Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena
keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas
diseluruh kepulauan Indonesia. Kain tenun di Indonesia diperkirakan telah ada
sejak masa Neolitikum. Hal tersebut telah dibuktikan dengan ditemukannya
benda-benda prasejarah prehistoris, seperti cap tenunan, alat untuk memintal, dan
bahan yang terlihat jelas adanya tenunan pada kain yang terbuat dari kapas, yang
ditemukan lebih dari 3.000 tahun yang lalu pada situs Sumba Timur, Gunung
Wingko, Yogyakarta, Gilimanuk, Melolo.

Kain tenun tersebar diseluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki


motif yang beragam. Dari Sumatera hingga Kalimantan, dari Jawa hingga Nusa
Tenggara, kain tenun tradisional Indonesia memiliki ciri khas yang unik dan
beragam. Indonesia sendiri memiliki tiga kategori kain tenun tradisional yaitu ikat
pakan, ikat lungsi dan dobel ikat (Suwati, 1987, h.x). Tenun sendiri adalah teknik
dalam pembuatan kain dengan menggabungkan benang secara memanjang dan
melintang. Tenun yang bagian benang vertikalnya disebut benang lungsi,
sementara tenun yang bagian benang horizontalnya diikat disebut benang pakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaima cara membuat kain tenun tradisional?
2. Apa saja bahan dan alat yang digunakan untuk membuat kain tenun?

C. Tujuan
1. Memenuhi persyaratan penilaian tengah semester
2. Memahami cara membuat kain tenun
3. Mengetahui bahan dan alat apa saja yang digunakan

1
BAB II
PROSES PEMBUATAN KAIN TENUN

A. GINNING (PENJERATAN)

Buah/bunga kapas (boll) yang sudah sudah matang siap dipetik dari
pohonnya. Memetik bisa dilakukan secara manual ataupun dengan mesin. Jika
pemetikan secara manual, maka daun tidak akan ikut terpetik dan buah yang
dipetik hanya yang benar-benar sudah matang saja. Sedangkan mesin tidak bisa
memilih buah yang dipetik. Jenis kapas bermacam-macam di setiap daerah,
buahnya pun bentuknya bervariasi.

Setelah dipetik dari pohonnya, kapas tersebut harus dipisahkan dari


bijinya. Proses ini biasa disebut dengan ‘ginning’. Pada proses ini kapas disedot
ke dalam tabung untuk dimasukkan ke dalam mesin pengering agar kelembaban
kapas berkurang dan kualitas serat kapas menjadi lebih baik. Lalu kapas akan
melalui alat pembersih yang membersihkan daun, tangkai dan biji yang masih
menempel pada serat kapas. Kapas yang telah dibersihkan ini dipadatkan menjadi
bal (bales) setinggi 1,5 meter yang beratnya mencapai 227 kg. Bal-bal kapas ini
siap untuk diproses lebih lanjut di pabrik pemintalan (mills).

B. BLOWING

Pada proses pemintalan serat staple atau serat pendek maka bahan yang
akan diproses harus melalui proses blowing karena bahan baku serat pendek
tersebut dikemas dalam bentuk bal yang merupakan serat-serat pendek yang

2
dipadatkan dan berbentuk kotak. Oleh karena itu maka serat serat yang
menggumpal harus diurai atau dibuka terlebih oleh mesin blowing . Adapun
tujuan proses blowing adalah :
1. Mencampur serat
2. Membuka gumpalan-gumpalan serat.
3. Membersihkan kotoran-kotoran
4. Membuat gulungan lap
Untuk melakukan fungsi tersebut maka mesin blowing terdiri dari beberapa
mesin yang dirangkaikan menjadi satu. Adapun contoh susunan mesin tersebut
adalah :
a. Axifeed Blender e. Overhead
b. Axiflow Cleaner f. Buckley Cleaner
c. Cage Section g. Scutcher
d. Hopper Feeder

C. CARDING

Secara singkat, tujuan dari mesin Carding adalah :


