Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH BIOLOGI

PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL

KELOMPOK 6/XII MIPA 1:


 Nanda Asri V (21)
 Nindya Alviona (22)
 Prasashti Alya (23)
 Priya Aji CU (24)

SMA NEGERI 1 KARANGANOM


Tahun Pelajaran 2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan
berkah-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan makalah
tentang Penyimpangan Semu Hukum Mendel semester ganjil Tahun Ajaran 2019/2020.

Laporan ini dapat tersusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dan ibu untuk seluruh curahan kasih sayang dan dukungan yang selalu diberikan.

2. Ibu Amrina selaku guru pembimbing Biologi.

3. Kelompok 6 Biologi di SMA N 1 Karanganom yang telah berbagi suka dan duka selama
pembuatan makalah ini.

4. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan makalah ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Apabila dalam penulisannya masih terdapat kesalahan, hal itu karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan kelompok kami. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran. Penulis berharap laporan ini dapat membantu para pembaca, menambah
pengetahuan mengenai Penyimpangan Semu Hukum Mendel.

Karanganom, 29 Oktober 2019

Kelompok 6

2|Page
Daftar isi

MAKALAH BIOLOGI .............................................................................................................. 1


PENYIMPANGAN SEMU HUKUM MENDEL...................................................................... 1
Kata Pengantar ....................................................................................................................... 2
Daftar isi ................................................................................................................................. 3
MIND MAP............................................................................................................................ 4
Penyimpangan Hukum Mendel .............................................................................................. 4
................................................................................................................................................ 4
................................................................................................................................................ 4
Pengertian ........................................................................................................................... 5
Penyebab ............................................................................................................................. 5
Jenis-jenis ........................................................................................................................... 5
1. Polimeri ................................................................................................................... 5
2. Kriptomeri ............................................................................................................... 7
3. EPISTASI DAN HIPOSTASI ................................................................................. 8
4. KOMPLEMENTER .............................................................................................. 11
5. ATAVISME/INTERAKSI ALEL ......................................................................... 12
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 24

3|Page
MIND MAP

Penyimpangan Hukum
Mendel
Pengertian Jenis-jenis
Penyebab Polimeri

Daftar Kriptomeri
Pertanyaan
Epistasi dan
Hipostasi
Komplementer

Atavisme/Interaksi
Alel

4|Page
Pengertian
Umumnya gen memiliki pekerjaan sendiri–sendiri untuk menumbuhkan karakter,
tetapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau menumbuhkan karakter. Gen tersebut mungkin
terdapat pada kromosom yang sama atau pada kromosom yang berbeda. Interaksi antar gen
akan menimbulkan perbandingan fenotipe keturunan yang menyimpang dari hukum Mendel,
keadaan ini disebut penyimpangan Hukum Mendel.

Dalam kondisi normal, persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan individu


keturunan 3 : 1 atau 1 : 2 : 1, dan persilangan dihibrida menghasilkan individu keturunan 9 : 3
: 3 : 1. Dalam prakteknya, hasil persilangan Mendel dapat menghasilkan perbandingan
individu yang tidak tepat. Pada persilangan dihibrida, dapat dihasilkan perbandingan yang
merupakan variasi dari perbandingan 9 : 3 : 3 : 1 yaitu 12 : 3 : 1; 9 ; 7 atau 15 : 1. Meskipun
demikian, perbandingan tersebut tetap mengikuti aturan Hukum Mendel.

Penyebab
Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling memengaruhi
dalam menghasilkan fenotip. Meskipun demikian, perbandingan fenotip tersebut masih
mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel.

Jenis-jenis
Terdapat berbagai macam Penyimpangan Semu Hukum Mendel yaitu Polimeri,
Kriptomeri, Epistasis & Hipostasis, Komplementer, dan Interaksi gen.

