Anda di halaman 1dari 33

“Analisis Kurikulum di Empat Negara ( Singapura, Korea

Selatan, Indonesia, dan Finlandia ) ”


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kurikulum Perencanaan Tahun Ajaran
2023
Dosen Pengampu: Ibu Alimatu Fatmawati, M.Pd.

Disusun Oleh:

YUSI ALFINA RIZQI (2284203011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NURUL HUDA
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah yang kami ambil dalam program studi
pendidikan. Kami ingin menyampaikan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dan mendukung kami dalam proses penyusunan makalah ini. Terima
kasih kepada dosen pengampu mata kuliah yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang
berharga kepada kami. Kami juga berterima kasih kepada teman-teman sekelas dan keluarga
kami yang telah memberikan dukungan dan semangat. Makalah ini membahas tentang
analisis kurikulum di Negara Singapura, Korea Selatan, Indonesia, dan Finlandia. Melalui
makalah ini, kami berupaya untuk menganalisis konsep dasar dan elemen-elemen yang terkait
dengan model dan kurikulum pembelajaran, serta pentingnya memperhatikan dimensi-
dimensi tersebut dalam merancang pembelajaran yang efektif dan relevan. Makalah ini
tentunya memiliki keterbatasan dan kesalahan, oleh karena itu kami sangat menghargai segala
kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumbangsih kecil dalam pengembangan dunia
pendidikan. Akhir kata, kami berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua dalam menggapai kesuksesan dalam dunia pendidikan.

Sukaraja , 23 November 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Kurikulum Singapura..............................................................................6
B. Kurikulum Korea Selatan......................................................................12
C. Kurikulum Indonesia.............................................................................19
D. Kurikulum Finlandia...................................................................................26
BAB III PENUTUP..............................................................................................32
A. Kesimpulan............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................33

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Semenjak
manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan ini semenjak itulah manusia telah
berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini
kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah suatu yang alami dalam perkembangan
peradaban manusia. Secara paralel proses pendidikan pun mengalami kemajuan yang
sangat pesat, baik dalam bentuk metode, sarana maupun target yang akan dicapai.
Karena hal ini merupakan salah satu sifat dan keistimewaan dari pendidikan, yaitu
selalu bersifat maju. Dan apabila sebuah pendidikan tidak mengalami serta tidak
menyebabkan suatu kemajuan atau malah menimbulkan kemunduran maka tidaklah
dinamakan pendidikan. Karena pendidikan adalah sebuah aktifitas yang integral yang
mencakup target, metode dan sarana dalam membentuk manusia-manusia yang mampu
berinteraksi dan beradabtasi dengan lingkungannya, baik internal maupun eksternal
demi terwujudnya kemajuan yang lebih baik. Dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan Indonesia, pemerintah terus berupaya melakukan berbagai reformasi dalam
bidang pendidikan. Dan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan
diperlukan sebuah kurikulum. Studi perbandingan pendidikan dalam hal ini kurikulum
merupakan salah satu cara untuk mengetahui berbagai aspek yang berhubungan dengan
sistem pendidikan Indonesia dengan Negara tertentu, terutama yang berhubungan
dengan kelebihan dan kekurangan yang terjadi pada sistem pendidikan tersebut. Untuk
itulah pada kesempatan kali ini penulis mencoba mengkaji dan menguraikan
perbandingan pendidikan terhadap beberapa Negara khususnya Singapura, Korea
Selatan dan Finlandia. Sistem manajemen dari ke tiga Negara ini terdapat kemiripan
yaitu gabungan antara sentralistik dan desentralisasi. Kondisi ini sebenarnya sedikit
berbeda dengan sistim pendidikan di Indonesia yang mana masalah sepenuhnya bersifat
sentralistik tanpa memberi kewenangan kepada daerah untuk mengembangkan proses
pendidikan, yang walaupun saat ini Indonesia sudah masuk dalam era desentralisasi tapi
proses pengolahan pendidikan khususnya aspek anggaran daerah masih belum menaruh
perhatian penuh terhadap pendidikan. Pernulis tertarik untuk mengkaji ke enam Negara
ini di karenakan Negara ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda baik dalam hal
sector industry, ekonomi maupun pendidikan itu sendiri.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam menganalisis Kurikulum di Empat Negara : Singapura, Korea


Selatan, Indonesia, dan Finlandia adalah sebagai berikut:

1. Memahami secara mendalam kurikulum di Singapura, Korea Selatan, Indonesia


dan Finlandia.
2. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan pada tiap kurikulum di ke empat
negara ini.
3. Membandingkan kurikulum di Singapura, Korea Selatan, Indonesia, dan Finlandia.
4
BAB II
PEMBAHASAN

Kurikulum pendidikan adalah rencana dan panduan yang digunakan dalam


proses pembelajaran di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya. Kurikulum
ini mencakup berbagai mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler, dan metode
pembelajaran yang dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum pendidikan biasanya mencakup komponen seperti tujuan
pembelajaran, materi pelajaran, metode pengajaran, penilaian, dan
pengembangan keterampilan siswa. Kurikulum pendidikan dapat berbeda
antara satu negara dengan negara lainnya, dan juga dapat mengalami
perubahan dari waktu ke waktu.
Perbedaan antara kurikulum pendidikan di Indonesia dengan negara lainnya
dapat mencakup beberapa aspek. Berikut adalah beberapa perbedaan yang
umumnya diidentifikasi:
1. Kurikulum: Setiap negara memiliki kurikulum pendidikan yang berbeda.
Kurikulum Indonesia didasarkan pada Kurikulum 2013, yang
menekankan pada pendekatan saintifik dan pengembangan karakter.
Sementara itu, negara lain mungkin memiliki kurikulum yang lebih fokus
pada aspek tertentu seperti STEM (Science, Technology, Engineering, and
Mathematics) atau humaniora.
2. Metode Pengajaran: Metode pengajaran yang digunakan dalam
pendidikan juga dapat berbeda antara negara. Beberapa negara mungkin
menerapkan pendekatan pembelajaran yang lebih kolaboratif dan berbasis
proyek, sementara yang lain mungkin lebih mementingkan pendekatan
tradisional yang berpusat pada guru.
3. Fasilitas dan Sumber Daya: Negara-negara memiliki tingkat akses dan
kualitas fasilitas pendidikan yang berbeda. Beberapa negara mungkin
memiliki fasilitas modern dan sumber daya yang lengkap, sedangkan
negara lain mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal ini.
4. Kualitas Pendidikan: Kualitas pendidikan juga dapat bervariasi antara
negara. Negara-negara maju biasanya memiliki sistem pendidikan yang
lebih baik dengan standar yang tinggi dan tenaga pengajar yang
berkualitas. Namun, hal ini tidak berarti bahwa pendidikan di Indonesia
tidak berkualitas, karena setiap negara memiliki kelebihan dan tantangan
sendiri.
5. Anggaran Pendidikan: Perbedaan dalam alokasi anggaran pendidikan juga
dapat memengaruhi kualitas pendidikan. Beberapa negara mungkin

5
mengalokasikan anggaran yang besar untuk pendidikan, sedangkan negara
lain mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal ini.

1. KURIKULUM SINGAPURA
A. Kebijakan Pendidikan Di Singapura
Sistem pendidikan Singapura didasarkan pada pemikiran bahwa setiap siswa
memiliki bakat dan minat yang unik. Singapura memakai pendekatan yang fleksibel
untuk membantu perkembangan potensi para siswa. Pusat Keunggulan Pendidikan-
Singapura, Pusat Pendidikan Dunia. Selama bertahun-tahun, Singapura telah
berkembang dari sistem pendidikan ala Inggris yang tradisional menjadi sistem
pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan individual dan
mengembangkan bakat.
Sistem pendidikan di Singapura terdiri dari empat lembaga utama, yakni:
1) Pemerintah, sekolah yang didanai pemerintah dan independen untuk tingkat
sekolah dasar dan menengah
2) Universitas Lokal, Pendidikan Politeknik dan Lembaga Teknik- untuk paska
pendidikan tingkat menengah
3) Sekolah swasta untuk pendidikan tingkat dasar dan menengah
4) Sekolah dengan sistem dari luar negeri dan sekolah asing/internasional.
Selama bertahun-tahun, Singapura telah berkembang dari sistem pendidikan ala
Inggris yang tradisional menjadi sistem pendidikan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan individual dan mengembangkan bakat. Keunggulan sistem pendidikan di
Singapura terletak pada kebijakan dua-bahasa (Bahasa
Inggris/Melayu/Mandarin/Tamil) dan kurikulumnya yang lengkap dimana inovasi dan
semangat kewiraswastaan menjadi hal yang sangat diutamakan. Para individu
menunjukkan bakat-bakat yang berkaitan satu sama lain dan kemampuan untuk
bertahan dalam lingkungan yang penuh dengan persaingan, dipersiapkan untuk sebuah
masa depan yang lebih cerah. Sekolah-sekolah di Singapura terkenal dengan
standarnya yang tinggi dalam hal kegiatan belajar mengajar, terbukti melalui
perbandingan lokakarya Internasional seperti Third Internasional Matemathics and
Science Study (TIMSS) yang menunjukkan bahwa mayoritas siswa sekolah Singapura
yang terkemuka telah mempunyai standar internasional dalam mata pelajaran
matematika dan ilmu pengetahuan.
Para siswa kami juga merupakan yang terbaik dalam kompetisi di setiap kejuaraan
debat sedunia (Bahasa Inggris) dan olimpiade Internasional (Matematika, Fisika,
Kimia dan Biologi), mengalahkan siswa-siswa dari negara lain untuk meraih hadiah
utama dan penghargaan yang diberikan. Pada tingkat ketiga, sebagai tambahan untuk
mempromosikan 3 universitas lokal yang sedang berkembang, Singapura telah
menarik 10 institusi kelas dunia dengan jaringan industri yang kuat untuk membangun
pusat pendidikan dan penelitian yang sempurna.
Di antaranya adalah nama-nama yang sudah dikenal, seperti Universitas yang
terkemuka di Perancis-INSEAD, Massachusett Institute of Technology yang terkenal,
dan sekolah bisnis Amerika yang terkemuka seperti University of Chicago Graduate
School of Business.Bahkan setelah lulus dan masuk dalam dunia kerja, ada banyak
kesempatan untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut. Pelatihan profesional dan dasar
6
keterampilan ditawarkan dan dijelaskan secara umum. Hal ini telah diketahui oleh
banyak orang guna melihat minat pada seminar-seminar yang dilakukan oleh
manajemen guru seperti Michael Porter atau kuliah yang diberikan oleh para ahli yang
datang berkunjung. Kehadiran dari gabungan institusi Internasional, sistem pendidikan
yang berkualitas tinggi dan tepat, dan sebuah bangsa yang yakin atas investasi pada
pendidikan, akan bersama-sama menawarkan kepada para siswa di sini dan di seluruh
dunia, sebuah pengayaan dan keutuhan perjalanan belajar.

1. Pendidikan Pra Sekolah


Pendidikan pra sekolah diselenggarakan oleh Taman kanak-kanak dan pusat
perawatan anak, terdiri dari program tiga tahun untuk anak usia 3 hingga 6 tahun.
Terdaftar pada menteri pendidikan, Taman kanak-kanak di Singapura dilaksanakan
oleh yayasan masyarakat, perkumpulan keagamaan, organisasi sosial dan bisnis. Pusat
perawatan anak mendapat ijin dari Menteri Pengembangan Masyarakat dan olah raga.
Kebanyakan dari Taman kanak-kanak menyelenggarakan dua sesi sehari
dengan tiap sesi pelatihan dari 2, 5 sampai 4 jam, 5-hari setiap minggunya. Pada
umumnya kurikulum termasuk program berbahasa Inggris dan bahasa asing dengan
pengecualian terhadap sistem luar negeri yaitu pada sekolah Internasional yang
menawarkan program Taman kanak-kanak bagi anak-anak ekspatriat. Periode
pendaftaran bagi setiap Taman kanak-kanak dan pusat perawatan berbeda-beda.
Kebanyakan dari pusat perawatan anak menerima siswa dari negara manapun
sepanjang tahun selama masih ada ketersediaan tempat.

2. Sekolah Dasar
Seorang anak di Singapura menjalani pendidikan dasar selama 6 tahun, terdiri
dari empat tahun tahap dasar pertama yaitu Sekolah Dasar kelas 1 sampai 4 dan tahap
orientasi tahun ke dua yaitu Sekolah Dasar kelas 5 sampai 6.
Pada tahap dasar, kurikulum inti terdiri dari pengajaran Bahasa Inggris, Bahasa
daerah dan matematika, dengan mata pelajaran tambahan seperti musik, kesenian dan
kerajinan tangan, pendidikan fisik dan pembelajaran sosial. Ilmu pengetahuan sudah
diajarkan sejak kelas 3 Sekolah Dasar.
Untuk memaksimalkan potensi mereka, siswa diarahkan menurut kemampuan
belajar mereka sebelum menguasai tahap orientasi. Pada akhir kelas 6 SD, siswa
mengikuti Ujian Kelulusan Sekolah Dasar (Primary School Leaving Examination).
Kurikulum Sekolah Dasar di Singapura telah digunakan sebagai model internasional,
khususnya metode pengajaran matematika. Siswa asing dari negara manapun diterima
di Sekolah Dasar menurut ketersediaan lowongan tempat.

3. Sekolah Lanjutan
Sekolah Lanjutan di Singapura terdiri dari sekolah dengan Dana Pemerintah,
bantuan Pemerintah atau biaya sendiri. Para siswa melaksanakan pendidikan lanjutan
selama 4 atau 5 tahun melalui program spesial, cepat ataupun normal. Program spesial
dan cepat mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian GCE 'O' (Singapore-
Cambridge General Certificate of Education 'Ordinary') pada tingkat empat. Siswa
pada program normal dapat memilih jurusan akademik atau teknik, yang keduanya

7
mempersiapkan siswa untuk mengikuti ujian GCE 'N' (Singapore-Cambridge General
Certificate of Education 'Normal') pada tingkat empat dan jika hasilnya memuaskan,
maka siswa akan mengikuti ujian GCE 'O' pada tingkat lima.
Kurikulum pendidikan lanjutan mencakup Bahasa Inggris, Bahasa daerah,
Matematika, Ilmu Pengetahuan dan kemanusiaan. Pada tingkat lanjutan ke-3, siswa
dapat memilih pilihan mereka sendiri tergantung apakah mereka di jurusan Seni, Ilmu
Pengetahuan, Perniagaan atau teknik terapan.
Kurikulum pada Sekolah Lanjutan di Singapura dikenal di seluruh dunia atas
kemampuannya untuk mengembangkan siswa melalui pemikiran yang kritis dan
keterampilan intelektual.
a. National University of Singapore (NUS)
b. Nanyang Technological University (NTU)
c. Singapore Management University (SMU)
Universitas lokal tersebut diatas membentuk lulusan yang hebat dengan gelar
kesarjanaan yang dikenal secara internasional. Kesempatan untuk melakukan
penelitian ilmiah dan beasiswa juga tersedia untuk para siswa lanjutan tingkat akhir.
Sejak berdiri pada tahun 1905, NUS telah berkembang menjadi universitas yang
mempunyai cakupan luas dengan menawarkan pelatihan tentang berbagai disiplin ilmu
seperti Ilmu pengetahuan, keahlian tehnik terapan, teknologi, hukum, seni dan
pengetahuan sosial dan pengobatan.
NTU didirikan pada tahun 1981 dengan menyediakan banyak fasilitas untuk
melaksanakan pendidikan tingkat 3 dan melakukan penelitian dalam keahlian tehnik
dan teknologi. NTU telah tergabung dengan National Institute of Education (NIE) -
fakultas keguruan - dan berkembang mencakup kegiatan pembukuan, bisnis dan ilmu
komunikasi.
SMU didirikan pada tahun 2000 sebagai universitas umum pertama-yang
mendapat bantuan dari pihak swasta dengan fokus pengajaran pada program bisnis dan
manajemen.
Saat ini ada 4 universitas di Singapura. Pertama dua universitas,
NationalUniversity of Singapore dan Nanyang Technological University adalah
universitas publik, masing-masing memiliki sebuah pendaftaran dari sekitar 200.000
siswa. 13 Universitas ketiga, Singapore Management University adalah universitas
swasta yang didanai oleh pemerintah. Terakhir universitas, SIM University, adalah
swasta. Siswa menerima gelar yang diakui secara internasional setelahmenyelesaikan
kuliah mereka di universitas. Selain juga terdapat sepuluh lembaga pendidikan tinggi
swasta lainnya yang memberikan gelar sarjana dan pascasarjana.Lembaga-lembaga
pendidikan tinggi ini menjadi sarana bagi siswa untuk meningkatkan pendidikan dan
pengalaman akademis mereka sehingga dapatmenghadapi persaingan di dunia kerja
yang terus bergerak maju, membukakesempatan luas bagi mereka untuk berpartisipasi
dalam peningkatan perekonomian Singapura
Terdapat juga institusi-institusi khusus asing di Singapura, yang telah
mendirikan kampusnya di sini atau bekerja sama dengan politeknik-politeknik lokal.
Program ini memungkinkan siswa-siswa politeknik untuk mendapatkan gelar yang
berkaitan dengan mata pelajaran yang telah mereka ambil setelah mereka
menyelesaikan diploma mereka di politeknik.

8
4. Institusi Kesenian Swasta
Saat ini ada 2 institusi kesenian swasta di Singapura yaitu LASALLE College of
the Arts dan Nanyang Academy of Fine Arts (NAFA) yang menawarkan pendidikan
kesenian selepas sekolah menengah. Kedua sekolah tersebut dikelola oleh swasta dan
merupakan badan yang dibiayai publik; kedua institusi kesenian tersebut bersifat non-
profit, merupakan institusi pendidikan swasta dan dikelola secara mandiri dengan
bantuan dana dari
Departemen Pendidikan Singapura dalam bentuk pendanaan di tingkat
politeknik untuk program Diploma tertentu. Sebagai tambahan, institusi tersebut juga
menawarkan program sarjana offshore atau program sarjana yang terakreditasi secara
eksternal yang tidak didanai oleh pemerintah.
Sebagaimana halnya dengan institusi pendidikan publik lainnya di Singapura,
mereka terbebas dari program CaseTrust untuk Pendidikan. Terdapat juga institusi-
institusi pendidikan swasta lainnya yang menyediakan program-program yang
berkaitan dengan seni dan desain.

5. Sekolah Swasta
Di Singapura, beragam variasi sekolah swasta menawarkan berbagai jenis
jurusan, yang menambah keanekaragaman pandangan pendidikan antar bangsa. Ada
lebih dari 300 sekolah swasta komersial jurusan Teknologi Informasi, seni dan bahasa.
Sekolah swasta komersial dan sekolah khusus ini menawarkan jurusan yang banyak
diminati siswa lokal dan internasional.Sekolah-sekolah swasta menawarkan beragam
jurusan dari mulai sertifikat, diploma, sarjana, sampai dengan pasca sarjana. Melalui
hubungan kerjasama dengan universitas Internasional yang terkenal dari AS, Inggris,
Australia dan lainnya, sekolah-sekolah swasta ini menawarkan kepada para siswa
kesempatan untuk mendapatkan sertifikat internasional di lingkungan yang dekat dan
terjangkau. Setiap sekolah swasta mengadakan sistem pendaftaran sendiri-sendiri.

B. Tujuan
Tujuan pendidikan di singapura mengerucut pada visi dan misi pendidikan
tersebut. Visi dari pendidikan di singapura yaitu memberikan kesempatan bagi para
pelajar untuk merasakan aturan sistem pendidikan di Singapura yang selalu
meletakkan keunggulan dan menempatkan diri sebagai bagian dari komunitas dunia.
Biaya kuliah di Singapura untuk siswa Internasional bervariasi dan bergantung pada
program studi mereka. Daftar universitas di Singapura antara lain adalah MDIS, PSB,
James Cook University, Kaplan, TMC, Raffles Design Institute dll yang selalu
mencetak lulusan terbaik dengan gelar yang diakui secara Internasional. Daftar
Universitas di Singapura tidak hanya beberapa universitas di atas saja, namun juga
diwarnai dengan kehadiran berbagai macam lembaga asing terkemuka, baik yang
mendirikan kampus-nya maupun yang berkolaborasi dengan universitas asing di
Singapura tersebut.

C. Kurikulum

9
Kurikulum di Singapura Visi dari Departemen Pendidikan Singapura adalah “
Thinking Schools, Learning Nation”. Jika diartikan dalam secara kasar dalam Bahasa
Indonesia berarti berpikir sekolah, belajar nasionalitas. Maksudnya dengan belajar di
sekolah diharapkan siswa tumbuh rasa nasionalitasnya terhadap negara. Sistem
pendidikan di Singapura bertujuan untuk mecetak pelajar yang berpendidikan luas.
Dengan karakteristik di Singapura yang memiliki banyak budaya dan ras, kebijakan
untuk menggunakan bahasa bilingual menjadi salah satu kunci dalam pendidikan di
Singapura. Setiap siswa belajar Bahasa Inggris yang menjadi bahasa utama dalam
dunia pekerjaan, tetapi mereka juga mempelajari bahasa ibu mereka (Bahasa Cina,
Melayu, Tamil) untuk mempertahankan identitasnilai dan budayanya. Harapan dari
hasil pendidikan tersebut menghasilkan pelajar yang baik disegala bidang,moral,
intelektual, fisik, sosial dan delapan estetika dari kemampuandan nilai yang utama.
Delapan estetika dari kemampuan dan nilai yang utama tersebut adalah:
1.Perkembangan karakter
2. manajemen diri sendiri
3. sosial dan kooperatif
4. membaca dan berhitung
5. komunikasi
6. informasi
7. kemampuan berpikir dan kreatif
8. pengetahuan penerapan ilmu.
Untuk mencapai pelajar yang menguasai setiap bidang yang dipelajari, terdapat tiga
hal, yaitu: kurikulum, strategi mengajar, penilaian. Kurikulum termasuk didalamnya
tujuan dan objek, isi, kemampuandan kompetensi dibutuhkan untuk pembuatan
silabus. Strategi mengajar yang tepat disusun untuk menjadikan kelas yang sesuai
dengan silabus. Dan untuk mengevaluasi hasil yang didapat oleh siswa digunakan
penilaian secara formatif dan sumatif. Setiap anak di Singapura mempunyai
kesempatan sedikitnya 10 tahun untuk pendidikan dasar. 6 tahun pada pendidikan
primer dan 4 tahun pada pendidikan sekunder.

Pada pendidikan primer bertujuan untuk memberikan kemampuan yang baik


dalam Bahasa Inggris, Bahasa Ibu, dan Matematika. Sebagai tambahannya, siswa
mempelajari Ilmu Alam, Ilmu Sosial,Kewarganegaran dan Pendidikan Moral, Musik,
Seni, Pendidikan Fisik dan Kesehatan. Pada akhir Pendidikan siswa diberikan ujian
(The Primary School Leaving Examination – PSLE). Hasil PSLE tersebut digunakan
untuk menentukan pendidikan sekunderyang tepat bagi mereka

Pada pendidikan sekunder semua siswa disarankan mengkombinasikan mata


pelajaran utama dan mata pelajaran pilihan.Mata pelajaran utama yaitu Bahasa
Inggris, Bahasa Ibu, Matematika, Pelajaran Kemanusiaan, dan Ilmu Alam. Mata
pelajaran pilihan Pelajaran Kemanusiaan, Ilmu Alam, dna Literatur Bahasa Cina.
Struktur dari kurikulum nasional adalah desentralisasi, dimana sekolah dapat
memodifikasi kurikulum tersebut sesuai dengna kebutuhan siswa. Pedagogi
yangdipakai guru akan diberikan dasarnya oleh pemerintah sehingga guru dapat
mengembangkan dan berbagi dengan guru lainnya dalam suatukomunitas. Penilaian

10
menjadi hal yang wajib dilakukkan dalam memantau standar dan memantau
tercapainya tujuan. Untuk menciptakan siswa yang unggul tidak hanya dibutuhkan
kurikulum yang baik, juga guru dipersiapkan untuk mendidik siswa dengan
kemampuan yang telah dipersiapkan.
Kesimpulan dari semuanya adalah kurikulum dibuat untuk menyambut abad 21
mendatang. Guru harus fokus pada bagaimana mengajar dan meningkatkan
pengetahuan dan skill. Penilaian atau ujian akan disesuaikan dan dirancang agar siswa
dapat menghadapi masalah yang mungkin akan mereka hadapi di kehidupannya

D. Metode
Singapura memiliki metode pembelajaran bertaraf internasional, infrastruktur
pendidikan canggih, serta atmosfer belajar nyaman di tengah keharmonisan multi
budaya masyarakatnya. Para peserta didik di Singapura juga dipersiapkan secara dini
menjadi warga global yang berdaya saing tinggi. Untuk belajar di Singapura,
pembelajar membutuhkan persiapan yang sangat matang.
E. Evaluasi
Penyelenggaraan evaluasi pendidikan di Singapura tidak berbeda dengan
pendidikan di Indonesia, yaitu mengadakan evaluasi berbentuk Ujian Nasional. Dalam
pendidikan singapura tidak menentukan kelulusan seseorang, karena menurut
Pemerintahannya setiap orang punya kesempatan sama untuk melanjutkan pendidikan.
Jadi untuk pelajar yang sudah duduk di kelas 4 Express ataupun yang dikelas 5 normal
Academic sudah harus mengikuti 0 level test untuk lulus dari secondary school. Dalam
0 level test ada tujuh pelajaran yang harus diikuti diantaranya 5 mata pelajaran pokok
dan 2 mata pelajaran pilihan. Kelima pelajaran pokok tersebut adalah English Mother,
Tongue, matematika, IPA ( biologi, kimia, fisika), IPS ( Sejarah, sosiologi, geografi)
serta dua mata pelajaran pilihan dari food and nutrition, IT dan design and technology,
semua pelajaran tersebut mempunyai nilai minimum. Bagi siswa yang tidak bisa
mendapatkan nilai minimum tetap lulus, akan tetapi ijazah mereka aka nada nilai
merah. Jika mereka tidak ingin ada nilai merahnya dalam ijazah maka mereka boleh
mengulangi satu tahun di kelas yang sama . Setelah secondary school, masih ada satu
lagi jenjang sebelum mereka masuk ke universitas, yaitu Centralised nstitute atau
Junior Colleges (tertiary education, persiapan menuju tingkat universitas). Tetapi
untuk mereka yang memiliki nilai bagus (poin 1 – 14) bisa langsung ke Junior College
yang lamanya 2 tahun. Jika mereka tidak memiliki nilai dari poin yang disebutkan itu
maka mereka melanjutkan ke Centralised Institute yang waktunya lebih lama yakni 3
tahun. Setelah itu mereka harus melewati ujian nasional yang namanyaes yang
diberikan tentu saja lebih sulit karena sudah masuk Universitas. Dengan banyaknya tes
yang harus dilewati, tentulah universitas di Singapura bisa mendapatkan calon
mahasiswa yang berkualitas, karena penyaringan mahasiswanya secara tidak langsung
dilakukan melewati sejumlah tes-tes tersebut

11
2. KURIKULUM KOREA SELATAN

A. Pendidikan di Korea Selatan


a. Tujuan Pendidikan di Korea Selatan
Pada tahun 1948, di Korea Selatan muncul undang-undang pendidikan yang
merupakan salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea yang berisi
salah satunya tujuan pendidikan Korea Selatan. Tujuan pendidikan Korea Selatan
adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan
penghargaan terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap
warga Negara, mengemban cita-cita persaudaraan yang universal,
mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat untuk Negara
yang demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat
patriotisme.

