Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Firdaus Syahid

NIM :2281130514

Mata Kuliah : Akhlak Tasawwuf

Dosen Pengampu : Cucu Surahman

a. Sejarah Syekh Abdul Qodir al-Jailani

Nama lengkapnya adalah Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-
Jaelani, lahir di Jailan atau Kailan tahun 470 H/1077 M.151 Beliau wafat pada hari Sabtu malam,
setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561
H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095
M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad
al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali.

Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di
Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al
Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul
dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’. Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi
membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini
diserahkan sepenuhnya kepada Syekh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan
sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada
tersebut.

Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati
kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka,
diadakan perluasan.

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang
menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syekh Qudamah penyusun kitab figh
terkenal Al Mughni.

b. Konsep Ajaran Syekh Abdul Qodir al-Jailani

Pemikiran sufistik al-Jailani banyak berorientasi pada masalah-masalah moral dan ketuhanan
(teologis) yang bersumber pada syariat Islam (Al-Qur’an dan Al-Sunnah) baik secara zahir maupun
batin. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ali al-Hitti, bahwa tarekatnya adalah tauhid semata
yang disertai kehadiran dalam sikap sebagai hamba Tuhan. Sementara mengenai karakteristik
tarekatnya, Abdi bin Musafir berkomentar, bahwa tarekatnya adalah kepasrahan kepada alur-alur
ketentuan Tuhan yang persepakatan dengan kalbu maupun jiwa (ruh), intergrasi batin dan lahir,
pensucian diri dari tabiat-tabiat jiwa.

Kondisi sosial politik pada masa al-Jailani ditandai dengan kekacauan pemerintahan yang berwujud
dehumanisasi dan despiritualisasi. Lantas dari kalangan ulama’ memutuskan untuk hidup sufi dan
menyeru ke jalan yang satu, yaitu memegang erat tauhid.

Maka dalam kaitan inilah al-Jailani sangat lantang menyeru kepada pemurnian tauhid dan
menganggap remeh selain Allah. Ia pun secara tegas mengkritik para pembesar kerajaan, termasuk
orang-orang yang menumpuk harta dengan jalan yang ilegal, koruptor dan menuding
kelemahankelemahannya:
“Engkau bersandar kepada dirimu dan semua ciptaan, kepada harta kekayaanmu, penguasa
negerimu, setiap orang yang engkau sandari adalah rusak, semua orang yang engkau takuti dan kau
harapkan juga rusak. Dan setiap orang yang kau lihat dalam keadaan bahagia dan sengsara juga akan
rusak.”

“Wahai hati yang mati! Wahai orang yang musyirk! wahai para penyembah berhala, penyembah
kehidupan dan harta, pengabdi para sultan kerajaan! ketahuilah, mereka itu ditutupi oleh Allah Azza
wajalla. Barang siapa yangbmenganggap bahwa bahagia dan nestapa itu dari selain Allah, maka
mereka itu bukan hamba-Nya”. Adapaun pemikiran al-Jailani dalam bidang akidah dapat dijelaskan
secara lebih detail berikut:

1. Tauhid

Tauhid sendiri ada dua macam, yaitu: tauhid Rububiyah dan tauhid Ilahiyyah. Tauhid Rububiyah ialah
pengakuan bahwa Allah Swt adalah pencipta segala sesuatu. Tauhid ini adalah haq, tidak ada
keraguan di dalamnya dan merupakan tujuan sebagian besar kelompok rasionalis, kalam, dan sufi.
Beliau berkata jiwa seluruhnya tunduk kepada Tuhannya, dan mengakuinya bahwa dia pencipta dan
pembuatnya, dan jiwa membutuhkan-Nya untuk disembah-Nya, dan jiwa membutuhkan-Nya untuk
disembah. Sedangkan tauhid Uluhiyah yaitu tauhid ibadah dan permintaan atau hanya
mengkhususkan ibadah kepada Allah dengan berbagai macam ibadah; 'Jika anda berkata "Laa ilaha
illallah" berarti anda telah mengaku, maka akan ditanyakan kepada anda, apakah kamu punya
bukti?. Buktinya adalah menjalankan perintahnya dan menjauhi laranganya, bersabar atas musibah
dan menerima takdir-NYA.

2. Kenabian

Mengimani kenabian Muhammad Saw, dan bahwa Allah mengutusnya kepada seluruh alam
merupakan pondasi pemikiran yang pokok. Karena tidak sempurna keimanan seseorang, kecuali
mengimani kerasulan Nabi Muhammad SAW, beliau berkata " Penganut Islam menyakini bahwa
Muhammad bin Abdullah adalah Rasulullah dan pemimpin Rasul serta penutup para Nabi.

3. Hari Akhir

Syekh Abdul Qadir al-Jailani berbicara dengan singkat mengenai masalah ini. Beliau berkata
"sesungguhnya ruh para syuhada dan orang mukmin berada di dalam sangkar burung-burung hijau
yang berkicau di surga dan terbang menuju kesorot lampu dibawah arsy, kemudian dia akan datang
menemui jasadnya lagi ketika peniupan ruh yang kedua ke bumi untuk klarifikasi dan penghitungan
amal pada hari kiamat.

4. Bid'ah

Syekh Abdul Qadir al-Jilani menyampaikan tidak ada keberuntungan buat anda hingga anda
mengikuti al-Kitab dan al- sunnah.

5. Taat Pemimpin

Syekh Abdul Qadir al-Jailani r.a menegaskan masalah ini dengan menyebutkan kesepakatan ahlu
Sunnah wal jamaah, beliau berkata, ikuti dan taati pemimpin Islam.

c. Karya-Karya Syekh Abdul Qodir al-Jailani

Di antara Karya beliau adalah:

a. Tafsir al-Jailani
b. Al-Fathu ar-Rabbani wa al-faydh ar-Rahmani

Sebuah kitab yang mencakup wasiat, nasihat-nasihat dan petunjuk-petunjuk di enam puluh dua
majelis yang diasuhnya sejak tanggal 3 syawal 545H/ 5 Februari 1151M sampai tanggal 6 Sya‟ban
546 H / 30 November 1151 M yang membahas ihwal permasalahan keimanan, keikhlasan dan
sebagainya.

c. As-Sholawat wa al-Aurad

d. Al-rasail

e. Yawaqit al-hikam

f. al-Ghunyah li thalibi Thariqil Haqq

g. Futuh al-ghaib

h. Ad-diwan

i. Sirrul asrar

j. Asrarul asrar

k. Jalaul khathir

l. Al-amru al-muhkam

m. Ushulus Saba’

n. Mukhtasar ihya ulumuddin

o. Ushuluddin

Anda mungkin juga menyukai