Disusun oleh :
1. Ajeng Ayu Wulandari
2. Annisa khoirush Shoumiah
3. Hendrawan Subagyo
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Sistem pendidikan dan kebijakan di Finlandia
dengan nikmat-Nya maka sempurnalah segala kebaikan. Shalawat dan salam
semoga terlimpah selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
pemimpin para makhluk, dan kepada keluarganya yang suci serta segenap para
sahabat, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh
alam.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
terutama kepada Ibu Dr. Nanik Nur H, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perbandingan Pendidikan beserta teman-teman yang telah memberikan
dukungannya yang begitu besar. Semoga semua ini dapat menuntun pada langkah
yang lebih baik lagi.
Penulis menyadari kemungkinan adanya kekurangan ataupun kesalahan
dalam penyusunan makalah ini dan jauh dari kesempurnaan baik isi maupun
bentuk penulisannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Team
DAFTAR ISI
1
Mahmud. Konsep Pendidikan di Finlandia. Jakarta. CV Grafika Medika
(2013).
dihapus. Pendidikan disana lebih di fokuskan pada pendidikan karakter
pada setiap siswanya.
Pada tahun 1974, pemerintah memutuskan untuk meningkatkan
kompetensi tenaga pengajar dan pendidik di seluruh jenjang
pendidikan.Sebelum tahun 1974, persyaratan untuk menjadi seorang guru
sekolah dasar adalah seseorang yang telah memperoleh ijasah sarjana
strata-1 (Bachelor of Arts). Namun dimulai sejak tahun 1979, seorang guru
untuk dapat mengajar di jenjang pendidikan wajib dasar 9 tahun haruslah
seorang sarjana strata-2 (magister) di bidang pendidikan (Master of Arts
on Education). Saringan seleksi para guru diperketat guna memperoleh
guru dan tenaga pendidik yang handal dan berkompeten dalam
memberikan ilmu kepada seluruh siswa. Guru dan tenaga pendidik serta
pengajar diberikan kebebasan dan otonomi dalam menerapkan metode
pengajaran dalam menyampaikan materi pelajaran kepada murid. Selain
itu, meskipun tidak menawarkan gaji yang tinggi, profesi guru merupakan
profesi yang sangat diminati dan dihormati di Finlandia.
Setelah memutuskan untuk menerapkan sistem pendidikan wajib
dasar nasional 9 tahun dan meningkatkan kompetensi dan otomomi para
guru dan tenaga pendidik serta pengajar, Pemerintah Finlandia juga
memutuskan untuk melakukan desentralisasi pendidikan.Tahun 1985
merupakan kulminasi penerapan sistem desentralisasi pendidikan di
Finlandia. Pendidikan nasional tidak lagi menjadi wilayah eksklusif
Pemerintah.
Pemerintah daerah diberikan kekuasaan yang luas dalam
melaksanakan dan mengorganisasi administrasi pendidikan di wilayah
kekuasaan administratifnya. Pemerintah Daerah diberikan kekuasaan
untuk menetapkan kurikulum pendidikan yang akan dilaksanakan oleh
tiap-tiap sekolah yang berada di wilayah kekuasaan administratifnya.
Namun demikian, kurikulum pendidikan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah wajib merujuk dan berpegang teguh pada garis-garis besar
kebijakan pendidikan nasional, dan kurikulum inti sekolah yang telah
ditentukan oleh Kementerian Pendidikan dan Badan Pendidikan Nasional
Finlandia (Finnish National Board of Education), yang tertuang dalam
berbagai legislasi nasional di bidang pendidikan.
Kurikulum pendidikan di daerah diterapkan secara seragam dengan
sedikit penambahan materi pendidikan yang disesuaikan dengan keahlian
(skill) dan kompetensi khusus (competence) yang dibutuhkan oleh tiap-tiap
daerah.
Pada tahun 1990-an, Pemerintah Finlandia tidak lagi menerapkan
sistem inspeksi pendidikan (education inspection system) ke setiap
sekolah.Kementerian Pendidikan pun menghapuskan lembaga inspektorat
jenderal dalam tubuh organisasinya. Sebagai pengganti sistem inspeksi
pendidikan, Pemerintah Finlandia menerapkan sistem evaluasi pendidikan
(education evaluation system).
Pemerintah menganggap bahwa evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dalam seluruh bangunan kebijakan pendidikan.
Kebijakan penerapan sistem evaluasi pendidikan merupakan suatu metode
dalam metodologi kebijakan pendidikan. Sistem evaluasi juga diharapkan
mampu menyediakan pilihan kebijakan pendidikan. Dalam praktek
evaluasi pendidikan nasional Finlandia, guru bertanggung jawab kepada
pemerintah daerah, bukan kepada pemerintah pusat.
Sejak pertengahan tahun 1990, Badan Nasional Pendidikan
Finlandia telah melakukan berbagai penilaian nasional (national
assessments) dari hasil pembelajaran yang dilakukan terhadap seluruh
murid sekolah dasar kelas 9 di seluruh sekolah di Finlandia. Penilaian rutin
dilakukan terhadap mata pelajaran matematika, bahasa ibu (baik bahasa
Finlandia, maupun Swedia), sastra, dan beberapa mata pelajaran pilihan
lainnya. Penilaian nasional tersebut menyediakan informasi tentang
kualitas dan hasil pendidikan dan pelatihan yang dicapai untuk kemudian
dipadankan dengan tujuan pendidikan yang tertuang dalam kurikulum
dasar nasional.
Badan Nasional Pendidikan Finlandia, secara reguler, setiap tahun,
melakukan penilaian nasional pendidikan, dengan mengambil sample nilai
dari sekolah yang mewakili daerahnya secara acak. Nilai sample yang
diperoleh kemudian diolah untuk menghasilkan suatu laporan evaluasi
pendidikan nasional (national evaluation report) dan laporan dan masukan
individual sekolah (individual feedback report).
Laporan dan masukan individual sekolah tidak diterbitkan secara
umum. Badan Pendidikan Nasional Finlandia tidak akan menampilkan
data performa pendidikan yang dihasilkan tiap-tiap pemerintah daerah,
atau sekolah per sekolah. Hal ini diterapkan guna menghindari fenomena
stratanisasi peringkat sekolah dan siswa yang hanya akan menimbulkan
dampak negatif naming and shaming.
4. Pendidikan Umum
Agensi Kependidikan Nasional Finlandia menentukan sasaran dan
target pembelajaran serta modul pembelajaran masing-masing mata
pelajaran. Dengan panduan dari kerangka kurikulum nasional, masing-
masing institusi pendidikan berhak meramu kurikulumnya masing-masing.
Silabus pendidikan umum dirancang untuk pembelajaran selama tiga
tahun, tetapi fleksibilitas sistem pembelajaran memungkinkan silabus ini
untuk diselesaikan dalam waktu 2-4 tahun.
Pembelajaran bersifat moduler tanpa tingkat kelas sehingga
memungkinkan siswa untuk mencampur mata pelajaran pemdidikan
umum dan dari pendidikan vokasi.
5. Pendidikan Vokasi
Pendidikan vokasi terdiri dari 3 tahun pembelajaran yang
mencakup penempatan kerja selama minimal 1,5 tahun. Kerangka
kualifikasi pendidikan vokasi di Firlandia berdasarkan pada kerangka yang
telah ada sejak awal tahun1990an yang bergantung banyak kerja sama dari
pihak industri.
6. Pendidikan Tinggi
Finlandia memiliki 2 jenis universitas yaitu universitas umum dan
universitas ilmu terapan (applied sciences). Universitas umum
mengedepankan riset dan intruksi ilmiah, sedangkan universitas ilmu
terapan memprioritaskan penerapan ilmu secara praktis.
Universitas di Finlandia merupakan organisasi andiri yang diatur
oleh hukum. Setiap universitas bekerjasama dengan kementrian
pendidikan dan kebudayaan untuk menentukan target operasinal dan
kualitatif kebutuhan sumber daya setiap universitas bekerjasama dengan
kementrian pendidikan dan kebudayaan untuk menentukan target
operasinal dan kualitatif kebutuhan sumber daya setiap tiga tahun.
2
Kasali, R Change. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum (2006).
16. Kurikulum Nasional hanya sebagai pedoman. Sisanya fleksibel.
17. 10 % guru dipilih dari 10 perguruan tinggi ternama dan dipilih
yang merupakan lulusan terbaik di universitas mereka.
18. Di Finlandia, tidak ada gaji yang tak pantas untuk guru.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada kajian teori yang sudah diuraikan, dapat
disimpulkan mengenai sistem pendidikan di Finlandia, yaitu sebabagi
berikut:
1. Sistem pendidikan di FInlandia bersifat fleksibel memudahkan
seluruh komponen pendidikan untuk mengembangkan metode serta
teknik mengajar. Dan memacu peserta didik untuk lebih leluasa
dalam memahami pengetahuan.
2. Pendidikan secara menyeluruh untuk semua. Bantuan pendidikan
secara finansial oleh pemerintah serta tidak dipungut biaya dalam
belajar menjawab permasalahan masyarakat yang membutuhkan
pendidikan sebagai cara untuk meningkatkan taraf hidup.
3. Pendidikan berbasis inklusi. Peserta didik dengan berkebutuhan
khusus tetap mendapatkan pendidikan yang sama dan bantuan yang
sama oleh pemerintah maupun komponen-komponen pendidikan.
4. Pekerjaan sebagai pendidik yang sangat dihargai dan memiliki
seleksi yang baik membuat kinerja mengajar dianggap baik.
5. Terkenal dengan hasil riset yang banyak dilakukan oleh peserta
didik serta komponen lainnya, membuat pengetahuan selalu
mengalami perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA