399 2449 1 PB PDF
399 2449 1 PB PDF
Joko Prayitno Susanto1), Sri Puji Ganefati2), Sri Muryani2, dan Siti Hani Istiqomah2)
1) Peneliti Muda pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan – BPPT
2) Pengajar pada Politeknik Kesehatan, Departemen Kesehatan, Yogyakarta
Abstract
Leachate is the pollutant which contains various kinds of both organic such as
some harmful photogenic bacteria’s and parasitic microbes like Sarcoptes sp and
inorganic compounds such as ammonia. The leachate can be caused prurity to
human skin. Base on data from Piyungan Community Health Centre, Microbes
caused the incidence of dermatitis take number 4 from 10-disease rank within 75%.
Piyungan Disposal Site has a possiblity to pollute to Opak River. the leachate need
to be processed to decrease the MPN, COD, BOD, TSS and Ammonia parameters
before it will be polluted of Opak River.
The research had been done to process the leachate to decrease the MPN, COD,
BOD, TSS and Ammonia parameters with use coagulation - biofilter anaerobic
system. Equipment used was consisted of leachate equalisation (catcher) tank;
alum and lime solution container; leachate coagulation tank and biofilter anaerobic
tank.
The research show that there were influence of leachate processing with
coagulation and anaerobic biofilter toward the decreasing of MPN, COD, BOD, TSS
and Ammonia parameters with 1, 2, and 3 hours detention time.
Keywords : Leachate, Coagulation, Anaerobic Biofilter
168 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173
dengan cara membiakkan mikroba
didalam melalui pengeramaman
mikrobiologi anaerobik.
°
Keterangan : b. Pelaksanaan Penelitian
II : Bak equalisasi lindi sebagai tempat untuk
menampung lindi sebelum dilakukan pengolahan, ° Mengisi bak equalisasi lindi dengan
II : Bak penampung koagulan sebagai tempat larutan
sampel lindi yang didapat dari TPA
tawas dan kapur sebagai koagulan piyungan sebanyak 600 liter
III : Bak koagulasi lindi sebagai tempat pengolahan lindi ° Mengisi setiap bak penampung
dengan menggunakan koagulan koagulan dengan campuran tawas
IV : Bak biofilter anaerobik merupakan unit pengolahan dan kapur yang mempunyai
didalamnya dilengkapi potongan pipa PVC dengan komposisi 12,5 gram tawas dan
permukaan kasar untuk pertumbuhan
mikroorganisme pengurai
1 gram kapur dalam setiap liter air
° Mencampur sampel lindi dengan
larutan campuran tawas-kapur pada
( Gambar 1. Tampak Samping )
bak koagulasi dengan perbandingan
1 liter campuran tawas-kapur untuk
setiap 4 liter sampel lindi
° Selanjutnya, mengatur debit lindi
sehingga waktu tinggal dalam bak
biofilter anaerobik masing-masing
selama 1 jam (untuk bak WT1), 2 jam
(untuk bak WT2) dan 3 jam (untuk
bak WT3), atau mengatur debit lindi
sebesar ± 2 liter per menit, ± 1 liter
WT 1 WT 2 WT 3 per menit dan ± 0,7 liter per menit
° Analisa parameter penelitian angka
kuman, COD, BOD, TSS dan NH3,
dalam lindi, baik sebelum proses (pre
( Gambar 2. Tampak Depan )
test) maupun setelah melalui bak
Keterangan : WT1 (waktu tinggal 1 jam), WT2 (waktu biofilter anaerobik (post test)
tinggal 2 jam), dan WT3 (waktu tinggal 3
jam).
2.3. Sampel
2.2. Prosedur Kerja Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah lindi
a. Persiapan yang berasal dari 3 outlet yang ada di TPA
Piyungan Yogyakarta. Sampel yang diambil
° Pembuatan alat. Kegiatan dilakukan
adalah lindi yang berasal dari bak penampung
mulai dari perakitan sampai dengan
lindi (sebelum pengolahan secara aerasi).
uji coba kebocoran alat
Cara pengambilan sampel Quota sampling
° Uji dosis larutan tawas dan kapur (non randam sampling), sebanyak 600 liter.
dengan Jar Test. Dari uji coba ini
didapatkan hasil bahwa untuk
pengolahan 4 liter lindi (Jar Test) 2.4. Analisis Statistik
diperlukan campuran tawas dan
Untuk mengetahui tingkat kebenaran
kapur masing-masing sebanyak 12,5
hasil analisis data yang diperoleh, dilakukan
gram dan 1 gram dalam 1 liter air
uji statistik yang diawali dengan uji
° Mumbuat rojing, untuk biofilm homoginitas (levene’s test) hasil pemeriksaan
anaerobik. Rojing ini berupa spesimen dari semua parameter, baik sampel
potongan-potongan pipa pvc 0,5 inc, kontrol maupun sampel perlakuan.
panjang 10 cm yang diamplas kasar
sebanyak ± 200 potong untuk 1 bak Untuk melihat perbedaan penurunan
anaerobik. Rojing berfungsi untuk pada parameter dilakukan dengan 2 analisis
tempat berkembang biaknya statistik, yaitu :
mikroorganisme anaerobik a. Multi Varians test, untuk mengetahui
° Inkubasi mikroba. Kegiatan ini perbedaan penurunan hasil pemeriksaan
bertujuan untuk membentuk biofilter, semua paramter dan sumbangan
Sebagai awal dari penelitian, telah 3 4063 4018,0 (1,1%) 384,3 (90,5%)
dilakukan uji homoginitas terhadap sampel Std* 150 mg/l
yang akan digunakan di dalam penelitian.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua * SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998
parameter sampel kontrol dan sampel
perlakuan memiliki probabilitas antara 0,158 Tabel 4. Penurunan Kandungan TSS Dalam Lindi TPA
sampai dengan 0,908 (α > 0,050), yang Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
berarti data semua parameter adalah
homogin, kecuali parameter TSS Sampel Waktu Kandungan Kandungan Setelah Proses
perlakuan yang mempunyai probabilitas 0,005 Tinggal Awal (Persentase Penurunan)
(Jam) (per ml)
(α < 0,050) yang berarti data hasil Kontrol Perlakuan
pemeriksaan tidak homogin. 1 913,3 878,3 (4,1%) 42,6 (84,3%)
Hasil pengolahan lindi dengan
menggunakan Sistem Koagulasi - Biofilter 2 913,3 878,3 (3,8%) 31,3 (96,6%)
anaerobik, masing-masing disajikan dalam 3 913,3 868,6 (5,6%) 25,3 (97,2%)
Tabel 1 ~ Tabel 5.
Std* 300 mg/l
Tabel 1. Penurunan Kandungan Angka Kuman Dalam * SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998
Lindi TPA Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
Waktu Kandungan Kandungan Setelah Proses Tabel 5. Penurunan Kandungan Amoniak (NH3) Dalam
Tinggal Awal (Persentase Penurunan) Lindi TPA Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
(Jam) (per ml) Kontrol Perlakuan
Waktu Kandungan Kandungan Setelah Proses
1 11853166, 11106083, 6780916,7 Tinggal Awal (Persentase Penurunan)
7 3 (42,8%) (per ml)
(Jam) Kontrol Perlakuan
(6,6%)
2 11853166, 9277750.0 6036333,3 1 24,2 22 (9,0%) 2,5 (89,6%)
7 ( 21,7%) (49,0%) 2 24,2 22,7 (5,8%) 1,9 (92,1%)
3 11853166, 8569416,7 5318000,0 3 24,2 22,6 (6,1%) 1,5 (93,3%)
7 (27,7%) (53,8%)
Std* 5 mg/l
Tabel 2. Penurunan Kandungan COD Dalam Lindi TPA * SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998
Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
Dari tabel-tabel tersebut, dapat
Waktu Kandunga Kandungan Setelah Proses dilakukan analisis sebagai berikut:
Tinggal n Awal (Persentase Penurunan)
(Jam) (mg/l) a. Rata-rata angka kuman terendah untuk
Kontrol Perlakuan
sampel kontrol dan sampel perlakuan
1 5658,3 5483,3 (3,1%) 1118,3 (80,2%) terjadi pada saat waktu tinggal 3 jam yaitu
2 5658,3 5496,6 (2,8%) 841,6 (85,1%) masing-masing sebesar 8569416,7 per
mililiter lindi dan 252391,7 per mililiter lindi.
3 5658,3 5486,6 (3,0%) 661,6 (88,3%) Penurunan angka kuman terbesar terdapat
Std* 300 mg/l pada sampel kontrol dan sampel
perlakuan dengan waktu tinggal 3 jam,
• SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998 yaitu masing-masing 27,7% dan 53,8%.
