Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah yang kami ambil dalam program studi
pendidikan. Kami ingin menyampaikan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung kami dalam proses penyusunan makalah ini. Terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang
berharga kepada kami. Kami juga berterima kasih kepada teman-teman sekelas dan keluarga
kami yang telah memberikan dukungan dan semangat. Makalah ini membahas tentang
analisis kurikulum di Negara Singapura, Korea Selatan, Indonesia, dan Finlandia. Melalui
makalah ini, kami berupaya untuk menganalisis konsep dasar dan elemen-elemen yang terkait
dengan model dan kurikulum pembelajaran, serta pentingnya memperhatikan dimensi-
dimensi tersebut dalam merancang pembelajaran yang efektif dan relevan. Makalah ini
tentunya memiliki keterbatasan dan kesalahan, oleh karena itu kami sangat menghargai segala
kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumbangsih kecil dalam pengembangan dunia
pendidikan. Akhir kata, kami berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menggapai kesuksesan dalam dunia pendidikan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Kurikulum Singapura..............................................................................6
B. Kurikulum Korea Selatan......................................................................12
C. Kurikulum Indonesia.............................................................................19
D. Kurikulum Finlandia...................................................................................26
BAB III PENUTUP..............................................................................................32
A. Kesimpulan............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Semenjak
manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah
berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini
kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan
peradaban manusia. Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang
sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai.
Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu
selalu bersifat maju. Dan apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak
menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah
dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang
mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu
berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal
demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai reformasi dalam
bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan
diperlukan sebuah kurikulum. Studi perbandingan pendidikan dalam hal ini kurikulum
merupakan salah satu cara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan
sistem pendidikan Indonesia dengan Negara tertentu, terutama yang berhubungan
dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada sistem pendidikan tersebut. Untuk
itulah pada kesempatan kali ini penulis mencoba mengkaji dan menguraikan
perbandingan pendidikan terhadap beberapa Negara khususnya Singapura, Korea
Selatan dan Finlandia. Sistem manajemen dari ke tiga Negara ini terdapat kemiripan
yaitu gabungan antara sentralistik dan desentralisasi. Kondisi ini sebenarnya sedikit
berbeda dengan sistim pendidikan di Indonesia yang mana masalah sepenuhnya bersifat
sentralistik tanpa memberi kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan proses
pendidikan, yang walaupun saat ini Indonesia sudah masuk dalam era desentralisasi tapi
proses pengolahan pendidikan khususnya aspek anggaran daerah masih belum menaruh
perhatian penuh terhadap pendidikan. Pernulis tertarik untuk mengkaji ke enam Negara
ini di karenakan Negara ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal
sector industry, ekonomi maupun pendidikan itu sendiri.
B. Tujuan Penulisan
5
mengalokasikan anggaran yang besar untuk pendidikan, sedangkan negara
lain mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal ini.
1. KURIKULUM SINGAPURA
A. Kebijakan Pendidikan Di Singapura
Sistem pendidikan Singapura didasarkan pada pemikiran bahwa setiap siswa
memiliki bakat dan minat yang unik. Singapura memakai pendekatan yang fleksibel
untuk membantu perkembangan potensi para siswa. Pusat Keunggulan Pendidikan-
Singapura, Pusat Pendidikan Dunia. Selama bertahun-tahun, Singapura telah
berkembang dari sistem pendidikan ala Inggris yang tradisional menjadi sistem
pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individual dan
mengembangkan bakat.
Sistem pendidikan di Singapura terdiri dari empat lembaga utama, yakni:
1) Pemerintah, sekolah yang didanai pemerintah dan independen untuk tingkat
sekolah dasar dan menengah
2) Universitas Lokal, Pendidikan Politeknik dan Lembaga Teknik- untuk paska
pendidikan tingkat menengah
3) Sekolah swasta untuk pendidikan tingkat dasar dan menengah
4) Sekolah dengan sistem dari luar negeri dan sekolah asing/internasional.
Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala
Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan individual dan mengembangkan bakat. Keunggulan sistem pendidikan di
Singapura terletak pada kebijakan dua-bahasa (Bahasa
Inggris/Melayu/Mandarin/Tamil) dan kurikulumnya yang lengkap dimana inovasi dan
semangat kewiraswastaan menjadi hal yang sangat diutamakan. Para individu
menunjukkan bakat-bakat yang berkaitan satu sama lain dan kemampuan untuk
bertahan dalam lingkungan yang penuh dengan persaingan, dipersiapkan untuk sebuah
masa depan yang lebih cerah. Sekolah-sekolah di Singapura terkenal dengan
standarnya yang tinggi dalam hal kegiatan belajar mengajar, terbukti melalui
perbandingan lokakarya Internasional seperti Third Internasional Matemathics and
Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa mayoritas siswa sekolah Singapura
yang terkemuka telah mempunyai standar internasional dalam mata pelajaran
matematika dan ilmu pengetahuan.
Para siswa kami juga merupakan yang terbaik dalam kompetisi di setiap kejuaraan
debat sedunia (Bahasa Inggris) dan olimpiade Internasional (Matematika, Fisika,
Kimia dan Biologi), mengalahkan siswa-siswa dari negara lain untuk meraih hadiah
utama dan penghargaan yang diberikan. Pada tingkat ketiga, sebagai tambahan untuk
mempromosikan 3 universitas lokal yang sedang berkembang, Singapura telah
menarik 10 institusi kelas dunia dengan jaringan industri yang kuat untuk membangun
pusat pendidikan dan penelitian yang sempurna.
Di antaranya adalah nama-nama yang sudah dikenal, seperti Universitas yang
terkemuka di Perancis-INSEAD, Massachusett Institute of Technology yang terkenal,
dan sekolah bisnis Amerika yang terkemuka seperti University of Chicago Graduate
School of Business.Bahkan setelah lulus dan masuk dalam dunia kerja, ada banyak
kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut. Pelatihan profesional dan dasar
6
keterampilan ditawarkan dan dijelaskan secara umum. Hal ini telah diketahui oleh
banyak orang guna melihat minat pada seminar-seminar yang dilakukan oleh
manajemen guru seperti Michael Porter atau kuliah yang diberikan oleh para ahli yang
datang berkunjung. Kehadiran dari gabungan institusi Internasional, sistem pendidikan
yang berkualitas tinggi dan tepat, dan sebuah bangsa yang yakin atas investasi pada
pendidikan, akan bersama-sama menawarkan kepada para siswa di sini dan di seluruh
dunia, sebuah pengayaan dan keutuhan perjalanan belajar.
2. Sekolah Dasar
Seorang anak di Singapura menjalani pendidikan dasar selama 6 tahun, terdiri
dari empat tahun tahap dasar pertama yaitu Sekolah Dasar kelas 1 sampai 4 dan tahap
orientasi tahun ke dua yaitu Sekolah Dasar kelas 5 sampai 6.
Pada tahap dasar, kurikulum inti terdiri dari pengajaran Bahasa Inggris, Bahasa
daerah dan matematika, dengan mata pelajaran tambahan seperti musik, kesenian dan
kerajinan tangan, pendidikan fisik dan pembelajaran sosial. Ilmu pengetahuan sudah
diajarkan sejak kelas 3 Sekolah Dasar.
Untuk memaksimalkan potensi mereka, siswa diarahkan menurut kemampuan
belajar mereka sebelum menguasai tahap orientasi. Pada akhir kelas 6 SD, siswa
mengikuti Ujian Kelulusan Sekolah Dasar (Primary School Leaving Examination).
Kurikulum Sekolah Dasar di Singapura telah digunakan sebagai model internasional,
khususnya metode pengajaran matematika. Siswa asing dari negara manapun diterima
di Sekolah Dasar menurut ketersediaan lowongan tempat.
3. Sekolah Lanjutan
Sekolah Lanjutan di Singapura terdiri dari sekolah dengan Dana Pemerintah,
bantuan Pemerintah atau biaya sendiri. Para siswa melaksanakan pendidikan lanjutan
selama 4 atau 5 tahun melalui program spesial, cepat ataupun normal. Program spesial
dan cepat mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian GCE 'O' (Singapore-
Cambridge General Certificate of Education 'Ordinary') pada tingkat empat. Siswa
pada program normal dapat memilih jurusan akademik atau teknik, yang keduanya
7
mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian GCE 'N' (Singapore-Cambridge General
Certificate of Education 'Normal') pada tingkat empat dan jika hasilnya memuaskan,
maka siswa akan mengikuti ujian GCE 'O' pada tingkat lima.
Kurikulum pendidikan lanjutan mencakup Bahasa Inggris, Bahasa daerah,
Matematika, Ilmu Pengetahuan dan kemanusiaan. Pada tingkat lanjutan ke-3, siswa
dapat memilih pilihan mereka sendiri tergantung apakah mereka di jurusan Seni, Ilmu
Pengetahuan, Perniagaan atau teknik terapan.
Kurikulum pada Sekolah Lanjutan di Singapura dikenal di seluruh dunia atas
kemampuannya untuk mengembangkan siswa melalui pemikiran yang kritis dan
keterampilan intelektual.
a. National University of Singapore (NUS)
b. Nanyang Technological University (NTU)
c. Singapore Management University (SMU)
Universitas lokal tersebut diatas membentuk lulusan yang hebat dengan gelar
kesarjanaan yang dikenal secara internasional. Kesempatan untuk melakukan
penelitian ilmiah dan beasiswa juga tersedia untuk para siswa lanjutan tingkat akhir.
Sejak berdiri pada tahun 1905, NUS telah berkembang menjadi universitas yang
mempunyai cakupan luas dengan menawarkan pelatihan tentang berbagai disiplin ilmu
seperti Ilmu pengetahuan, keahlian tehnik terapan, teknologi, hukum, seni dan
pengetahuan sosial dan pengobatan.
NTU didirikan pada tahun 1981 dengan menyediakan banyak fasilitas untuk
melaksanakan pendidikan tingkat 3 dan melakukan penelitian dalam keahlian tehnik
dan teknologi. NTU telah tergabung dengan National Institute of Education (NIE) -
fakultas keguruan - dan berkembang mencakup kegiatan pembukuan, bisnis dan ilmu
komunikasi.
SMU didirikan pada tahun 2000 sebagai universitas umum pertama-yang
mendapat bantuan dari pihak swasta dengan fokus pengajaran pada program bisnis dan
manajemen.
Saat ini ada 4 universitas di Singapura. Pertama dua universitas,
NationalUniversity of Singapore dan Nanyang Technological University adalah
universitas publik, masing-masing memiliki sebuah pendaftaran dari sekitar 200.000
siswa. 13 Universitas ketiga, Singapore Management University adalah universitas
swasta yang didanai oleh pemerintah. Terakhir universitas, SIM University, adalah
swasta. Siswa menerima gelar yang diakui secara internasional setelahmenyelesaikan
kuliah mereka di universitas. Selain juga terdapat sepuluh lembaga pendidikan tinggi
swasta lainnya yang memberikan gelar sarjana dan pascasarjana.Lembaga-lembaga
pendidikan tinggi ini menjadi sarana bagi siswa untuk meningkatkan pendidikan dan
pengalaman akademis mereka sehingga dapatmenghadapi persaingan di dunia kerja
yang terus bergerak maju, membukakesempatan luas bagi mereka untuk berpartisipasi
dalam peningkatan perekonomian Singapura
Terdapat juga institusi-institusi khusus asing di Singapura, yang telah
mendirikan kampusnya di sini atau bekerja sama dengan politeknik-politeknik lokal.
Program ini memungkinkan siswa-siswa politeknik untuk mendapatkan gelar yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang telah mereka ambil setelah mereka
menyelesaikan diploma mereka di politeknik.
8
4. Institusi Kesenian Swasta
Saat ini ada 2 institusi kesenian swasta di Singapura yaitu LASALLE College of
the Arts dan Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) yang menawarkan pendidikan
kesenian selepas sekolah menengah. Kedua sekolah tersebut dikelola oleh swasta dan
merupakan badan yang dibiayai publik; kedua institusi kesenian tersebut bersifat non-
profit, merupakan institusi pendidikan swasta dan dikelola secara mandiri dengan
bantuan dana dari
Departemen Pendidikan Singapura dalam bentuk pendanaan di tingkat
politeknik untuk program Diploma tertentu. Sebagai tambahan, institusi tersebut juga
menawarkan program sarjana offshore atau program sarjana yang terakreditasi secara
eksternal yang tidak didanai oleh pemerintah.
Sebagaimana halnya dengan institusi pendidikan publik lainnya di Singapura,
mereka terbebas dari program CaseTrust untuk Pendidikan. Terdapat juga institusi-
institusi pendidikan swasta lainnya yang menyediakan program-program yang
berkaitan dengan seni dan desain.
5. Sekolah Swasta
Di Singapura, beragam variasi sekolah swasta menawarkan berbagai jenis
jurusan, yang menambah keanekaragaman pandangan pendidikan antar bangsa. Ada
lebih dari 300 sekolah swasta komersial jurusan Teknologi Informasi, seni dan bahasa.
Sekolah swasta komersial dan sekolah khusus ini menawarkan jurusan yang banyak
diminati siswa lokal dan internasional.Sekolah-sekolah swasta menawarkan beragam
jurusan dari mulai sertifikat, diploma, sarjana, sampai dengan pasca sarjana. Melalui
hubungan kerjasama dengan universitas Internasional yang terkenal dari AS, Inggris,
Australia dan lainnya, sekolah-sekolah swasta ini menawarkan kepada para siswa
kesempatan untuk mendapatkan sertifikat internasional di lingkungan yang dekat dan
terjangkau. Setiap sekolah swasta mengadakan sistem pendaftaran sendiri-sendiri.
B. Tujuan
Tujuan pendidikan di singapura mengerucut pada visi dan misi pendidikan
tersebut. Visi dari pendidikan di singapura yaitu memberikan kesempatan bagi para
pelajar untuk merasakan aturan sistem pendidikan di Singapura yang selalu
meletakkan keunggulan dan menempatkan diri sebagai bagian dari komunitas dunia.
Biaya kuliah di Singapura untuk siswa Internasional bervariasi dan bergantung pada
program studi mereka. Daftar universitas di Singapura antara lain adalah MDIS, PSB,
James Cook University, Kaplan, TMC, Raffles Design Institute dll yang selalu
mencetak lulusan terbaik dengan gelar yang diakui secara Internasional. Daftar
Universitas di Singapura tidak hanya beberapa universitas di atas saja, namun juga
diwarnai dengan kehadiran berbagai macam lembaga asing terkemuka, baik yang
mendirikan kampus-nya maupun yang berkolaborasi dengan universitas asing di
Singapura tersebut.
C. Kurikulum
9
Kurikulum di Singapura Visi dari Departemen Pendidikan Singapura adalah “
Thinking Schools, Learning Nation”. Jika diartikan dalam secara kasar dalam Bahasa
Indonesia berarti berpikir sekolah, belajar nasionalitas. Maksudnya dengan belajar di
sekolah diharapkan siswa tumbuh rasa nasionalitasnya terhadap negara. Sistem
pendidikan di Singapura bertujuan untuk mecetak pelajar yang berpendidikan luas.
Dengan karakteristik di Singapura yang memiliki banyak budaya dan ras, kebijakan
untuk menggunakan bahasa bilingual menjadi salah satu kunci dalam pendidikan di
Singapura. Setiap siswa belajar Bahasa Inggris yang menjadi bahasa utama dalam
dunia pekerjaan, tetapi mereka juga mempelajari bahasa ibu mereka (Bahasa Cina,
Melayu, Tamil) untuk mempertahankan identitasnilai dan budayanya. Harapan dari
hasil pendidikan tersebut menghasilkan pelajar yang baik disegala bidang,moral,
intelektual, fisik, sosial dan delapan estetika dari kemampuandan nilai yang utama.
Delapan estetika dari kemampuan dan nilai yang utama tersebut adalah:
1.Perkembangan karakter
2. manajemen diri sendiri
3. sosial dan kooperatif
4. membaca dan berhitung
5. komunikasi
6. informasi
7. kemampuan berpikir dan kreatif
8. pengetahuan penerapan ilmu.
Untuk mencapai pelajar yang menguasai setiap bidang yang dipelajari, terdapat tiga
hal, yaitu: kurikulum, strategi mengajar, penilaian. Kurikulum termasuk didalamnya
tujuan dan objek, isi, kemampuandan kompetensi dibutuhkan untuk pembuatan
silabus. Strategi mengajar yang tepat disusun untuk menjadikan kelas yang sesuai
dengan silabus. Dan untuk mengevaluasi hasil yang didapat oleh siswa digunakan
penilaian secara formatif dan sumatif. Setiap anak di Singapura mempunyai
kesempatan sedikitnya 10 tahun untuk pendidikan dasar. 6 tahun pada pendidikan
primer dan 4 tahun pada pendidikan sekunder.
10
menjadi hal yang wajib dilakukkan dalam memantau standar dan memantau
tercapainya tujuan. Untuk menciptakan siswa yang unggul tidak hanya dibutuhkan
kurikulum yang baik, juga guru dipersiapkan untuk mendidik siswa dengan
kemampuan yang telah dipersiapkan.
Kesimpulan dari semuanya adalah kurikulum dibuat untuk menyambut abad 21
mendatang. Guru harus fokus pada bagaimana mengajar dan meningkatkan
pengetahuan dan skill. Penilaian atau ujian akan disesuaikan dan dirancang agar siswa
dapat menghadapi masalah yang mungkin akan mereka hadapi di kehidupannya
D. Metode
Singapura memiliki metode pembelajaran bertaraf internasional, infrastruktur
pendidikan canggih, serta atmosfer belajar nyaman di tengah keharmonisan multi
budaya masyarakatnya. Para peserta didik di Singapura juga dipersiapkan secara dini
menjadi warga global yang berdaya saing tinggi. Untuk belajar di Singapura,
pembelajar membutuhkan persiapan yang sangat matang.
E. Evaluasi
Penyelenggaraan evaluasi pendidikan di Singapura tidak berbeda dengan
pendidikan di Indonesia, yaitu mengadakan evaluasi berbentuk Ujian Nasional. Dalam
pendidikan singapura tidak menentukan kelulusan seseorang, karena menurut
Pemerintahannya setiap orang punya kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan.
