Anda di halaman 1dari 8

PENGOLAHAN LINDI (Leachate ) DARI TPA

DENGAN SISTEM KOAGULASI - BIOFILTER ANAEROBIC

Joko Prayitno Susanto1), Sri Puji Ganefati2), Sri Muryani2, dan Siti Hani Istiqomah2)
1) Peneliti Muda pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan – BPPT
2) Pengajar pada Politeknik Kesehatan, Departemen Kesehatan, Yogyakarta

Abstract
Leachate is the pollutant which contains various kinds of both organic such as
some harmful photogenic bacteria’s and parasitic microbes like Sarcoptes sp and
inorganic compounds such as ammonia. The leachate can be caused prurity to
human skin. Base on data from Piyungan Community Health Centre, Microbes
caused the incidence of dermatitis take number 4 from 10-disease rank within 75%.
Piyungan Disposal Site has a possiblity to pollute to Opak River. the leachate need
to be processed to decrease the MPN, COD, BOD, TSS and Ammonia parameters
before it will be polluted of Opak River.
The research had been done to process the leachate to decrease the MPN, COD,
BOD, TSS and Ammonia parameters with use coagulation - biofilter anaerobic
system. Equipment used was consisted of leachate equalisation (catcher) tank;
alum and lime solution container; leachate coagulation tank and biofilter anaerobic
tank.
The research show that there were influence of leachate processing with
coagulation and anaerobic biofilter toward the decreasing of MPN, COD, BOD, TSS
and Ammonia parameters with 1, 2, and 3 hours detention time.
Keywords : Leachate, Coagulation, Anaerobic Biofilter

I. PENDAHULUAN mengandung amoniak, timbal dan mikroba


parasit seperti kutu air (Sarcoptes sp) yang
1.1. Tinjauan Pustaka mennyebabkan gatal-gatal pada kulit (3).
Pencemaran lingkungan sebagai
Pertambahan penduduk pada kota-kota dampak dari kehadiran TPA pada suatu
besar, secara signifikan telah berdampak wilayah, hampir terjadi pada sebagian besar
terhadap bertambahnya limbah yang kota di Indonesia, terutama kota-kota besar.
dihasilkan, terutama limbah rumah tangga. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi apabila
Dari hasil limbah ini, diperkirakan sebanyak pengelola kota dapat memberikan perhatian
60% dari jumlah total sampah perkotaan yang yang proporsional terhadap sarana yang
diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir diperlukan oleh TPA. Ironisnya, pengelola
Sampah (TPA) untuk diproses, terutama kota bahkan sudah beranggapan bahwa
dengan menggunakan teknologi landfilling (1) . dengan TPA yang dimiliki sudah dapat
Teknologi landfilling ini merupakan cara menyelesaikan semua permasalahan
yang sampai saat ini paling banyak digunakan sampah.
di berbagai kota, karena dipandang sebagai Untuk menanggulangi permasalahan
teknologi yang relatif murah dan mudah lindi yang berasal dari TPA ini, berbagai
pengoperasiannya. Namun penggunaan upaya pengolahan telah dilakukan, terutama
teknologi ini berpotensi menimbulkan untuk menurunkan kadar pencemar hingga
masalah lingkungan, terutama masalah pada level yang tidak membahayakan
pencemaran lindi (Leachate), disamping kesehatan manusia.
pencemaran bau dan timbulnya berbagai Alaerts, G. dkk.(4), telah menggunakan
serangga yang sangat mengganggu tawas sebagai koagulan untuk
kehidupan masyarakat di sekitarnya. menghilangkan kekeruhan di dalam lindi.
Lindi dari TPA merupakan bahan Melalui penambahan tawas ini, maka partikel-
pencemar yang dapat mengganggu partikel polutan akan membentuk flok-flok
kesehatan manusia dan mencemari yang lebih besar dan lebih berat sehingga
lingkungan dan biota perairan, karena dalam akan mengalami proses pengendapan pada
lindi tersebut terdapat berbagai senyawa pH larutan tertentu. Penulis dkk.(6), telah
kimia organik maupun anorganik serta melakukan penelitian tentang pengolahan
sejumlah bakteri phatogen (2). Selain itu juga

