Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

Tokoh Sufi dan Prinsip Ajarannya: ‘Abd Al-Qa>dir Al-jayla>ni dan Abu> al-
H{asan al-Sha>dhili

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf


Dosen Pengampu : ARDIAN A. M.Pd.I

Disusun oleh:
Kelompok 10
1. Achmad Muhsin
2. Ariij Fatin Rihadatul Caisy
3. Atik Krisnawati
4. Jundan Aqil Brilliant

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) MADIUN


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Tahun Ajaran 2022/2023
❖ Tokoh Sufi dan Prinsip Ajarannya: ‘Abd al-Qa>dir al-Jayla>ni dan Abu> al- H{asan al-
Sha>dhili
• Mengenal Shekh ‘Abd al-Qa>dir al-Jayla>ni.

Shekh ‘Abdū al-Qadir al-Jaylani lahir di desa Jilan , Baghdad pada malam 1 Ramadan
471 Hijriah/1078 Masehi. Ibunya bernama Syarifah Fatimah binti Abu Abdillah As-Suma'i
yang bergelar Ummul Khair1. Shekh ‘Abdū al-Qadir al-Jaylani lahir di desa Nif, Jilan, satu
kota terpencil di balik kawasan Tabaristan. Daerah ini sekarang masuk di dalam wilayah Iran
selatan. Dalam bahasa Persia kota ini lebih dikenal dengan nama Kilan. Sebagian ulama
menyebutnya Jaili, seperti dalam kitab Al-A’lam karya. Shekh az-Zarkaliy. Sampai saat ini
kota Jilan masih tercantum di peta, terdiri dari beberapa desa dan perkampungan yang berjajar
di sela-sela pegunungan Brouz yang membentang di pantai selatan laut Gazwain.

Nasab Shekh ‘Abdū al-Qadir dari silsilah ayahandanya adalah Abu Muhammad
Muhyiddin Shekh ‘Abdū al-Qadir bin Abu Shaleh Musa Janki Dausat bin Abdullah bin Yahya
az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah Abil Makarim bin Musa al-Jawan
bin Abdullah al-Mahdhi bin Al- Hasan Al-Mutsanna bin Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib.2

• 7 Pemikiran Tasawuf Shekh Abd Al-Qadir Al-Jailani dan Tarekat Qadiriyahnya

Shekh Abdul Qadir Al Jailani merupakan sosok sufi yang pembaru, Shekh Abdul Qadir
berpulang ke rahmatullah pada malam Sabtu, tanggal 8 Rabiul Akhir 561 H, jenazahnya
dimakamkan pada malam itu juga di madrasahnya, Babul Azaj, sekitaran Baghdad. Lautan
manusia mengiringi prosesi pemakaman.

7 Pokok ajaran tarekat yang di ajarkan Shekh ‘Abdū al-Qadir al-jaylani adalah:

Pertama, akidah yang benar. Pada masa hidupnya, Shekh Abdul Qadir selalu mewanti-
wanti pentingnya berakidah seperti generasi salaf, di samping itu, akidah yang dijalankannya
ialah Ahlu>sunah waljama>h (aswaja). Caranya dengan berusaha sungguh-sungguh dalam
memahami dan mengamalkan Alquran dan Sunnah Nabi SAW.

1
Abdul hadi,mengenal shekh abdul qadir al-jaylani dan taswuf akhlaki ajarannya,https://amp tirto
id.cdn.ampproject.org/v/s/amp.tirto.id/mengenal-shekh-abdul-qodir-al-jaylani-tasawuf-akhlaki-ajarannya;
diakses tanggal 1 desember 2022
2
Djanky Dausat, samudera kehidupan shekh abdul qodir al-jaylani,11-15
Dengan begitu, seseorang akan mendapatkan petunjuk dalam menapaki jalan (thari>q)
yang menyampaikan ke hadirat Allah SWT.