Jadi untuk pelajar yang sudah duduk di kelas 4 Express ataupun yang dikelas 5 normal
Academic sudah harus mengikuti 0 level test untuk lulus dari secondary school. Dalam
0 level test ada tujuh pelajaran yang harus diikuti diantaranya 5 mata pelajaran pokok
dan 2 mata pelajaran pilihan. Kelima pelajaran pokok tersebut adalah English Mother,
Tongue, matematika, IPA ( biologi, kimia, fisika), IPS ( Sejarah, sosiologi, geografi)
serta dua mata pelajaran pilihan dari food and nutrition, IT dan design and technology,
semua pelajaran tersebut mempunyai nilai minimum. Bagi siswa yang tidak bisa
mendapatkan nilai minimum tetap lulus, akan tetapi ijazah mereka aka nada nilai
merah. Jika mereka tidak ingin ada nilai merahnya dalam ijazah maka mereka boleh
mengulangi satu tahun di kelas yang sama . Setelah secondary school, masih ada satu
lagi jenjang sebelum mereka masuk ke universitas, yaitu Centralised nstitute atau
Junior Colleges (tertiary education, persiapan menuju tingkat universitas). Tetapi
untuk mereka yang memiliki nilai bagus (poin 1 – 14) bisa langsung ke Junior College
yang lamanya 2 tahun. Jika mereka tidak memiliki nilai dari poin yang disebutkan itu
maka mereka melanjutkan ke Centralised Institute yang waktunya lebih lama yakni 3
tahun. Setelah itu mereka harus melewati ujian nasional yang namanyaes yang
diberikan tentu saja lebih sulit karena sudah masuk Universitas. Dengan banyaknya tes
yang harus dilewati, tentulah universitas di Singapura bisa mendapatkan calon
mahasiswa yang berkualitas, karena penyaringan mahasiswanya secara tidak langsung
dilakukan melewati sejumlah tes-tes tersebut
11
2. KURIKULUM KOREA SELATAN
13
Di Korea Selatan, memiliki perhitungan tahun untuk kelahiran, jadi
sejak bayi lahir akan dihitung satu tahun. Sehingga untuk usia 6 tahun
menurut orang Indonesia maka di Korea Selatan berumur 7 tahun.
Kemudian, saat anak ingin menempuh pendidikan pra sekolah, para
pengajar akan memberikan konsultasi langsung kepada orang tua yang
kemudian nantinya anak tersebut baru diterima sekolah. Anak yang
berusia 6 tahun terhitung 1 Januari diperbolehkan masuk ke sekolah dasar
(Tono, 2015).
Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan usia, bukan
pengetahuan, nilai atau tes. Selain faktor usia, bulan lahir juga
menentukan kelas anak tersebut. Misalkan, Junpyo lahir pada 14 Januari
1994, dan Jihoo lahir pada 12 April 1994. Mereka berdua memang
seumuran, namun mereka tidak pada satu kelas yang sama. Junpyo harus
masuk sekolah terlebih dahulu dari pada Jihoo karena bulan lahirnya lebih
awal. Karena di Korea Selatan, semester pertama dimulai awal Maret
sampai dengan pertengahan Juli, maka Jihoo yang lahir dibulan April
tidak dapat sekelas dengan Junpyo yang lahir di bulan Januari, melainkan
Jihoo menjadi adik kelas Junpyo (Libchen, 2015).
14
oprasional secara penuh diserahkan kepada komite/dewan sekolah secara mandiri
untuk mengkaji proses pendidikan secara keseluruhan.
Menteri pendidikan Korea Selatan mendapatan kekuasaan dan kewenangan
penuh dalam pendidikan. Dewan pendidikan (board of education) terdapat di
setiap daerah, dan di setiap provini dan dearh khusus (Seoul dan Busan), dewan
pendidikan terdiri dari 7 orang yang dipilih oleh dearh otonom, lima orang dipilih
dan dua orang lainnya merupakan jabatan yang dipegang oleh walikota daerah
khusus atau gubernur provinsi. Dewan pendidikan ini pun kuga diketahui oleh
walikota tau gubernur.
i. Kurikulum
Pada tahun 1970an di Korea Selatan dilakukan reformasi pendidikan
dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi. Adapun yang dikerjakan oleh guru di Korea Selatan, meliputi empat
langkah, yaitu :
1. Perencanaan pengajaran
2. Diagnosis murid
3. Membimbing siswa belajar dengan berbagai program
4. Tes dan menilai hasil belajar
Di sekolah menengah tidak diadakan saringan masuk sekolah karena
adanya kebijakan walikota daerah khusus atau gubernur provinsi ke sekolah
menengah di daerahnya.
Kurikulum di Korea Selatan dikeluarkan oleh KICE (korea Institute of
Curriculum dan Evaluation) dengan kurikulum standar meliputi: bahasa Korea,
kesenian, kode etik, ilmu pengetahuan sosial, matematika, ilmu pengetahuan
alam, pendidikan kesehatan dan jasmani, music, bahasa asing (Inggris).
ii. Anggaran pendidikan
Anggaran pendidikan Korea Selatan, berasal dari anggaran Negara
dengan prosentase 18,9%. Pada tahun 1995, ada kebijakan untuk wajib belajar
9 tahun sehingga porsi anggarannya pun lebih tinggi untuk pendidikan.
Adapun sumber biaya pendidikan, bersumber dari: GNP untuk pendidikan,
pajak pendidikan, keuangan pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi
pendidikan kejuruan.
Untuk keluarga yang berpenghasilan rendah seperti petani dan
nelayan, biasanya anak yang usianya 5 tahun akan mendapatkan bantuan
pendidikan dari pemerintah (Tono, 2015).
iii. Guru/Personalia.
Di Korea terdapat 2 jenis pendidikan guru, yaitu tingkat akademik
(kelas 13-14) untuk guru SD dan pendidikan guru empat tahun untuk guru
sekolah menengah. Untuk pendidikan guru negri biaya ditanggung oleh
pemerintah.
Kemudian, guru nantinya akan mendapatkan sertifikat dari pemerintah,
yaitu sertifikat guru pra sekolah, guru SD dan sekolah menengah. Sertifikat ini
diberikan kepada guru dengan kategori guru magang, guru biasa yang telah
menyelesaikan on job training dan ijin untuk guru magang diberikan kepada
15
mereka yang telah lulus ujian kualifikasi selama empat tahun dalam bidang
engineering, perikanan, perdagangan dan pertanian.
Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun mengajar. Hal ini dilakukan
agar setiap guru mendapat kesempatan yang adil untuk mengajar di berbagai
sekolah yang baik atau buruk (Libchen, 2013).
Untuk menjadi seorang dosen di junior college harus bergelar master
(S2) dengan pengalaman 2 tahun dan untuk menjadi dosen senior college harus
bergelar doctor (S3).
16
menggunakan buku digital, kembali diimbangi dengan penggunan buku cetak
seperti biasa.
17
pendidikan mereka ke SMP. Pada tahun 1973, ujian masuk SMA juga dihapuskan,
tetapi ujian masuk universitas tetap dilakukan (Pendidikan di Korea Selatan, 2008).
Di tingkat sekolah menegah pertama, setiap semester akan diadakan 2 kali
ujian evaluasi dan hasilnya akan dikirim kerumah masing-masing, dan ketika
menginjak kelas 3, nilai dan kemampuan siswa akan dipertimbangan untuk
melanjutkan ke SMA. Pada tahap ini wali kelas akan memberi saran dan petunjuj
untuk para siswa melanjutkan ke SMA (Intan, 2014).
Penilaian yang dilakukan oleh Korea Selatan dikenal dengan College
Scholastic Aptitude (CSAT) pada tingkat SMA yang berada di bawah naungan KICE.
Tes yang diberikan meliputi 5 mata pelajaran yaitu bahasa Korea, matematika, bahasa
Inggris, ilmu sosial/alam/kejuruan (sesuai jurusan) dan siswa dapat memilih salah satu
bahasa asing seperti karakter bahasa Cina klasik. Siswa dinyatakan lulus jika nilai
mereka diantata 0-200 dengan 100 sebagai nilai minimal mereka, sedangkan untuk
mata pelajaran jurusan, mereka harus mendapatkan nilai minimal 50. Sehingga total
nilai yang mereka dapatkan untuk lulus minimal 250.
Penilaian dalam memasuki universitas ialah kombinasi dari pencapaian selama
masa SMA digabungkan dengan nilai ketika tes skolastik secara nasional (Su-Neung).
Rapor ketika SMA menyumbang 40% dalam penentuan kelulusan (International
Recognition Department, 2013)
18
3. KURIKULUM INDONESIA
A. Pendidikan di Indonesia
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu amanat yang tertuang dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang. Selain itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana terarah dan berkesinambungan. Menurut UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 3 pendidikan Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b. Jenjang Pendidikan
Pendidikan di Indonesia memiliki 3 jalur pendidikan yang dapat
diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak
jauh. Ketiga jalur pendidikan tersebut, yaitu jalur formal, nonformal dan informal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan informal ini berbentuk kegiatan belajar mandiri. Pendidikan informal
diakui setara dengan pendidikan formal dan informal jika peserta didik dinyatakan
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003, jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang
pendidikan di Indonesia dapat dilakukan baik secara formal, nonformal maupun
informal. Adapun jenjang pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini dilakukan sebelum peserta didik memasuki
pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat dilakukan baik pada jalur formal,
19
nonformal maupun informal. Pada jalur formal berbentuk TK (Taman Kanak-
kanak) ataupun RA (Raudhatul Athfal). Untuk dapat menempuh pendidikan di
PAUD jalur formal, siswa harus berusia minimal 4 tahun. Pada jalur nonformal
berbentuk KB (Kelompok Bermain), TPA (Taman Penitipan Anak), dll.
Pendidikan jalur KB diperuntukkan untuk anak usia minimal 2 tahun,
sedangkan TPA diperuntukkan untuk anak usia minimal 0 tahun. Sedangkan
pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar jalur formal adalah SD atau MI, dan SMP atau MTs.
Berdasarkan peraturan bersama antara Mendikbud dan Menag RI Nomor 7
Tahun 2014, syarat calon peserta didik baru untuk masuk SD atau sederajad
adalah sebagai berikut:
o telah berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun wajib
diterima;
o telah berusia berusia 6 (enam) tahun dapat diterima;
o telah berusia berusia 5 (lima) tahun sampai dengan kurang dari 6 (enam)
tahun, dapat dipertimbangkan atas rekomendasi tertulis dari psikolog
profesional; dan
o berusia kurang dari 5 (lima) tahun tidak dapat diterima.
Sedangkan untuk siswa SDLB dapat diterima walau usianya lebih dari 12
tahun. Pendidikan dasar sendiri dapat ditempuh dalam waktu 6 tahun.
Lain halnya dengan calon peserta didik SD atau sederajad, untuk calon
peserta didik SMP atau sederajad tidak dibatasi oleh usia minimal. Akan
tetapi dengan memenuhi syarat seperti berikut:
o telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SD/MI/SDLB/Paket A/Pendidikan
Pesantren Salafiyah Ula/sederajat;
o memiliki SKHU SD/SDLB/MI/Program Paket A/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Ula/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 18 (delapan belas) tahun pada awal tahun pelajaran
baru.
3. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah pada jalur formal adalah SMA, MA, SMK, MAK, dan
SMALB. Syarat calon peserta didik untuk dapat mengikuti seleksi masuk
SMA atau sederajad adalah sebagai berikut:
o telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SMP/SMPLB/MTs/Paket
B/Pendidikan Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat;
o memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru.
Sedangkan untuk dapat masuk ke sekolah kejuruan, calon peserta didik
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
o telah lulus SMP/MTs/SMPLB/sederajat dan memiliki ijazah;
20
o memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru; dan
o memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan spesifik bidang studi
keahlian/program studi keahlian/kompetensi keahlian di SMK/ MAK yang
dituju.
4. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan pendidikan formal setelah pendidikan menengah
yang dapat berupa program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis,
dan doktor. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma (2-4
tahun); sarjana (4 tahun atau lebih); magister, spesialis, dan doktor (2 tahun
atau lebih); yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi
dapat berbentuk: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau
Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan atau vokasi.
c. Manajemen Pendidikan
i. Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan tujuh
kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum
1984, kurikulum 2004, KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan
yang sekarang berlaku yaitu kurikulum 2013 yang dikeluarkan pemerintah
melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang
standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut,
tahun 2006. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi
diperlukan untuk mengarahkan siswa menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri;serta (3) warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
iii. Guru/Personalia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yang dibuktikan dengan ijazah/sertifikat keahlian yang relevan, yang
dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Jenis pendidikan guru yang diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi
dan ditetapkan pemerintah yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG), dengan
kualifikasi akademik:
1) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1
pendidikan dasar
2) Pendidik pada jenjang pendidikan menengaj minimum D-IV atau S1
pendidikan menengah
Pendidik pada jenjang pendidikan tinggi minimum S1 untuk program
diploma, S2 untuk program sarjana dan S3 untuk program magister dan doctor.
22
prasarana, pengelolaan dan pembiayaan pendidikan. Dilanjutkan pada ayat (2)
menyebutkan standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan. Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dan adanya pemetaan
sekolah menjadi sekolah kategori standar dan sekolah kategori mandiri, maka setiap
sekolah masih tergolong kategori standar diharuskan untuk memenuhi ke delapan
aspek standar yang telah ditentukan dalam SNP tersebut untuk menjadi sekolah
standar nasional (SSN). Untuk memudahkan bagi sekolah maupun masyarakat pada
umumnya dalam memahami bagaimana wujud sekolah yang telah memenuhi SNP
diperlukan contoh nyata, berupa keberadaan Sekolah Standar Nasional.
Dalam rangka meningkatkan mutu layanan penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah termasuk pendidikan anak usia dini pada pendidikan formal dalam rangka
pencapaian standar nasional pendidikan maka diperlukan pengembangan kapasitas
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008 yang mengatur tentang LPMP
menyebutkan bahwa LPMP adalah unit pelaksana teknis Departemen Pendidikan
Nasional di bidang penjaminan mutu pendidikan, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di
provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Dalam melaksanakan
tugasnya, LPMP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. pemetaan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah pada jalur pendidikan formal;
b. supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah pada jalur pendidikan formal dalam penjaminan mutu pendidikan;
c. fasilitasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal dalam penjaminan mutu
pendidikan nasional;
d. pengembangan model penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal;
e. pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal; dan
f. pelaksanaan urusan administrasi LPMP.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang telah diatur pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008, LPMP berkoordinasi
dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota, perguruan
tinggi, dan instansi terkait.
23
“berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu”. Standar
Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan) standar, salah satunya adalah Standar
Penilaian yang bertujuan untuk menjamin:
a. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan
b. dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;
c. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,
d. efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
e. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
f. informatif.
Standar Penilaian Pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik,
satuan pendidikan, dan Pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis
portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan
pendidikan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata
pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian kompetensi peserta didik. Penetapan
kriteria ketuntasan minimal belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian
proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) berfungsi secagai acuan bagi:
a. guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata
pelajaran yang diikuti;
b. peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran.
24
Pada skala nasional terdapat Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) yang
merupakan salah satu unit kerja pada Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1 tahun 2012, Puspendik mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, penelitian, dan pengembangan sistem dan
metodologi penilaian pendidikan.
Sesuai dengan fungsinya, Puspendik tidak hanya menyusun kebijakan teknis
pengembangan sistem dan metodologi penilaian pendidikan, tetapi juga melaksanakan
pengukuran akademik, non-akademik, dan seleksi; mengembangkan sistem dan
pengelolaan informasi hasil penilaian pendidikan; dan melaksanakan hasil analisis
hasil penilaian pendidikan, megkoordinasi, memfasilitasi dan mengevaluasi
pelaksanaan penilaian peniddikan.
Untuk melaksanakan fungsinya, Puspendik yang dipimpin oleh seorang kepala
pusat, mempunyai tiga bidang dan satu bagian (Permendikbud No.1 tahun 2012),
yaitu:
1. Bidang Penilaian Akademik memiliki tugas melaksanakan penyusunan bahan
kebijakan teknis, pengembangan sistem, dan pengukuran akademik serta
koordinasi, fasilitasi, evaluasi dan laporan pengukuran akademik pada semua jenis,
jenjang, dan jalur pendidikan.
2. Bidang Penilaian Non-Akademik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
bahan kebijakan teknis, pengembangan sistem, dan pengukuruan non-akademik
untuk kepentingan diagnostik, seleksi, dan penempatan serta koordinasi, fasilitasi,
evaluasi, dan laporan pelaksanaan pengukuran non-akademik pada semua jenis,
jenjang, dan jalur pendidikan.
3. Bidang Analisis dan Sistem Informasi Penilaian mempunyai tugas melaksanakan
analisis, pengembangan sistem, pengelolaan, dan penyebarluasan informasi hasil
penilaian pendidikan pada semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan.
4. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, kerumahtanggan, persuratan dan kearsipan, serta
pengelolaan barang milik negara di lingkungan Pusat.
25
4. KURIKULUM FINLANDIA
a. Tujuan Pendidikan Finlandia
30
berbeda, serta prinsip-prinsip penilaian murid, pendidikan kebutuhan khusus, pupil
welfare dan layanan bimbingan pendidikan. Prinsip-prinsip lingkungan belajar yang
baik, pendekatan serta konsep pembelajaran juga dibahas dalam kurikulum inti.
Kurikulum inti nasional diperbarui kirakira setiap sepuluh tahun.
Institusi pendidikan menyusun kurikulum sendiri berdasarkan kerangka
kurikulum inti nasional. Jadi ada ruang untuk kekhususan lokal atau regional. Semua
kurikulum lokal harus, mendefinisikan nilai-nilai, prinsip-prinsip yang mendasari,
serta pendidikan dan pengajaran tujuan umum. Dalam kurikuum tersebut juga tersedia
program pembelajaran berbasis bahasa ibu siswa dan muatan lokal. Selanjutnya, di
dalam kurikulum tersebut memuat kerjasama dengan orangtua dan pembelajaran bagi
murid yang membutuhkan dukungan khusus atau dari golongan minoritas atau
menggunakan bahasa lain.
31
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kajian dan pembahasan tentang analisis kurikulum di 4 negara yaitu :
Singapura, Korea Selatan, Indonesia dan Finlandia dapat disimpulkan bahwa, dari ke 4
negara tersebut sistim manajemen bersifat gabungan antara desentralisasi dan
sentralistik. Kurikulum Masing-masing negara disusun oleh kementrian pendidikan,
selanjutnya sekolah diberikan kewenangan untuk menyusun kurikulum/menambah
kurikulum lokal sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing dan permintaan
siswa.Hal ini berbeda dengan negara indonesia, yang memasukkan kurikulum local
namun tidak berhubungan langsung dengan permintaan siswa, seperti kurikulum lokal
yang hanya terbatas pada bahasa daerah, seni dan lain-lain. Untuk memberikan peluang
masa depan pada siswa, kiranya system kurikulum hendaknya lebih fleksibel dan
daerahpun agar memasukkan kurikulum local yang bersifat ―kreatifitas‖ sesuai kondisi
daerah masing-masing, seperti kurikulum local pertanian, perikanan,
perkebunan.teknologi dan lain- lain, tidak hanya sebatas kurikulum seperti bahasa
daerah atau bahasa asing yang selama ini banyak dimunculkan sehingga, mtidak
berpengaruh terhadap lapangan kerja dan tidak meberikan jaminan untuk
kehidupan.pekerjaan siswa setelah tamat sekolah.Hal ini, penulis munculkan, karena
ternyata diketiga Negara ini cukup berhasul dengan kurikulum local yang mereka pilih
berupa pertanian, perikanan, dan teknologi industri dan lain-lain, ini terbukti dengan
banyaknya kerajinan industri yang bersifat home industri di empat Negara ini, sehingga
pada gilirannya akan berimplikasi kepada pertumbuhan ekonomi Negara dan
kesejahteraan masyarakatnya semakin bertambah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Education, C. A. I. (2019). International Education from Cambridge: What lies at the heart of
a Cambridge education. Cambridge Assessment International Education, 1–16.
https://www.cambridgeinternational.org/Images/417448-overview-brochure.pdf.
33