b. Jenjang Pendidikan di Korea Selatan


Jenjang pendidikan di Korea Selatan tidak jauh berbeda dengan Indonesia.
Struktur jenjang pendidikan di Korea Selatan sebagai berikut:
- Taman Kanak-kanak (TK)
Di Korea, taman kanak-kanak bukan program formal, namun
merupakan lembaga swasta yang mengajarkan para murid bahasa Korea dan
bahasa Inggris. Usia anak yang memasuki TK berkisar antara 3-7 tahun.
- Sekolah Dasar (Chodeunghakgyo)
Pendidikan sekolah dasar selama 6 tahun, dengan grade 1-6 dengan
rentan usia 7-13 tahun. Selama di SD, para murid kelas 1 dan 2 akan belajar
mengenai bahasa Korea, Matematika, Sains, Ilmu Sosial, Seni dan Bahasa
Inggris. Sedangkan untuk kelas 3 hingga 6, ditambahkan PE, pendidikan
moral, seni praktis dan musik (Libchen, 2013). Biasanya guru kelas (wali
kelas) mengajar sebagian besar mata pelajaran, kecuali bahasa asing dan
olahraga.
- Sekolah Menengah Pertama (Junghakgyo)
Pendidikan sekolah menengah tingkat pertama ini ditempuh selama 3
tahun, dengan kelas 7-9 dan rentan usia masuk sekitar 12 atau 13, dan lulus
sekitar usia 15 atau 16. Pada tingkat ini, tidak jauh berbeda dengan Indonesia,
dimana masa-masa SMP merupakan peralihan anak-anak menuju dewasa,
sehingga pada level ini siswa harus lebih disiplin dan menaati peraturan
sekolah. Kebanyakan dari siswa SMP di Korea Selatan mendapatkan 6 mata
pelajaran dalam sehari dan biasanya seusai sekolah mereka melanjutkan
dengan les tambahan.
Mata pelajaran yang dipelajari di sekolah menengah tingkat pertama ini
adalah matematika, bahasa Inggris, Korea, studi sosial, dan ilmu pengetahuan
alam merupakan pelajaran inti, sedangkan musik, seni, PE, sejarah, etika,
ekonomi rumah tangga, teknologi, dan Hanja merupakan pelajaran tambahan.
Semua mata pelajaran tersebut berlangsung selama 45 menit. Selain itu,
sebelum kelas dimulai siswa akan mendapatkan kelas tambahan selama 30
menit untuk belajar mandiri, menonton Sistem Siaran Pendidikan (EBS) atau
untuk kegiatan pribadi dan administrasi sekolah.
12
Dalam tahap ini, nilai ujian sekolah menengah menjadi sangat penting
bagi siswa untuk masuk ke tingkat selanjutnya, yaitu sekolah menengah atas
atau kejuruan. Bagi siswa yang nilainya mencukupi mereka dapat melanjutkan
ke sekolah menengah atas, namun bagi siswa yang nilainya kurang, mereka
akan masuk ke sekolah menengah kejuruan (Libchen, 2013).
- Sekolah Tinggi / Sekolah Menengah Atas (Godeunghakyo)
Sekolah tinggi ini ditempuh selama 3 tahun, dengan grade 10-12
dengan rentan usia 15 atau 16 saat masuk dan lulus sekitar usia 17-19 tahun. Di
tahap ini ada dua jalur, yaitu khusus sesuai dengan minat dan jalur minat. Jalur
khusus misalkan, khusus sains, bahasa asing atau seni dimana para siswa dapat
mengikuti ujian masuk yang sangat kompetitif, contohnya seperti pada drama
korea Dream High (Libchen, 2013).
Selain itu ada dua pilihan, yang pertama adalah sekolah umum dan
yang kedua ada kejuruan dimana mereka daat masuk baik melalui tes ataupun
tanpa tes. Sekolah umum hampir sama seperti SMA di Indonesia, dimana para
murid belajar mata pelajaran inti dan beberapa tambahan dimana nantinya
mereka bisa melanjutkan ke universitas. Sedangkan kejuruan meliputi
pertanian, perdagangan, perikanan dan teknik. Sekolah kejuruan ini
memfokuskan para siswanya untuk bekerja setelah mereka lulus nantinya.
Selain itum ada juga sekolah komprehensif yang merupakan gabungan dari
sekolah umum dan kejuruan yang merupakan ekal bagi para siswa untuk
meneruskan ke akademik (junior college) atau universitas (senior college)
(Rochmah, A, 2015).
Pada umumnya, siswa kelas 10 akan mengikuti kurikulum umum
nasional, kemudian di kelas 11 dan 12 mereka akan mempelajari pelajaran
yang sesuai dengan jurusan yang mereka ambil (Libchen, 2013).
- Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi di Korea Selatan berada pada kelas 13-16 untuk
tingkatan universitas (S1) atau akademik (junior college) dan kemudian
dilanjutkan dengan program pasca sarjana (S2/S3) (Rochmah, A, 2015). Di
Korea Selatan banyak perguruan tinggi swasta maupun negri, sekitar 330
perguruan tinggi. Adapun beberapa perguruan tinggi yang terkemuka di Korea
Selatan antara lain Universitas Korea (Korea University), Universitas Nasional
Seoul (Seoul National University), Universitas Ewha (Ewha Women's
University), dan Universitas Yonsei (Yonsei University).
Sedangkan untuk tahun pelajaran di bagi menjadi dua semester :
- Semester I : Awal Maret – pertengahan Juli
- Liburan musim panas : pertengahan Juli – akhir Agustus
- Semester II : akhir Agustus – pertengahan Februari
- Liburan musim dingin : akhir Desember – awal Februari
- Ujian semester II dan kelulusan : awal Februari – pertengahan Februari
(satu minggu)
- Liburan pendek : pertengahan Februari – awal Maret (Libchen
2013)

13
Di Korea Selatan, memiliki perhitungan tahun untuk kelahiran, jadi
sejak bayi lahir akan dihitung satu tahun. Sehingga untuk usia 6 tahun
menurut orang Indonesia maka di Korea Selatan berumur 7 tahun.
Kemudian, saat anak ingin menempuh pendidikan pra sekolah, para
pengajar akan memberikan konsultasi langsung kepada orang tua yang
kemudian nantinya anak tersebut baru diterima sekolah. Anak yang
berusia 6 tahun terhitung 1 Januari diperbolehkan masuk ke sekolah dasar
(Tono, 2015).
Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan usia, bukan
pengetahuan, nilai atau tes. Selain faktor usia, bulan lahir juga
menentukan kelas anak tersebut. Misalkan, Junpyo lahir pada 14 Januari
1994, dan Jihoo lahir pada 12 April 1994. Mereka berdua memang
seumuran, namun mereka tidak pada satu kelas yang sama. Junpyo harus
masuk sekolah terlebih dahulu dari pada Jihoo karena bulan lahirnya lebih
awal. Karena di Korea Selatan, semester pertama dimulai awal Maret
sampai dengan pertengahan Juli, maka Jihoo yang lahir dibulan April
tidak dapat sekelas dengan Junpyo yang lahir di bulan Januari, melainkan
Jihoo menjadi adik kelas Junpyo (Libchen, 2015).

c. Detail Waktu Belajar Siwa-siswi di Korea Selatan


Detail dari waktunya adalah :
 Anak berumur 13 dan 14 tahun, sekolah dr jam 7 pagi-5 sore, dan mulai
bimbel setelah pulang sekolah yaitu pada pukul 5.30 sore, mengambil dua
kelas 60 menit dan satu 70 menit dan pulang ke rumah jam 9:30 malam.
Sesampai di rumah, mereka masih harus mengerjakan PR dari sekolah dan
dari bimbel.
 Anak usia 15 tahun sekolah dr jam 7 pagi-7 malam, dan mulai bimbel
setelah pulang sekolah yaitu pukul 7.60 sore mengambil satu kelas 60 menit
dan dua 70 menit, selesai pada pukul 10:55 malam dan mengerjakan semua
PR yang diberikan guru.
 16 tahun usia, 17 tahun usia, 18 tahun usia, sekarang di SMA sekolah dari
pukul 7 pagi-10 malam, mulai bimbel pukul 10:45 malam, memiliki dua
kelas 70 menit dan berakhir pada 12:20 am (tengah malam), kemudian
memiliki pekerjaan rumah lebih yang dapat dilakukan.
 Dan ada kelas Sabtu, dan ini dilakukan walaupun beberapa sekolah
memberlakukan setengah hari masuk untuk siswa dan sekarang banyak
sekolah yang libur di hari Sabtu. Namun, jika ada yang dapat dibilang “gila
belajar” makan Ia akan masuk di hari Minggu ke sekolah atau bimbel untuk
belajar.

d. Manajemen Pendidikan di Korea Selatan


Dalam artikel Perbandingan Kurikulum Indonesia, Malaysia dan Korea
Selatan dalam web lpmpbanten.net disebutkan sistem pendidikan di Korea Selatan
merupakan gabungan antara sentralistik dan desentralisasi. Ssifat kesentralistiknya
terbatas pada penyusunan panduan dan pedoman pendidikan, sedangkan secara

14
oprasional secara penuh diserahkan kepada komite/dewan sekolah secara mandiri
untuk mengkaji proses pendidikan secara keseluruhan.
Menteri pendidikan Korea Selatan mendapatan kekuasaan dan kewenangan
penuh dalam pendidikan. Dewan pendidikan (board of education) terdapat di
setiap daerah, dan di setiap provini dan dearh khusus (Seoul dan Busan), dewan
pendidikan terdiri dari 7 orang yang dipilih oleh dearh otonom, lima orang dipilih
dan dua orang lainnya merupakan jabatan yang dipegang oleh walikota daerah
khusus atau gubernur provinsi. Dewan pendidikan ini pun kuga diketahui oleh
walikota tau gubernur.
i. Kurikulum
Pada tahun 1970an di Korea Selatan dilakukan reformasi pendidikan
dengan mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan
teknologi. Adapun yang dikerjakan oleh guru di Korea Selatan, meliputi empat
langkah, yaitu :
1. Perencanaan pengajaran
2. Diagnosis murid
3. Membimbing siswa belajar dengan berbagai program
4. Tes dan menilai hasil belajar
Di sekolah menengah tidak diadakan saringan masuk sekolah karena
adanya kebijakan walikota daerah khusus atau gubernur provinsi ke sekolah
menengah di daerahnya.
Kurikulum di Korea Selatan dikeluarkan oleh KICE (korea Institute of
Curriculum dan Evaluation) dengan kurikulum standar meliputi: bahasa Korea,
kesenian, kode etik, ilmu pengetahuan sosial, matematika, ilmu pengetahuan
alam, pendidikan kesehatan dan jasmani, music, bahasa asing (Inggris).
ii. Anggaran pendidikan
Anggaran pendidikan Korea Selatan, berasal dari anggaran Negara
dengan prosentase 18,9%. Pada tahun 1995, ada kebijakan untuk wajib belajar
9 tahun sehingga porsi anggarannya pun lebih tinggi untuk pendidikan.
Adapun sumber biaya pendidikan, bersumber dari: GNP untuk pendidikan,
pajak pendidikan, keuangan pendidikan daerah, dunia industri khusus bagi
pendidikan kejuruan.
Untuk keluarga yang berpenghasilan rendah seperti petani dan
nelayan, biasanya anak yang usianya 5 tahun akan mendapatkan bantuan
pendidikan dari pemerintah (Tono, 2015).

iii. Guru/Personalia.
Di Korea terdapat 2 jenis pendidikan guru, yaitu tingkat akademik
(kelas 13-14) untuk guru SD dan pendidikan guru empat tahun untuk guru
sekolah menengah. Untuk pendidikan guru negri biaya ditanggung oleh
pemerintah.
Kemudian, guru nantinya akan mendapatkan sertifikat dari pemerintah,
yaitu sertifikat guru pra sekolah, guru SD dan sekolah menengah. Sertifikat ini
diberikan kepada guru dengan kategori guru magang, guru biasa yang telah
menyelesaikan on job training dan ijin untuk guru magang diberikan kepada

15
mereka yang telah lulus ujian kualifikasi selama empat tahun dalam bidang
engineering, perikanan, perdagangan dan pertanian.
Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun mengajar. Hal ini dilakukan
agar setiap guru mendapat kesempatan yang adil untuk mengajar di berbagai
sekolah yang baik atau buruk (Libchen, 2013).
Untuk menjadi seorang dosen di junior college harus bergelar master
(S2) dengan pengalaman 2 tahun dan untuk menjadi dosen senior college harus
bergelar doctor (S3).

e. Pembaruan Pendidikan Korea Selatan Terbaru


Sampai pertengahan 1990-an, industri-industri di korea masih berorientasi
terhadap proses manufaktur produk. Namun pada akhir 1990-an, pemerintah
mulai mengganti kebijakan ekonomi industri dari yang semula berorientasi pada
manufaktur produk-produk menjadi berorientasi kepada pengembangan produk
yang berbasis pengetahuan. Langkah nyata pemerintah Korea Selatan adalah
dengan mengeluarkan proyek BK 21. Perguruan tinggi pun diberi peran dalam
pengembangan pendidikan, melalui program "Brain Korea 21" atau BK21.
Program ini bertujuan meningkatkan derajat sumber daya manusia Korea Selatan
memasuki persaingan dalam komunitas internasional abad ke-21. Dimulai sejak
tahun 1999 dan direncanakan berlangsung selama tujuh tahun, hingga tahun 2005.
Melalui program ini pemerintah mengucurkan dana sebesar 1,4 triliun won
(sekitar Rp 11,2 triliun), untuk mendanai perguruan tinggi dengan titik berat pada
kegiatan penelitian. BK21 menjadi semacam unit riset unggulan dalam pendidikan
tinggi Korea Selatan.
Upaya pemerintah dalam mengatasi masalah keterbatasan materi adalah
dengan membuka saluran pendidikan di jaringan televisi pendidikan milik
pemerintah, Educational Broadcasting System (EBS) yang menayangkan siaran
pendidikan dengan berbagai materi pelajaran. Namun upaya tersebut belum dapat
sepenuhnya membendung hasrat anak untuk mengikuti les privat. Orang Korea
memiliki prinsip yang ditanamkan sejak kecil agar selalu berada selangkah di
depan. "Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus bangun. Ketika orang lain
bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan, kamu harus berlari. Dan
ketika orang lain berlari, kamu harus terbang."
Bagi pemimpin Korea Selatan, penggunaan teknologi untuk pendidikan di
sekolah merupakan pertanda kemajuan peradaban tersendiri. Hal itulah yang
menjadi alasan Departemen Pendidikan Korea Selatan mengumumkan rencana
dalam menggantikan buku teks menjadi buku digital (e-reader) pada tahun 2015
dengan anggaran sebesar US$ 2,4 Miliar. Tetapi, data terbaru menunjukan bahwa
10% anak-anak di Korea Selatan menunjukkan gejala kecanduan game, belum
lagi studi mengenai dampak negatif melihat layar dalam waktu terlalu lama; kini
justru pemerintah Korsel untuk sementara melarang penggunaan buku digital
dalam rentang waktu tertentu. Hal ini berdampak terhadap pengunduran rencana
pemerintah Korsel, yang beralih ke buku digital tahun 2015 kelak untuk siswa SD
kelas satu dan dua. Tetapi, untuk siswa tingkat lanjutan yang telah terlanjur

16
menggunakan buku digital, kembali diimbangi dengan penggunan buku cetak
seperti biasa.

B. Sistem Organisasi Pengelolaan Pendidikan


Sistem pengelolaan pendidikan di Korea Selatan dilaksanakan oleh
pemerintah. Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri
pendidikan.Kebijakan menteri dilaksanakan hingga di daerah otonom. Di daerah
terdapat dewan pendidikan (board ofeducation). Pada setiap propinsi dan daerah
khusus (Seoul dn Busam), masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang
anggota yang dipilih oleh daerah otonom, dari lima orang dipilih dan dua orang
lainnya merupakan jabatan ex officio; yang dipegang oleh walikota daerah khusus atau
gubernur propinsi dan super intendent, Dewan pendidikan diketuai oleh walikota atau
gubernur.
Untuk Korea Selatan, organisasi pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Korea Selatan sebelum berperang dengan Korea Utara telah mengeluarkan hukum
pendidikan yang berujuan untuk menjadikan seluruh warganya sadar akan identitas
nasionalnya dan menghormati wibawa Negara. Sebagai realisasi dari hokum tersebut,
ada beberapa hal yang hendak dicapai sebagai kendali, yaitu:
- terbentuknya badan yang kuat dan jiwa yang tidak mudah takluk
- terbentuknya patriotism yang disadri oleh perdamaian
- dengan mengevaluasi tradisi dan budaya sendiri sebagai prasyarat pembagunan
budaya ke seluruh dunia
- terlaksananya dorongan ke prilaku kreatif
- terbentuknya cinta kebebasan dan kerjasama sebagai dasar kehidupan sosial yang
harmonis dan abadi
- terbentuknya kemampuan mengapresiasi dan mencitakan kerja artistic tingkat
tinggi
- terbentuknya perbaikan ekonomi yang menjadikan Korea produsen yang baik dan
konsumen yang bijaksana. (Suryati, Sidhart0, 1989)
Untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan di Korea Selatan,
pemerintah aktif menjadi anggota PBB, membuka hubungan diplomatic dengan
Tiongkok, Amerika, Jepang, Rusia dan ASEAN. Hubungan dengan beberapa Negara
tersebut sangat berperngaruh terhadap kemajuan pendidikan Korea Selatan. Selain itu,
pemerintah Korea Selatan dalam memajukan pendidikan di Korea juga ikut aktif
dalam kegiatan dari program-program pengembangan pendidikan dengan lembaga
internasional seperti UNESCO, OECD, APEC, ASEM dan the World Bank.
Di Korea Selatan juga ada lebaga riset yang dalam struktur organisasi berada
di bawah perdana mentri yaitu KEDI (Korean Educational Development Institute).
Lembaga tersebut merumuskan kebijakan pendidikan nasional ke arah pengembangan
pendidikan.

C. Sistem Penilaian Pendidikan


Korea Selatan semenjak tahun 1969 telah menghapus ujian masuk sekolah
menengah pertama, dengan langkah ini 99,2% siswa lulusan SD dapat melanjutkan

17
pendidikan mereka ke SMP. Pada tahun 1973, ujian masuk SMA juga dihapuskan,
tetapi ujian masuk universitas tetap dilakukan (Pendidikan di Korea Selatan, 2008).
Di tingkat sekolah menegah pertama, setiap semester akan diadakan 2 kali
ujian evaluasi dan hasilnya akan dikirim kerumah masing-masing, dan ketika
menginjak kelas 3, nilai dan kemampuan siswa akan dipertimbangan untuk
melanjutkan ke SMA. Pada tahap ini wali kelas akan memberi saran dan petunjuj
untuk para siswa melanjutkan ke SMA (Intan, 2014).
Penilaian yang dilakukan oleh Korea Selatan dikenal dengan College
Scholastic Aptitude (CSAT) pada tingkat SMA yang berada di bawah naungan KICE.
Tes yang diberikan meliputi 5 mata pelajaran yaitu bahasa Korea, matematika, bahasa
Inggris, ilmu sosial/alam/kejuruan (sesuai jurusan) dan siswa dapat memilih salah satu
bahasa asing seperti karakter bahasa Cina klasik. Siswa dinyatakan lulus jika nilai
mereka diantata 0-200 dengan 100 sebagai nilai minimal mereka, sedangkan untuk
mata pelajaran jurusan, mereka harus mendapatkan nilai minimal 50. Sehingga total
nilai yang mereka dapatkan untuk lulus minimal 250.
Penilaian dalam memasuki universitas ialah kombinasi dari pencapaian selama
masa SMA digabungkan dengan nilai ketika tes skolastik secara nasional (Su-Neung).
Rapor ketika SMA menyumbang 40% dalam penentuan kelulusan (International
Recognition Department, 2013)

18
3. KURIKULUM INDONESIA
A. Pendidikan di Indonesia
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu amanat yang tertuang dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
undang. Selain itu sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan
pendidikan secara terencana terarah dan berkesinambungan. Menurut UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 3 pendidikan Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
b. Jenjang Pendidikan
Pendidikan di Indonesia memiliki 3 jalur pendidikan yang dapat
diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak
jauh. Ketiga jalur pendidikan tersebut, yaitu jalur formal, nonformal dan informal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan
kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis.
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Pendidikan informal ini berbentuk kegiatan belajar mandiri. Pendidikan informal
diakui setara dengan pendidikan formal dan informal jika peserta didik dinyatakan
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003, jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang
pendidikan di Indonesia dapat dilakukan baik secara formal, nonformal maupun
informal. Adapun jenjang pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan anak usia dini
Pendidikan anak usia dini dilakukan sebelum peserta didik memasuki
pendidikan dasar. Pendidikan ini dapat dilakukan baik pada jalur formal,