1. Membuka gumpalan-gumpalan serat lebih lanjut, sehingga serat-
seratnya terurai satu sama lain.
2. Membersihkan kotoran-kotoran yang masih ada didalam
gumpalan-gumpalan serat atau yang tersangkut sejauh mungkin.
3. Memisahkan serat-serat yang sangat pendek dari serat-serat
panjang (main fibre).
4. Membentuk serat-serat tersebut menjadi sliver , dengan arah serat
ke sumbu dari sliver.
Prinsip Mesin Carding
Proses carding dilakukan dengan melewatkan lapisan atau gumpalan serat
diantara dua permukaan yang menyerupai parut kawat yang bergerak dengan
kecepatan yang berbeda. Dengan demikian maka gumpalan-gumpalan serat
tersebut akan tergaruk dan terurai. Karena jarak antara kedua permukaan itu
sengat dekat, maka gumpalan-gumpalan kapas tersebut akan membentuk lapisan

3
serat yang tipis dan tersebar pada permukaan, dengan letak serat mengarah ke
arah gerakan permukaan.

D. DRAWING
Pada prinsipnya mesin drawing merupakan proses peregangan pada bahan
yang berupa sliver sehingga bahan tersebut setelah mengalami proses drawing
akan mengalami pengecilan bahan, pensejajaran atau pelurusan serat,
perangkapan dan pencampuran bahan. Selain itu tekukan tekukan yang dialami
serat karena proses carding akan kembali diluruskan pada proses ini.
Adapun tujuan proses drawing secara umum adalah :
1. Meluruskan dan mensejajarkan serat-serat dalam sliver ke arah sumbu dari
sliver
2. Memperbaiki kerataa berat per satuan panjang, campuran atau sifat-sifat
lainnya dengan jalan perangkapan.
3. Menyesuaikan berat sliver per satuan panjang dengan keperluan pada
proses berikutnya

E. COMBING

Mesin Combing merupakan Mesin perantara mesin Carding dan Drawing.


Fungsi dari mesin Combing adalah :
1. Memisahkan kotoran-kotoran yang masih terdapat pada sliver hasil mesin
Carding.
2. Memisahkan serat-serat pendek dengan panjang tertentu, dengan tujuan
untuk memperbaiki kerataan panjang serat.
3. Meluruskan dan mensejajarikan serat yang lebih baik, sehingga proses
regangan pada proses berikutnya dapat dilakukan dengan mudah.

4
F. ROVING

Setelah mengalami proses peregangan, perangkapan, pensejajaran dan


pelurusan serat pada mesin drawing maka serat yang dalam bentuk sliver diproses
pada mesin roving. Serat-serat yang telah sejajar lurus dan rata hasil dari proses
drawing sebelum dibuat menjadi benang harus melewati proses roving, karena
pada mesin ini sliver akan mengalami pengecilan diameter (peregangan),
pemberian sedikit antihan, penggulungan dalam bobin yang sesuai dengan proses
selanjutnya (proses ring spinning). Sehingga fungsi atau tujan dari proses roving
adalah :
1. Peregangan (drafting) pada sliver sehingga diameternya mengecil dan
serat lebih sejajar
2. Pemberian antihan (twisting) pada sliver roving untuk meningkatkan
kekuatan tarik pada saat peregangan di proses ring spinning
3. Penggulungan (winding) sliver roving pada bobin yang sesuai untuk
proses selanjutnya (ring spinning).

G. SPINNING
Mesin Spinning merupakan lanjutan dari mesin roving yang akan merubah
sliver roving menjadi benang yang diinginkan. Agar proses pada mesin spinning
berjalan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan maka pemberian antihan pada
mesin roving diberikan secukupnya/tidak boleh terlalu banyak. Sebab pada waktu
peregangan pada mesin spinning dimana pembukaan antihan sliver roving
menjadi serat-serat yang dilakukan tidak akan mengalami kesulitan.
Proses pada mesin Spinning terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Drafting (peregangan), Proses penarikan serat-serat yang terjadi antara dua
titik jepit pasangan rol-rol yang berputar. Dimana kecepatan rol
penariklebih cepat daripada rol pendorongnya. Dan kecepatan rol peregang
depan lebih cepat daripada rol peregang belakang, sehingga terjadi prosses