1. Polimeri
Polimeri adalah suatu gejala dimana terdapat banyak gen bukan alel tetapi
mempengaruhi karakter/sifat yang sama. Polimeri memiliki ciri: makin banyak gen
dominan, maka sifat karakternya makin kuat. Peristiwa polimeri pertama kali

5|Page
dilaporkan oleh Nelson-Ehle, melalui percobaan persilangan antara gandum berbiji
merah dengan gandum berbiji putih.

Contoh: persilangan antara gandum berkulit merah dengan gandum berkulit putih

Berdasarkan diagram di atas dihasilkan perbandingan genotip F2 sebagai berikut.


9 M1_M2_ = merah, 3 m1m1M2_ = merah, 3 M1_m2m2 = merah, 1 m1m1m2m2 =
putih.
Dari contoh di atas diketahui bahwa gen M1 dan M2 bukan alel, tetapi sama-sama
berpengaruh terhadap warna merah gandum. Semakin banyak gen dominan, maka
semakin merah warna gandum.

4M = merah tua sekali M = merah muda

3M = merah tua M=putih

2M = merah

Bila disamaratakan antara yang berwarna merah dengan yang berwarna putih,
diperoleh:

6|Page
Rasio fenotif F2 merah : putih = 15 : 1

2. Kriptomeri
Kriptomeri adalah peristiwa gen dominan yang seolah-olah tersembunyi bila
berada bersama dengan gen dominan lainnya, dan akan terlihat bila berdiri sendiri.
Correns pernah menyilangkan tumbuhan Linaria maroccana berbunga merah galur
murni dengan yang berbunga putih juga galur murni. Dalam persilangan tersebut
diperoleh F1 semua berbunga ungu, sedangkan F2 terdiri atas tanaman dengan
perbandingan berbunga ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

Warna bunga Linaria (ungu, merah, dan putih) ditentukan oleh pigmen
hemosianin yang terdapat dalam plasma sel dan sifat keasaman plasma sel. Pigmen
hemosianin akan menampilkan warna merah dalam plasma atau air sel yang bersifat
asam dan akan menampilkan warna ungu dalam plasma sel yang bersifat basa. Warna
bunga Linaria maroccana ditentukan oleh ekspresi gen-gen berikut.

1) Gen A, menentukan ada bahan dasar pigmen antosianin.

2) Gen a, menentukan tidak ada bahan dasar pigmen antosianin.

3) Gen B, menentukan suasana basa pada plasma sel.

4) Gen b, menentukan suasana asam pada plasma sel.

Persilangan antara Linaria maroccana bunga merah dengan bunga putih


menghasilkan keturunan seperti dijelaskan pada diagram berikut.

F1 : AaBb = ungu - warna ungu muncul karena A dan B berada bersama

7|Page
P2 : AaBb x AaBb

9 A-B- : ungu

3 A-bb : merah

3 aaB- : putih

1 aabb : putih

Persilangan tersebut dihasilkan rasio fenotip F2 = ungu : merah : putih = 9 : 3 : 4.

3. EPISTASI DAN HIPOSTASI


Epistasis dan hipostasis merupakan salah satu bentuk interaksi gen dalam hal
ini gen dominan mengalahkan gen dominan lainnya yang bukan sealel. Gen dominan
yang menutup ekspresi gen dominan lainnya disebut epistasis, sedangkan gen
dominan yang tertutup itu disebut hipostasis.

Peristiwa epistasis dan hipostasis terjadi pada warna umbi lapis pada bawang
(Allium sp.), warna kulit gandum, warna bulu ayam, warna rambut mencit, dan
warna mata pada manusia. Peristiwa epistasis dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
epistasis dominan, epistasis resesif, serta epistasis dominan dan resesif.

8|Page
1) Epistasis Dominan

Pada epistasis dominan terdapat satu gen dominan yang bersifat


epistasis. Misalnya warna umbi lapis pada bawang (Allium sp.). A merupakan
gen untuk umbi merah dan B merupakan gen untuk umbi kuning. Gen merah
dan kuning dominan terhadap putih. Perkawinan antara tanaman bawang
berumbi lapis kuning homozigot dengan yang merah homozigot menghasilkan
tanaman F1 yang berumbi lapis merah.

Keturunan F2 terdiri atas 16 kombinasi dengan perbandingan 12/16


merah : 3/16 kuning : 1/16 putih atau 12 : 3 : 1. Perbandingan itu terlihat
menyimpang dari hukum Mendel, tetapi ternyata tidak. Perbandingan 9 : 3 : 3 :
1 untuk keturunan perkawinan dihibrid hanya mengalami modifikasi saja, yaitu
9 : 3 : 3 : 1 menjadi 12 : 3 : 1.

Perhatikan diagram persilangan berikut.

2) Epistasis Resesif

Pada peristiwa epistasis resesif terdapat suatu gen resesif yang bersifat
epistasis terhadap gen dominan yang bukan alelnya (pasangannya). Gen
resesif tersebut harus dalam keadaan homozigot, contohnya pada pewarisan
warna rambut tikus. Gen A menentukan warna hitam, gen a menentukan
warna abu-abu, gen C menentukan enzim yang menyebabkan timbulnya warna
dan gen c yang menentukan enzim penghambat munculnya warna. Gen C

9|Page
bersifat epistasis. Jadi, tikus yang berwarna hitam memiliki gen C dan A.
Perhatikan diagram persilangan berikut.

Jadi, perbandingan fenotip F2 = hitam : abu-abu : putih = 9 : 3 : 4.

3) Epistasis Dominan dan Resesif

Epistasis dominan dan resesif (inhibiting gen) merupakan


penyimpangan semu yang terjadi karena terdapat dua gen dominan yang jika
dalam keadaan bersama akan menghambat pengaruh salah satu gen dominan
tersebut. Peristiwa ini mengakibatkan perbandingan fenotip F2 = 13 : 3.
Contohnya ayam leghorn putih mempunyai fenotip IICC dikawinkan dengan
ayam white silkre berwarna putih yang mempunyai genotip iicc. Perhatikan
diagram berikut.

10 | P a g e
Catatan:

C = gen yang menghasilkan warna.

c = gen yang tidak menghasilkan warna (ayam menjadi putih).

I = gen yang menghalang-halangi keluarnya warna (gen ini disebut juga gen
penghalang atau inhibitor).

i = gen yang tidak menghalangi keluarnya warna. Coba perhatikan diagram


hasil persilangan F1 di atas. Meskipun gen C mempengaruhi munculnya warna
bulu, tetapi karena bertemu dengan gen I (gen yang menghalangi munculnya
warna), maka menghasilkan keturunan dengan fenotip ayam berbulu putih.
Jadi, perbandingan fenotip:

F2 = ayam putih : ayam berwarna

=13/16 : 3/16 = 13 : 3

4. KOMPLEMENTER
11 | P a g e
Gen komplementer adalah gen-gen yang berinteraksi dan saling melengkapi.
Kehadiran gen-gen tersebut secara bersama-sama akan memunculkan karakter
(fenotip) tertentu. Sebaliknya, jika salah satu gen tidak hadir maka pemunculan
karakter (fenotip) tersebut akan terhalang atau tidak sempurna.

Contoh: perkawinan antara dua orang yang sama-sama bisu tuli

P : bisu tuli x bisu tuli

DDee ddEE

F1 : DdEe = normal

D dan E berada bersama bekerjasama memunculkan karakter normal. Bila hanya


memiliki salah satu gen dominan D atau E saja, karakter yang muncul adalah bisu
tuli.

P2 : DdEe X DdEe

F2 : 9 D-E- : normal

3 D-uu : bisu tuli

3 ppE- : bisu tuli

1 ppuu : bisu tuli

Rasio fenotif F2 normal : bisu tuli = 9 : 7

5. ATAVISME/INTERAKSI ALEL
Atavisme adalah kemunculan karakteristik dalam organisme setelah absen
selama beberapa generasi. Hal ini disebabkan adanya kesempatan berbagai gen untuk
melakukan rekombinasi atau penyatuan kembali. Dengan demikian, akan terjadi
pengulangan kembali sifat atau perilaku sebelumnya, setelah hilang untuk jangka
waktu yang lama. Lebih sederhana, atavisme merupakan pemunculan kembali sifat-
sifat pada seseorang yang sudah lama tidak muncul pd generasi yg
sebelumnya.(Wikipedia)

12 | P a g e
Pada permulaan abad ke-20, W. Baterson dan R.C. Punnet menyilangkan
beberapa varietas ayam negeri, yaitu ayam berpial gerigi (mawar), berpial biji (ercis),
dan berpial bilah (tunggal). Pada persilangan antara ayam berpial mawar dengan ayam
berpial ercis, menghasilkan semua ayam berpial sumpel (walnut) pada keturunan
F1. Varietas ini sebelumnya belum dikenal.

Pada keturunan F2 diperoleh empat macam fenotip, yaitu ayam berpial walnut,
berpial mawar, berpial ercis, dan berpial tunggal dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1.
Perbandingan ini sama dengan perbandingan F2 pada pembastaran dihibrid.
Perhatikan diagram persilangan di bawah.

Rasio fenotif F2 Walnut : Ros : Pea : Single = 9 : 3 : 3 : 1


Berdasarkan diagram persilangan tersebut terdapat penyimpangan
dibandingkan dengan persilangan dihibrid. Penyimpangan yang dimaksud bukan
mengenai perbandingan fenotip, tetapi munculnya sifat baru pada F1 dan F2.
Keturunan F1 berfenotip ayam berpial walnut atau sumpel, tidak menyerupai salah
satu induknya. Sifat pial sumpel atau walnut (F1) merupakan interaksi dua faktor
dominan yang berdiri sendiri-sendiri dan sifat pial tunggal (F2) sebagai hasil interaksi
dua faktor resesif.

13 | P a g e
Daftar
Pertanyaan
Kelompok 1 (Afifah)

Jelaskan yang dimaksud alel letal beserta jenis jenisnya, dan bagaimana proses alel tersebut
menyebabkan kematian?

Jawab: alel letal adalah alel yang dalam keadaan homozigotik menyebabkan kematian pada
individu. Kematian dari pengaruh alel ini dapat terjadi pada masa embrio sehingga
menyebabkan kematian sebelum lahir dan kematian usia anak-anak. Kematian ini
disebabkan karena ketika dua alel sama menyebabkan perubahan gen yang tidak sesuai
sehingga menimbulkan luka, kekurangan gizi, kelainan.

Jenis alel letal

1. Alel letal dominan yaitu ketika dua alel dominan dalam keadaan homozigot (KK)
menyebabkan kematian.

2. Alel letal resesif yaitu ketika dua alel resesif dalam keadaan homozigot (kk)
menyebabkan kematian.

14 | P a g e
Kelompok 2 (Arneta)

Mengapa terjadi penyimpanan pada hukum


Mendel?

Jawab: Penyimpangan hukum mendel tersebut


terjadi karena adanya beberapa gen yang saling
memengaruhi dalam menghasilkan fenotip.
Meskipun demikian, perbandingan fenotip tersebut
masih mengikuti prinsip-prinsip Hukum Mendel.

Kelompok 3 (Dewi)

Jelaskan tentang testcross backcross dan penyilangan resiprok!

Jawab: Testcross adalah persilangan antara suatu individu yang tidak diketahui genotipnya dengan
induk yang genotipnya homozigot resesif. Testcross dapat dilakukan dengan individu yang bukan
induknya , dengan syarat genotifnya diketahui homozigot resesif . Contoh kita diberi segenggam
biji bulat, sipemberi biji tidak tahu pasti apakah biji bulat itu homozigot atau heterozikot.
Bagaimana kita bisa mengetahui biji bulat itu homozigot atau heterozigot. pembuktiannya dapat
dilakukan dengan uji silang. contohnya jika biji bulat yang diberikan tadi diuji silang dengan induk
resesif menghasilkan 50 % biji bulat dan 50% biji keriput, bii bulat merupaka heterozigot, tetapi
jika 100 % biji bulat maka biji bulat tersebut merupakan homozigot. lihatlah diagram persilangan
testcross monohibrid berikut:

15 | P a g e
Backross merupakan persilangan antara anakan F1 yang heterozigot dengan induknya yang
homozigot dominan. Oleh karena itu , gamet dari parental(Induk) kemungkinannya hanya satu
macam . Dengan demikian analisa sifat genetis suatu karakter yang sedang diamati menjadi lebih
mudah. Diagram persilangan backcross monohibrid dapat dilihat dibawah ini

Persilangan Resiprok

disebut juga persilangan tukar kelamin . Adalah persilangan


ulang dengan jenis kelamin yang dipertukarkan .. Misalnya
pada perkawinan monohibrid tanaman jantannya berbiji
bulat , sedangkan tanaman betinanya berbiji keriput, maka
perkawinan resiproknya adalah tanaman jantannya berbiji
keriput dana tanaman wanitanya berbiji bulat . Persilangan ini tidak akan mempengaruhi hasil
persilangan mendel. Karena gen-gen yang dipilih Mendel adalah gen-gen yang tidak tertaut
kelamin.

Kelompok 4 (Geema)

Jelaskan penyimpangan semu yang disebabkan karena alel ganda, apa penyebabnya dan
berikan contohnya

Jawab: Alel ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu gen yang
menempati lokus sama pada kromosom homolognya. Dilihat dari pengaruh gen pada

16 | P a g e
fenotipe, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam pengekspresian suatu sifat.
Di dalam suatu lokus, terdapat sepasang atau lebih alel. Bila terdapat sepasang alel dalam
suatu lokus, maka disebut alel tunggal. Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu
lokus, maka disebut alel ganda atau multiple alelmorfi (Bintang, Galai, 2012).

Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen. tetapi gen yang bermutasi tidak selalu
menghasilkan varian yang sama. Umpamanya, gen A bermutasi menjadi a1 atau a2 atau a3,
yang masing-masing menghasilkan fenotip yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A
dapat menghasilkan 4 macam varian, sedangkan anggota alel-nya bukan hanya 2 (dua),
tetapi ada 4 (empat), yaitu: A, a1, a2 dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut
alel ganda (Anang, Asep, 2011).

Pada multiple alelmorfi, terjadi perbedaan sifat pengekspresian suatu gen. Dua gen yang
terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan ekspresi yang berbeda karena
adanya interaksi antara kedua gen tersebut. Interaksi tersebut dapat berupa pemnculan sifat
yang dominan pada satu gen (menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat gen
yang ada sehingga memunculkan sifat kombinasi antara gen-gen tersebut/ seimbang
(Bintang, Galai, 2012).

Banyaknya macam genotipe :

1/2n (n+1)

atau

n= banyaknya anggota alel ganda

Secara matematika hubungan antara banyaknya anggota alel ganda dan banyaknya macam
genotipe individu diploid dapat diformulasikan sebagai berikut (Susanto, Agus Hery, 2011)
:

a) Warna rambut kelinci.

Beberapa warna dasar kulit kelinci disebabkan oleh suatu seri alel ganda, yaitu
(Suryo, 2005) :

1. C+ adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu bercampur kuning,
cokelat dan dengan ujung rambut hitam. Kelinci ini merupakan kelinci liar (normal).

17 | P a g e
2. Cch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu perak, tanpa warna
kuning. Kelinci yang mempunyai fenotip ini disebut “chinchilla”.

3. Ch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut putih, kecuali telinga,
hidung, kaki, dan ekor berwarna hitam. Kelinci ini dinamakan kelinci Himalaya.

4. c adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berwarna putih.

Berbagai percobaan perkawinan pada bermacam-macam kelinci itu memberi petunjuk


bahwa dominansi alel-alel tersebut ialah:

Perkawinan antara kelinci normal dengan chincilla menghasilkan keturunan F1 yang


semuanya berupa kelinci normal. Tetapi keturunan F2 memperlihatkan perbandingan
fenotip = 3 normal : 1 chincilla. Ini memberikan pengertian bahwa gen yang menyebabkan
warna abu-abu dan chinchilla merupakan alel (Suryo, 2005).

b) Sistem golongan darah ABO pada manusia

Sebagian besar gen yang ada dalam populasi


sebenarnya hadir dalam lebih dari dua
bentukan alel. Golongan darah ABO pada
manusia, misalnya, ditentukan oleh tiga alel pada satu gen tunggal : IA, IB, dan IO.

18 | P a g e
Golongan darah seseorang (fenotipe) mungkin
salah satu dari empat tipe : A, B, AB, atau O.
Huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat A
dan B yang bisa ditemukan di permukaan sel
darah merah. Sel darah seseorang mungkin
memiliki karbohidrat A (golongan darah A),
karbohidrat B (golongan darah B), keduanya
(golongan darah AB), dan tidak keduanya
(golongan darah O) (Campbell, dkk., 2008).

Hal ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner bahwa sel-sel darah merah
(eritrosit) dari mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi
tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit
tadi adalah adanya reaksi antigen antibodi beberapa individu akan menggumpal
(beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan. Apabila suatu
substansi asing (disebut antigen) disuntikkan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan
akan mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen
(Suryo, 2005).

Alel IA dan IB masing-masing mengendalikan pembentukan antigen A dan antigen B,


sedangkan alel IO tidak membentuk antigen. Antigen atau aglutinogen adalah glikoprotein
yang tedapat pada membran sel-seldarah merah. Perbedaan antara antigen A dan antigen B
hanya pada residu gulanya,yaitu masing-masing asetil galaktosianin dan galaktosa.
Penggumpalan sel-sel darah merah pada proses transfusi terjadi karena terbentuknya
antibodi aglutinin pada serum darah penerima sebagai reaksi terhadapantigen darah donor.
Antibodi yang terbentuk dalam serum adalah anti-A padagolongan darah B, anti-B pada
golongan darah A dan terbentuk keduanya padagolongan darah O atau tidak terbntuk
antibodi pada golongan darah AB. Anti-Amenggumpalkan antigen A dan anti-B
menggumpalkan antigen B. Oleh karena itugolongan darah AB disebut Resipien Universal
dan golongan darah O disebut Donor Universal.Hubungan antara alel IA dengan IB bersifat
kodominan dan keduanya bersifatdominan terhadap alel IO. Genotipe pada sistem golongan
darah ABO serta antigendan antibodinya.

19 | P a g e
Dari table diatas dapat diketahui :

Gen IA dominan terhadap IO

Gen IB dominan terhadap IO

Gen IO bersifat resesif

Apabila gen IA dan IB bersama, gen dalam keadaan heterozigot, maka akan memunculkan
golongan darah AB. Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan
cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakaridadi
dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentu karakteristika
reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serum darah. Tubuh seseorang
tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri. Namun,
pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi yang mengakibatkan
terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosittersebut sangat perlu untuk diperhatikan agar
dapat dihindari.

c) warna mata pada lalat buah

Variasi warna mata Drosophila ditentukan oleh alel ganda. Variasi tersebut
berderajat/bergradasi mulai dari merah gelap, terang sampai putih yang sesuai pula dengan
kekuatan kodominan alelnya. Yang paling dominan adalah alel w+ (normal) dan yang
paling resesif dalah alel w (putih). Untuk urutan degradasi warna mata Drosophila adalah
w+ (normal) > wcol (merah) > wsat (Satsuma) > wco(karang) > ww(anggur) >
wch(cherry) > we(eosin) > wbl(darah) > wa(apricot) > wbf(buff) > w (putih).

20 | P a g e
Tabel 1 Warna mata pada Drosophila disusun mulai dari yang paling dominan ke yang
paling resesif

Genotip Lalat Warna mata

w+w+ Merah tua (lalat normal)

wcolwcol Merah nyata

wsatwsat satsuma

wcowco Koral (karang)

wwww Anggur

wchwch Buah talok (“cherry”)

wewe Eosin

wblwbl Darah

wawa Aprikot

wbfwbf Kulit penggosok (“buff”)

Ww Putih

Kelompok 5 (Denisa)

Pada penjelasan alel letal dominan disebutkan bahwa "...yang bergenotipe heterozigot akan
mengalami subletal.", tapi pada penjelasan alel subletal yang menyebabkan kematian adalah
alel homozigot dominan atau homozigot resesif dan pada diagram persilangannya tidak
ditemukan alel homozigot dominan. Mohon penjelasan nya.

21 | P a g e
Jawab:

Kelompok 7 (Remida)

jelaskan faktor penyebab terjadinya penyimpangan semu hukum mendel!

Jawab: Faktor yang menyebabkan penyimpangan pada Hukum Mendel tersebut disebabkan
karena adanya interaksi antar gen. Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan bentuk
persilangan yang menghasilkan rasio individu yang berbeda dengan dasar rasio menurut
hukum Mendel, meskipun prinsip-prinsip penyilangan masih mengikuti aturan hukum
Mendel. Perbedaan hasil rasio tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling
mempengaruhi dalam menghasilkan fenotip (sifat yang tampak).
http://nurulazita06.blogspot.com/?m=1

Kelompok 8 (Thoriq)

Sebut dan jelaskan macam macam pemyimpangan semu hukum mendel!

Jawab:

1. Gen komplementer adalah gen-gen yang berinteraksi dan saling melengkapi. Kehadiran
gen-gen tersebut secara bersama-sama akan memunculkan karakter (fenotip) tertentu.
Sebaliknya, jika salah satu gen tidak hadir maka pemunculan karakter (fenotip) tersebut
akan terhalang atau tidak sempurna.

2. Atavisme adalah interaksi beberapa gen yang menghasilkan sifat baru.

22 | P a g e
Atavisme adalah kemunculan karakteristik dalam organisme setelah absen selama
beberapa generasi. Hal ini disebabkan adanya kesempatan berbagai gen untuk
melakukan rekombinasi atau penyatuan kembali. Dengan demikian, akan terjadi
pengulangan kembali sifat atau perilaku sebelumnya, setelah hilang untuk jangka waktu
yang lama. Lebih sederhana, atavisme merupakan pemunculan kembali sifat-sifat pada
seseorang yang sudah lama tidak muncul pd generasi yg sebelumnya.(Wikipedia)

3. Epistasis dan hipostasis yaitu bentuk interaksi ketika suatu gen mengalahkan gen
lainnya yang bukan sealel. Kedua gen yang berinteraksi tersebut terletak dalam lokus
yang berbeda. Gen yang menutupi (menghalangi) kemunculan karakter disebut gen
epistasis. Sementara itu, gen yang ditutupi (dihalangi) disebut gen hipostasis.

4. Polimeri adalah interaksi dua gen / lebih (gen ganda) yang mempengaruhi dan
menguatkan suatu sifat yang sama (bersifat kumulatif)

5. Kriptomeri adalah sifat gen dominan yang tersembunyi jika berdiri sendiri, tetapi akan
tampak pengaruhnya jika bertemu dengan gen dominan lainnya yang bukan sealel.

Kelompok 9 (Wieka)

Jelaskan apa yang dimaksud dengan penyimpangan semu hukum mendel, beserta dengan
penjelasan dari ciri-cirinya!

Jawab:

Penyimpangan semu hukum mendel yaitu dimana suatu bentuk persilangan yang dapat
menghasilkan rasio fenotif yang berbeda dengan dasar penyilangan monohibrid dan dihibrid
berdasarkan hukum Mendel.

23 | P a g e
Daftar Pustaka

Jurnal Penyimpangan Semu hokum Mendel

Genetika Hukum Mendel

caridokumen.com_makalah-hukum-mendel- (1)

pdf penyimpangan semu hokum mendel

PEBI4311-M1

24 | P a g e
25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai