MANGGARAI
2016
i
ABSTRAK
Kopi saat ini merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi masyarakat di Flores
NTT. Salah satu daerah sentra penghasil kopi penting di Flores yaitu berada di kawasan
Manggarai yang disebut dengan “Kopi Arabika Flores Manggarai”. Kawasan Manggarai disebut
juga Manggarai Raya yang meliputi 3 kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, Manggarai Barat
dan Manggarai Timur. “Kopi Arabika Flores Manggarai” dihasilkan dari tanaman kopi jenis
Arabika yang ditanam di dataran tinggi Manggarai dengan ketinggian di atas 900 meter dpl.
Kawasan kopi Arabika ini tumbuh di pegunungan yang memanjang dari kabupaten Manggarai
Barat, Manggarai sampai ke Manggarai Timur. Kawasan ini memiliki udara yang dingin dan
kering, dengan curah hujan 3.000-3.500 mm/tahun dan didukung dengan kesuburan tanah yang
baik. Kopi Arabika Flores Manggarai berada di tengah-tengah pulau Flores dengan posisi berada
1. Kopi Arabika Flores Manggarai berasal dari kawasan spesifik dengan ketinggian tempat
diatas 900 meter dpl. dengan agroekosistem di kawasan dataran tinggi Manggarai yang
cocok bagi pertanaman kopi jenis Arabika.
2. Kawasan kopi Arabika Flores Manggarai berada di kabupaten Manggarai, Manggarai Barat
dan Manggarai Timur dengan iklim yang spesifik dengan udaranya yang sejukdan kering
(kisaran suhu 17 – 280C), kelembaban 74-92%, dan fluktuasi temperatur yang cukup
tinggi.
3. Musim hujan pendek dan musim kering yang panjang dan tegas. Iklim ini menjadi
kekhasan kawasan dataran tinggi Manggarai.
4. Tanah di kawasan ini adalah tanah vulkanik dengan jenis tanah Ordo Inceptisol dengan
dominasi tekstur lempung sehingga cenderung peka kering akibat iklim yang kering.
5. Kopi Arabika Flores Manggarai adalah produk yang memiliki mutu fisik dan mutu citarasa
tinggi karena ditanam oleh masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap mutu. Masyarakat
ini tergabung dalam kelembagaan petani tradisional yang disebut kelompok tani. Sedangkan
untuk pengolahanya tergabung dalam UPH (Unit Pengolahan Hasil) kopi.
6. Kopi Arabika Flores Manggarai memiliki sejarah panjang dengan tradisi budaya lokal serta
mutu kopinya yang tinggi, menyebabkan kopi Arabika Flores Manggarai mendapatkan
reputasi yang tinggi dan dikenal sebagai salah satu kopi khas asli Indonesia.
ii
7. Para petani kopi Arabika Manggarai telah memiliki kelembagaan yang cukup kuat
(kelompok tani) sehingga manajemen pertanian menjadi khas dan relatif homogen yang
didasarkan pada pengetahuan tradisional, sehingga masyarakat petani dapat saling
berbagi pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan usaha taninya.
Kopi Arabika Flores Manggarai pada derajat sangrai sedang (medium roast) kopi
tersebut menunjukan hasil sangrai yang relatif homogen, dengan aroma kopi bubuk terkesan
manis dan ada sedikit aroma rempah. Berdasarkan hasil analisis secara sensorial
menunjukkan bahwa cita rasa kopi Arabika Flores Manggarai memiliki aroma herbal, floral
dan spicy, dengan tingkat kekentalan sedang sampai dengan tinggi, keasaman bervariasi
cukup tinggi sampai dengan tinggi, dan rasa sweetness yang seragam tinggi. Kopi Arabika
Flores Manggarai mempunyai rasa tidak pahit (bitter) dan tidak sepat (astringent), karena
petani kopi Arabika Flores Manggarai melakukan tata cara petik pilih (kopi gelondong merah
saja) selama panen. Petani kopi Arabika Manggarai telah menerapkan prinsip-prinsip Praktek
Pengolahan yang baik(Good Manufacturing Practices, GMP) dengan mengikuti petunjuk-
petunjuk teknis dari para ahli,baik dari lembaga penelitian maupun dari pemerintah. Profil
cita rasa kopi Arabika Flores Manggarai adalah :
- rasa asam (acidity) yang cukup tinggi sampai tinggi,
- mutu dan intensitas aroma yang kuatdengan citarasa khas yaitu herbal, floral, danspicy.
- Rasa manis “sweetness” yang tinggi.
iii
KATA PENGANTAR
Ucapan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan atas selesainya Buku
Persyaratan ini setelah melalui proses dan waktu yang cukup panjang. Buku Persyaratan ini
dibuat sebagai persyaratan untuk permohonan mendapatkan Perlindungan Indikasi Geografis
pada komoditas kopi dari Direktorat Hak Kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan HAM
Republik Indonesia.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai,
Manggarai Barat dan Manggarai Timur beserta jajaran SKPD terkait, Kementerian Pertanian,
Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Manggarai Nusa Tenggara Timur, Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia, VECO Indonesia dan semua pihak yang terlibat langsung maupun
tidak langsung dalam proses penyelesaian Buku Persyaratan ini.
Besar harapan kami semoga Buku Persyaratan ini menjadikan kopi Arabika Manggarai
mendapatakan Perlindungan Indikasi Geografis dan bermanfaat bagi masyarakat luas,
khususnya petani kopi Arabika di kawasan Manggarai Nusa Tenggara Timur.
Ttd.
iv
DAFTAR ISI Halaman
v
DAFTAR TABEL Halaman
Gambar 1. Kartu Anggota MPIG Kopi AFM Tekstur tanah IG Kopi Arabika Flores
Manggarai ………………………………………………………………………………….. 7
Gambar 2. Curah Hujan dataran tinggi Manggarai NTT …………………………………… 12
Gambar 3. Peta Kawasan Produksi Kopi IG Arabika Flores Manggarai ................. 21
Gambar 4. Bendera Tiga Warna, pemberian Pemerintah Kolonial Belanda kepada
Bernadus Odjong, 1937 ……………………………………………………………….. 23
Gambar 5. Pertanaman kopi arabika di Manggarai ………………………………………….. 31
Gambar 6. Pertanaman kopi arabika dengan berbagai jenis penaung ………………. 32
Gambar 7. Pertanaman kopi arabika yang tumbuh di pekarangan rumah …………. 33
Gambar 8. Kegiatan sortasi buah kopi …………………………………………………………… 34
Gambar 9. Proses perambangan buah kopi ……………………………………………………. 35
Gambar 10. SOP (Standar Operasional Prosedur) Pengolahan Kopi Arabika Flores
Manggarai Metode Basah (Wet Process) ……………………………………….. 40
Gambar 11. Logo IG Kopi ArabikaFloresManggarai …………………………………………… 48
vi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya dengan potensi sumber daya
alamnya. Kepulauan yang tersebar di nusantara memberikan banyak keanekeragaman
budaya dan kekayaan alam, begitu juga dengan kehadiran masyarakat yang tinggal di
dalamnya telah memberikan warna tersendiri terhadap pola dan budaya masing-masing
wilayah. Kesuburan tanah dan topografi Indonesia yang beraneka ragam menghasilkan
potensi sumber daya alam dengan ciri khasnya masng-masing.
Tumbuh-tumbuhan adalah salah satunya yang terpengaruh akibat perbedaan
iklim, topografi dan lainya sebagai bentuk interaksi adaptasi kehidupan di alam.
Salah satu kekayaan alam yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia sampai saat ini
yakni tanaman kopi. Tanaman kopi bisa tumbuh di iklim tropis seperti Indonesia
adalah tanaman warisan nenek moyang sejak dahulu. Setiap tanaman kopi
menghasilkan bentuk citarasa yang unik dan berbeda-beda di setiap wilayah yang
patut dipertahankan. Tanaman kopi di Sumatera, Jawa, Sulawesi dan di pulau lain
tentunya berbeda-beda yang diakibatkan oleh sumber genetik yang digunakan dan
faktor lingkungan yang berada di sekitarnya, oleh karena itu keunikan tersebut
harus tetap ditonjolkan sebagai ciri khas masing-masing daerah.
Pulau Flores merupakan salah satu pulau yang unik, cantik dan memiliki potensi
alam yang luar biasa. Pulau Flores merupakan salah satu penghasil kopi terbaik di
Indonesia bahkan di dunia. Data pada Ditjenbun tahun 2014 mencatat bahwa luas total
tanaman kopi di pulau Flores 72.451 hektar dengan produksi 21.734 ton. Kopi-kopi
tersebut terdiri atas jenis kopi Robusta dan Arabika yang tersebar dari Flores bagian
barat sampai ujung bagian timur. Luas kopi Robusta yang diusahakan rakyat tercatat
54.341 hektar dengan produktivitas 520 kg/hektar, sementara luas kopi Arabika rakyat
17.563 hektar dengan produktivitas 648 kg/hektar (Ditjenbun, 2014). Nilai produktivitas
tersebut kategori cukup baik untuk perkebunan kopi rakyat dan masih bisa ditingkatkan
dengan perbaikan teknis budidaya.
Kopi saat ini merupakan salah satu komoditas ekspor penting bagi masyarakat di
Flores NTT. Salah satu daerah sentra penghasil kopi penting di Flores berada dikawasan
Manggarai. Kawasan Manggarai yang juga disebut Manggarai Raya
1
meliputi 3 kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai
Timur. Dinas Perkebunan dan Kehutanan kabupaten Manggarai melaporkan luas lahan
kopi Arabika tahun 2014 di kabupaten Manggarai 4.757 hektar dengan produksi 1.517
ton. Sedangkan luas lahan kopi Arabika di kabupaten Manggarai Timur 7.071 hektar
dengan produktivitas 2.421,93 ton di tahun 2014 (Manggarai Timur dalam angka,
2015). Kemudian luas areal tanaman kopi di kabupaten Manggarai Barat 6.303 hektar
dengan produksi 1.771,57 ton (Manggarai Barat dalam angka, 2014). Sebagian besar
kopi di Manggarai Barat adalah kopi jenis Robusta.
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa eksistensi tanaman kopi di pulau
Flores khususnya di kawasan Manggarai masih ada sampai sekarang bahkan
cenderung semakin luas penanamannya. Kopi Arabika Manggarai berada dalam satu
gugusan pegunungan yang memanjang dari Manggarai Barat sampai Manggarai
Timur. Keunikan geografis inilah yang menyebabkan kopi Arabika Flores Manggarai
mulai dikenal di perdagangan nasional dan internasional.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki produksi dan mutu di
tingkat petani, khususnya mutu citarasa. Akhir-akhir ini pasar kopi terus berkembang
dengan konsumen cenderung untuk membeli kopi dengan mutu citarasa yang baik
dan berkharakter khas. Dalam era pasar global dengan persaingan yang semakin
ketat seperti saat ini, diferensiasi produk merupakan sarana penting untuk menarik
perhatian konsumen.
Indikasi Geografis merupakan salah satu solusi yang dapat berperan penting
untuk menarik. Minat konsumen dengan cara memberikan nilai tambah pada produk ini,
yaitu adanya kepastian kepada para konsumen untuk mengkonsumsi produk lokal yang
berasal dari kawasan khusus dengan teknik tersendiri. Karakteristik-karakteristik khusus
produk dengan perlindungan Indikasi Geografis terhadap kopi yang bermutu baik dapat
meningkatkan daya saing produk ini. Oleh sebab itu, pemerintah di berbagai negara
mendorong upaya perlindungan Indikasi Geografis ini.
Berlatar belakang kondisi dan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka
masyarakat petani kopi Arabika yang berada di kawasan Manggarai Flores bermaksud
meningkatkan nilai tambah dari usaha budidaya dan pengolahan kopinya untuk
mendapatkan pengakuan atas mutu dan kekhasan produk kopi tersebut serta sebagai
salah satu cara untuk melestarikan tradisi produksi kopi di wilayah itu. Untuk mencapai
2
keinginan tersebut, masyarakat petani kopi Arabika di kawasan tersebut bermaksud
mengajukan permohonan pendaftaran perlindungan Indikasi Geografis bagi produk
kopi “Arabika Flores Manggarai” serta mendapatkan perlindungan hukum atas nama
produknya.