5
peregangan. Tujuan dari peregangan adalah untuk mendapatkan nomer
benang tertentu.
b. Twisting (pemberi antihan), Merupakan syarat penting dalam pembuatan
benang, karena sangat menentukan kekuatan benang. Tujuannya adalah
memberi sejumlah antihan pada benang sesuai dengan nomer benang yang
dipintal. Pada ring spinning twist terjadi karena ujung benang bagian atas
seolah-olah dipegang oleh pasangan rol peregang depan dan bagian
bawahnya diputar oleh traveler.
c. Winding (penggulungan), Terjadinya pengguluangan benang pada kain
karena putaran traveler lebih kecil daripada putaran spindle.

6
BAB III

BAHAN DAN ALAT PERTENUNAN


Bahan Pembuat Kain Tenun
Benang merupakan komponen terpenting dalam membuat kain tenun. ada
dua jenis benang yang digunakan dalam menenun yaitu benang lungsi dan benang
pakan. Benang yang digunakan dalam pembuatan kain tenun merupakan benang
yang berasal dari tumbuhan yang ada disekitar daerah tempat tinggal penenun.

Selain benang, bahan yang diperlukan untuk membuat sehelai kain tenun
adalah pewarna. Pewarna mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembuatan kain tenun karena pewarna lah yang akan memberikan motif dan corak
pada kain tenun, sehingga membuat kain tenun menjadi indah dan bernilai seni
tinggi.

A. Berikut adalah beberapa bahan yang digunakan untuk membuat kain


tenun :

1. Kapas
Kapas adalah bahan utama yang digunakan untuk membuat kain tenun.
Kapas dihasilkan dari tanaman kapas yang biasanya tumbuh didaerah
tropis seperti Indonesia. Bagian yang digunakan dari tanaman ini adalah
seratnya. Oleh karena itu kapas yang baru dipanen kemudian dijemur dan
dipisahkan dari bijinya dengan menggunakan alat yang disebut Golong.
2. Setelah dipisahkan dari biji, kapas kemudian dilembutkan dan dipisah-
pisah agar kapas tidak menggumpal pada waktu dipintal. Pemintalan
dilakukan dengan cara menggulung benang. Setelah pemintalan selesai
maka kapas siap untuk diberi warna dan digunakan. Bahan yang berbahan
dasar kapas adalah katun. Katun sangat umum digunakan sebagai bahan
dasar tekstil dan tenun
3. Kepompong Ulat Sutera
Jika kapas akan menghasilkan benang katun, maka kepompong ulat sutera
akan menghasilkan benang sutera dan benang emas. Benang ini lebih
ekslusif jika dibandingkan dengan katun. Kain yang dihasilkan dari
benang sutera dan emas umumnya harganya lebih mahal. Biasanya kain
songket yang menggunakan bahan dasar benang sutera dan emas.

7
4. Lilin Sarang Lebah dan akar serai wangi
Lilin sarang lebah digunakan oleh penenun untuk meregangkan benang,
sedangkan akar serai wangi digunakan untuk mengawetkan benang. Kedua
bahan alami ini adalah bahan tambahan yang biasanya digunakan oleh
penenun agar kualitas benang yang akan digunakan untuk menenun lebih
baik dan terjaga keawetannya.

benang tenun
Bahan Pewarna

Tak hanya benang yang terbuat dari bahan alami, pewarna yang digunakan
pada kain tenun pun menggunakan bahan-bahan alami. Tak heran bila kain yang
dihasilkan mempunyai warna yang terang, indah dan dan unik. Umumnya
pewarna alami digunakan oleh penenun yang masih menenun menggunakan alat
tenun tradisional. Untuk pengrajin yang sudah menggunakan alat tenun mesin
biasanya sudah menggunakan pewarna sintetis untuk menekan biaya produksi.

Berikut adalah beberapa bahan bahan alami yang digunakan untuk proses
pewarnaan :

1. Warna merah dihasilkan dari tanaman mengkudu, kulit pohon angsana,


kulit pohon jati, buah manggis dan kesumba.
2. warna hijau dihasilkan daridaun yang sering digunakan oleh penenun
untuk menghasilkan warna hijau adalah daun pandan (suji), daun
mangga, daun rumput putri malu.
3. Warna kuning dihasilkan dari bahan bahan seperti kunyit, bunga
tembelekan, bunga matahari, pohon gendis dan nangka. Semua bunga
yang berwarna kuning sebenarnya juga bisa digunakan.
4. Warna hitam didapat dari tumbuhan tarum, jambu mete dan buah pinang.
5. Warna biru didapat dari tanaman bunga telang dan daun nila
6. Warna cokelat didapatkan dari kulit mengkudu, buah pinang dan mundu

8
Masih banyak bahan-bahan lain yang biasa digunakan oleh penenun. Karena
memanfaatkan apa yang ada dilingkungan maka bahan-bahan yang digunakan
sangat beragam karena kondisi lingkungan yang berbeda-beda.

Proses Pewarnaan

Untuk menghasilkan warna dari bahan-bahan yang ada caranya sangat


sederhana yaitu tanaman atau kulit pohon yang akan dijadikan warna ditumbuk
halus kemudian diberi air dan disaring untuk diambil sari nya. Setelah didapatkan
sari, kemudian benang yang ingin diberi warna kecelupkan kedalam warna selama
minimal 24 jam untuk satu sisi benang. Kemudian benang dibalik ke sisi
berikutnya dan dilakukan perendaman selama 24 jam. Kadang-kadang proses
pewarnaan harus dilakukan secara berulang-ulang agar didapatkan hasil yang
diharapkan.

Untuk menjaga keawetan warna benang, biasanya penenun juga mencampurkan


kapur sirih pada saat perendaman benang. Konon kapur sirih dapat menjaga warna
benang tetap awet meskipun kain nantinya akan dipakai berulang-ulang.

Proses pewarnaan sangat penting dalam membuat kain tenun, karena warna inilah
yang nantinya akan membedakan kain tenun suatu daerah dengan daerah lainnya.
pewarnaan kain tenun akan memberikan motif dan corak yang membuat kain
tenun menjadi unik dan indah. Pada benang lungsi, proses pewarnaan cenderung
lebih mudah karena benang lungsi merupakan warna dasar kain. Umumnya
benang lungsi hanya diberi satu macam warna saja.

Sedangkan benang pakan, pewarnaan agak sedikit lebih kompleks. Benang pakan
adalah penentu motif atau corak suatu kain. Biasanya pewarnaan dilakukan dalam
beberapa tahapan sampai benar-benar didapat warna yang diinginkan.

B. Alat Penenun

Pekerjaan menenun dilakukan oleh kaum wanita. Berdasarkan jenis alat


yang dipakai, proses penenunan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: tenun gedog
dan tenun ATBM. Peralatan tenun gedog sepenuhnya terbuat dari kayu dan masih
bersifat tradisional. Pada saat menenun, penenun harus duduk dengan kedua kaki
selonjor sejajar ke depan, sementara alat ini dipangku di atas paha si penenun.
Disebut tenun gedog karena setiap penenun merapatkan benang melintang ke
jajaran benang membujur terdengar bunyi ”dog, dog – dog”, yang dihasilkan dari
benturan kayu alat tenun. Perajin tenun gedog melakukan pekerjaannya di
rumahnya masing masing.

9
Alat Tenun Bukan Mesin

Alat tenun lain yang biasanya digunakan yaitu alat tenun bukan mesin
(ATBM). Meskipun terdapat beragam bentuk dan mekanisme alat tenun ini,
namun fungsi dasar ATBM tetap sama yaitu sebagai tempat memasang benang-
benang lungsi untuk kemudian benang pakan dapat diselipkan di sela-sela benang
lungsi.

Berikut adalah beberapa alat yang terdapat dalam ATB :

1. sekoci, untuk menaruh benang pakan,


2. tempat benang kelos, untuk menaruh benang kelos saat proses
pengebooman,
3. Sisir silang/sisir hani, untuk mengatur dan menyusun helaian benang,
4. Kelos, untuk menggulung helaian benang,
5. Penamplikan, untuk membentangkan benang,
6. Pemalpalan, untuk menggulung benang pakan dan merapikan susunan
helaian benang pakan yang sudah dicatri,
7. Undar, untuk membentangkan benang agar mudah dipindahkan ke dalam
ulakan
8. Pengeredegan/pengehengan, untuk menggulung benang ke dalam ulakan,
9. Pemaletan, untuk menggulung benang pakan.

10
BAB IV
PEMBUATAN KAIN TENUN

Berikut ini yaitu beberapa tingkatan-level yang harus dilewati dalam pembuatan
kain Tenun :

A. MENGHANI

Menghani ialah level permulaan pada pengerjaan pertenunan, yakni cara


kerja pembuatan helaian-helaian benang untuk di jadikan lungsi pada alat yang
dinamai alat hani. Teknik pengerjaan menghani sebagai berikut:

Membikin pola ukuran panjang lungsi pada alat hani, dengan meniru pola
kemudian benang diurai menjadi helaian-helaian.
Membuat benang lungsi cocok dengan panjang pola ukuran jumlah benang lungsi,
jangan lupa silangan pada benang lungsi Tiap-tiap 10 benang lungsi atau layak
keinginan, benang lungsi diikat, untuk mempermudah penghitungan benang
lungsi. Jikalau benang lungsinya panjang, karenanya mesti digulung dulu dengan
cara menjalin menjadi jalinan rantai supaya tak kusut kemudian lepaskan benang
lungsi dari alat hani.

B. MEMASANG BENANG LUNGSI PADA BUM BENANG LUNGSI

Memasang benang lungsi pada alat tenun ialah memasang helaian-helaian


benang yang akan diciptakan benang lungsi pada Alat Tenun Bukan mesin pada
bum benang lungsi. Cara cara kerjanya sebagai berikut:

Membatasi benang lungsi pada posisi kemudian membagi benang lungsi


menjadi dua bagian dengan jumlah yang sama masing-masing komponen.
Kemudian siapkan BUM BENANG LUNGSI, putarlah engkelnya hingga seluruh
tali terurai, kemudian tariklah ke atas dan letakkan kayu rentangan yang ada pada
rangkaian BUM BENANG LUNGSI dan letakkan pada rangka ATBM. Masukkan
benang lungsi dari komponen tengah ke kanan, kemudian komponen tengah ke
kiri, jangan lupa disisipi tali-tali yang ada pada rentangan kayu, untuk memilah-
milah benang lungsi, sehingga posisi benang lungsi lebih rata. Jangan lupa,
pasang dua buah kayu, untuk membuat silangan benang lungsinya, jangan hingga
terlepas, posisi ini benar-benar memutuskan dalam pencucukan atau memasukkan
benang lungsi pada mata gun dan sisir Rapikan benang lungsi, kemudian pisah-
pisahkan benang lungsi lewat raddle pantas lebar tenunan. Gulunglah benang
lungsi pada BUM benang lungsi, sisakan panjang benang lungsi hingga batas sisir

11
(sisa benang lungsi dapat diikatkan pada kayu bentang yang ada pada rangkaian
BUM kain).

C. PENCUCUKAN PADA MATA GUN

Pencucukan ialah cara kerja memasukkan benang benang lungsi ke mata


gun layak dengan corak tenun, pengerjaan pencucukannya sebagai berikut:

Masukkan benang lungsi ke mata gun, mulailah dari tengah ke kanan atau
tengah kekiri atau sebaliknya. Masukkan pada mata gun pantas corak yang
dihasilkan, Setiap beberapa helai benang lungsi (misal 10 helai saja). Ikatlah hasil
pencucukan, agar benang lungsi tidak lepas, hingga seluruh benang lungsi telah
masuk ke mata GUN pantas pola pecucukan Masukkan benang lungsi satu persatu
ke sisir, mulailah dari tengah ke kanan kemudian tengah kekiri atau sebaliknya.

D. PENCUCUKAN PADA SISIR

Pencucukan ialah proses memasukkan benang benang lungsi ke sisir


sesuai dengan corak tenun, progres pencucukannya sebagai berikut:

Masukkan satu persatu benang lungsi ke SISIR, mulailah dari tengah ke


kanan atau tengah kekiri atau sebaliknya tiap sebagian helai benang lungsi (misal
10 helai saja) ikatlah hasil pencucukan, supaya benang lungsi tak lepas, sampai
segala benang lungsi sudah masuk ke SISIR sesuai pola pecucukan.

E. MENGIKAT BENANG LUNGSI PADA BUM KAIN

Mengikat benang lungsi pada bum kain dijalankan setelah benang lungsi
dicucuk melewati mata gun dan sisir. Pelaksanaan pengikatannya sebagai berikut:

Putarlah BUM kain. Hingga semua tali terurai. Ikatlah benang lungsi pada
bentangan kayu yang ada pada rangkaian BUM kain. Mulailah ikatan dari tengah,
ke tepi kanan, tengah ke tepi kiri baru komponen-bagian yang lain sampai semua
benang lungsi terikat. Ikatlah benang lungsi sedikit demi sedikit (misal setiap10
benang lungsi kemudian di ikat) supaya jarak antara ikatan satu dengan ikatannya
tidak terlalu longgar Usahakan ketegangannya sama Lakukan hingga seluruh
benang lungsi terikat.

F. PENYETELAN

12
Berilah nomor GUN 1,2,3,4 dan INJAKAN juga 1,2,3,4 untuk
mempermudah dalan penenunan. Cermati hasil pencucukan, apakah sudah benar
Atur posisi Gun dan injakan, Gun 1 dengan injakan 1, gun 2 dengan injakan 2,
gun 3 dengan injakan 3, gun 4 dengan injakan 4. Aturlah ketegangan ikatan
benang lungsi, usahakan sama ketegangannya. Siap menenun

G. MENENUN

Awali dengan tenun sebagai bantuan saja, hingga posisi susunan benang
lungsi sudah rata Saat menenun usahan jarak gunung-gunung sama, sehingga hasil
lebar tenunan dapat rata kanan dan kiri. Sambungan benang usakahan maju dari
tepi tenunan kira-kaprah 2-3 cm
Memadatkan tenunan dengan sisir juga patut sama, sekiranya 2 kali ketukan juga
sebaiknya seluruh 2 kali ketukan, sehingga hasil kerapatan tenunan juga rata.
Tenun pantas motif dan ukuran produk yang akan dihasilkan. Apabila mulut
benang lungsi telah sempit, gulung hasil tenunan. Tenun sampai menempuh
ukuran yang dikehendaki

H. MELEPAS TENUNAN

Kendorkan tenunan khususnya dulu. Potong benang lungsi, apabila dapat,


sisakan benang lungsi pada cucukan GUN, dengan cucukan sisa, masih dapat
digunakan lagi. Lepaskan hasil tenunan, dengan membuka ikatan-ikatan benang
lungsi Rapikan hasil tenunan, komponen rumbai bisa disimpul.

PEMBUATAN KAIN TENUN NTT

Peralatan dan Teknik Membuat Tenun


Dalam membuat tenun, teknik dan peralatan yang digunakan masih sangat
sederhana. Walau demikian, tenun NTT tidak kalah indah dengan tenun dari
daerah lainnya.
a. Peralatan Membuat Tenun
Peralatan dalam pembuatan tenun ini di bagi menjadi dua yakni peralatan
untuk membuat benang (dari kapas hingga menjadi benang) dan peralatan yang
digunakan untuk menenun. Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana
dimulai dari peralatan pemecah kapas hingga menjadi benang:
 Alat pemecah kapas
 Alat pemisah serat kapas dan bijinya
 Peralatan pemisah kapas
 Alat perentang benang, kemudian benang digulung membentuk bulatan
 Alat penyilang benang

13
 Alat penggulung benang
 Wadah pembuat ramuan benang tenun
 Alat perentang benang benang
 Benang yag sudah diberi warna
Sementara itu peralaan yang digunakan untuk menenun adalah satu set alat tenun
tradisional, yakni :
1. Balok bambu : balok bamboo penahan benang lungsi. Alat ini sebagai
penyangga lekukan benang lungsi dimana seluruh benang lungsi sebagai
benang dasar tenunan melekuk melalui alat ini, yang kemudian diletakan
dengan dua buah penyangga (ujung kiri dan kanan), agar alat ini diam
yang sekaligus berfungsi sebagai penahan benang lungsi pada saat
dikencangkan dalam proses penenunan.
2. Gun : merupakan alat yang dibuat dari bambu yang dibulatkan dan
dipadukan dengan tali dan benang yang dirajutkan pada jalur benang
lungsi secara horizontal (mengikuti lebar tenunan). Fungsinya untuk
mengangkat sebagian benang lungsi dalam rangka memasukkan benang
pakan dan alat pemukul untuk merapatkan benang pakan.
3. Silangan bulat : merupakan alat yang terbuat dari kayu bulat atau pipa
paralon yang diletakan sama dengan gun tapi mengambil bagian benang
lungsi yang lain, fungsinya untuk membantu mengangkat gun. Silangan ini
diangkat bersamaan dengan gun pada saat akan memasukan benang pakan
maupun pada saat memasukan alat pemukul untuk merapatkan benang
pakan.
4. Kayu silangan : merupakan alat yang terbuat dari bambu atau kayu yang
berbentuk pipih yang diletakkan sama dengan gun dan silangan bulat tapi
dimasukkan dengan mengambil bagian benang lungsi lainnya (sehingga
bersilangan). Fungsinya sebagai pemisah anyaman pada benang lungsi dan
menjaga agar benang lunsi tidak kusut.
5. Penjepit kain : merupakan alat yang tebuat dari dua buah balok kayu yang
letaknya bersebrangan dari balok bamboo yang ditempatkan rapat dengan
perut penenun. Alat ini menjepit ujung ujung benang lungsi serta sebagai
penjepit kain yang sudah ditenun.
6. Sabuk : merupakan alat yang terbuat dari kain atau bahan sejenisnya
(sebagai ikat pinggang), yang letaknya dibelakang pinggang penenun dan
kedua ujunnya diberi tali dan diikatkan pada kedua ujung balok penjepit
kain. Fungsinya untuk menjaga agar balok penjepit kain tetap berada pada
perut penenun.

Seluruh alat ini ditempatkan pada satu bingkai alat terbuat dari kayu
(balok) dan bingkai ini pada bagian ujung terdapat balok penjepit dari balok
bambu yang akan menjadi bagian yang tidak bergerak (statis) dari bentangan
benang lungsi.

14
Sedangkan bagian yang bergerak untuk mengatur kekencangan benang lungsi
pada saat penenunan adalah penjepit kain yang menempel di perut penenun
dengan cara menggeser (maju mundur) posisi duduk penenun.

b. Teknik Membuat Tenun


Tenun Nusa Tenggara Timur di buat dengan teknik dan cara yang masih
sederhana dan tradisional. Sebagai warisan budaya keterampilan ini diturunkan
secara turun temurun hingga saat ini. Teknik yang dikenal adalah teknik yang
membentuk motif yang diikat pada bidang lungsi atau susunan benang vertical.
Namun demikian jika dilihat dari cara pengerjaannya tenun Nusa Tenggara Timur
dapat dibagi menjadi tiga jenis yakni :
1. Tenun ikat. Disebut tenun ikat karena pembentukkan motifnya melalui
proses engikatan benang lungsi. Tenun dengan teknik ikat hamper ada di
seluruh daerah NTT.
Proses pembuatan tenun ikat :
Benang – dimasak dengan sabun – dikelos – dihani – ikat motif –
dicelup (pewarnaan) – buka ikatan – pemasangan gun – penenunan –
finishing.
2. Tenun Buna. Tenun dimana untuk membuat corak atau motif pada kain
maka benang hias tersebut harus diwarnai terlebih dahulu. Untuk membuat
motif perlu adanya benang pakan tambahan dengan berbagai warna sesuai
dengan warna yang diinginkan. Proses penenunan hampir sama dengan
tenun ikat, hanya bedanya jika pada teknik ikat motif telah terbentuk dari
benang lungsi sedangkan untuk tenun buna motif bary terbentuk pada saat
proses menenun.
Benang warna – digulung – dihani – pemasangan gun – ditenun –
finishing.
3. Tenun songket. Tenun ini sering disebut juga dengan tenun Lotis atau
Sotis diman acara pengerjaannya hampir sama dengan tenun buna. Pada
tenunan sotis, motif terbentuk karena persilangan benang lungsi diatas
benang pakan sehingga terjadi efek lungsi. Efek lungsi ini yang akan
menghasilkan motif. Untuk membuat motif pada pertenunan sotis,
digunakan lidi untuk alat bantu mengungkit benang lungsi tertentu sesuai
pola motif, setelah itu baru dimasukan benang pakan.

c. Bahan dan Pewarnaan Tenun


Bahan atau benang pembuatan tenun NTT berasal dari kapas dan benang
sintesis (benang toko). Namun saat ini tenun berbahankan benang kaps sudah
jarang ditemui karena pengerjaannya memerlukan waktu yang cukup lama dan
dari segi ekonomi sulit untuk menjualnya karena harga yang mahal.
Warna yang digunakan terdiri dari 2 jenis yaitu zat warna nabati dan
kimia. Zat warna nabati terdiri dari :

15
 Mengkudu, yang diambil adalah akarnya sebagai pewarna merah atau
coklat.
 Tauk atau tarum, tum buhan ini yang diambil adalah daunnya untuk
menghasilkan warna biru dan hitam.
 Kunyit untuk menghasilkan warna kuning.
Sementara zat warna kimia yang digunakan adalah:
 Zat warna naphtol
 Zat warna wanteks
 Zat warna belerang.

16
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena
keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas
diseluruh kepulauan Indonesia.Salah satunya pulau Sumatera yang terbagi dalam
tujuh propinsi dimulai dari Aceh sampai Lampung lebih dikenal dengan nama
pulau emas atau swana dhipa karena kaya akan sumber alamnya. Melihat kembali
sejarah salah satu kerajaan diantaranya yaitu Sriwijaya, kerajaan Sriwijaya dikenal
sejak abad ke dua belas sampai tiga belas telah mengadakan hubungan
perdagangan sampai ke Persia dan negara-negara Timur Tengah lainnya juga
dengan negara-negara Asia. Proses pembuatan karya tenun membutuhkan waktu
yang lama dan proses yang sangat rumit. Namun bagi kita sebagai seorang pelajar
harus tahu cara dan proses pembuatan bila perlu harus belajar agar kita sebagai
generasi penerus yang dapat melanjutkan karya tenun tersebut.Berbagai macam
motif yang dihasilkan dari kerajinan tenun tersebut dan juga berbagai daerah yang
memproduksinya. Dari berbagai daerah memiliki keunikan dan keragaman
tersendiri sesuai dengan kebudayaan atau tradisi suatu daerah tersebut.

Berbagai cara agar membuat tenun tampak modis dan gaya dapat
diaplikasikan pada kita semua tidak hanya mereka sebagai produsen ataupun
distributor tetapi kita juga bisa mengaplikasikan pada barang bekas kita.

B. Kritik dan Saran


Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa indonesia harus
mempertahankan dan ikut berpartisipasi dalam melestarikan kebudayan indonesia

17
yaitu Tenun. Dan kita harus ikut berperan aktif dalam mendukung kinerja
pengerajin tenun tradisional indonesia, agar karya mereka tidak hanya diakui di
daerah itu saja, tetapi juga nasional ataupun internasional.

18
DAFTAR PUSTAKA

http://sidikamir21.blogspot.com/2013/03/proses-pembuatan-benang.html
http://www.sajadah.co/bahan-bahan-kain-dan-proses-pembuatan-kain-lengkap/

https://griyatenun.com/blog/inilah-bahan-dan-alat-yang-digunakan-dalam-
pembuatan-kain-tenun
https://www.aidatenunjepara.com/cara-pembuatan-kain-tenun-ikat-flores/
https://griyatenun.com/blog/inilah-4-proses-pembuatan-kain-tenun

19

Anda mungkin juga menyukai