Susanto. J. P. dkk.2004: Pengolahan Lindi…….J. Tek.Ling-P3TL-BPPT. 5: (3): 167-173 167


lindi untuk menurunkan kandungan partikel- lindi dari TPA Piyungan Yogyakarta setelah
partikel polutannya seperti TTS, BOD, melalui kolam pengolahan masih
amoniak, timbal dan angka kuman, melalui mengandung BOD (1032 mg/lt) dan COD
proses koagulasi yang menggunakan tawas (1351 mg/lt), dimana berdasarkan Baku Mutu
dan kapur, serta optimalisasi pengaturan Lingkungan ( BML ) yang telah ditetapkan
waktu koagulasi. Berdasarkan hasil penelitian belum memenuhi standar, yaitu masing-
ini, dapat diketahui bahwa pengolahan lindi masing BML BOD (150 mg/lt) dan BML COD
menggunakan tawas dan kapur dapat (300 mg/lt).
menurunkan TSS, BOD, NH3 dan Pb melalui TPA Piyungan menghasilkan lindi
pembentukan koloidal yang menghasilkan dengan debit sebesar 0,48 liter/detik dari 3
partikel yang lebih besar dan kemudian outlet atau 41,472 m3/hari. Untuk memproses
mengendap. Namun penggunaan tawas ini lindi ini, TPA Piyungan telah melaksanakan
tidak berpengaruh terhadap penurunan angka penampungan dan pengolahan dengan
kuman yang ada. proses aerasi dalam 2 bak yang telah
Disamping tawas, juga dapat dibangun, yang selanjutnya dibuang ke
digunakan bahan lain sebagai bahan perairan bebas melalui parit menuju sungai
koagulan antara lain : ferro sulfat dan ferri Opak. Namun demikian, proses aerasi ini
klorit (5). tidak dilakukan setiap hari, bahkan terdapat
aliran lindi yang tidak masuk ke dalam bak
1.2. TPA Piyungan, Yogyakarta penampung dan bak aerasi, tetapi langsung
melewati parit yang menuju sungai Opak.
Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Uraian di atas menunjukkan bahwa
Kota Yogyakarta terletak di Dusun Ngablak,
lindi dari TPA Piyungan mempunyai peluang
Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan,
menimbulkan pencemaran sungai Opak bila
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
tidak segera ditangani. Untuk itu, lindi dari
Yogyakarta. Pembangunan TPA ini dilakukan
TPA Piyungan perlu dilakukan pengolahan
pada tahun 1992 dan mulai dioperasikan
sebelum di buang ke badan air.
tahun 1995 di atas tanah seluas 12 hektar
dengan kapasitas 2,7 juta meter kubik
1.3. Tujuan dan Sasaran Penelitian
sampah, masa pakai diperkirakan mencapai
10 (sepuluh) tahun (7). Tujuan penelitian ini adalah mengolah
Seperti umumnya TPA, pada proses lindi dari TPA Piyungan, Yogyakarta guna
dekomposisi sampah organik dihasilkan gas- menurunkan kandungan partikel-partikel
gas dan lindi. Dengan melihat letak polutan, yaitu TSS, BOD, amoniak, timbal dan
geografisnya, maka lindi dari TPA Piyungan angka kuman dengan menggunakan sistem
ini sangat berpotensi mencemari sungai koagulasi – Biofilter Anaerobic.
Opak, yang merupakan salah satu sungai Sasaran penelitian adalah diperolehnya
yang melintasi wilayah Daerah Istimewa metode pengolahan lindi dari TPA Piyungan,
Yogyakarta (DIY) dan merupakan satu- Yogyakarta sebagai upaya mengurangi
satunya tempat pembuangan lindi dari TPA pencemaran sungai Opak di Yogyakarta.
Piyungan. Dampak dari pembuangan ini
sangat dirasakan oleh masyarakat karena 2. METODE PENELITIAN
mengakibatkan keruhnya air sungai dan
gatal-gatal pada kulit. Hal ini sangat jelas
dapat dilihat dari data pasien di Puskesmas
Piyungan tahun 2001 yang menunjukkan
bahwa penyakit kulit menempati urutan ke 4 II
I
dari 10 besar angka penyakit (laporan tidak
diterbitkan).
Disamping pencemaran air sungai, lindi
TPA Piyungan ini juga berpotensi mencemari
air tanah di sekitarnya. Dari 12 sumur gali
yang ada di sekitar TPA, ternyata 58,3%
sudah tercemar lindi, sedangkan 41,7%
III IV
tercemar pada tingkat yang masih rendah (3).
Selanjutnya, sesuai dengan hasil uji
laboratorium Akademi Kesehatan Lingkungan
Depkes Yogyakarta (8), menunjukkan bahwa
2.1. Peralatan