19
nonformal maupun informal. Pada jalur formal berbentuk TK (Taman Kanak-
kanak) ataupun RA (Raudhatul Athfal). Untuk dapat menempuh pendidikan di
PAUD jalur formal, siswa harus berusia minimal 4 tahun. Pada jalur nonformal
berbentuk KB (Kelompok Bermain), TPA (Taman Penitipan Anak), dll.
Pendidikan jalur KB diperuntukkan untuk anak usia minimal 2 tahun,
sedangkan TPA diperuntukkan untuk anak usia minimal 0 tahun. Sedangkan
pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar jalur formal adalah SD atau MI, dan SMP atau MTs.
Berdasarkan peraturan bersama antara Mendikbud dan Menag RI Nomor 7
Tahun 2014, syarat calon peserta didik baru untuk masuk SD atau sederajad
adalah sebagai berikut:
o telah berusia 7 (tujuh) tahun sampai dengan 12 (dua belas) tahun wajib
diterima;
o telah berusia berusia 6 (enam) tahun dapat diterima;
o telah berusia berusia 5 (lima) tahun sampai dengan kurang dari 6 (enam)
tahun, dapat dipertimbangkan atas rekomendasi tertulis dari psikolog
profesional; dan
o berusia kurang dari 5 (lima) tahun tidak dapat diterima.
Sedangkan untuk siswa SDLB dapat diterima walau usianya lebih dari 12
tahun. Pendidikan dasar sendiri dapat ditempuh dalam waktu 6 tahun.
Lain halnya dengan calon peserta didik SD atau sederajad, untuk calon
peserta didik SMP atau sederajad tidak dibatasi oleh usia minimal. Akan
tetapi dengan memenuhi syarat seperti berikut:
o telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SD/MI/SDLB/Paket A/Pendidikan
Pesantren Salafiyah Ula/sederajat;
o memiliki SKHU SD/SDLB/MI/Program Paket A/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Ula/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 18 (delapan belas) tahun pada awal tahun pelajaran
baru.
3. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah pada jalur formal adalah SMA, MA, SMK, MAK, dan
SMALB. Syarat calon peserta didik untuk dapat mengikuti seleksi masuk
SMA atau sederajad adalah sebagai berikut:
o telah lulus dan memiliki ijazah/STTB SMP/SMPLB/MTs/Paket
B/Pendidikan Pesantren Salafiyah Wustha/sederajat;
o memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru.
Sedangkan untuk dapat masuk ke sekolah kejuruan, calon peserta didik
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
o telah lulus SMP/MTs/SMPLB/sederajat dan memiliki ijazah;

20
o memiliki SKHUN SMP/SMPLB/MTs/Paket B/Pendidikan Pesantren
Salafiyah Wustha/sederajat; dan
o berusia paling tinggi 21 (dua puluh satu) tahun pada awal tahun pelajaran
baru; dan
o memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan spesifik bidang studi
keahlian/program studi keahlian/kompetensi keahlian di SMK/ MAK yang
dituju.
4. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi merupakan pendidikan formal setelah pendidikan menengah
yang dapat berupa program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis,
dan doktor. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma (2-4
tahun); sarjana (4 tahun atau lebih); magister, spesialis, dan doktor (2 tahun
atau lebih); yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi
dapat berbentuk: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau
Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat
menyelenggarakan program akademik, profesi, dan atau vokasi.

c. Manajemen Pendidikan
i. Kurikulum
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan tujuh
kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum
1984, kurikulum 2004, KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan
yang sekarang berlaku yaitu kurikulum 2013 yang dikeluarkan pemerintah
melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang
standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut,
tahun 2006. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi
diperlukan untuk mengarahkan siswa menjadi: (1) manusia berkualitas yang
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri;serta (3) warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

ii. Anggaran Pendidikan


Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk memenuhi hak warga negara,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah
daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan
bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan baik dari segi mutu dan
alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945
21
mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sesuai dengan putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, pemerintah harus menyediakan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Anggaran
pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan
melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui
transfer ke daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran
pendidikan kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab pemerintah.
Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi alokasi yang
melalui belanja pemerintah pusat dan melalui transfer ke daerah. Sementara
untuk yang melalui anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah adalah
DBH Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU Pendidikan, Dana Tambahan DAU,
dan Dana Otonomi Khusus Pendidikan

iii. Guru/Personalia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yang dibuktikan dengan ijazah/sertifikat keahlian yang relevan, yang
dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang
terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Jenis pendidikan guru yang diselenggarakan oleh LPTK yang terakreditasi
dan ditetapkan pemerintah yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG), dengan
kualifikasi akademik:
1) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1
pendidikan dasar
2) Pendidik pada jenjang pendidikan menengaj minimum D-IV atau S1
pendidikan menengah
Pendidik pada jenjang pendidikan tinggi minimum S1 untuk program
diploma, S2 untuk program sarjana dan S3 untuk program magister dan doctor.

D. Sistem Organisasi Pengelolaan Pendidikan


Sistem organisasi pengelolaan pendidikan yang berada di Indonesia menurut
undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemeritah Nomor 25 tentang Kewenangan Pusat dan Daerah, pendidikan diserahkan
pengelolaannya kepada pemerintah daerah, sementara pemerintah pusat sebatas
menyusun acuan dan standar yang bersifat nasional. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35 ayat (1) menyebutkan bahwa
Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan
pendidikan yang meliputi kurikulum, proses, tenaga kependidikan, sarana dan

22
prasarana, pengelolaan dan pembiayaan pendidikan. Dilanjutkan pada ayat (2)
menyebutkan standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana-prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan. Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dan adanya pemetaan
sekolah menjadi sekolah kategori standar dan sekolah kategori mandiri, maka setiap
sekolah masih tergolong kategori standar diharuskan untuk memenuhi ke delapan
aspek standar yang telah ditentukan dalam SNP tersebut untuk menjadi sekolah
standar nasional (SSN). Untuk memudahkan bagi sekolah maupun masyarakat pada
umumnya dalam memahami bagaimana wujud sekolah yang telah memenuhi SNP
diperlukan contoh nyata, berupa keberadaan Sekolah Standar Nasional.
Dalam rangka meningkatkan mutu layanan penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah termasuk pendidikan anak usia dini pada pendidikan formal dalam rangka
pencapaian standar nasional pendidikan maka diperlukan pengembangan kapasitas
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008 yang mengatur tentang LPMP
menyebutkan bahwa LPMP adalah unit pelaksana teknis Departemen Pendidikan
Nasional di bidang penjaminan mutu pendidikan, yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.
LPMP mempunyai tugas melaksanakan penjaminan mutu pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal di
provinsi berdasarkan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional. Dalam melaksanakan
tugasnya, LPMP menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a. pemetaan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah pada jalur pendidikan formal;
b. supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah pada jalur pendidikan formal dalam penjaminan mutu pendidikan;
c. fasilitasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal dalam penjaminan mutu
pendidikan nasional;
d. pengembangan model penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal;
e. pengembangan dan pengelolaan sistem informasi mutu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah pada jalur pendidikan formal; dan
f. pelaksanaan urusan administrasi LPMP.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang telah diatur pada Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2008, LPMP berkoordinasi
dengan Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah Kota, perguruan
tinggi, dan instansi terkait.

E. Sistem Penilaian Pendidikan


Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka diperlukan
adanya perumusan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional Pendidikan

23
“berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu”. Standar
Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan) standar, salah satunya adalah Standar
Penilaian yang bertujuan untuk menjamin:
a. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan
b. dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;
c. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,
d. efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan
e. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
f. informatif.
Standar Penilaian Pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik,
satuan pendidikan, dan Pemerintah pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis
portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,
ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007
disebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan adalah beracuan kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, satuan
pendidikan harus menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata
pelajaran sebagai dasar dalam menilai pencapaian kompetensi peserta didik. Penetapan
kriteria ketuntasan minimal belajar merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian
proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) berfungsi secagai acuan bagi:
a. guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata
pelajaran yang diikuti;
b. peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran.

Penetapan KKM merupakan kegiatan pengambilan keputusan yang dapat dilakukan


melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat dilakukan
melalui professional judgement oleh guru dengan mempertimbangkan kemampuan
akademik dan pengalaman pendidik mengajar mata pelajaran di sekolahnya. Metode
ini dilakukan dengan cara memberikan justifikasi terhadap indikator pencapaian yang
terdapat pada kompetensi dasar dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung,
dan intake siswa dengan hasil tinggi, sedang, dan rendah; Metode kuantitatif dilakukan
melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada setiap indikator dengan
memperhatikan tingkat kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa untuk mencapai
ketuntasan kompetensi dasar dan standar kompetensi. Metode ini dilakukan dengan
cara menganalisis setiap indikator, KD, dan SK dengan menggunakan poin/skor atau
skala/rentang yang telah ditetapkan.

24
Pada skala nasional terdapat Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) yang
merupakan salah satu unit kerja pada Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1 tahun 2012, Puspendik mempunyai tugas
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, penelitian, dan pengembangan sistem dan
metodologi penilaian pendidikan.
Sesuai dengan fungsinya, Puspendik tidak hanya menyusun kebijakan teknis
pengembangan sistem dan metodologi penilaian pendidikan, tetapi juga melaksanakan
pengukuran akademik, non-akademik, dan seleksi; mengembangkan sistem dan
pengelolaan informasi hasil penilaian pendidikan; dan melaksanakan hasil analisis
hasil penilaian pendidikan, megkoordinasi, memfasilitasi dan mengevaluasi
pelaksanaan penilaian peniddikan.
Untuk melaksanakan fungsinya, Puspendik yang dipimpin oleh seorang kepala
pusat, mempunyai tiga bidang dan satu bagian (Permendikbud No.1 tahun 2012),
yaitu:
1. Bidang Penilaian Akademik memiliki tugas melaksanakan penyusunan bahan
kebijakan teknis, pengembangan sistem, dan pengukuran akademik serta
koordinasi, fasilitasi, evaluasi dan laporan pengukuran akademik pada semua jenis,
jenjang, dan jalur pendidikan.
2. Bidang Penilaian Non-Akademik mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
bahan kebijakan teknis, pengembangan sistem, dan pengukuruan non-akademik
untuk kepentingan diagnostik, seleksi, dan penempatan serta koordinasi, fasilitasi,
evaluasi, dan laporan pelaksanaan pengukuran non-akademik pada semua jenis,
jenjang, dan jalur pendidikan.
3. Bidang Analisis dan Sistem Informasi Penilaian mempunyai tugas melaksanakan
analisis, pengembangan sistem, pengelolaan, dan penyebarluasan informasi hasil
penilaian pendidikan pada semua jenis, jenjang, dan jalur pendidikan.
4. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan,
kepegawaian, ketatalaksanaan, kerumahtanggan, persuratan dan kearsipan, serta
pengelolaan barang milik negara di lingkungan Pusat.

25
4. KURIKULUM FINLANDIA
a. Tujuan Pendidikan Finlandia

Tujuan kebijakan pendidikan Finlandia mengarahkan akan pemerataan


Pendidikan. Pada prinsipnya setiap orang memiliki keterampilan dan peluang yang
sama dalam rangka mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan dasar
di Finlandia bertujuan untuk mengarahkan siswa menjadi seorang yang bertanggung
jawab serta mampu mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam kehidupan. (Ornstein, A. C., & Hunkins, 2017).
Sistem pendidikan yang dilakukan oleh Finlandia yaitu mewujudkan high-level
education for all. Adanya tujuan tersebut sebagai bentuk upaya agar seluruh rakyat
Finlandia dapat mengenyam pendidikan secara merata, sesuai keahlian dan
kompetensti. Finlandia membangun sistem pendidikan dengan karakteristik yang
dilaksanakan secara konsisten, yakni, free education, free school meals, dan special
needs education dengan berpegang teguh pada prinsip inklusivitas (Milton, 1955).
Pendidikan dasar di negara Finlandia telah dikembangkan dalam upaya
menjamin kesetaraan bagi seluruh rakyat terlepas dari faktor gender, strata sosial, latar
belakang etnis dan golongan (Vaira, 2004). Sistem pendidikan Finlandia terfokus pada
kemerataan pendidikan dalam menyokong pembangunan nasional berdasarkan
inovasi. Segenap rakyat Finlandia memiliki hak dasar untuk mengenyam pendidikan
secara gratis. Pemerintah wajib menyediakan kesempatan yang setara bagi seluruh
warga negara untuk menikmati layanan pendidikan gratis, di setiap jenjang
pendidikan, sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
b. Sistem Pendidikan Finlandia

Pengembangan pendidikan di Finlandia mampu memperkenalkan nilai-nilai


kesetaraan pendidikan dalam pendidikan. Upaya yang dilakukan ialah menghilangkan
sistem dan perbedaan dalam sekolah, misalnya pengembangan sistem pembiayaan,
rencana pembangunan pendidikan dan penelitian mempromosikan kesetaraan dan
menjadi dokumen penting dari kebijakan pendidikan dan penelitian Finlandia.
Rencana pembangunan dilakukan setiap empat tahun, dan mengarahkan
pelaksanaan tujuan kebijakan pendidikan dan penelitian. Rencana Pembangunan
mencakup semua bentuk pendidikan mulai dari anak usia dini sampai dengan
pendidikan tinggi serta penelitian yang dilakukan. Tujuan utama dari Rencana
Pembangunan meliputi: a). Kesetaraan dalam pendidikan, b). Kualitas pendidikan di
semua tingkatan dan; c). Belajar sepanjang hayat (Vaira, 2004).
26
Prinsip kebijakan pendidikan Finlandia menegaskan bahwa warga negara harus
memiliki akses yang sama terhadap pendidikan dan pelatihan berkualitas tinggi
(Sahlberg, 2011). Kesempatan pendidikan yang sama harus tersedia untuk semua
elemen masyarakat guna penuntasan kemiskinan, ketimpangan sosial ekonomi,
menstabilkan perekonomian masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan, ketenagakerjaan serta daya saing dalam global.
a) Pre-primary dan Pendidikan Dasar
1. Pre-primary Education
Pre-primary education merupakan beban kewajiban belajar bagi anak yang
usianya 6 tahun. Pre-primary sendiri disediakan di pusat-pusat penitipan dan di
sekolah-sekolah. Pada pendidikan pre-primary anak-anak akan mendapatkan
keterampilan dasar, pengetahuan dan kemampuan belajar yang berbeda dengan
pendidikan anak usia dini dan disesuaikan dengan usia dan kemampuan mereka. Pada
fase ini belajar melalui bermain sangat penting.
Wajib belajar dimulai ketika seorang anak berusia tujuh tahun. Selama satu
tahun sebelum compulsory education dimulai, anak dapat berpartisipasi dalam
pendidikan anak usia dini. Pemerintah setempat dapat memberikan pendidikan anak
usia dini di sekolah-sekolah, pusat penitipan anak, dan rumah penitipan keluarga atau
di tempat-tempat lain yang sesuai. Partisipasi dalam pendidikan anak usia dini adalah
sukarela tetapi pemerintah kota wajib menyediakan pendidikan anak usia dini. Anak
usia 6-7 tahun yang masuk pendidikan usia dini tercatat 99,4% pada tahun 2009,
sedangkan sekitar 70% anak-anak tersebut juga mengikuti pendidikan di tempat
penitipan (day care) (Sahlberg, 2011).
Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah bahwa anak tersebut
meningkatkan kemampuan belajar untuk belajar keterampilan dan positif citra diri,
memperoleh keterampilan dasar, pengetahuan dan kemampuan dari daerah dif-ferent
pembelajaran sesuai dengan usia dan kemampuan mereka.
2. Pendidikan Dasar
Wajib belajar dimulai ketika seorang anak berusia 7 tahun, kecuali bagi anak
membutuhkan pendidikan kebutuhan khusus. Ruang lingkup silabus dasar pendidikan
adalah sembilan tahun, dan hampir semua anak menyelesaikan pendidikan dengan
menghadiri sekolah yang komprehensif. Pendidikan dasar diberikan secara gratis.
Demikian pula dengan buku teks dan bahan ajar lainnya dan dan siswa mendapatkan
makanan gratis setiap hari. Disamping itu, disedikan pemeriksaan kesehatan dan
pelayanan lainnya yang disediakan secara gratis pula. Bagi siswa yang rumahnya jauh
27
dari sekolah (lebih dari 5 km) atau perjalanan dianggap berbahaya berhak
mendapatkan layanan transportasi secara gratis. Jika waktu perjalanan harian melebihi
tiga jam, murid berhak untuk menggunakan tempat tidur dan menginap di asrama.
Pemerintah setempat menetapkan tempat sekolah untuk setiap murid berdasarkan jarak
dengan rumah mereka, namun orang tua bebas memilih sekolah yang komprehensif
sesuai dengan preferensi mereka, dengan beberapa pembatasan.
Pendidikan dasar Finlandia menggunakan strutur tunggal, yaitu tidak ada
pembagian pendidikan dasar dan menengah pertama. Pembelajaran biasanya
diberikan oleh guru kelas yang sama untuk sebagian besar mata pelajaran dalam enam
tahun-kelas pertama dan oleh guru mata pelajaran dalam tiga tahun terakhir. Tahun
ajaran terdiri 190 hari antara pertengahan Agustus dan awal Juni. Sekolah
dilaksanakan lima hari seminggu, dan jumlah minimum pelajaran per minggu
bervariasi 19-30 jam pelajaran, tergantung pada tingkat dan jumlah mata pelajaran
opsional diambil. Jadwal kegiatan harian dan mingguan diputuskan oleh masing-
masing sekolah. Disamping itu, terdapat otonomi daerah tentang hari libur tambahan.
Tujuan pendidikan dasar Finlandia adalah untuk mendukung pertumbuhan
kemanusiaan siswa dan rasa tanggung jawab pada masyarakat dan untuk menyediakan
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dengan dalam kehidupan mereka.
Pendidikan harus mempromosikan pembelajaran dan kesetaraan dalam masyarakat
serta mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan guna
perkembangan mereka di kemudian hari. Pendidikan juga bertujuan menjamin
kesetaraan dalam pendidikan di seluruh negeri.
Pemikiran yang dianut pendidikan di Finlandia adalah bahwa potensi masing-
masing siswa harus dimaksimalkan. Karena itu bimbingan pendidikan dipandang
sebagai penting. Bimbingan dan konseling bertujuan untuk mendukung, membantu
dan membimbing siswa dan mahasiswa sehingga mereka semua dapat melakukan
sebaik mungkin dalam studi mereka dan mampu membuat keputusan yang benar dan
tepat mengenai pendidikan dan karir mereka.
Bimbingan dan konseling dipandang sebagai pekerjaan semua tenaga
kependidikan. Dengan demikian guru dituntut untuk menbimbing anak-anak dan
remaja sebagai individu dan membantu mereka untuk melanjutkan pendidikan yang
sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Peserta didik juga harus merasakan
kesuksesan dan kebahagiaan dalam pembelajaran. Saat ini semua siswa memiliki hak
untuk mendapatkan dukungan pendidikan. Dukungan ini dapatberupa remidial atau
dukungan untuk siswa berkebutuhan khusus (Sahlberg, 2011).
28
Pendidikan anak dengan kebutuhan khusus umumnya disediakan bersamaan
dengan pendidikan umum (pendidikan inklusi). Kebijakan pendidikan di Finlandia
adalah memberikan pendidikan kebutuhan khusus terutama dalam pendidikan umum.
Jika siswa tidak dapat belajar dalam kelompok pembelajaran biasa, maka yang
bersangkutan berhak mengikuti pendidikan anak berkebutuhan khusus. Pendidikan ini
sedapat mungkin disediakan di sekolah reguler. Semua siswa usia sekolah wajib
memiliki hak untuk memperoleh dukungan pendidikan berkualitas tinggi serta
bimbingan dan dukungan. Dukungan intensif harus diberikan kepada siswa yang
membutuhkan penanganan khusus agar mampu belajar dengan baik. Tujuannya adalah
untuk mencegah masalah yang ada menjadi lebih serius atau meluas. Jika anak-anak
tersebut tidak dapat secara pendidikan umum secara memadai, mereka harus diberi
dukungan khusus. Tujuan utama dari dukungan khusus ini adalah untuk memberikan
kesempatan yang sama dengan dengan yang lain dapat menyelesaikan pendidikan
wajib dan berhak untuk melanjutkan ke pendidikan menengah atas. Dukungan bagi
siswa berkebutuhan khusus juga disediakan dalam pendidikan menengah atas. Dalam
pendidikan kejuruan dan pelatihan, siswa membutuhkan yang pendidikan kebutuhan
khusus disediakan dengan secara individu. Dalam perencanana ditetapkan rincian
kualifikasi lulusan, persyaratan tertentu yang diobservasi dan langkah-langkah
dukungan yang diberikan bagi siswa.
Upaya yang dilakukan untuk mendukung golongan minoritas dan para imigran,
adalah penggunaan dua bahasa resmi, yaitu Finlandia dan Swedia. Sekitar lima persen
dari siswa di pendidikan menengah dasar dan atas mengikuti pendidikan di sekolah
yang menggunakan pengantar bahasa Swedia. Kedua kelompok memiliki lembaga
bahasa sendiri termasuk di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu ada
lembaga pendidikan di mana semua atau setidaknya beberapa instruksi yang diberikan
dalam bahasa asing, yang paling umum dalam bahasa Inggris (Machintosh, 2006).
Pemerintah lokal juga diminta untuk menyelenggarakan pendidikan dalam bahasa
Sami di Propinsi Lapland (Helen, 2003). Pelestarian bahasa diambil untuk memastikan
kesempatan pendidikan bagi penduduk Roma dan golongan minoritas lainnya serta
untuk penduduk yang menggunakan bahasa isyarat. Institusi pendidikan dapat
misalnya mengajukan dana tambahan untuk mengatur instruksi dalam bahasa nasional
resmi untuk Roma, Sami dan anak-anak migran dan untuk proses pembelajaran
menggunakan bahasa ibu siswa. Institusi pendidikan juga menyelenggarakan
pendidikan persiapan bagi imigran untuk memungkinkan mereka untuk memasuki
pendidikan menengah dasar atau menengah atas.
29
b) Lifelong Education
Sistem pendidikan Finlandia berlangsung sepanjang hayat. Peserta didik selalu
dapat melanjutkan studi mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, apa pun
pilihan mereka. Untuk mendukung hal tersebut, pemerintah telah mengembangkan
sistem yang mengakui hasil belajar sebelumnya untuk menghindari tumpang tindih
yang tidak perlu dalam melanjutkan studi. Finlandia memiliki sejarah panjang tentang
partisipasi dan promosi pendidikan bagi orang dewasa. Pendidikan menengah atas
mulai diberlakukan pada tahun 1889. Pendidikan bagi orang dewasa sangat populer,
hal ini dibuktikan dari tingkat partisipasi yang tinggi secara statistik internasional
(Sahlberg, 2011).
Tujuan utama dari kebijakan pendidikan orang dewasa adalah menjamin
ketersediaan dan kompetensi angkatan kerja, memberikan kesempatan pendidikan bagi
seluruh populasi orang dewasa dan memperkuat kohesi sosial dan ekuitas. Tujuan
tersebut harus mendukung upaya untuk memperpanjang usia kerja produktif,
meningkatkan produktivitas, meciptakann kondisi untuk belajar sepanjang hayat dan
meningkatkan multikulturalisme. lembaga pendidikan menyelenggarakan pendidikan
dan pelatihan yang ditujukan untuk orang dewasa pada semua tingkat pendidikan.
c. Kurikulum Finlandia

Kurikulum di Finlandia dianggap dokumen pedagogis yang menggambarkan


tujuan belajar dan silabus subjek serta proses pembelajaran. Oleh karena itu kurikulum
bertujuan merinci langkah-langkah yang paling penting bagi sekolah untuk
menentukan tujuan pendidikannya.. Tetapi kurikulum juga merupakan instrumen
penting dari kebijakan pendidikan, terutama ketika sistem sekolah sedang menjalani
reformasi struktural yang komprehensif.
Apa strategi Finlandia sehingga menjadi sorotan global? Fakta yang ada
konsep kurikulum terbilang biasa saja sama halnya dengan negara lain tetapi dari
Kementerian Pendidikan Finlandia melakukan berbagai terobosan baru, kaitannya
dengan pengelolaan kurikulum mulai dari pedoman yang baik dan jelas dan berusaha
mengarahkan peran utama guru di sekolah. Hal tersebut menjadi sebuah dasar ketika
program persiapan yang sangat baik maka kurikulum pun akan terlaksana, pun
demikian kontribusi guru dalam mengembangkan kurikulum dan strategi pedagogis
yang inovatif. (Ornstein, A. C., & Hunkins, 2017)
Kurikulum inti nasional untuk pendidikan dasar ditentukan oleh Finnish
National Board of Education. Kurikulum ini berisi tujuan dan isi inti pelajaran yang

30
berbeda, serta prinsip-prinsip penilaian murid, pendidikan kebutuhan khusus, pupil
welfare dan layanan bimbingan pendidikan. Prinsip-prinsip lingkungan belajar yang
baik, pendekatan serta konsep pembelajaran juga dibahas dalam kurikulum inti.
Kurikulum inti nasional diperbarui kirakira setiap sepuluh tahun.
Institusi pendidikan menyusun kurikulum sendiri berdasarkan kerangka
kurikulum inti nasional. Jadi ada ruang untuk kekhususan lokal atau regional. Semua
kurikulum lokal harus, mendefinisikan nilai-nilai, prinsip-prinsip yang mendasari,
serta pendidikan dan pengajaran tujuan umum. Dalam kurikuum tersebut juga tersedia
program pembelajaran berbasis bahasa ibu siswa dan muatan lokal. Selanjutnya, di
dalam kurikulum tersebut memuat kerjasama dengan orangtua dan pembelajaran bagi
murid yang membutuhkan dukungan khusus atau dari golongan minoritas atau
menggunakan bahasa lain.

31
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kajian dan pembahasan tentang analisis kurikulum di 4 negara yaitu :
Singapura, Korea Selatan, Indonesia dan Finlandia dapat disimpulkan bahwa, dari ke 4
negara tersebut sistim manajemen bersifat gabungan antara desentralisasi dan
sentralistik. Kurikulum Masing-masing negara disusun oleh kementrian pendidikan,
selanjutnya sekolah diberikan kewenangan untuk menyusun kurikulum/menambah
kurikulum lokal sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing dan permintaan
siswa.Hal ini berbeda dengan negara indonesia, yang memasukkan kurikulum local
namun tidak berhubungan langsung dengan permintaan siswa, seperti kurikulum lokal
yang hanya terbatas pada bahasa daerah, seni dan lain-lain. Untuk memberikan peluang
masa depan pada siswa, kiranya system kurikulum hendaknya lebih fleksibel dan
daerahpun agar memasukkan kurikulum local yang bersifat ―kreatifitas‖ sesuai kondisi
daerah masing-masing, seperti kurikulum local pertanian, perikanan,
perkebunan.teknologi dan lain- lain, tidak hanya sebatas kurikulum seperti bahasa
daerah atau bahasa asing yang selama ini banyak dimunculkan sehingga, mtidak
berpengaruh terhadap lapangan kerja dan tidak meberikan jaminan untuk
kehidupan.pekerjaan siswa setelah tamat sekolah.Hal ini, penulis munculkan, karena
ternyata diketiga Negara ini cukup berhasul dengan kurikulum local yang mereka pilih
berupa pertanian, perikanan, dan teknologi industri dan lain-lain, ini terbukti dengan
banyaknya kerajinan industri yang bersifat home industri di empat Negara ini, sehingga
pada gilirannya akan berimplikasi kepada pertumbuhan ekonomi Negara dan
kesejahteraan masyarakatnya semakin bertambah.

32
DAFTAR PUSTAKA

Academia. (2018). Analisis kurikulum di Finlandia.


https://www.academia.edu/41651463/Analisis_Kurikulum_Finlandia

Academia. (2017). Perbandingan Kurikulum Lima Negara.


https://www.academia.edu/32958700/PERBANDINGAN_KURIKULUM_LIMA_NEGARA
_DENGAN_KURIKULUM

Education, C. A. I. (2019). International Education from Cambridge: What lies at the heart of
a Cambridge education. Cambridge Assessment International Education, 1–16.
https://www.cambridgeinternational.org/Images/417448-overview-brochure.pdf.

Scribd (2017). Analisis Kurikulum tiga Negara.


https://id.scribd.com/document/358855729/Analisis-Kurikulum-3-Negara

33

Anda mungkin juga menyukai