Kecenderungan penurunan angka kuman
170 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173
sampel kontrol berkisar antara 6,6% sampel perlakuan terbesar (88,3%) pada
sampai dengan 27,7%. Pada sampel waktu tinggal 3 jam. Kecenderungan
perlakuan terjadi penurunan Angka Kuman penurunan COD sampel kontrol berkisar
berkisar antara 42,8% sampai dengan antara 2,8% sampai dengan 3,1%. Pada
53,8%. Kecenderungan penurunan rata- sampel perlakuan rata-rata penurunan
rata Angka Kuman sampel perlakuan lebih COD berkisar antara 80,2% sampai
besar bila dibandingkan sampel kontrol. dengan 88,2%. Penurunan rata-rata COD
Hal ini memberi gambaran bahwa sampel perlakuan lebih besar bila
pengolahan lindi menggunakan model dibandingkan sampel kontrol.
koagulasi dan sistem biofilter anaerobik
Hasil ini menunjukkan bahwa pengolahan
dapat menurunkan angka kuman, hal ini
lindi menggunakan model koagulasi dan
kemungkinan disebabkan oleh adanya 2
biofilter anaerobic dapat menurunkan
proses yang terjadi, yaitu proses koagulasi
COD. Hal ini disebabkan adanya
dan proses peruraian oleh mikroorganisme
pembentukan koloidal dari bahan organik
anaerobik. Pada proses koagulasi terjadi
yang bergabung menjadi partikel yang
pembentukan butiran yang kemudian
lebih besar dan kemudian mengendap(4).
mengendap, sedangkan bakteri anaerobik
c. Rata-rata BOD terendah (4016,6 mg/l)
berfungsi menguraikan bahan organik
untuk sampel kontrol terjadi pada waktu
yang ada dalam lindi termasuk kuman.
tinggal 1 jam dan COD terendah (384,3
Kecenderungan penurunan Angka Kuman
mg/l) untuk sampel perlakuan terdapat
pada sampel perlakuan (antara 42,8% -
pada waktu tinggal 3 jam. Rata-rata
53,8%) lebih besar bila dibandingkan
penurunan BOD terkecil untuk sampel
dengan kecenderunngan penurunan
kontrol (0,9%) pada waktu tinggal 2 jam,
sampel kontrol (6,3% - 27,7%).
sedangkan rata-rata penurunan BOD
Tingginya angka kuman dalam lindi
Sampel perlakuan terendah (82,3%) pada
memungkinkan pula adanya kuman
waktu tinggal 1 jam. Kecenderungan
patogen, seperti Sarcoptes sp (sejenis
penurunan BOD sampel kontrol berkisar
kutu air), sehingga dimungkinkan
antara 0,9% sampai dengan 1,1%. Pada
Sarcoptes scabei juga terdapat dalam lindi
sampel perlakuan rata-rata penurunan
TPA Piyungan(3). Tingginya penyakit kulit
BOD berkisar antara 82,3% sampai
yang terjadi di Wilayah Puskesmas
dengan 90,5%. Penurunan rata-rata BOD
Piyungan dapat dimungkinkan adanya
sampel perlakuan lebih besar bila
pencemaran air sungai oleh lindi yang
dibandingkan sampel kontrol.
kemungkinan mengandung Sarcoptes
Pengolahan lindi menggunakan model
scabei (penyebap penyakit skabies).
koagulasi dan biofilter anaerobic dapat
Alternatif lain untuk menurunkan angka
menurunkan BOD, disebabkan adanya
kuman secara maksimal adalah setelah
pembentukan koloidal dari bahan organik
dilakukan pengolahan dengan model
yang bergabung menjadi partikel yang
koagulasi dan biofilter anaerobic,
lebih besar dan kemudian mengendap(4).
dilanjutkan dengan disinfektan seperti
Penurunan BOD disebabkan oleh
klorin. Penggunaan desinfektan ini
penurunan bahan organik yang ada dalam
tergantung dari tujuan penggunaan air
lindi akibat proses koagulasi dan
hasil proses. Disinfeksi diperlukan apabila
perombakan bahan organik oleh
air yang diolah akan dimanfaatkan untuk
mikroorganisme anaerobik.
keperluan air bersih bagi masyarakat.
d. Rata-rata TSS terendah (868,6 mg/l) untuk
Mengingat sungai Opak termasuk
sampel kontrol dengan waktu tinggal 3
golongan III sesuai dengan peruntukan,
jam dan TSS terendah (31,3 mg/l) untuk
yaitu untuk keperluan pertanian dan
sampel perlakuan pada saat waktu tinggal
peternakan, maka tidak perlu dilakukan
2 jam. Rata-rata penurunan TSS terkecil
desinfeksi.
untuk sampel kontrol (3,8%) pada waktu
b. Rata-rata COD terendah (5483,3 mg/l)
tinggal 2 jam, sedangkan rata-rata
terdapat pada sampel kontrol dengan
penurunan TSS sampel perlakuan terkecil
waktu tinggal 2 jam dan COD terendah
(84,3%) pada waktu tinggal 1 jam.
(661,6 mg/l) pada sampel perlakuan
Kecenderungan penurunan TSS sampel
dengan waktu tinggal 1 jam. Rata-rata
kontrol berkisar antara 3,8% sampai
penurunan COD terbesar pada sampel
dengan 5,6%. Pada sampel perlakuan
kontrol (3,1%) untuk waktu tinggal 1 jam,
rata-rata penurunan TSS berkisar antara
sedangkan rata-rata penurunan COD
172 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173
Susanto. J. P. dkk.2004: Pengolahan Lindi…….J. Tek.Ling-P3TL-BPPT. 5: (3): 167-173 173
4. KESIMPULAN DAN SARAN Bandung terhadap kualitas Air Tanah
4.1. Kesimpulan Bebas di Sekitarnya,Thesis, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dari hasil penelitian ini dapat
3. Sutomo, A.H. dkk., “Dampak Kesehatan
disimpulkan bahwa :
Masyarakat Akibat Tempat Pembuangan
° Semua kandungan parameter penelitian Akhir Sampah (TPA) Piyungan Kabupaten
(Angka Kuman, COD, BOD, TSS dan NH3) Bantul”, Kantor Wilayah Kesehatan,
dapat diturunkan menggunakan alat Yogyakarta, 2000, Hal. 13-15.
pengolah lindi model koagulasi dan 4. Alaerts, G.; Santika, S.S. (1987) “Metode
biofilter anaerobic. Penelitian Air”, Usaha Nasional, Surabaya,
° Penurunan terbesar (> 90 %) untuk ,Hal. 86-88 dan 159-163.
parameter COD, BOD dan Angka Kuman, 5. Reynold, T.D., “Unit Operations and
sedangkan untuk parameter NH3 dan TSS Processing in Environmental Engineering”,
(< 90%). Cole Engineering Divicion; California.
° Pengolahan dengan waktu tinggal 3 jam 6. Susanto J.P. (2001) dan Ganefati S.P.
mampu menurunkan semua parameter “Pengolahan Lindi (Leachate) TPA
paling baik. Piyungan Dengan Tawas dan Kapur
Sebagai Upaya Pencegahan Pencemaran
4.2. Saran Sungai Opak Yogyakarta” , Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia, Vol. 3, Nomor 4,
° Hasil penelitian ini dapat digunakan BPPT, Jakarta.
sebagai alternatif dalam pengolahan lindi 7. Yogyakarta Urban Development Program
TPA Piyungan untuk menurunkan kadar (YUDP), (1994)“ Detailed Engineering
parameter Angka Kuman, TSS, COD, Design YUDP Sector : Solid Waste”,
BOD dan Amoniak (NH3). Pemerintah Daerah Istimewa, Yogyakarta,
° Perlu penelitian lanjutan untuk penerapan 8. Riyanti (2001) Dampak berbagai kadar
langsung di lapangan sebagai alternatif lindi dari TPA Piyungan terhadap
teknologi untuk mengolah lindi TPA. Kematian Ikan Nila, AKL, Yogyakarta.
9. Gubernur DIY, 1998, Kep Gub No.
DAFTAR PUSTAKA 281/KPTS/1998, tentang Baku Mutu
Limbah cair bagi Kegiatan Industri Di
1. Enri Damanhuri (2001). Workshop Yogyakarta, Bapedal, Yogyakarta.
Pengelolaan Sampah Jakarta.
2. Arif, A. Fahrudin (1989). Pengaruh
Sampah di TPA Dago, Kotamadia
174 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173