Pemberian perlindungan Indikasi Geografis kepada kopi Arabika Flores Manggarai
dapat dipertimbangkan dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Kopi Arabika Flores Manggarai berasal dari kawasan spesifik dengan ketinggian
tempat diatas 900 meter dpl. dengan agroekosistem di kawasan dataran tinggi
Manggarai yang cocok bagi pertanaman kopi jenis Arabika.
2. Kawasan kopi Arabika Flores Manggarai berada di kabupaten Manggarai, Manggarai
Barat dan Manggarai Timur dengan iklim yang spesifik dengan udaranya yang
3
kopi Arabika Manggarai telah bergabung dalam sebuah organisasi yang bernama
Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Flores Manggarai
(AFM). Kelompok ini mengajukan permohonan perlindungan Indikasi Geografis
kepada Pemerintah Republik Indonesia. Di dalam dokumen permohonan tersebut,
dijelaskan tentang pemohon dan Buku Persyaratan kopi Arabika Flores Manggarai.
Buku Persyaratan ini telah dibahas bersama dalam pertemuan perdana pada bulan
Maret2015 hingga terselesainya buku ini.
Dalam pertemuan-pertemuan tersebut dihadiri oleh anggota kelompok tani, pihak
instansi Pembina yang membidangi perkebunan, pedagang, pelaku industri, Puslitkoka
dan berbagai pihak yang berkecimpung pada komoditas kopi di Manggarai. Semua hal
yang berhubungan dengan Buku Persyaratan ini telah dibahas dan telah diambil
keputusan-keputusan secara demokratis maupun pemungutan suara.
4
BAB II
PEMOHON
Bupati Manggarai
Bupati Manggarai Barat
Bupati Manggarai Timur
PEMBINA :
1. Sekretaris Daerah Provinsi NTT
2. Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai
3. Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Barat
4. Sekretaris Daerah Kabupaten Manggarai Timur
5. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTT
6. Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Manggarai
7. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten
Manggarai Barat
8. Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Manggarai Timur
5
9. Kepala Dinas Perindustrian dan Koperasi Kabupaten
Manggarai
10. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
dan UKM Kabupaten Manggarai Barat
11. Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan
Perdagangan Manggarai Timur
12. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
KETUA : Yoseph Janu
Ketua I : Rofinus Senggol
Ketua II : Petrus Matareka
BIDANG-BIDANG :
1. BUDIDAYA
KETUA : Hubertus Agung
ANGGOTA : Konradus Sarung
Lasarus Anjur, SP
6
5. KERJASAMA DAN ORGANISASI
KETUA : Frans Harum
ANGGOTA : Aloysius Wempi
Yohanes Regon, SP.
7
Produksi kopi Arabika Flores Manggarai merupakan hasil dari dinamika
organisasi sehingga keputusan untuk memiliki keanggotaan yang terdiri dari
organisasi-organisasi tidak dimaksudkan untuk mengucilkan produsen-produsen
individual, namun untuk mencerminkan realitas lokal. Produsen-produsen individual
bisa diregistrasi setelah digabungkan dengan salah satu organisasi-organisasi yang
merupakan anggota kelompok.
MPIG kopi Arabika Flores Manggarai bersifat inklusif, di mana organisasi-
organisasi lokal yang berbasis di kawasan ini dapat bergabung dengan organisasi ini
selama anggota-anggotanya adalah para produsen, perusahaan atau pengolah kopi
yang telah memenuhi aturan-aturan dalam Buku Persyaratan Indikasi Geografis.
Organisasi Kelompok Tani beranggotakan para petani yang merupakan para
produsen kopi gelondong merah. Kelompok-kelompok tani ini membentuk Unit
Pengolahan Hasil (UPH) kopi yang memiliki fasilitas pengolahan, memproduksi dan
menghasilkan produk kopi.
8
BAB III
BUKU PERSYARATAN
A. NAMA PRODUK
B. TIPE PRODUK
C. SIFAT-SIFAT KHAS
“Kopi Arabika Flores Manggarai” dihasilkan dari tanaman kopi jenis Arabika yang
ditanam di dataran tinggi Manggarai dengan ketinggian di atas 900 meter dpl. Kawasan
kopi Arabika ini tumbuh di pegunungan yang memanjang dari kabupaten Manggarai
Barat, Manggarai sampai ke Manggarai Timur. Kawasan ini memiliki udara
9
yang dingin dan kering, dengan curah hujan 3.000-3.500 mm/tahun. Karakteristik-
karakteristik kawasan dataran tinggi Manggarai dijelaskan secara lebih rinci di bagian
D (“deskripsi lingkungan geografis”) dalam mendukung perkebunan kopi Arabika.
Tanaman kopi Arabika yang berada di dataran tinggi Manggarai berasal dari
varietas-varietas kopi anjuran. Tanaman kopi tersebut ditanam di bawah pohon
penaung yang juga dapat menghasilkan tambahan pendapatan bagi petani. Kopi
gelondong merah dipetik secara manual dan dipilih dengan cara seksama dengan
proporsi kopi gelondong merahnya minimal 95 %. Kopi gelondong merah tersebut
selanjutnya diolah dengan metode olah basah dengan fermentasi selama18-36 jam,
serta dikeringkan secara alami dengan cara menjemur dibawah matahari. Teknik
olah yang dikembangkan oleh petani Arabika di Manggarai, dijelaskan di bagian G
(“metode produksi dan pengolahan”), untuk dapat mewujudkan potensi kopi Arabika
yang bermutu spesialti di kawasan tersebut.
Kombinasi antara sifat-sifat khas kawasan ini dengan teknik budidaya dan
pengolahan tersebut telah terbukti menghasilkan biji kopi berkualitas tinggi dengan
citarasa unik. Berdasarkan beberapa hasil analisis sensorial telah membuktikan
karakteristik- karakteristik di atas.
Untuk mengetahui profil citarasa kopi Arabika Flores Manggarai perlu
dilakukan pengambilan sampel yang dilakukan secara merata dan mewakili lokasi-
lokasi yang ditetapkan sebagai kawasan Indikasi Geografis Kopi Arabika Flores
Manggarai. Pada derajat sangrai sedang (medium roast) kopi tersebut menunjukan
hasil sangrai yang relatif homogen, dengan aroma kopi bubuk terkesan manis dan
ada sedikit aroma rempah.
Berdasarkan hasil analisis secara sensorial menunjukkan bahwa cita rasa kopi
Arabika Flores Manggarai memiliki aroma herbal, floral dan spicy, dengan tingkat
kekentalan sedang sampai dengan tinggi, keasaman bervariasi cukup tinggi sampai
dengan tinggi, dan rasa sweetness yang seragam tinggi. Kopi Arabika Flores
Manggarai mempunyai rasa tidak pahit (bitter) dan tidak sepat (astringent), karena
petani kopi Arabika Flores Manggarai melakukan tata cara petik pilih (kopi gelondong
merah saja) selama panen. Petani kopi Arabika Manggarai telah menerapkan prinsip-
prinsip Praktek Pengolahan yang baik(Good Manufacturing Practices, GMP) dengan
mengikuti petunjuk-petunjuk teknis dari para ahli,baik dari lembaga penelitian
10
maupun dari pemerintah. Profil cita rasa kopi Arabika Flores Manggarai adalah :
- rasa asam (acidity) yang cukup tinggi sampai tinggi,
- mutu dan intensitas aroma yang kuatdengan citarasa khas yaitu herbal, floral,
danspicy.
- Rasa manis “sweetness” yang tinggi.
Profil cita rasa kopi ArabikaFlores Manggarai selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 5.
1. Faktor Alam
08041.760’LS. Kawasan ini memiliki alam pegunungan sejuk yang mencakup lereng
dan dataran-dataran bergelombang. Vegetasinya termasuk tanaman hutan,
hortikultura dan tanaman pangan serta tanaman perkebunan kopi Arabika.
11
Dataran tinggi Manggarai NTT berada pada ketinggian antara 900 - 1.500
meter dpl. merupakan ketinggian ideal untuk kopi Arabika. Curah hujan antara 3.000
mm per tahun sampai dengan lebih dari 3.500 mm/tahun. Kondisi hujan yang
demikian sesuai untuk tanaman kopi Arabika, terlebih lagi bulan kering di Flores
lebih lama sehingga dapat mempengaruhi proses pemasakan buah kopi. Suhu harian
relatif rendah dan kelembaban udara tinggi pada bulan kering maka lengas tanah
masih cukup untuk mendukung pertumbuhan selama musim kering.
600
500
Rerata Curah Hujan (mm/tahun)
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Topografi
12
lungur yang membentang arah utara-selatan dan pertanaman kopi terdapat pada
lereng bukit.
Variasi ketinggian antar desa sangat beragam, bahkan di dalam desa-desa
tertentu terdapat perbedaan ketinggian antar kebun petani. Ketinggian desa-desa di
mana produksi kopi Arabika Flores Manggarai terdapat pada Lampiran 3.
malam hari dan suhu tertinggi 28oC di siang hari, namun suhu rata-rata harian 20oC.
Masa kering di dataran tinggi Manggarai mempunyai dampak positif bagi produksi kopi
Manggarai, karena bisa mendorong pertumbuhan gelondong kopi yang bagus untuk
cepat matang, dan setelah pengolahan, penjemuran di bawah matahari yang cepat.
Geologi
Jenis tanah di wilayah Manggarai pada umumnya terdiri dari jenis tanah Aluvial,
Mediteran, Litosol, dan Latosol. Dari data dan informasi geologi, pulau Flores merupakan
bagian dari Busur Volkanik dalam Kalk Alkalin yang berumur Kenozoikum,
13
yang sampai saat ini masih aktif. Busur tersebut dibentuk oleh penunjaman kerak
Samudera Hindia ke arah utara. Bentuk busur kepulauan ini masih mengalami
perubahan di bagian timur karena tumbukan dengan tepi benua Australia.
Daerah Flores Barat sebagian besar ditutupi oleh lava dan breksi andesitik sampai
basaltik disisipi tufa pasiran dan pasir tufaan dari Formasi Kiro yang berselingan dengan
Satuan Batuan Gunungapi Tua (Tlmv) berumur Miosen awal sebagai batuan tertua di
Flores Barat. Sekuen ini ditutupi oleh batuan sedimen batupasir napal dan batu gamping
berselingan dengan batuan gunung api lava dasit, breksi, abu dan tufa berumur Miosen
Tengah Atas yang diterobos oleh granodiorit, diorit dan riolit. Breksi, lava dan tufa serta
produk-produk gunung api Holosen seperti lahar, bom volkanik dan lapili menutupi
batuan-batuan tersebut di beberapa tempat.
Pulau Flores berdasarkan kerangka tektonik Indonesia termasuk dalam busur
magmatik Neogen Sunda Banda yang membujur mulai dari Pulau Sumatera Jawa
Bali Lombok Sumbawa Flores hingga ke Pulau Seram. Busur ini dibentuk oleh
tumbukan beberapa lempeng disertai oleh penunjaman dan pembalikan arah
penunjaman yang terjadi pada Oligosen. Kegiatan ini diperkirakan berhenti pada
Pliosen dan menyebabkan terbentuknya rangkaian gunung api di Kepulauan Nusa
Tenggara Timur.
Sifat-sifat tanah di dataran Tinggi Manggarai
14
6 Wae Bangka 1012 08040.741’ 120018.645’
7 Cumbi 1217 08037.150’ 120024.332’
8 Gala Meni 1095 08039.290’ 120041.276’
9 Nati 1136 08035.477’ 120018.372’
10 Rana Mbeling 1040 08039.331’ 120042.140’
11 Wae Ri’i 1163 08036.538’ 120030.238’
12 Lungar 1173 08041.760’ 120027.020’
13 Carep 1256 08036.991’ 120029.350’
14 Haju Ngendong 1197 08033.127’ 120044.047’
15 Teno Mese 1323 08035.344’ 120045.577’
16 Pondok/ Nantal 1038 08034.097’ 120018.019’
15
4 Wae Mowol Lempung
5 Ngkiong Dora Lempung
6 Wae Bangka Lempung
7 Cumbi Lempung
8 Gala Meni Lempung liat berdebu
9 Nati Lempung
10 Rana Mbeling Lempung berliat
11 Wae Ri’i Lempung
12 Lungar Lempung
13 Carep Lempung
14 Haju Ngendong Lempung liat berdebu
15 Teno Mese Lempung berliat
16 Pondok/ Nantal Lempung berliat
16
bahwa masyarakat setempat sangat memperhatikan lingkungan. Kesuburan tanah
yang baik ini, sebaiknya diimbangi dengan pemberian bahan organik ke dalam
tanah. Bahan organik tersebut diberikan dengan dosis 20-30 kg/pohon/tahun
dengan tujuan meningkatkan kesuburan tanah, dan kandungan pospor serta
kandungan unsur hara yang lain. Tekstur tanah yang dominan lempung sebaiknya
juga diberikan bahan organik untuk memperbaiki kondisi fisik tanahnya.
17
panen. Semakin selektif pemanenan buah akan menyebabkan frekuensi panen yang
semakin tinggi. Umumnya petani melakukan pemanenan kopi sebanyak 3-4 kali per
musim panen. Pemetikan buah kopi gelondong merah tersebut salah satunya
dipengaruhi oleh adanya Unit Pengolahan Hasil (UPH) kopi yang aktif melakukan
pengolahan kopi sesuai standar.
Di kawasan Manggarai pembangunan UPH mulai dilaksanakan pada tahun
2005. Pendirian UPH dilakukan melalui kegiatan pendampingan dan kemitraan yang
sering disebut dengan Model Kemitraan Bermediasi (Motramed). Pembangunan UPH
dan pelaksanaan Motramed tersebut merupakan salah satu upaya dari pemerintah
setempat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan meningkatkan mutu
dan harga kopi di tingkat petani. Motramed melibatkan beberapa pihak, yaitu petani,
pembeli (eksportir) yang berada di Surabaya dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia (Puslitkoka). Pihak-pihak yang terlibat dalam Motramed tersebut,
termasuk pemerintah daerah berkomitmen melakukan pendampingan petani dengan
mendorong petani melakukan pengolahan kopi dan pemasaran kopi bersama.
Dengan adanya kepastian mutu dan pembeli maka petani memperoleh kesempatan
yang lebih besar untuk meningkatkan pendapatan.
Terdapat 33 UPH di kawasan Manggarai yang telah mendapatkan fasilitas
pengolahan kopi baik berupa alat mesin pengolahan, seperti pulper, washer, huller,
rak jemur/para-para dan bangunan pengolahan kopi. Melalui fasilitasi dari
pemerintah tersebut, UPH dapat memproduksi kopi baik dalam bentuk kopi HS
kering, kopi beras (kopi ose), maupun produk lainya.
Setiap UPH rata-rata beranggotakan sekitar 20-25 orang petani kopi. Struktur
organisasi dalam kepengurusan UPH terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara dan
anggota. Pengurus tersebut dipilih oleh anggota kelompok UPH secara musyawarah
mufakat. UPH memfokuskan kegiatannya pada kegiatan pengolahan dan pemasaran
kopi, sedangkan kegiatan produksi kopi di kebun menjadi menjadi fokus kegiatan
kelompok tani.
Pengolahan kopi yang dilakukan oleh UPH adalah mengolah kopi gelondong
merah hingga dihasilkan kopi beras bermutu tinggi. Terdapat satu macam metode
pengolahan yang digunakan oleh UPH di kawasan Manggarai. Metode olah basah (wet
process) yang meliputi pengupasan kulit gelondong merah dengan menggunakan
18
mesin pulper (pulping), fermentasi selama 18-36 jam, pencucian kopi dan
penjemuran kopi hingga sekitar 21 hari atau hingga mencapai kadar air 12% dan
kulit kopi HS dikupas dengan mesin huller (hulling). Dengan melakukan pengolahan
kopi seperti tersebut di atas, maka kopi yang diproduksi oleh UPH dari kawasan
Manggarai dapat dipasarkan langsung ke eksportir, roaster kopi baik di dalam
maupun luar negeri dan selanjutnya dipasarkan di pasar spesialti kopi dunia. Kopi
beras yang dihasilkan oleh petani di kawasan Manggarai umumnya diekspor melalui
pelabuhan Tanjung Perak yang berada di Surabaya, Jawa Timur.
Dengan demikian, harga yang diterima oleh UPH relatif tinggi. Dengan adanya
UPH, dapat memberikan keuntungan tambahan bagi petani. Keuntungan bagi petani
yang tergabung dalam kelompok tani (atau UPH) diantaranya adalah petani
memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh bantuan baik berupa
fisik maupun pembinaan/penyuluhan, dapat melakukan simpan pinjam, dan dapat
mengikuti kerja kelompok.
Pada akhirnya, posisi kelompok tani dalam masyarakat mempunyai peranan
penting untuk mengorganisir aktivitas ekonomi dan kehidupan sosial
kemasyarakatan. Kelompok tani juga memiliki tugas dan fungsi penting di kawasan
Indikasi Geografis terutama dalam hal pengelolaan produksi dan pengawasan mutu
secara konsisten. Pengembangan organisasi kelompok tani dengan dukungan
pemerintah dan sektor swasta, diharapkan dapat memicu masyarakat setempat
untuk membentuk kawasan penghasil kopi Arabika yang memiliki manfaat baik dari
segi ekonomi maupun segi sosial budaya.
Keterbatasan kepemilikan lahan mendorong inisiatif petani untuk meningkatkan
pendapatan melalui diversifikasi tanaman. Diversifikasi tanaman dilakukan untuk
memanfaatkan lahan yang terbatas secara optimal. Jumlah penggunaan tanaman
penaung/pelindung yang digunakan oleh petani di kawasan Manggarai rata-rata lebih
dari dua macam. Sehingga apabila ditinjau dari penggunaan tanaman pelindung,
budidaya kopi yang dilakukan petani telah memenuhi standar budidaya kopi. Jenis
tanaman pelindung yang dominan digunakan oleh petani di kawasan Manggarai yaitu
dadap, sengon, menii, dan nangka. Tanaman pelindung tersebut dimanfaakan oleh
petani sebagai kayu bakar, kayu bangunan, pupuk organik, pakan ternak dan sebagai
tambahan pendapatan petani.
19
E. BATASAN KAWASAN PRODUKSI
Kopi Arabika Flores Manggarai hanya bisa diperoleh dari kopi gelondong
merah yang berasal dari kawasan dataran tinggi Manggarai, sesuai tampak pada
peta (Gambar 3). Batas daerah ini menjangkau daerah produksi kopi Arabika Flores
Manggarai yang terletak di pulau Flores, namun tidak menjangkau kopi Robusta dan
atau kopi campuran Arabika/Robusta yang terletak di batas-batas daerah ini. Di area
batasan ini, hanya terdapat sedikit produksi kopi Robusta. Batas ketinggian (900m
dpl) telah digunakan dengan batas-batas alami (seperti lembah atau jalan) untuk
bagian Barat dan Timur. Keseluruhan kawasan ini terletak di antara 900 m dpl
sampai dengan 1.500 m dpl.
Kriteria lain yang digunakan sebagai persyaratan adalah tanah dan
karakteristik iklim, sistem produksi kopi Arabika serta manajemen kolektif atas
produksi kopi dalam kelompok tani. Semua faktor-faktor ini sifatnya homogen di
dalam kawasan terbatas. Dampaknya terhadap mutu kopi telah dijabarkan di atas.
Sensori analisis telah dilakukan di kawasan ini dan telah membuktikan adanya kopi
bermutu tinggi di dalam kawasan. Luas areal dan produksi kopi Arabika diharapkan
akan meningkat pada waktu yang akan datang karena pertanaman baru oleh petani.
Dengan adanya tanah vulkanik (jenis Andisol) yang dianggap sangat
membantu banyak tanaman, daerah ini pada dasarnya merupakan kawasan
pertanian dengan budidaya pertanian yang intensif dan ramah lingkungan dengan
pola tanam diversifikasi yang baik. Kondisi iklim relatif homogen dan sesuai untuk
tanaman kopi Arabika, karena:
- Curah hujan yang cukup penting 3.000– 3.500 mm/tahun selama musim hujan.
Musim kemarau yang identik lebih panjang menyebabkan para petani di dataran
Manggarai telah beradaptasi dengan iklim utara yang khas.
- Cuaca pada umumnya sejuk (antara 17°C - 28°C)
- Perbedaan suhu udara antara siang dan malam biasanya mencukupi.
Proses produksi di kawasan ini relatif homogen, yang disebabkan adanya
model produksi yang sama (perkebunan kecil dikelola melalui kelompok tani di
seluruh kawasan ini) dan faktor-faktor alam yang sama.
20
Gambar 3. Peta Kawasan Produksi Kopi IG Arabika Flores Manggarai
21
Tabel 3. Proses Pengolahan Kopi Arabika Flores Manggarai
22
(3) Kabupaten Manggarai Timur, ibu kotanya Borong.
Sejarah kopi di Manggarai tidak ditemukan secara detail dan lengkap pada
masa kekuasaan kerajaan Bima. Pada masa itu kopi belum dibudidayakan di
pedalaman Manggarai dan sumberdaya yang dimanfaatkan masih terbatas pada
hasil bumi non perkebunan dan ternak. Menurut laporan jurnalistik (Kompas 2012),
Belanda adalah yang pertama kali memperkenalkan kopi di Manggarai. Kopi di
tanam lebih dulu dibagian Timur Pulau Flores, mengingat Belanda memulai
pemerintahannya dari bagian Timur dan berekspansi ke Barat. Belanda secara resmi
hadir di Manggarai pada tahun 1908 dan memusatkan administrasinya di kota
Ruteng yang terletak di dataran tinggi Manggarai. Kondisi alam di dataran tinggi
Manggarai memungkinkan untuk budidaya kopi.
Kawasan Manggarai Raya yang meliputi Kabupaten Manggarai, Manggarai
Barat dan Manggarai Timur mengenal budidaya kopi sejak akhir 1920-an, langsung
dari kolonial Belanda. Usaha tanaman dan perdagangan kopi tersebut berawal di
Colol, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Manggarai Timur. Jejak sejarahnya antara lain
dibuktikan melalui penghargaan berupa selembar bendera tiga warna dari
pemerintah kolonial Belanda kepada seorang petani Colol yang dinilai sukses
berbudidaya kopi pada sekitar tahun 1937. Sejak itu kopi menjadi tanaman
primadona masyarakat Manggarai Raya hingga kini.
23
Tidak lama setelah menobatkan Baroek dari Todo sebagai Raja Manggarai,
Belanda mengadakan ‘Pertandingan Keboen’ yang merupakan sayembara
penanaman kopi di seluruh Manggarai Raya pada tahun 1937. Melalui proses seleksi
yang ketat, akhirnya seorang petani dari Colol yang bernama Bernadus Odjong
keluar sebagai pemenangnya. Sebagai pemenang dia diberi hadiah sebuah Bendera
Belanda yang kini disimpan oleh keturunannya di Kampung Biting, Desa Uluwae,
Colol (Kompas 2012).
Colol adalah sebuah nama kawasan di Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten
Manggarai Timur. Colol berjarak sekitar 35 km dari Ruteng, Ibu kota Kabupaten
Manggarai dan sekitar 60 km dari Borong, Ibu kota Kabupaten Manggarai Timur.
Colol dikenal sebagai sentra penghasil kopi Arabika maupun Robusta di seluruh
kawasan Manggarai Raya. Pada masa lalu, Colol merupakan Gelarang, yaitu suatu
unit pemerintahan dibawah Kedaluan Lamba Leda.
Pertandingan Keboen pada tahun 1937 di atas merupakan momentum
kehadiran kopi di Manggarai. Walaupun diperkirakan pada akhir tahun 1920 kopi
mulai banyak dibudidayakan di seluruh dataran tinggi Manggarai atas anjuran dan
dukungan dari Pemerintah Kolonial Belanda dan Raja Manggarai saat itu, Alexander
Baroek. (Kompas 2012).
Sejarah lain menyebutkan bahwa dalam bahasa lokal, kopi di Manggarai Timur
seringkali disebut dengan Kopi Tuang. Selain sebagai bahan minuman, secara umum
masyarakat di Kabupaten Manggarai Timur memiliki tradisi Toto Kopi, yaitu meramal
seseorang dengan menggunakan media kopi, yang dalam bahasa umum dikenal sebagai
pengetahuan Tasseografi. Tradisi ini juga dikenal di masyarakat di Timur Tengah,
Eropa hingga Asia. Tradisi Toto kopi biasanya dilakukan oleh masyarakat setelah usai
menikmati kopi. Setelah air kopi habis, gelas kemudian ditelungkupkan sehingga ampas
yang masih tersisa dalam gelas meninggalkan jejak garis-garis pada dinding gelas. Jejak
garis-garis kopi yang tertinggal tersebut oleh masyarakat sekitar dianggap sebagi
symbol-simbol yang memberikan informasi mengenai kehidupan di masa lalu, masa kini
dan masa depan. Namun demikian, yang menarik adalah hanya kaum perempuan yang
memiliki intuisi yang mampu berdialog dan menyampaikan pesan yang ditinggalkan oleh
jejak garis-garis kopi tersebut. Dalam tradisi di
24
Manggarai, kopi adalah symbol kehidupan dan juga sarana yang istimewa, terutama
bagi kaum perempuan sebagai sarana pengakuan. Dengan demikian, kopi
Manggarai Timur tidak hanya terbatas memiliki hubungan historis antara kopi dan
masyarakat, akan tetapi juga memiliki hubungan spiritual yang sangat dalam dengan
kehidupan masyarakatnya.
Tradisi Toto Kopi sudah dikenal oleh masyarakat di Manggarai Timur sejak zaman
dahulu, dan hingga saat ini tidak diketahui pasti sejak kapan orang di Manggarai
mengenai pengetahuan tasseografi. Namun demikian, dari berbagai literasi dapat
dipastikan bahwa pengetahuan tasseografi ini memiliki umur peradaban yang sama
dengan umur sejarah kopi. Dengan demikian, dapat pula dipastikan bahwa masyarakat
di Manggarai telah mengenal tanaman kopi sejak lama.
Budidaya kopi di Manggarai sangat erat dengan budaya adat istiadat
Manggarai. Ritual-ritual adat masih dilestarikan masyarakat Manggarai. Dalam hal
ini, petani kopi Manggarai memegang teguh sejarah budaya Manggarai karena
memiliki filosofi budaya yang mendalam, antara lain sebagai berikut :
Lea Lose
Lea lose adalah upacara saat membuka kebun baru, dipimpin tua teno (ketua adat
yang bertanggung jawab dalam urusan tanah ulayat) yang bertujuan untuk meminta
restu para pemilik atau penjaga hutan yang sebentar lagi dijadikan kebun. Lea lose
penting, selain memohon berkat dari nenek moyang, juga menghindari beo
(kampung) dari bala yang mungkin ditimpakan si empunya hutan.
Benco Raci
Setelah hutan dibuka, biasa disebut rimu (tebang hutan) dan dibakar, tua teno dan
pemilik kebun, mengadakan upacara (adak) benco raci. Adak ini dibuat sebelum
menanam di lahan yang sudah disiapkan. Tujuannya untuk memohon berkat atas
benih baru.
Oli
Oli adalah adak memohon berkat kesuburan atas seluruh tanaman dari wura agu
ceki (nenek moyang suku).
25
Penti
Ritual adat Penti yaitu upacara adat merayakan syukuran atas hasil panen yang
dirayakan bersama-sama oleh seluruh warga desa.
Barong Wae
Ritual Barong Wae, warga kembali akan mengundang roh leluhur penunggu sumber
mata air. Menurut kepercayaan, selama ini roh leluhur itu telah menjaga sumber
mata air, sehingga airnya tak pernah surut.
Kopi Arabika Flores Manggarai berkembang dan dikenal ke berbagai daerah
dan di luar negeri. Keterpaduan budaya lokal yang kuat dan berkesinambungan,
kopi Arabika Flores Manggarai diproduksi oleh organisasi/lembaga sosial
kemasyarakatan lokal, dan merupakan produk tradisional khas daerah, berdasarkan
alasan-alasan berikut ini :
1. Kopi digunakan sebagai pemberian atau sumbangan dalam acara-acara tertentu
di beberapa kegiatan, seperti pernikahan, pengakuan anak dan ketika seseorang
meninggal dunia, maka tetangga, sanak saudara dapat memberi sumbangan berupa
kopi yang akan dikonsumsi selama kegiatan tersebut.
2. Kopi juga digunakan sebagai obat penyembuh, misalnya kalau seseorang
menderita pening bisa minum kopi, kalau ada luka kecil berdarah maka kopi juga
bisa digunakan sebagai penutup luka. Untuk orang perempuan yang mengalami
kesulitan dalam melahirkan, biasanya anggota keluarganya memberi minuman kopi
manis untuk membantu proses kelahiran bayi.
3. Kopi menjadi minuman tradisional yang dikonsumsi pada acara-acara tertentu di
kehidupan sehari-hari masyarakat Manggarai dan acara-acara lainnya, misalnya ketika
seorang tamu berkunjung, pertemuan anggota kelompok tani atau organisasi lainya.
Kopi arabika Flores Manggarai diproses dengan metode olah basah ( wet
process) dan dikeringkan untuk menjadi green bean yang beraroma herbal, spicy
dan floral. Dry aroma yang dapat tercium selama proses penggilingan terdapat
caramel. Setelah diseduh, aroma caramel fruity masih tercium cukup dominan, body
terasa cukup kuat, kopi terasa sweet dengan medium acidity.
Kopi dari kawasan Manggarai dengan cita rasa khas dan aroma kuat, sudah
dikenal sejak dulu. Manggarai juga menjadi salah satu sentra produksi kopi terbesar
26
di NTT. Komoditas ”mutiara hijau” ini juga menjadi tumpuan hidup masyarakat
setempat sehingga mereka dapat menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke
jenjang pendidikan tinggi.
Setelah Kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia melalui Dinas
Perkebunan Propinsi Nusa Tenggara Timur mulai berusaha untuk membangkitkan
kembali produksi kopi Arabika di Flores, termasuk di kawasan Manggarai, melalui
Proyek Rehabilitasi dan Pengembangan Tanaman Ekspor (PRPTE) tahun anggaran
1978/1979, Dinas Perkebunan Provinsi NTT mulai berusaha untuk membangkitkan
kembali budidaya kopi Arabika di Flores. Pertimbangan pengembangan kopi Arabika
di Flores bukan hanya didasarkan pada kepentingan ekspor, akan tetapi perkebunan
kopi di dataran tinggi Manggarai juga dipandang mempunyai peran strategis dalam
melestarikan fungsi hidrologis. PRPTE di Flores telah mampu mengembalikan dan
menambah luas areal perkebunan di Flores sehingga produksi kopi dari Flores mulai
meningkat. Pada akhir tahun 1980-an, luas lahan kopi di Flores mencapai sekitar
8.000 ha di kawasan yang berkenaan dengan kawasan Indikasi Geografis. Namun,
peningkatan produksi tersebut rupanya belum diikuti dengan perolehan mutu yang
baik.
Untuk mengatasi hal ini Dinas Perkebunan Provinsi NTT bekerjasama dengan
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) membangun agribisnis kopi
Arabika di Manggarai dengan pendekatan pemberdayaan kelembagaan di tingkat
petani. Dalam kerjasama ini fungsi Dinas Perkebunan lebih ditekankan pada
penggarapan di sektor petani, sedangkan fungsi Puslitkoka lebih fokus pada
penggarapan masalah pasar, pengawalan teknologi, perbaikan mutu, dan
pembangunan sistem agribisnis. Mesin-mesin pengolahan yang difasilitasikan kepada
UPH-UPH berupa mesin pengupas kulit merah (pulper) dan mesin cuci (washer).
Pada tahun 2006 Puslitkoka telah mulai menjajaki pasar dengan cara mendatangkan
calon pembeli PT. Indokom Citra Persada, Sidoarjo.
Pada awal tahun 2006 tersebut mulai dilakukan sosialisasi pentingnya mutu
terhadap harga jual kopi Arabika kepada para petani. Selain itu juga dimulai
penyelenggaraan pelatihan yang dikemas dalam bentuk sekolah lapang mengenai
prosedur pengolahan basah pada kopi Arabika untuk memperoleh mutu citarasa yang
baik dengan menggunakan mesin yang tersedia. Pelatihan dipandu langsung oleh tim
27
ahli Puslitkoka. Pada tahun 2006 Dinas Perkebunan juga memfasilitasi para-para untuk
penjemuran kopi berkulit tanduk (kopi HS). Setelah pelatihan para petani sudah mulai
mau mengolah kopi dengan proses basah, walaupun dengan sikap sangat hati-hati.
Harapan adanya perbaikan harga ini rupanya telah mendorong para petani untuk
menanam kopi kembali. Hal ini nampak dari animo petani untuk minta bantuan bibit kopi
kepada pihak Disbun.Semenjak kegiatan pendampingan pengolahan citarasa yang
dilakukan Puslitkoka, mutu dan citarasa kopi telah berubah. Semakin banyak konsumen
yang ingin membeli kopi Arabika, dan permintaan ini bisa dipenuhi oleh UPH-UPH yang
di fasilitasi oleh Dinas Perkebunan yang terus menyediakan peralatan-peralatan kepada
kelompok tani, dan oleh beberapa pembeli yang juga menyediakan beberapa peralatan
selama tahun-tahun terakhir ini. Beberapa kelompok tani juga ada yang membeli
peralatan sendiri. Keadaan baru ini semakin mendorong seluruh petani yang telah
mengembangkan petik gelondong merah untuk meningkatkan luas perkebunan mereka.
Dinas Perkebunan Provinsi NTT dan Dinas Perkebunan kabupaten Manggarai Timur juga
menyediakan bahan tanam kopi (S795) dengan tujuan untuk membantu mereka untuk
mengembangkan perkebunan-perkebunan ini.
Sistem produksi kopi di Manggarai dilaksanakan oleh organisasi / lembaga
tradisional yang berdasar sosial kebudayaan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
kelompok tani di dataran tinggi Manggarai berpedoman pada azas kebersamaan dan
bergotong royong. Wujud dari kebersamaan dalam proses produksi, pengolahan dan
pemasaran hasil kopi Arabika Flores Manggarai adalah sebagai berikut
:
1. Memperkuat keagamaan dalam mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa di
Gereja-Gereja dimana mereka melakukan kegiatan peribadatan,
2. Melakukan kegiatan sosial dan keagamaan sebagai wujud puji syukur dan terima kasih
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus mohon berkah dan rahmatnya agar kopi
yang dihasilkan produksinya tinggi, berkualitas, harganya baik dan berkelanjutan,
3. Melakukan kegiatan terencana dan terpadu dalam penanggulangan tanaman kopi
yang terserang hama dan penyakit,
4. Membuat aturan-aturan internal yang harus dipatuhi anggota, sekaligus sangsi-
sangsi yang akan diberikan oleh kelompok tani secara demokratis melalui pertemuan
5. Melakukan pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan menetapkan beberapa
28
hal seperti :
- Pelaksanaan kegiatan gotong-royong baik kegiatan budidaya kopi, panen,
pengolahan dan pemasaran,
- Pembaharuan aturan-aturan intern agar sesuai perkembangan,
- Menentukan pertemuan-pertemuan insidentil terkait pembinaan, penyuluhan dan
sebagainya.
1. Metode Produksi
29
b) Jarak tanam tanaman kopi 2,5 x 2,5 matau 2,5 x 2 m, dengan kerapatan 1.600 s.d.
2.000 pohon/ha.
c) Pohon kopi ditanam di lubang-lubang tana yang dibuat dengan kedalaman 40 cm.
Pada waktu penanaman dan penutupan lubang, tanah dicampur dengan pupuk
kandang. Di lubang-lubang tanah tersebut, tanah alami dicampur dengan kompos
pada saat penanaman bibit kopi.
d) Penaung tetap ditanam diantara pohon kopi dengan kerapatan tanaman penaung
sekitar 25 % dari total populasi kopi.
a) Varietas yang saat ini digunakan oleh para petani kawasan dataran tinggi Manggarai
di wilayah IG adalah typica, yellow catura, S-795 (dominan), Kartika, USDA,
Arobusta, Kolombia, Andungsari dan kopi lokal. Pada masa mendatang dikawasan ini
akan terus melakukan ekstensifikasi kopi Arabikavarietas S-795 dan Andungsari.
b) Untuk tanaman-tanaman jenis baru :
- Pembibitan bisa dilaksanakan langsung oleh kelompok tani ataupun dibeli dari
leveransir yang bersertifikat atau diterima dari Dinas Perkebunan.
- Daftar dari varietas-varietas yang mendapatkan otorisasi dikeluarkan oleh
Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis, dibantu oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia dan Dinas Perkebunan, yang akan diperbarui bila dipandang perlu.
30
(Pengendalian Hama/Penyakit secara Terpadu) dengan memanfaatkan musuh-
musuh alami dan agensia hayati. Penggunaan pestisida dilarang dikawasan IG ini.
d) Kopi arabika Flores Manggarai ditanam di bawah pohon penaung. Penaung yang
paling banyak digunakan adalah pohon dadap, karena dadap mudah ditanam
melalui stek, mudah dipangkas dan merupakan sumber makanan bagi ternak sapi
peliharaan petani. Secara umum kopi Arabika di Manggarai agak tahan terhadap
sinar matahari sehingga pengaturan penaungnya cukup sedang-sedang saja.
e) Kepemilikan lahan kebun kopi oleh petani tidak begitu luas dan petani kopi di
kawasan dataran tinggi Manggarai terbiasa melakukan usaha diversifikasi horizontal
yaitu dengan tanaman lain.Adanya dampak positif dari jenis diversifikasi seperti ini
terhadap kualitas kopi, maka diversifikasi ini perlu direkomendasikan. Upaya
diversifikasi seperti ini disamping mampu meningkatkan pendapatan petani
persatuan luas juga dapat menyediakan bahan pupuk organik.
31
Sebagai ringkasan, pemeliharaan tanaman kopi Arabika Flores Manggarai
adalah alami dan organik, tanpa penggunaan produk kimia. Butir-butir di bawah ini
perlu dipertimbangkan untuk kopi Arabika Flores Manggarai yang perlu dikendalikan
secara berhati-hati:
- Varietas yang digunakan dalam tanaman baru,
- Kerapatan pohon kopi,
- Pemeliharaan tanaman kopi,
- Pemangkasan pohon kopi,
- Penggunaan pohon penaung,
- Pemupukan dengan organik berarti bahwa hanya digunakan dengan jumlah yang
secukupnya saja untuk memastikan adanya konservasi kesuburuan dan konservasi
tanah.
- Tanpa pestisida untuk pohon kopi
32
Gambar 7. Pertanaman kopi arabika yang tumbuh di pekarangan rumah
2. Metode Proses Pengolahan
Sortasi Buah
Sortasi dilakukan terhadap buah kopi warna hijau, kering, kotoran dan lain-lain
(untuk selanjutnya diolah secara kering). Batas minimum kopi buah masak yang akan
diolah adalah 95 %. Persentase ini bisa diperiksa di pintu masuk unit pengolahan (jika
dipandang perlu sortasi bisa dilakukan setelah panen). Hanya kopi gelondong yang
33
disortasi secara benar yang bisa diolah untuk mendapatkan kopi Arabika Flores
Manggarai. Tidak diperkenankan menyimpan buah matang karena bisa jadi busuk
atau "fermented' dan segera dikupas pada hari yang sama.
Perambangan
Sebelum dikupas, buah kopi merah yang sudah sortasi dirambang dalam air,
aduk dan pisahkan buah yang mengapung/buah terserang hama penggerek buah
kopi.Kopi-kopi gelondong yang mengapung dipisahkan atau diolah di luar dan tidak
dicampur dengan kopi untuk pengolahan Arabika Flores Manggarai (selanjutnya olah
secara kering bersama dengan buah hijau, kering dan cacat lainnya). Periksa jangan
sampai terikut batu, besi dan benda keras lainnya, karena akan merusak mesin
pengupas buah (pulper).
34
Gambar 9. Proses perambangan buah kopi
Pengupasan Kulit Buah Kopi (Pulping)
Pembersihan
35
Fermentasi
Proses fermentasi dimaksudkan untuk membentuk citarasa kopi yang baik dan
meluruhkan lendir agar mudah dicuci. Fermentasi dilakukan secara alami dan
sempurna tanpa adanya tambahan bahan apapun di dalam sarana fermentasi
(karung plastik/ember plastik bersih). Proses fermentasi dapat dilakukan dalam
ember (berlubang di bagian bawah) atau karung plastik anyaman agar cairan lendir
dapat meniris keluar. Wadah yang digunakan harus bersih dan bebas dari bau tajam
(misal: minyak tanah, pestisida, karat, dan lain-lain). Jangan menggunakan wadah
dari kayu atau bambu karena bisa menimbulkan bau yang tidak dikehendaki. Lama
proses fermentasi 18-36 Jam, tergantung saat mulai fermentasi. Apabila dimulai sore
hari maka fermenntasi dilakukan selama 36 jam, tetapi bila dimulai pada waktu pagi
hari maka fermentasii dilakukan selama 18-24 jam, sehingga bisa langsung dijemur
pada pagi hari setelah waktu fermentasi tercapai. Apabila fermentasi akan dilakukan
selama 36 jam maka siram dan aduk biji HS pada jam ke 18-24, kemudian tiriskan
dan tutup kembali untuk melanjutkan proses fermentasi sampai 36 jam.
Pencucian
Penjemuran
Penjemuran merupakan tahapan yang kritis untuk mendapatkan mutu fisik dan
citarasa yang baik. Penjemuran dilakukan secara perlahan terutama pada saat awal (1-4
hari pertama)dengan lapisan-lapisan diatas para-para.Waktu penjemuran sampai dicapai
kadar air (KA ) akhir 12% diperlukan waktu selama 14 - 18 hari. Pengaturan ketebalan
biji antara 7,5 - 10 cm (jangan terlalu tipis). Khusus hari pertama bisa diatur lebih tipis
(5 cm) untuk memudahkan penguapan air di permukaan kulit, namun mulai hari kedua
harus dipertebal minimum 7,5 cm untuk menghindari pengeringan yang terlalu
cepat.Gunakan alas terpal plastik bersih, lantai jemur dari semen atau para-para lebih
baik. Selama proses penjemuran biji kopi diaduk agar kering merata dan
36
untuk menghindarkan dari penyerapan kadar air kembali. Untuk menghindari serangan
jamur dan mikroba lain kopi harus dibolak-balik secara rutin setiap 1- 2 jam.
Pada waktu awal (1-2 hari pertama) pembalikan harus lebih sering karena
kopi masih basah.Tutuplah kopi pada malam hari dengan terpal. Penutupan akan
lebih baik kalau terpal tidak langsung menempel pada biji diberi jarak antara biji dan
penutup untuk mencegah pengembunan, tutup diatur dengan posisi miring sehingga
tetesan air hasil pengembunan mengalir ke samping dan tidak jatuh ke kopi.Hindari
dari air dan hujan terhadap kopi yang hampir kering agar terhindar dari
kerusakan.Hentikan penjemuran kopi apabila kadar air sudah mencapai 12% atau
kurang.Cek dengan alat pengukur kadar air pada pagi hari, atau untuk pendekatan
dapat diperkirakan dengan menimbang satu kaleng minyak (volume 19 liter) bila
sudah mencapai berat yang tetap/tidak berkurang lagi setiap hari selama 3 hari
(kira-kira 8.0 kg/19 liter) maka penjemuran bisa dihentikan.
Kopi HS kering yang dihasilkan dikemas dalam karung baru selama minimal 2
(dua) bulan di tempat (gudang) penyimpanan oleh kelompok tani atau Unit Pengolahan.
Gudang penyimpanan berupa ruangan kering dan bersih dan biji kopi HS tidak ada
kontak langsung dengan tanah. Ruang simpan bebas dari bahan kimia yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi dengan bau asing. Kopi yang akan dikemas
benar-benar sudah kering dengan kadar air < 12%.Pengemasan dilakukan dengan
karung plastik baru bersih. Penyimpanan sementara dalam gudang bersih, bebas bau
menyengat, bebas asap, bebas puntung rokok dan obat nyamuk, serta tidak
lembab.Gunakan palet (alas) kayu di bawah tumpukan karung untuk menghindari
kelembaban dan permukaan lantai, dan jangan sampai menyentuh dinding tembok.
37
di daerah Manggarai. Pengemasan biji kopi HS dengan berat netto 25 kg dalam
karung baru yang telah diberi label, sesuai dengan standar SNI di atas. Gunakan
karung baru yang food grade (layak untuk tempat bahan pangan) bebas minyak
mineral (non-mineral oil based jute-bag), dan diberi label sesuai dengan identitas
UPH masing-masing. Kopi siap diangkut menggunakan sarana transportasi truck
atau ekspedisi ke eksportir. Box pengangkut kopi harus benar-benar bersih dan
bebas dari kotoran atau bahan cemaran lain seperti bekas minyak, oli, solar, aspal,
tanah, pupuk buatan, pupuk alami, atau bahan lain yang mudah berbau. Didalam
box ekspedisi tersebut juga harus dilapisi terpal atau pelapis lain yang bersih untuk
menjaga kopi dari kontaminasi bahan pencemar seperti diatas. Box ditutup dengan
rapat dan terhindar dari gangguan luar selama dalam perjalanan menuju eksportir.
Proses penyangraian menjadi kopi sangrai dan kopi bubuk dilakukan dalam
kondisi yang baik dan dapat mempertahankan mutu biji kopi. Tingkat
penyangraiannya tergantung kepada para penyangrai, bisa “light” (ringan),
“medium” (sedang) atau “dark” (gelap), menurut permintaan pasar yang ditarget
atau permintaan konsumen. Namun, rekomendasi umum untuk Kopi Arabika Flores
Manggarai adalah penyangraian menengah (medium).
38
Pengepakan
39
BUAH HASIL PETIK MERAH
SORTASI BUAH
(Memisahkan buah hijau, kuning, kering, lewat masak
hingga minimal 95 % merah dan merah kuning 5 %)
PERAMBANGAN BUAH
(Buah mengapung dipisahkan)
FERMENTASI
(18 jam - 36 jam)
PENCUCIAN
(Dengan air bersih)
PENJEMURAN
(Sampai kadar air 12 %)
PENGGERBUSAN
(Menggunakan Mesin/Huller)
Gambar 10. SOP (Standar Operasional Prosedur) Pengolahan Kopi Arabika Flores
Manggarai Metode Basah (Wet Process)
40
H. METODE KONTROL DAN KETERUNUTAN
Untuk menjamin produksi dan mutu kopi Arabika Flores Manggarai, telah
dibentuk sebuah rencana pengendalian dan keterunutan. Rencana kegiatan ini
bertujuan untuk :
- Memenuhi aturan-aturan Buku Persyaratan
- Asal produk (keterunutan)
- Keterangan Produk : - Mutu fisik produk (tidak adanya kecacatan)
- Mutu citarasa produk (tidak adanya kecacatan)
- Kekhasan produk
1. Kontrol Atas Pemenuhan Aturan-Aturan dalam Buku Persyaratan
Kontrol dilakukan mulai dari budidaya sampai dengan pengolahan, yang terdiri dari :
- Kontrol mandiri
- Kontrol oleh kelompok tani
- Kontrol oleh MPIG
Kontrol mandiri
Masing-masing produsen harus mengecek bahwa suatu kebun memenuhi
aturan-aturan dalam Buku Persyaratan diantaranya mengenai pohon penaung,
varietas (hanya untuk penanaman baru), kerapatan (jarak tanam), pemeliharaan
(khususnya untuk pemupukan serta pengendalian hama dan penyakit), dan lain-lain.
Masing-masing produsen harus tahu atau diberitahu tentang peraturan-peraturan
yang harus ditaati dalam berkebun kopi oleh kelompok tani atau MPIG.
41
Kontrol oleh MPIG
Setiap tahun, pada bulan April (sebelum musim pengolahan), MPIG memilih
secara acak sebanyak 5 kelompok tani, untuk selanjutnya melakukan pengecekan
terhadap pemenuhan Buku Persyaratan di kebun-kebun petani selama 2 hari untuk
masing-masing kelompok tanisampling (sehingga dibutuhkan 10 hari untuk kegiatan
kontrol ini).
Kontrol Pengolahan
42
Kontrol oleh MPIG
Setiap tahun, selama panen dan pengolahan (bulan Juni s.d. Agustus), MPIG
memilih secara acak 5 kelompok tani atau Unit Pengolahan, dan mengecek
prosesnya dengan pemenuhan Buku Persyaratan, selama 1 hari/UPH (sehingga
dibutuhkan 5 hari untuk kontrol ini).MPIG juga memeriksa penggerubusan,
persiapan untuk mengekspor lot-lot dan pelabelan bungkus kopi Ose. Untuk
memastikan kemudahan kontrol, tempat-tempat di mana pengoperasian proses ini
dilakukan harus dikomunikasikan oleh mereka yang akan melakukan aktivitas-
aktivitas di atas (Unit Pengolahan atau para pembeli) kepada MPIG.
Bila didapati bahwa Buku Persyaratan tidak sepenuhnya ditaati, maka MPIG
memutuskan tindakan-tindakan yang layak yang akan dijatuhkan, bisa berupa
pemberian sebuah rekomendasi sampai penon-aktifan sementara. Di semua kasus-
kasus di atas, kemudian tindakan ini diperiksa setelah kelompok tani atau unit-unit
Pengolah telah melakukan evolusi-evolusi yang diperlukan untuk memenuhi
tuntutan-tuntutan dalam Buku Persyaratan.
2. Keterunutan
Pendaftaran Anggota
Kelompok tani anggota MPIG telah diminta untuk membuat daftar anggota
produsen kopinya. Daftar ini telah dimasukkan dalam komputer. Dalam daftar ini,
para produsen mendapatkan kartu IG dengan nomor keanggotaan dari MPIG.
Pembaharuan daftar produsen akan dikeluarkan setiap tahun. MPIG akan
mengirim daftar produsen ke masing-masing kelompok tani, dan akan bertanya pada
mereka apakah mereka mempunyai perubahan-perubahan dalam keanggotaannya.
Misalnya, mungkin ada produsen baru (yang akan menerima kartu baru) atau yang
berhenti memproduksi kopi (yang harus mengembalikan kartu mereka). Kalau ada
produsen yang melakukan perubahan pada tanaman mereka dan tidak lagi memenuhi
aturan-aturan dalam Buku Persyaratan, keanggotaan mereka bisa dibatalkan dan
mereka juga diminta untuk mengembalikan kartu mereka.
Masing-masing Unit Pengolahan harus didaftar sebagai ‘Pengolah IG’. Untuk
memudahkan kontrol pada setiap tahap pengolahan kopi IG, setiap Unit Pengolahan
harus mencantumkan tempat-tempat di mana mereka melakukan pengolahan kopi
43
(juga di mana kopiakan disimpan).
Setiap kali produsen menyetor atau menjual kopi gelondong merah kepada Unit
Pengolahan (UP), maka UP harus mengecek kartu dan mencatat nama produsen, nomor
produsen, jumlah kopi yang dibeli dan tanggal transaksi.Apabila ada masalah, UP-UP
bisa memeriksa registrasi dari produsen tersebut, MPIG mengirim daftar semua petani
yang telah terdaftar kepada semua UP setiap tahun sebelum masa panen.
44
transaksi-transaksi dan kecocokan jumlah kopi Ose atau kopi HS yang dijual dengan
jumlah gelondong merah yang dibeli dari produsen IG.
45
Kontrol Mutu Citarasa
Sedangkan mutu citarasa kopi biji sangat ditentukan oleh adanya cacat rasa
dan sifat rasa asli yang dimiliki oleh suatu jenis kopi. Kopi biji yang memiliki cacat
rasa digolongkan kopi yang citarasanya jelek, bahkan sering kali dinyatakan tidak
layak minum (misal: bau basi, bau jamur, bau minyak bumi, dan lain-lain).
Penentuan mutu citarasa kopi ditentukan berdasar uji organoleptik (analisis
sensorial) oleh panelis. Citarasa kopi biji baru dapat dinilai setelah disangrai dan
dilakukan pembubukan. Citarasa penting yang ada pada kopi antara lain : Flavor (khas
bau kopi), aroma (bau sedap), body (kekentalan), acidity (rasa asam yang enak),
bitterness (rasa pahit yang enak), dan astringent (rasa sepat yang enak). Sedangkan
cacat rasa yang tidak boleh ada antara lain : Stink (bau basi), earthy (bau tanah),
mouldy (bau jamur), musty (bau lumut), sour (rasa asam tidak enak), oily (bau minyak
bumi), chemical (bau bahan kimia), smooky (bau asap), dan lain-lain.
Pembentukan Lot
46
Di dua jenis kelompok tani di atas, pembentukan lot dilakukan dalam cara yang
berbeda :
- Untuk kelompok tani yang bekerja secara kolektif, satu lot dibentuk dalam
satu minggu produksi. Karena ada 3 bulan masa panen, maka terdapat antara 10
dan 15 lot.
- Untuk kelompok tani yang bekerja secara semi-kolektif, pemisahan minggu
produksi nampaknya sulit dilakukan. Akibatnya, pemecahannya adalah dengan cara
membentuk antara 10 sampai 15 kelompok produsen, yang mengumpulkan produksi
dari beberapa produsen, yang menghasilkan 10 sampai 15 lot. Namun, di beberapa
kelompok tani seperti ini, produksi untuk masing-masing bulan sudah dipisahkan, dan
pembentukkan lot-lot agak berbeda (produksi dari masing-masing 3 bulan hanya
harus dipisahkan ke dalam 5 kelompok, untuk menghasilkan jumlah total 15 lot).
Unit-unit pengolahan bisa menentukan satu lot / minggu proses (sebagaimana seperti
kelompok tani jenis pertama). Sertifikasi diminta untuk masing-masing dari 10 atau
15 lot yang dibentuk oleh Unit Pengolahan. MPIG akan mengecek apabila persyaratan
citarasa dan keterunutan dipenuhi.
Kontrol Keterunutan
I. PELABELAN
Semua bungkus kopi dan paket kopi terjual dengan sertifikat IG harus mencakup
: - N ama “Indikasi Geografis Kopi Arabika Flores Manggarai”
- Logo IG kopi ArabikaFloresManggarai, ditunjuk di bawah (Gambar 9)
- Kode lot (lihat di bagian H “Keterunutan”)
Di dalam logo terdapat :
- Gambar rumah adat
- Gambar komodo
- Gambar Kopi
- Tulisan “Kopi Arabika Flores Manggarai”
- Susunan gambar dan tulisan seperti logo di bawah.
47
2. Pemakaian Nama “Kopi Arabika Flores Manggarai”
Nama « Kopi Arabika Flores Manggarai » hanya bisa digunakan untuk «kopi
asli murni» yang berarti bahwa kopi yang dijual dengan nama ini harus memiliki
komposisi 100 % kopi Arabika Flores Manggarai. Campuran kopi tidak bisa dijual
dengan menggunakan nama ini. Bagaimanapun juga, nama kopi Arabika Flores
Manggarai dapat muncul di daftar bahan untuk campuran ini. Dalam hal ini,
persentasi kandungan kopi Arabika Flores Manggarai yang digunakan harus secara
jelas dicantumkan.
Gambar Keterangan
Komodo Mewakili pertanaman kopi di Manggarai Barat
Rumah adat Menggambarkan rumah adat Manggarai
Garis batas segitiga di Melambangkan “lodok” yaitu sistem pembagian sawah
dalam lingkaran di Manggarai
Warna cokelat Menggambarkan warna kopi
Menggambarkan kopi terbaik dari 3 kabupaten di
Tiga biji kopi
Manggarai
Mata ayam (manuk) di
Motif umum kain tenun songke Manggarai
sabuk lingkaran logo
Menggambarkan semangat kesatuan dari 3 kabupaten
Logo berbentuk bundar
Manggarai
48
Perlindungan diajukan atas nama “Kopi Arabika Flores Manggarai”. Sedangkan kata
“Flores” atau “Kopi Manggarai”, tidak dianggap sebagai penyalahgunaan atau tiruan,
dan dengan demikian bisa digunakan oleh produsen bukan kopi Arabika Flores
Manggarai.
49
BAB IV
PENUTUP
50
DAFTAR PUSTAKA
1. Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia. 2016. Sejarah Kopi. Asosiasi Eksportir Kopi
Indonesia (AEKI). Jakarta
2. Aris Wibawa (2008). Rekomendasi Pemupukan Kopi Arabika Kabupaten Manggarai.
Laporan Kegiatan. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember
3. BPS (2014). Kabupaten Manggarai Barat dalam Angka.Manggarai Barat
4. BPS (2015). Kabupaten Manggarai Timur dalam Angka. Manggarai Timur
5. Daeng H. (1995). Manggarai Daerah Sengketa Antara Bima dan Gowa’, Humaniora
11.
6. David K. (1996). Home coffee roasting, romance and revival. St. Martin’s Griffin,
New York, 216 p.
7. Direktorat Bina Usaha Pertanian dan Pengolahan Hasil Perkebunan Direktorat
Jendral Perkebunan (1987). Pengembangan kopi melalui perbaikan mutu dan
pemasaran. Prosiding Pertemuan Teknis Kopi Tahun 1987, Surabaya, 20 – 23
Juli 1987, PT Perkebunan XXIII (Persero), 116 – 138.
8. Direktorat Jenderal Perkebunan (2006). Arah kebijakan pengembangan kopi di
Indonesia. Prosiding Simposium Kopi 2006. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.
9. Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2003).
Kebijakan dan program pemasaran dan pengembangan industri kopi di Indonesia.
Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 19 (1), 9 – 21.
10. Direktorat Jenderal Perkebunan (2014). Statistik Perkebunan Indonesia : Kopi
2013-2015. Kementerian Pertanian. Jakarta.
11. Domi Mere Wea. 2000. Sejarah dan Adat Istiadat di Manggarai
12. Iqbal M.2011. Towards the Empowerment of Smallholder Coffee Farmers in
Manggarai Regency, Nusa Tenggara Timur Province’, ICASEPS Working Paper,
No. 104, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitiandan
Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian, Jakarta.
13. Ismayadi, I. dan Zaenudin (2003). Pola produksi, infestasi jamur, dan upaya
pencegahan kontaminasi ochratoxin-A pada kopi Indonesia. Warta Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia 19 (1), 45 – 60.
14. Keller V., Mawardi S., Sallée B., 2005. Projet d’Indication Géographique sur le café
Arabica des montagnes de Bali. Rapport de mission, document de travail, CP SIC
–1807, Inao / Cirad / Iccri, 62 p.
15. Laerne, van Delden K.F. 1885. Verslag over de Koffiecultuur in Amerika, Azie en
51
Afrika. Minister van Kolonien Nederland Indie, ‘S Gravenhage, Martinus Nijhoff,
625 p.
16. Mawardi S., Wibawa A., Avelino J., Periot J.J., Jacquet M., Sautier D., de Taffin G.,
Sallée B., Lelong C., Ribeyre F., 2004. « Developing a Geographical Indication
for Arabica Coffee in Bali : Description of the “Terroir” of Kintamani », 20th ASIC
coffee symposium, Bangalore, 2004.
17. Mawardi S., Wibawa A., Sulistyowati, 2004. Validasi Indikasi Geografis Kawasan
Perkebunan Kopi Arabika di Kintamani (Bali). Direktorat Tanaman
Tahunan/Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan /Pusat Penenlitian Kopi
dan Kakao Indonesia, 69 p.
18. Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2012). Etnik Manggarai Desa Wae
Codi di Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kementerian Kesehatan.
19. Puslitkoka (2005). Proposal Revitalisasi Kopi Arabika Indonesia. Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia. Smithsonian Migratory Bird Center, National Zoo,
Washington, DC 20008, USA.
20. Sarong F. 2012. Bendera Tiga Warna Maknai Kopi di Colol, Kompas.
Megapolitan.kompas.com/read/2012/10/15/18495977
21. Steenbrink K. (2002). Flores: Efforts to Create Modern and Christian Society’,
Catholics in Indonesia 1808 – 1942. Chapter: 3.
22. Steenbrink K. (2013). Dutch Colonial Containment of Islam in Manggarai, West-
Flores, in Favour of Catholicism, 1907-1942’, Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Volkenkunde Vol. 169, Pp. 104-128, Brill.
23. Soedargo, O. (1998). Pemasaran kopi Indonesia menghadapi sistem perdagangan
bebas. Simposium Kopi 1998, Surabaya, 24 – 25 November 1998, 1 – 22.
24. Sumardjo, J. Sulaksana & W.A. Darmono. (1998). Teori dan praktek kemitraan
agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta, 88 h.
25. Wahyudi, T. & Misnawi (2007). Peluang dan tantangan komoditi kakao dan kopi
untuk Pasar Eropa. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 23(3), 129-
141.
26. Yahmadi, M. (1998). Beberapa catatan tentang perkembangan mutu kopi ekspor
Indonesia 1983 – 1998. Simposium Kopi 1998, Surabaya, 24 – 25 November 1998,
167 – 187.
27. Zuhdi S. and Wulandari T. (1997). Kerajaan Tradisional di Indonesia: BIMA’,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta.
52
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Kelompok Tani Kawasan Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat
53
Nama Kelompok Tani : Arabika Gulang
Kecamatan : Lelak
Desa : Nati
54
Nama Kelompok Tani : Bunga Mekar Dua
Kecamatan : Lelak
Desa : Gelong
55
Nama Kelompok Tani : Wae Mangko III
Kecamatan : Wae Ri'i
Desa : Longko
56
Nama Kelompok Tani : Maju Bersama
Kecamatan : Langke Rembong
Desa : Poco Mal
57
Nama Kelompok Tani : Bintang Timur
Kecamatan : Lelak
Desa : Urang
58
Nama Kelompok Tani : Bantang Cama
Kecamatan : Lelak
Desa : Bangka Lelak
59
Nama Kelompok Tani : Suka Maju
Kecamatan : Ruteng
Desa : Pong Leko
60
Nama Kelompok Tani : Tunas Harapan
Kecamatan : Wae Ri'i
Desa : Wae Ri'i
61
Nama Kelompok Tani : Peduli Lestari
Lingkungan Carep
Kecamatan : Langke Rembong
Desa : Carep
62
Lampiran 1.2. Daftar Kelompok Tani Kopi di Kawasan Manggarai Timur
63
60 Siprianus Jaya Anggota 3,00 1450 kg
61 Theresia Ginas Anggota 1,00 500 kg
62 Valentina Saina Anggota 0,7 350 kg
63 Vinsensius Roni Anggota 0,50 200 kg
64 Vitalis Nggali Anggota 0,50 200 kg
65 Wili Darman Anggota 1,00 500 kg
66 Yakobus Abul Anggota 2,00 900 kg
67 Yakonus Adil Anggota 0,5 200 kg
68 Yakobus Jatung Anggota 1,00 500 kg
69 Yeremias Halim Anggota 0,5 250 kg
70 Yohanes Baptista Anggota 0,5 200 kg
71 Yohanes Dipan Anggota 0,50 200 kg
72 Yohanes Mantir Anggota 0,50 250 kg
64
Nama Kelompok Tani : Nao
Kecamatan : Poco Ranaka Timur
Desa : Ngkiong Dora
65
Nama Kelompok Tani : Helung
Kecamatan : Poco Ranaka Timur
Desa : Arus
66
Nama Kelompok Tani : Colol
Kecamatan : Poco Ranaka Timur
Desa : Colol
67
Nama Kelompok Tani : Rajong
Kecamatan : Poco Ranaka Timur
Desa : Colol
68
Nama Kelompok Tani : Welu
Kecamatan : Poco Ranaka Timur
Desa : Wejang Mali
69
62 Petrus Sapong Anggota 1,00 500 kg
63 R. Mujur Anggota 0,50 200 kg
64 Roni Mon Anggota 2,00 1000 kg
65 Sipri Obin Anggota 1,00 500 kg
66 Sipri Sutar Anggota 1,00 500 kg
67 Siprianus Anggota 1,00 500 kg
68 Stanis Bakir Anggota 1,00 500 kg
69 Stanis Jawu Anggota 1,50 700 kg
70 Stanis Kabut Anggota 1,00 500 kg
71 Veronika Udin Anggota 1,00 500 kg
72 Y. Hartorin Anggota 1,00 500 kg
73 Yan Karinani Anggota 1,50 700 kg
74 Yohanes Jalu Anggota 1,00 500 kg
75 Yohanes Marut Anggota 1,00 500 kg
76 Yoseph Gadut Anggota 1,00 500 kg
77 Yoseph Sai Anggota 1,00 500 kg
78 Yustina Lem Anggota 1,00 500 kg
70
Nama Kelompok Tani : Biting
Kecamatan : Poco Ranaka Timur
Desa : Ulu Wae
71
62 Mikhael Ndurung Anggota 1,00 500 kg
63 Nikolaus Ntala Anggota 1,50 700 kg
64 Nobertus Abas Anggota 3,00 1500 kg
65 Nobertus Hari Anggota 4,0 2000 kg
66 Nobertus Hasi Anggota 3,00 1500 kg
67 Nobertus Lon Anggota 1,25 600 kg
68 Nobertus Tober Anggota 2,00 1000 kg
69 Oktavianus Garmin Anggota 0,50 200 kg
70 Oswaldus Man Anggota 1,00 500 kg
71 Pilipus Piamat Anggota 2,5 1200 kg
72 Rafael Donik Anggota 0,75 350 kg
73 Rafael Sukar Anggota 1,00 500 kg
74 Rilianus Apul Anggota 1,00 500 kg
75 Rilianus Jeharu Anggota 1,00 500 kg
76 Robertus Omor Anggota 1,50 700 kg
77 Rofinus Corok Anggota 2,50 1200 kg
78 Rosalia Trida Anggota 1,00 500 kg
79 Sasmo Hertison Anggota 1,00 500 kg
80 Sebastianus Todi Anggota 1,50 700 kg
81 Silvester Baldi Anggota 1,50 700 kg
82 Siprianus Gaur Kordes 1,00 500 kg
83 Siprianus Levin Anggota 2,00 1000 kg
84 Siprianus Teping Anggota 1,00 500 kg
85 Stanis Laut Anggota 1,00 500 kg
86 Stanis Makus Anggota 0,50 200 kg
87 Stanis Oda Anggota 1,00 500 kg
88 Stefanus Jewenai Anggota 1,00 500 kg
89 Urbanus Hardin Anggota 1,00 500 kg
90 Viktor Dawas Anggota 0,50 200 kg
91 Vitus Nani Anggota 1,00 500 kg
92 Wenslaus Sensi Anggota 1,00 500 kg
93 Wihelmus Lensi Anggota 1,75 750 kg
94 Yoakim Kokil Anggota 0,50 200 kg
95 Yohanes Barus Anggota 1,00 500 kg
96 Yohanes Ngabung Anggota 1,00 500 kg
97 Yonasius Jatmika Anggota 2,00 1000 kg
98 Yoseph Jasmin Anggota 1,00 500 kg
99 Yoseph Rindu Ketua 1,50 700 kg
100 Yoseph Sonel Anggota 1,00 500 kg
101 Yoseph Undung Anggota 1,25 600 kg
102 Yuliana Tengging Anggota 1,00 500 kg
103 Yulianus Nasus Anggota 1,00 500 kg
104 Yulianus Vitalinus Anggota 1,00 500 kg
72
Nama Kelompok Tani : Kate / Ceos
Kecamatan : Poco Ranaka Timur
Desa : Urung Dora
73
Nama Kelompok Tani : Golo Nderu/Ngari
Kecamatan : Poco Ranak
Desa : Golo Nderu
74
62 Marsel Husen Anggota 1,00 500 kg
63 Marten Ramu Anggota 1,00 500 kg
64 Matheus Jehadu Anggota 2,00 1000 kg
65 Melania Lindung Anggota 1,00 500 kg
66 Mikael Amat Anggota 1,00 500 kg
67 Mikael Teko Anggota 1,00 500 kg
68 Milikior Haman Anggota 1,00 500 kg
69 Mikolaus Tanggur Anggota 2,00 1000 kg
70 Nobertus Gaur Anggota 1,00 500 kg
71 Onifarita Setia Anggota 2,00 1000 kg
72 Paulinus Papu Anggota 1,00 500 kg
73 Petrus Adar Anggota 1,00 500 kg
74 Petrus Baluk Anggota 1,00 500 kg
75 Petrus Jeharut Anggota 1,00 500 kg
76 Petrus Kanel Anggota 2,00 1000 kg
77 Petrus Kon Anggota 1,00 500 kg
78 Pius Jematu Anggota 1,00 500 kg
79 Pius Man Anggota 1,00 500 kg
80 Pius Udin Anggota 1,00 500 kg
81 Rafael Nasur Anggota 1,00 500 kg
82 Rofinus Ngambut Anggota 1,00 500 kg
83 Rofinus Omol Anggota 1,00 500 kg
84 Romoaldus A. Agung Anggota 2,00 1000 kg
85 Silvester Iskandar Anggota 1,00 500 kg
86 Siprianus Babu Anggota 1,00 500 kg
87 Gaspar Babu Anggota 1,00 500 kg
88 Siprianus Bala Anggota 1,00 500 kg
89 Siprianus Masur Anggota 2,00 1000 kg
90 Siprianus Supardi Anggota 2,00 1000 kg
91 Sofia Saina Anggota 1,00 500 kg
92 Stanislaus Mahu Anggota 2,00 1000 kg
93 Supardi Wol Anggota 2,00 1000 kg
94 Titus Rande Anggota 1,00 500 kg
95 Tobias Janet Anggota 1,00 500 kg
96 Tobias Jarut Anggota 2,00 1000 kg
97 Vinsensius Budiman Anggota 1,00 500 kg
98 Vinsen Daud Man Anggota 1,00 500 kg
99 Vinsensius Jebaru Anggota 1,00 500 kg
100 Vitalis Ardi Anggota 1,00 500 kg
101 Vitalis Baut Anggota 2,0 1000 kg
102 Wensislaus Jebaru Anggota 2,0 1000 kg
103 Wenslaus Ranu Anggota 1,00 500 kg
104 Wilibrodus B. Bosko Anggota 2,00 1000 kg
105 Yohanes Harum Anggota 1,00 500 kg
106 Yohanes Nurdin Anggota 1,00 500 kg
107 Yohanes Tepa Anggota 1,00 500 kg
108 Yosef Halim Anggota 1,00 500 kg
109 Yosef Mahu Anggota 1,00 500 kg
110 Yosef Nabatlan Anggota 1,00 500 kg
111 Yosef Halim Anggota 1,00 500 kg
112 Yovita Melada Saul Anggota 1,00 500 kg
113 Yulianus Andel Anggota 1,00 500 kg
114 Yulianus Baldus Anggota 1,00 500 kg
115 Yustinus J. Damo Anggota 1,00 500 kg
75
Bangka
Nama Kelompok Tani : Leleng/C.Likang,
Golo Tenda, Mbelar
Kecamatan : Poco Ranaka
Desa : Bangka Leleng
76
60 Nobertus Ragu Anggota 1,00 500 kg
61 Onsianus Egot Anggota 0,25 100 kg
62 Paskalis Basot Anggota 1,00 500 kg
63 Paulinus Ngana Anggota 0,25 100 kg
64 Paulus Janat Anggota 0,50 200 kg
65 Petrus Katas Anggota 0,50 200 kg
66 Petrus Sudirman Anggota 0,50 200 kg
67 Pius Jehamat Anggota 0,50 200 kg
68 Robertus San Anggota 0,50 200 kg
69 Rofinus Meing Anggota 0,50 200 kg
70 Romanus Amput Anggota 0,50 200 kg
71 Sabinus Salus Anggota 0,25 100 kg
72 Samuel Sahaya Anggota 0,50 200 kg
73 Kanisius Nugar Anggota 0,25 100 kg
74 Sebastinus Tono Kordes 0,50 200 kg
75 Sensianus Ardi Anggota 0,25 100 kg
76 Serilus Babar Anggota 0,25 100 kg
77 Silfanus Magus Anggota 0,50 200 kg
78 Sisilia Fatima Anggota 0,50 200 kg
79 Stanis Madur Anggota 0,50 200 kg
80 Stanis Warang Anggota 0,50 200 kg
81 Stefanus Bon Anggota 1,50 700 kg
82 Stefanus Dam Anggota 0,50 200 kg
83 Teodorus Hamin Anggota 1,00 500 kg
84 Teodorus Jematu Anggota 1,00 500 kg
85 Vinsen Sam Anggota 0,50 200 kg
86 Vinsensius Asal Anggota 0,50 200 kg
87 Vitalis Mantur Anggota 0,50 200 kg
88 Wihelmina Mamu Anggota 0,50 200 kg
89 Wihelmus Halim Anggota 1,50 700 kg
90 Wihelmus jeharu Anggota 1,00 500 kg
91 Frans Sanudin Anggota 0,50 200 kg
92 Wihelmus Soni Anggota 1,50 700 kg
93 Wilibaldus Erlin Anggota 1,00 500 kg
94 Wilibrodus W. Mus Anggota 1,00 500 kg
95 Yakobus Teber Anggota 1,50 700 kg
96 Yohanes Akob Anggota 0,50 200 kg
97 Yohanes Gal Anggota 0,50 200 kg
98 Yosef Su Anggota 0,50 200 kg
99 Yosef Konong Anggota 0,50 200 kg
100 Yulianus Jambur Anggota 1,00 500 kg
101 Yulius Nesa Anggota 0,50 200 kg
77
Nama Kelompok Tani : Lewe / Pau
Kecamatan : Poco Ranaka
Desa : Nggalak Leleng
78
62 Albertus Rima Anggota 0,25 100 kg
63 Aleks Jeradu Anggota 0,25 100 kg
64 Aleng Mandut Anggota 0,25 100 kg
65 Alex Sinar Anggota 0,25 100 kg
66 Alex Wajung Anggota 0,25 100 kg
67 Anus Geot Anggota 0,50 200 kg
68 Damianus lalu Anggota 1,00 500 kg
69 Dominikus Ugas Anggota 0,25 100 kg
70 Fernades Miat Anggota 1,00 500 kg
71 Garda Sengor Anggota 0,50 200 kg
72 Herman Junat Anggota 0,25 100 kg
73 Kornelis Jumat Anggota 0,25 100 kg
74 Maksimus Sidar Anggota 0,25 100 kg
75 Markus Danggut Anggota 0,25 100 kg
76 Marsel Mulyanto Anggota 0,25 100 kg
77 Martinus Gagut Anggota 1,00 500 kg
78 Martinus Jematu Anggota 0,25 100 kg
79 Nikolaus Jemadu Anggota 0,25 100 kg
80 Petrus Bataona Anggota 0,25 100 kg
81 Petrus Nani Anggota 0,25 100 kg
82 Rofinus Simpar Anggota 0,25 100 kg
83 Sibanus Karisan Anggota 0,25 100 kg
84 Sensi Janggur Anggota 0,25 100 kg
85 Stanis Su Anggota 0,25 100 kg
86 Stef Edan Anggota 0,25 100 kg
87 Stefanus Atus Anggota 0,25 100 kg
88 Rofinus Jarut Anggota 0,25 100 kg
89 Yohanes Laeng Anggota 0,25 100 kg
90 Yohanes Son Anggota 0,25 100 kg
91 Isfridus Halim Anggota 0,25 100 kg
92 Yustinus Ngabur Anggota 0,25 100 kg
93 Isfridus Nin Anggota 0,25 100 kg
94 Tadeus jina Anggota 0,50 200 kg
79
Nama Kelompok Tani : Tok
Kecamatan : Borong
Desa : Tok
80
Nama Kelompok Tani : Cunca Nawang
Kecamatan : Borong
Desa : Banteng Riwu
81
Nama Kelompok Tani : Harapan Tanjung
Kecamatan : Borong
Desa : Benteng Riwu
82
Nama Kelompok Tani : Tunas Kembang
Kecamatan : Borong
Desa : Benteng Riwu
83
Nama Kelompok Tani : Subur Jaya
Kecamatan : Borong
Desa : Benteng Riwu
84
Nama Kelompok Tani : Mekar Baru
Kecamatan : Borong
Desa : Benteng Riwu
85
Nama Kelompok Tani : Pelita Harapan
Kecamatan : Borong
Desa : Benteng Riwu
86
Nama Kelompok Tani : Rai Ati
Kecamatan : Rana Mese
Desa : Golo Loni
87
Nama Kelompok Tani : Tunas Baru
Kecamatan : Sambi Rampas
Desa : Compang Lawi
88
Nama Kelompok Tani : Limbang Kelo
Kecamatan : Teno Mese
Desa : Elar Selatan
89
Lampiran 1.3. Daftar Kelompok Tani Kopi di Kawasan Manggarai Barat
90
Nama Kelompok Tani : Rembulan
Kecamatan : Ndoso
Desa : Ndoso
91
Nama Kelompok Tani : Wae Teker
Kecamatan : Ndoso
Desa : Pong Narang
92
Nama Kelompok Tani : Reko Cama Paci
Kecamatan : Ndoso
Desa : Pong Narang
93
Nama Kelompok Tani : Mentari
Kecamatan : Ndoso
Desa : Pong Narang
94
Nama Kelompok Tani : Wela Timung
Kecamatan : Ndoso
Desa : Pong Narang
95
Nama Kelompok Tani : Kasi Asi
Kecamatan : Kuwus
Desa : Tueng
96
Nama Kelompok Tani : Wae Tingo
Kecamatan : Kuwus
Desa : Tueng
97
Nama Kelompok Tani : Watu Wohe
Kecamatan : Kuwus
Desa : Kolang
98
Nama Kelompok Tani : Tani Mandiri
Kecamatan : Welak
Desa : Gurung
99
Nama Kelompok Tani : Rangga Watu
Kecamatan : Mbeliling
Desa : Golo Desat
100
Nama Kelompok Tani : Tunas Harapan
Kecamatan ; Sano Nggoang
Desa ; Golo Kemp
101
Nama Kelompok Tani : Langke Rembong
Kecamatan : Lembor
Desa : Wae Mowol
102
Lampiran 2. Data Produsen Kopi Bubuk di Manggarai Tahun 2016
Nilai
No Jenis Cacat Keterangan Istilah Biji Cacat
Cacat/Biji
Biji kopi yang 1/2 atau lebih Permukaannya
1 Biji hitam 1 berwarna hitam
Biji kopi yang 1/2 atau lebih Permukaannya
2 Biji hitam sebagian ½ berwarna hitam
Biji kopi yang berwarna hitam tidak utuh,
3 Biji hitam pecah ½ berukuran sama atau kurang dari 3/4 bagian biji
utuh
Buah kopi kering terbungkus kulit, dalam
4 Kopi Gelondong 1 keaadan utuh atau besarnya sama atau lebih dari
3/4 bagian kulit majemak utuh
Biji yang 1/2 atau lebih bagian luarnya
5 Biji coklat ¼ berwarna coklat
Kulit majemuk yang berukuran lebih besar dari
6 Kulit kopi ukuran besar 1
3/4 kulit yang utuh
Kulit majemuk yang berukuran 1/2 sampaii 3/4
7 Kulit kopi ukuran sedang ½ bagian kulit yang utuh
Kulit majemuk yang berukuran kurang dari 1/2
8 Kulit kopi ukuran kecil 1/5 bagian kulit yang utuh
9 Biji berkulit tanduk ½ Biji kopi yang masih terbungkus dalam tanduk
Kulit tanduk yang terlepas dari biji kopi yang
10 Kulit tanduk ukuran besar ½ berukuran lebih besar dari 3/4 bagian kulit
tunduk utuh
Kulit tanduk yang terlepas dari biji kopi yang
11 Kulit tanduk ukuran sedang 1/5 berukuran 1/2 sampai 3/4 bagian kulit tanduk
utuh
Kulit tanduk yang terlepas dari biji kopi yang
12 Kulit tanduk ukuran kecil 1/10 berukuran kurang dari 1/2 bagian kulit tanduk
utuh
Biji kopi tidak utuh, besarnya sama atau kurang
13 Biji pecah 1/5 dari 3/4 bagian biji utuh
Biji kopi yeng kecil dan keriput pada pada
14 Biji muda 1/5 seluruh bagian luarnya
Biji kopi yang berlubang satu akibat serangan
15 Biji berlubang satu 1/10 serangga
Biji kopi yang berlubang lebih dari satu akibat
16 Biji berlubang lebih dari satu 1/5 serangan serangga
Biji yang bertutul-tutul pada 1/2 atau lebih
17 Biji bertutul-tutul 1/10 permukaan biji. Ketentuan ini hanya
Ranting, tanah,atau batu Ranting, tanah, atau batu yang berukuran
18 5
ukuran,besar panjang atau diameter lebih dari 10 mm
Ranting, tanah, atau batu Ranting, tanah, atau batu yang, berukuran
19 2
ukuran sedang panjang atau diameter 5 - 10 mm
104
Ranting, tanah,atau batu Ranting, tanah, atau batu yang,berukuran
20 1
ukuran kecil panjang atau diameter kurang dari 5 mm
Lampiran 5. Hasil Uji Citarasa Kopi Arabika Flores Manggarai Tahun 2015
Kabupaten Asal Contoh Kopi Nilai Uji Citarasa
Waling Borong 82,75
Compang lawi Sambi 81,75
Rampas
Pocolia, Pocoranaka 83,92
Gololeni, Ranamese 80,50
Manggarai Timur Ngkiong Dora Pocoranaka 83,17
Timur
Golomeni Kota Kumba 81,75
Ranambeling Kota Kumba 83,58
Peleng Haju Ngendong Elar 81,50
Nancur, Tenemese Elar 83,33
Selatan
Cumbi Ruteng 83,50
Nati Lelak 85,25
Manggarai Wae Ri’i 87,25
Lungar Satarmese 85,50
Carep Lake Rembong 84,75
Manggarai Barat Pondok Nantal Kuwus 83,75
Wae Bangka Lembor 83,50
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
Lampiran 6. Hasil analisis tanah kawasan IG Kopi Arabika Flores Manggarai
134
135
136
Lampiran 7. Model Pengering Kopi Para-para
90 cm
180 cm 7,5-10 cm
15–20 cm
137
Lampiran 8. Peta Kawasan Indikasi Geografis Kopi Arabika Flores Manggarai
138
Lampiran 9. Peta Kawasan Indikasi Geografis Kopi arabika Flores Manggarai Kabupaten Manggarai Timur
139
10. Peta Kawasan Indikasi Geografis Kopi arabika Flores Manggarai Kabupaten Manggarai
140
Lampiran 11. Peta Kawasan Indikasi Geografis Kopi arabika Flores Manggarai Kabupaten Manggarai
Barat
141
Lampiran 12. Surat Rekomendasi Bupati
12.1 Surat Rekomendasi Bupati Manggarai
142
12.2 Surat Rekomendasi Bupati Manggarai Barat
143
12.3 Surat Rekomendasi Bupati Manggarai Timur
144
Lampiran 13. Data Curah Hujan Manggarai
145
146
147
148
149