Kedua, dalam ajaran Tarekat Qadiri>yah, seorang murid atau salik dituntut untuk
mempunyai sikap mubtadi. Maknanya, mengikuti dengan berbagai sifat utama. Pada
praktiknya, mereka gemar membersihkan hati dan pikiran.

Dengan begitu, tangan dan kaki akan ringan dalam berbuat kebajikan dan menolak
kemungkaran (amar ma'ruf nahi mu>nkar).

Ketiga, aspek sosial juga di tekankan. Para salik mesti menjaga kehormat an para
murshid, bergaul baik dengan sesama ih}wan, serta memberikan nasihat kepada sesama
Mukmin, menjauhi permusuhan serta senang memberikan pertolongan, baik dalam masalah
agama maupun dunia. Itulah cerminan pribadinya.

Keempat, setelah ajaran dasar tersebut dihayati dan diamalkan, para murid dapat
menjalani berbagai tahapan (maqam) kerohanian, inilah yang diistilahkan sebagai riyad}ah
(latihan) dan mujahadah (kesungguhan) dalam membiasakan jiwa dan raga untuk taat kepada
Allah SWT.

Untuk tahap awal, mereka akan berbincang dengan guru. Lantas, shekh akan
menyampaikan wejangan, pembaiatan, serta pembacaan doa-doa, Untuk tahap selanjutnya, tiap
murid berkomitmen untuk menempuh jalan Illahi dengan didampingi oleh shekh. Fase ini
membutuhkan waktu yang cukup panjang, bisa menghabiskan durasi bertahun-tahun lamanya.
Dalam tahapan ini, murid diberi ilmu hakikat oleh gurunya.

Oleh sebab itu, seorang salik harus yakin atas perjuangannya dan tetap bersemangat
untuk melawan hawa nafsu dan melatih dirinya.

Kelima, Shekh Abdul Qadir tidak mengajarkan para pengikutnya untuk meninggalkan
atau mengabaikan dunia, seperti para rahib. Yang dimaksudkannya ialah mengutamakan
akhirat daripada dunia.

Ia menasihati, ”Dunia boleh saja di tanganmu atau berada di dalam sakumu untuk
engkau simpan dan pergunakan dengan niat yang baik. Namun, jangan meletakkan dunia di
dalam hati. Engkau boleh menyimpannya di luar pintu (hati), tetapi jangan memasukkannya ke
dalam pintu. Karena hal itu tidak akan melahirkan kemuliaan bagimu.”
Keenam, dalam Tarekat Qadiri>yah, dhikir merupakan amalan yang sering kali
dilakukan. Kalimat utamanya adalah Laa Ilaaha Illa Allah (tidak ada Tuhan selain Allah).
Menurut murshid aliran sufistik ini, berdhikir sebaiknya dilakukan dalam posisi duduk dengan
menghadap kiblat sembari menutup mata. Dengan begitu, kalimat persaksian itu akan
menimbulkan rasa lebih dalam sehingga dalam batin timbul rasa cinta kepada Allah. Dhikir
kalimat tauh}id ini biasanya dilantunkan dengan suara keras. Kebiasaan atau amalan berdhikir
ini harus selalu dilakukan oleh seorang murid setiap habis salat wajib lima waktu dengan
jumlah yang telah ditentukan. Semakin banyak maka kian baik. Selain itu, murid juga
dianjurkan membaca istighfar tiga kali atau lebih, lalu bers}alawat.

Dalam mengucapkan lafal Laa pada kalimat Laa Ilaaha Illa Allah, seorang salik mesti
berkonsentrasi dengan cara menarik napas yang dalam, Saat lanjut membaca Ilaha, arahkan
nafas dari arah kanan. Berikutnya, tatkala membaca Illa Allah, fokuskan nafas dan pikiran ke
arah kiri dada, yakni jantung.

Dengan begitu, ia akan menghayati dan merenungi arti yang sedalam-dalamnya, bahwa
hanya Allah SWT-lah tempat manusia kembali.

Ketujuh, setelah seorang pelaku tasawuf telah bisa melaksanakan amalan dhikir, baik
dengan hati, pikiran, maupun lisannya, hingga hal itu menjadi sebuah kebiasaan yang tiada
terputus, selanjutnya amalan dhikir tersebut harus diikuti dengan amal saleh keseluruhan
anggota tubuh yang disebut dengan wirid. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Yasin
ayat 12:

‫ين‬ َ ‫ش ْيءٍ أَ ْح‬


ٍ ِ‫ص ْينَاهُ فِي إِ َم ٍام ُمب‬ َ َ ‫إِنَّا نَ ْح ُن نُ ْحيِي ْال َم ْوت َٰى َونَ ْكتُبُ َما قَدَّ ُموا َوآث‬
َ ‫ارهُ ْم ۚ َو ُك َّل‬

“Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang
mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan
segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauhul Mah}}fuz}).”

Tarekat Qadiri>yah memperoleh pengikut yang besar di Irak, India, Afghanistan, dan
Asia Tenggara. Sebelum meluas ke berbagai wilayah itu, jalan salik tersebut bersentuhan
dengan Tarekat Naqshabandiah. Nama itu dinisbahkan kepada Muhammad bin Muhammad
Bahauddin al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi (717-791 H). Tarekat Naqshabandiyah berasal
dari Asia Tengah.
Perpaduan antara Tarekat Qadiri>yah dan Naqshabandiah dilakukan oleh seorang alim
asal Kalimantan Barat, yakni Shekh Ahmad Khatib Sambasi. Tarekat Qadiri>yah wa
Naqshabandiah, pada akhirnya, menjadi dominan di seluruh Tanah Air.3

• Mengenal Shekh Abul Hasan Al-Shadhili

Shekh Abul Hasan Al-Shadhili (bahasa Arab: ‫( )أبو الحسن الشاذلي‬lahir di Ghumarah,
Maroko, 1197 – wafat di Humaitsara, Mesir, 1258) adalah pendiri Tarekat Shadhiliyah yang
merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutnya
sebagai salah seorang keturunan Nabi Muhammad, yang lahir di desa Ghumarah, dekat kota
Sabtah, daerah Maghreb (sekarang termasuk wilayah Maroko, Afrika Utara) pada tahun 593
H/1197

Namanya lengkapnya adalah Abul Hasan Al-Shadhili Al-Hasani. Shekh Abul Hasan
Al-Shadhili adalah pendiri Tarekat Shadhiliyah. Nasab atau garis keturunan Abul Hasan Al-
Shadhili bersambung sampai dengan Rasulullah SAW. Berikut ini nasab Abu Hasan Al-
Shadhili: Abul Hasan, bin Abdullah, bin Abdul Jabbar, bin Tamim, bin Hurmuz, bin Hatim,
bin Qushay, bin Yusuf, bin Yusya’, bin Ward, bin Baththal, bin Ahmad, bin Muhammad, bin
Isa, bin Muhammad, bin Hasan, bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah binti Rasulullah SAW.

Sebagian besar sumber yang berbicara tentang sejarah Al-Shadhili sepakat bahwa dia
lahir di negeri Maghreb pada tahun 593 H (1197 M), di sebuah desa yang bernama Ghumarah,
dekat kota Sabtah (sekarang kota Ceuta, eksklave Spanyol di Afrika Utara). Dia tumbuh di
desa ini. Dia menghafal Al-Quran Al-Karim dan mulai mempelajari ilmu syariat. Kemudian
dia pergi ke kota Tunis ketika masih sangat muda. Dia tinggal di sebuah desa yang bernama
Shadhilah. Oleh karena itu, dia dinisbatkan kepada desa tersebut meskipun dia tidak berasal
dari sana, sebagaimana dikatakan oleh penulis Al-Qamus. Ada juga yang mengatakan bahwa
dia dinisbatkan kepada desa tersebut karena dia tekun beribadah di sana.

Al-Shadhili berkulit sawo matang, berbadan kurus, perawakannya tinggi, pipinya tipis,
jari-jari kedua tangannya panjang, dan lidahnya fasih serta perkataannya baik. Dia tidak terlalu
membatasi diri dalam makan dan minum. Dia selalu mengenakan pakaian yang indah setiap
kali memasuki masjid. Dia tidak pernah terlihat memakai baju-baju bertambalan sebagaimana

3
Hasanul Rizqa,7 pemikiran tasawuf shekh abdul qadir al jaylani tarekat qadiriyahnya,
https://www.republika.co.id/berita/ra6dlb320/7-pemikiran-tasawuf-shekh-abdul-qadir-al-jaylani; diakses tanggal
5 desember 2022
yang dipakai oleh sebagian sufi, bahkan selalu mengenakan pakaian bagus. Dia menyukai kuda,
memelihara, dan menungganginya. Dia selalu menasihatkan untuk bersikap moderat.4

• 9 ajaran dan amalan yang perlu kita ketahui dalam tarekat shadhiliyah

9 ajaran dan amalan yang perlu kita ketahui dalam tarekat shadhiliyah terdiri dari
istighfar, s}alawat Nabi, dhikir, wasilah dan rabit}ah, wirid, adab, hizib, zuhud, uzlah dan suluk.

Menurut KH Aziz Masyhuri, ajaran dan amalan dalam tarekat Shadhiliyah dijelaskan sebagai
berikut:
1. Istighfar. Maksud dari istighfar adalah memohon ampun kepada Allah dari segala
dosa yang telah dilakukan seseorang. Esensi istighfar adalah tobat dan kembali
kepada Allah, kembali dari hal-hal yang tercela menuju hal-hal yang terpuji.

2. S}alawat Nabi. Membaca s}alawat Nabi Muhammad SAW dimaksudkan untuk


memohon rahmat dan karunia bagi Nabi SAW; agar pembacanya juga mendapatkan
balasan limpahan rahmat dari Allah SWT.

3. Dhikir. Dhikir adalah perintah Allah pertama kali yang diwahyukan melalui
malaikat Jibril kepada Muhammad, ketika ia menyepi (khalwat) di gua Hira’. Dhikir
yang diamalakan ahli tarekat Shadhiliyah adalah dhikir nafi ithbat yang berbunyi
“la ilaha illa Allah”; dan diakhiri dengan mengucapkan “Sa>yyiduna Muhammad
=Rasulullah SAW”; dan diamalkan pula dhikir isim dhat yang dengan mengucap
dhikir nafi ithbat yang dibunyikan secara perlahan dan dibaca panjang; dengan
mengingat maknanya yaitu tiada dzat yang dituju kecuali hanyalah Allah; dibaca
sebanyak tiga kali, dan diakhiri dengan mengucapkan “Sayyidina Muhammad
Rasulullah SAW”. Kemudian diteruskan dhikir nafi ithbat tersebut sebanyak seratus
kali.

4. Wasilah dan Rabit}ah. Dalam tradisi tarekat Shadhiliyah, orang-orang yang


dipandang paling dekat dengan Allah adalah Nabi Muhammad SAW, kemudian
disusul para nabi lain, al-khulafa>’ al-rashidun, tabi>’in, tabi>’ al-tabi>’in, dan
masyayikh atau para mursyid. Diantara bentuk-bentuk tawassul yang diajarkan dan
biasa dilakukan pada tarekat Shadhiliyah adalah; membaca surat al-fatih}ah yang

4
Ibn Abi al-Qasim al_Humairi: “Jejak-jejak Wali Allah”, (ERLANGGA,2009),2-4.
ditujukan kepada arwah suci (arwah al-muqa>ddasah) dari Nabi Muhammad saw;
sampai murshid yang mengajar atau menalqin dhikir. Adapun rabit}ah yang
dipraktekkan dalam tarekat Shadhiliyah adalah dengan menyebut isim dhat, yaitu
lafadz “Allah, Allah” dalam hati.
5. Wirid, Adapun wirid yang dianjurkan adalah penggalan ayat al-Qur’a>n surat
At-Taubah/9: 128-129 dan wirid ayat Kursi yang dibaca minimal 11 kali setelah
s}alat fard}u. Dan wirid-wirid lain, yang antara murid yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda sesuai dengan kebijaksanaan murshid.

6. Adab. (etika murid) murid dapat dikategorikan ke dalam empat hal, yaitu adab murid
kepada Allah, adab murid kepada murshidnya, adab murid kepada dirinya sendiri
dan adab murid kepada ih}wan dan sesam muslim.

7. Hizib. Hizib yang diajarkan tarekat Shadhiliyah jumlahnya cukup banyak, dan
setiap murid tidak menerima hizib yang sama, karena disesuaikan dengan situasi dan
kondisi ruhaniyah murid sendiri dan kebijaksanaan murshid.
Adapun hizib-hizib tersebut antara lain hizib al-Ashfa’, hizib al-a>fi atau al-A>utad,
hizib al-Bahr, hizib al-Baladiyah, atau al-Birhatiyah, hizib al-Barr, hizib an-Nasr,
hizib al-Mubarak, hizib as-Salamah, hizib an-Nur, dan hizib al-Kahfi. Hizib-hizib
tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua orang, kecuali telah mendapat izin atau
ijazah dari murshid atau seorang murid yang ditunjuk murshid untuk
mengijazahkannya.
8. Zuhud, Pada hakikatnya, zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan.
Mengamalkan tarekat tidak harus meninggalkan kepentingan duniawi secara
lahiriah.
9. Uzlah dan Suluk Uzlah adalah mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat atau
khalayak ramai, untuk menghindarkan diri dari godaan-godaan yang dapat
mengotori jiwa, seperti menggunjing, mengadu domba, bertengkar, dan memikirkan
keduniaan. Dalam pandangan Shadhiliyah, untuk mengamalkan t}oriqot seorang
murid tidak harus mengasingkan diri (uzlah) dan meninggalkan kehidupan duniawi
(al-zuhud) secara membabi buta. Suluk adalah suatu perjalanan menuju Tuhan yang
dilakukan dengan berdiam diri di pondok atau zawiyah. Suluk di pondok pesulukan
dalam tradisi tarekat Shadhiliyah dipahami sebagai pelatihan diri (training centre)
untuk membiasakan diri dan menguasai kata hatinya agar senantiasa mampu
mengingat dan berdzikir kepada Allah, dalam keadaan bagaimana, kapan, dan
dimanapun.

Selain 9 ajaran dan amalan dalam tarekat shadhiliyah di atas, menurut H. Purwanto
Bukhori, ada 2 pokok dasar ajaran tarekat shadhiliyah yaitu:
1. Takwa kepada Allah SWT lahir batin, yaitu secara konsisten (istiqomah), sabar, dan tabah
dalam menjalankan segala perintah Allah SWT serta menjauhi semua larangan-
laranganNya dengan berperilaku waro’ (berhati-hati terhadap semua yang haram,
makruh, maupun syubhat), baik ketika sendiri maupun pada saat dihadapan orang lain.
2. Mengikuti sunnah-sunnah Rasullulah SAW dalam ucapan dan perbuatan; yaitu dengan
cara selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa berucap dan beramal seperti yang
telah dicontohkan Rasullulah SAW; serta selalu waspada agar senantiasa menjalankan
budi pekerti luhur (akhlaqul karimah).5

5
Munawar AM,”9 ajaran dan amalan tarekat shadhiliyah yang perlu diketahui” https://pcnucilacap.com/9-ajaran-
dan-amalan-tarekat-syadziliyah/; diakses tanggal 12 desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai