurikulum nasional, masing-masing institusi pendidikan
8
berhak meramu kurikulumnya masing-masing.Silabus pendidikan umum dirancang
untuk pembelajaran selama tiga tahun, tetapi fleksibilitas sistem pembelajaran
memungkinkan silabus ini untuk diselesaikan dalam waktu 2-4 tahun.
Pembelajaran bersifat modular tanpa tingkat kelas sehingga memungkinkan
siswa untuk mencampur mata pelajaran dari pendidikan umum dan mata pelajaran
dari pendidikan vokasi.Siswa memilih sendiri jadwal pembelajarannya secara bebas
dan mandiri.Setelah menyelesaikan seluruh silabus, siswa mengikuti ujian
matrikulasi nasional dan mendapatkan sertifikat kelulusan. Mata pelajaran yang
diuji di ujian matrikulasi nasional adalah empat mata pelajaran wajib yang terdiri
dari bahasa ibu dan pilihan dari tiga mata pelajaran ini: bahasa nasional kedua,
bahasa asing, matematika, dan salah satu mata pelajaran umum (humaniora atau
ilmu alam). Siswa juga diperbolehkan mengambil ujian tambahan diluar ujian
wajib.
5. Pendidikan Vokasi
Pendidikan dan pelatihan vokasi terdiri dari 8 bidang pendidikan yang
memberikan lebih dari 50 sertifikasi vokasi. Pendidikan vokasi terdiri dari tiga
tahun pembelajaran yang mencakup penempatan kerja selama minimal 1,5 tahun.
Kerangka kualifikasi pendidikan vokasi di Finlandia berdasarkan pada kerangka
yang telah ada sejak awal tahun 1990-an yang bergantung banyak pada kerjasama
dari pihak industri. Rencana pembelajaran bersifat unik dimana setiap siswa
memiliki rencana pembelajarannya masing-masing yang terdiri dari modul wajib
dan modul pilihan.Evaluasi utama dari para siswa pendidikan vokasi adalah
keterampilan praktek vokasi mereka.
6. Pendidikan Tinggi
Finlandia memiliki dua jenis universitas, yaitu universitas umum dan
universitas ilmu terapan (applied sciences). Universitas umum mengedepankan
riset dan instruksi ilmiah, sedangkan universitas ilmu terapan memprioritaskan
penerapan ilmu secara praktis. Jumlah kursi yang tersedia di pendidikan tinggi
Finlandia tidak mampu memenuhi jumlah calon mahasiswa yang ingin masuk
sehingga standar penerimaan mahasiswa di pendidikan tinggi Finlandia sangat
kompetitif. Pada tahun 2011, hanya 68% dari pendaftar pendidikan tinggi yang
diterima masuk. Biasanya calon mahasiswa universitas dinilai berdasarkan nilai
ujian matrikulasi nasionalnya dan hasil ujian masuk di institusi pendidikan tinggi
9
terkait, sedangkan calon mahasiswa universitas ilmu terapan biasanya meminta
standar nilai lebih tinggi dan juga melihat pengalaman kerja calon mahasiswa.
Universitas di Finlandia merupakan organisasi mandiri yang diatur oleh hukum.
Setiap universitas bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
untuk menentukan target operasional dan kualitatif kebutuhan sumber daya setiap
tiga tahun. Hasil perjanjian kerjasama ini juga menjelaskan bagaimana setiap target
akan dimonitor dan dievaluasi. Universitas mendapatkan pendanaan dari
pemerintah, tetapi juga diharapkan untuk mengumpulkan dananya sendiri.
Ada hal menarik mengenai sistem mata kuliah di Finlandia. Jika di universitas
kita sistem mata kuliah adalah lecture dan lab work, di sini saya menemukan
berbagai macam model mata kuliah. Beberapa model mata kuliah yang tersedia
yaitu seminar, lectures, intensive course, self-study, reading circles, dan online
course. Lectures merupakan mata kuliah yang biasanya dilaksanakan dengan
jumlah mahasiswa yang lebih banyak dan dosen menjelaskan secara rinci dalam
proses pembelajaran. Untuk seminar, jumlah mahasiswa jauh lebih sedikit yaitu
sekitar 10-12 orang dan pembelajaran lebih banyak diisi dengan diskusi dan
presentasi. Begitu juga dengan Intensive course, namun sedikit perbedaan sebab
perkuliahannya lebih sedikit sekitar 4-7 pertemuan dengan durasi 2-5 jam.
Jika kuliah selalu identik dengan mahasiwa dan dosen, di Finlandia jenis mata
kuliah yang sama sekali tidak memiliki face-to-face proses antara dosen dan
mahasiswa yaitu self-study, reading circles, dan online course. Pada jenis-jenis
mata kuliah seperti ini, mahasiswa hanya diberikan daftar buku dan artikel yang
harus dibaca dan memilih jadwal untuk mengikuti ujian elektronik secara online
yang dilakukan di dalam laboratorium komputer. Model ujiannya juga beragam,
tidak hanya dalam format written exam, essay dan e-exam, tetapi juga learning
diary.
Learning diary dapat dikatakan sebagai jurnal mahasiswa selama mengikuti
mata kuliah dan akan dinilai sebagai tugas akhir untuk menyelesaikan mata kuliah
tersebut. Mahasiswa diharuskan menjelaskan serta mendiskusikan subject yang
diajarkan dari pertemuan pertama sampai terakhir. Tidak seperti essai, tidak ada
tuntutan mengenai pengutipan di dalam learning diary ini. Bahkan penggunaan
pengutipan sama sekali tidak dianjurkan karena diary tersebut adalah titik ukur
apakah mahasiswa dapat mencerna dengan baik segala hal yang diajarkan dan
10
didiskusikan. Untuk semua jenis ujian, mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk
re-take sebanyak dua kali setelah ujian yang pertama. Ini bermakna, setiap
mahasiswa dapat mengikuti ujian sebanyak tiga kali.
Dalam satu minggu, satu mata kuliah akan memiliki pertemuan sebanyak 1-3
kali tergantung banyaknya SKS dan tipe mata kuliahnya. Hal ini cukup menarik,
karena jika dibandingkan dengan pertemuan sekali dalam seminggu dengan durasi
2,5 hingga 4 jam berdasarkan jumlah SKS yang dimiliki mata kuliah, content yang
bisa di serap mungkin hanya 40%-50% dikarenakan banyaknya informasi yang
terus-menerus diberikan dalam satu waktu. Tak hanya durasi pembelajaran yang
hanya 90 menit, mahasiswa juga diberikan break selama 5 menit setelah 45 menit
pembelajaran. Jikapun pada intensive course durasi pembelajaran akan lebih
panjang, waktu istirahat per jam juga diberikan untuk memastikan mahasiswa
memiliki waktu untuk refresh sejenak. Terlihat jelas bagaimana sistem ini sangat
memperhatikan efektivitas dan efesiensi proses pembelajaran.
Mengenai teaching system, dosen di sini memiliki kontrol 100% terhadap
kelasnya sendiri. Pengambilan kehadiran mahasiswa tergantung keputusan dosen
bersangkutan. Biasanya, dosen tidak begitu memperdulikan kehadiran mahasiswa.
Namun untuk kelas dengan metode seminar dan juga intensive course, kehadiran
menjadi salah satu penilaian. Tidak sampai di situ, para dosen juga sangat terbuka
dalam diskusi. Mereka juga tidak ragu untuk menjawab ‘tidak tahu’ jika mereka
tidak mengerti dengan pertanyaan mahasiswanya. Tapi di pertemuan berikutnya,
mereka akan menjawab pertanyaan tersebut dengan sangat memuaskan.
Komunikasi dengan mahasiswa pun terbuka luas baik melalui e-mail maupun
tatap muka langsung. Hal lain yang paling terasa adalah, tidak adanya kelas
pengganti atau tambahan. Seluruh kelas masuk sesuai dengan jadwal sehingga
memenuhi jumlah pertemuan. Ini memudahkan para mahasiswa untuk menyiapkan
diri menghadapi ujian akhir.
E. Budaya Pendidikan di Finlandia
Masyarakat Finlandia sangat menghargai pendidikan. Hal ini dapat dilihat
terutama dari penghargaan masyarakat terhadap profesi guru. Suasana kekeluargaan
yang akrab antara orang tua murid dengan guru sangat terasa di dalam rumah-rumah
warga Finlandia. Orang tua sangat sedikit memaksa anaknya untuk berprestasi tinggi
dan inipun mereka lakukan dalam jangkauan yang wajar. Finlandia menggunakan
11
filsafat pendidikan yang menyatakan setiap orang memiliki sesuatu untuk
disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata pelajaran tertentu
semestinya tidak ditinggalkan.
Para orang tua siswa Finlandia juga memiliki andil atas prestasi sekolah yang
mengesankan ini. Ada budaya membaca di kalangan anak-anak di rumah dan keluarga
harus mengadakan kontak berkala dengan guru anak mereka. Mengajar adalah karir
prestisius di Finlandia. Anak-anak belajar dalam suasana yang santai dan informal
(Daud, 1990, pp. 27–28).
F. Kualifikasi Guru di Finlandia
Di Finlandia guru merupakan profesi yang sangat dihargai meskipun gaji
mereka tidak tinggi (3400 Euro setara 42 juta rupiah per bulan). Hal ini diperkuat
dengan kebijakan perekrutan guru yang sangat ketat di Finlandia sehingga guru menjadi
profesi yang prestisius. Sebagai perbandingan, di Amerika 47% guru berasal dari 1/3
mahasiswa dari peringkat bawah (akademik), di Finlandia calon guru berasal dari
mahasiswa 10 besar di kampus yang masih akan disaring dengan lebih ketat.
Siswa terbaik dari lulusan sekolah menengah atas memilih fakultas keguruan
sebagai pilihan pertama kemudian baru kedokteran dan teknik. Dalam masa training
calon guru ditemani oleh satu guru senior yang akan memberikan umpan balik atas
materi yang akan diajarkan dan cara mengajar di kelas. Dengan demikian calon guru
akan memiliki lebih banyak manfaat dari pengalaman guru senior.
Profesi guru di Finlandia sangat menarik dan menantang. Guru bahkan memiliki
peran yang penting dalam penyusunan dan perubahan kurikulum. Penilaian
(assessment) terhadap hasil belajar siswa lebih besar dilakukan oleh guru di kelas9
bukan dengan sistem ujian nasional. Hal ini dibuat karena guru kelaslah yang lebih
mengenal kemampuan anaknya secara mendetil dan menyeluruh.
Di Finlandia guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi mereka juga ahli di bidang
kurikulum, kurikulum di Finlandia berbeda antar sekolah namun tetap berjalan di
bawah panduan resmi pemerintah. Dalam satu kelas terdapat tiga orang guru (dua guru
yang fokus pada penyampaian materi, satu orang guru menemani siswa yang masih
tertinggal dalam pelajaran). Pemerintah Finlandia juga menetapkan standar tinggi untuk
profesi guru. Semua guru wajib bergelar master strata satu (S1 tidak lagi dibolehkan
menjadi guru meskipun di sekolah dasar.

12
Proses seleksi tenaga pengajar pun sangat ketat, hanya yang menempati
rangking 10 besar dari lulusan perguruan tinggi/fakultas keguruan yang bisa diterima
menjadi guru. Mereka yang lulus seleksi ini pun masih harus melalui proses training
yang kompleks terlebih dahulu sebelum dinyatakan siap berkecimpung dalam profesi
guru. Finlandia percaya bahwa guru adalah modal utama untuk menghasilkan siswa
atau warga negara yang unggul (Daud, 1990, pp. 24–25).
G. Biaya Pendidikan
Anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-
rata negara di Eropa. Pemerintah Finlandia menyediakan anggaran 5.200 Euro atau
sekitar Rp 70 juta untuk setiap siswa per tahun. Leo Pahkin, konselor pendidikan dari
Badan Pendidikan Nasional Finlandia menyebutkan, setiap tahun ada sekitar 52.000
murid yang masuk sekolah dasar. Dengan demikian, anggaran yang disediakan
pemerintah untuk murid pendidikan dasar mencapai Rp 3,64 triliun per tahun.
H. Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Finlandia
1. Pekerjaan Rumah (PR) diberikan sesedikit mungkin. Maksimum hanya
menghabiskan waktu setengah jam untuk belajar di rumah.
2. Guru yang mengajar di SD semuanya harus tamatan S2 dan itupun harus sepuluh
besar dari fakultas keguruan.
3. Di Finlandia guru bebas memilih Rancangan pembelajaran (RPP) dan buku
pelajaran yang sesuai dengan pertimbangannya.
4. Dalam proses pembelajaran hampir semua guru menciptakan metode mengajar
yang menyenangkan (learning is fun) motivasi intrinsik adalah kata kunci
keberhasilan siswa.
5. Dalam pengaturan kelas di Finlandia tidak ada pengkastaan kelas (kelas khusus atau
plus dan kelas biasa, kelas reguler dan non-reguler atau sekolah bilingual). Sekolah
swasta mendapat besaran dana yang sama dengan sekolah negeri.
6. Bahasa Inggris mulai diajarkan di kelas III SD.
7. Jumlah hari bersekolah di Finlandia hanya 190 hari per tahun (Indonesia 220 hari
per tahun. Jumlah hari libur 30 kali lebih banyak dibandingkan dengan Indonesia).
Mereka berpandangan semakin banyak hari libur anak semakin pintar, dan selama
masa libur tidak boleh ada PR. Hal ini akan membuat libur sekolah tidak
menyenangkan. Suasana belajar sangat santai, karena banyak instruksi akan
membuat anak tertekan (Daud, 1990).
13
I. Hal-hal yang Mendukung Kemajuan Pendidikan di Finlandia
1. Setiap anak diwajibkan mempelajari bahasa Inggris dan membaca satu buku setiap
Minggu.
2. Biaya pendidikan tidak dipungut sedikitpun sejak dari TK sampai perguruan tinggi.
3. Wajib belajar diterapkan kepada setiap anak sejak umur tujuh tahun sampai 16
tahun.
4. Selama pendidikan berlangsung guru mendampingi proses belajar setiap siswa,
lebih-lebih lagi terhadap siswa yang agak lamban. Bahkan terhadap siswa yang
lemah sekolah menyiapkan guru bantu untuk mendampingi guru tersebut serta
kepada mereka diberikan kursus secara pribadi.
5. Setiap guru wajib membuat evaluasi perkembangan belajar siswa setiap hari.
6. Ada perhatian khusus bagi siswa di sekolah dasar (umur 7 tahun), karena bagi
mereka menyelesaikan masalah belajar di sekolah dasar jauh lebih mudah dari pada
siswa yang berumur 14 tahun.
7. Orang tua bebas memilih sekolah bagi anaknya karena perbedaan mutu antar
sekolah sangat kecil.
8. Semua fasilitas belajar dan mengajar dibayar atau disiapkan oleh negara.
9. Negara membayar kurang lebih 200 ribu Euro per siswa untuk dapat menyelesaikan
studinya hingga tingkat perguruan tinggi.
10. Semua siswa (miskin dan kaya) mempunyai kesempatan yang sama untuk belajar
dan mencapai cita-citanya karena ditanggung oleh negara.
11. Pemerintah tidak segan-segan mengeluarkan dana untuk peningkatan mutu
pendidikan.
12. Makan-minum di sekolah dan transportasi semua ditanggung oleh negara.
13. Biaya pendidikan diperoleh dari pajak daerah, provinsi dan tingkat nasional.
14. Mengenai kesejahteraan guru, setiap guru menerima 3400 Euro per bulan atau
setara dengan 42 juta rupiah. Guru bukan hanya pengajar tetapi juga disiapkan
sebagai seorang ahli pendidikan.
15. SD dan SMP tidak lagi mengeluarkan ijazah mengingat tuntutan dunia kerja saat
ini tidak meminta ijazah dari dua jenjang pendidikan ini. Untuk masuk SMP cukup
dengan memperlihatkan rapor saja begitu juga dari SMP ke SMA. Ijazah hanya
diberikan pada tingkat SMA saja.

14
16. Finlandia menerbitkan lebih banyak buku untuk anak-anak dari pada negeri mana
pun di dunia.
17. Hasil dari kebijakan ini sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia
disumbangkan oleh meningkatnya mutu pendidikan.
18. Menurut mereka ukuran kemajuan sebuah negara adalah bukan pendapatan
nasional, bukan kemajuan teknologi, bukan kekuatan militer, tetapi karakter
penduduknya. Hal ini hanya dapat dibina melalui pendidikan.
19. Kurikulum pendidikan Finlandia tidak sepadat kurikulum yang diberlakukan di
negara-negara lainnya, khususnya negara Asia. Anak-anak di Finlandia
menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dibandingkan anak-anak di negara
lain. Jam istirahat sekolah juga lebih panjang, yakni 75 menit, dibandingkan dengan
negara seperti Amerika yang membatasi waktu 30 menit istirahat. Mereka juga
diberikan tugas yang lebih sedikit. Selain itu, anak-anak Finlandia memulai
pendidikan akademik di usia 7 tahun (Daud, 1990).

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan yang sudah diuraikan diatas, dapat disimpulkan
mengenai sistem dan kebijakan pendidikan dan di Finlandia, yaitu sebabagi berikut:
1. Sistem pendidikan di FInlandia bersifat fleksibel memudahkan seluruh komponen
pendidikan untuk mengembangkan metode serta teknik mengajar. Dan memacu
peserta didik untuk lebih leluasa dalam memahami pengetahuan.
2. Pendidikan secara menyeluruh untuk semua. Bantuan pendidikan secara finansial
oleh pemerintah serta tidak dipungut biaya dalam belajar menjawab permasalahan
masyarakat yang membutuhkan pendidikan sebagai cara untuk meningkatkan taraf
hidup.
3. Pendidikan berbasis inklusi. Peserta didik dengan berkebutuhan khusus tetap
mendapatkan pendidikan yang sama dan bantuan yang sama oleh pemerintah
maupun komponen-komponen pendidikan.
4. Pekerjaan sebagai pendidik yang sangat dihargai dan memiliki seleksi yang baik
membuat kinerja mengajar dianggap baik.
5. Terkenal dengan hasil riset yang banyak dilakukan oleh peserta didik serta
komponen lainnya, membuat pengetahuan selalu mengalami perkembangan.

B. Saran
Dengan terselesainya tugas makalah perbandingan pendidikan ini, semoga
makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembacanya. Dan kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA
Daud, R. M. (1990). Sistem Pendidikan Finlandia Suatu Alternatif Sistem Pendidikan Aceh,
21–36.
Putra, A. (2017). Mengkaji & Membandingkan Kurikulum 7 Negara (Malaysia, Singapura,
China, Korea, Jepang, Amerika dan Finlandia). Jurnal Perbandingan Kurikulum 2017.
Suardipa, I. P. (2019). Diversitas Sistem Pendidikan di Finlandia dan Relavansinya dengan
Sistem Pendidikan di Indonesia. Maha Widya Bhuwana, 2(2).

17

Anda mungkin juga menyukai