168 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173
dengan cara membiakkan mikroba
didalam melalui pengeramaman
mikrobiologi anaerobik.
°
Keterangan : b. Pelaksanaan Penelitian
II : Bak equalisasi lindi sebagai tempat untuk
menampung lindi sebelum dilakukan pengolahan, ° Mengisi bak equalisasi lindi dengan
II : Bak penampung koagulan sebagai tempat larutan
sampel lindi yang didapat dari TPA
tawas dan kapur sebagai koagulan piyungan sebanyak 600 liter
III : Bak koagulasi lindi sebagai tempat pengolahan lindi ° Mengisi setiap bak penampung
dengan menggunakan koagulan koagulan dengan campuran tawas
IV : Bak biofilter anaerobik merupakan unit pengolahan dan kapur yang mempunyai
didalamnya dilengkapi potongan pipa PVC dengan komposisi 12,5 gram tawas dan
permukaan kasar untuk pertumbuhan
mikroorganisme pengurai
1 gram kapur dalam setiap liter air
° Mencampur sampel lindi dengan
larutan campuran tawas-kapur pada
( Gambar 1. Tampak Samping )
bak koagulasi dengan perbandingan
1 liter campuran tawas-kapur untuk
setiap 4 liter sampel lindi
° Selanjutnya, mengatur debit lindi
sehingga waktu tinggal dalam bak
biofilter anaerobik masing-masing
selama 1 jam (untuk bak WT1), 2 jam
(untuk bak WT2) dan 3 jam (untuk
bak WT3), atau mengatur debit lindi
sebesar ± 2 liter per menit, ± 1 liter
WT 1 WT 2 WT 3 per menit dan ± 0,7 liter per menit
° Analisa parameter penelitian angka
kuman, COD, BOD, TSS dan NH3,
dalam lindi, baik sebelum proses (pre
( Gambar 2. Tampak Depan )
test) maupun setelah melalui bak
Keterangan : WT1 (waktu tinggal 1 jam), WT2 (waktu biofilter anaerobik (post test)
tinggal 2 jam), dan WT3 (waktu tinggal 3
jam).
2.3. Sampel
2.2. Prosedur Kerja Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah lindi
a. Persiapan yang berasal dari 3 outlet yang ada di TPA
Piyungan Yogyakarta. Sampel yang diambil
° Pembuatan alat. Kegiatan dilakukan
adalah lindi yang berasal dari bak penampung
mulai dari perakitan sampai dengan
lindi (sebelum pengolahan secara aerasi).
uji coba kebocoran alat
Cara pengambilan sampel Quota sampling
° Uji dosis larutan tawas dan kapur (non randam sampling), sebanyak 600 liter.
dengan Jar Test. Dari uji coba ini
didapatkan hasil bahwa untuk
pengolahan 4 liter lindi (Jar Test) 2.4. Analisis Statistik
diperlukan campuran tawas dan
Untuk mengetahui tingkat kebenaran
kapur masing-masing sebanyak 12,5
hasil analisis data yang diperoleh, dilakukan
gram dan 1 gram dalam 1 liter air
uji statistik yang diawali dengan uji
° Mumbuat rojing, untuk biofilm homoginitas (levene’s test) hasil pemeriksaan
anaerobik. Rojing ini berupa spesimen dari semua parameter, baik sampel
potongan-potongan pipa pvc 0,5 inc, kontrol maupun sampel perlakuan.
panjang 10 cm yang diamplas kasar
sebanyak ± 200 potong untuk 1 bak Untuk melihat perbedaan penurunan
anaerobik. Rojing berfungsi untuk pada parameter dilakukan dengan 2 analisis
tempat berkembang biaknya statistik, yaitu :
mikroorganisme anaerobik a. Multi Varians test, untuk mengetahui
° Inkubasi mikroba. Kegiatan ini perbedaan penurunan hasil pemeriksaan
bertujuan untuk membentuk biofilter, semua paramter dan sumbangan

Susanto. J. P. dkk.2004: Pengolahan Lindi…….J. Tek.Ling-P3TL-BPPT. 5: (3): 167-173 169


efektiftitas alat pengolahan lindi dengan
model koagulasi dan sistem biofilter
anaerobik
b. T-test, untuk mengetahui perbedaan Tabel 3. Penurunan Kandungan BOD Dalam Lindi TPA
penurunan hasil pemeriksaan antar Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
parameter penelitian dan antar variasi
waktu tinggal lindi setelah dilakukan Waktu Kandungan Kandungan Setelah Proses
Tinggal Awal (Persentase Penurunan)
pengolahan dengan model koagulasi dan (per ml)
(Jam)
sistem biofilter anaerobik Kontrol Perlakuan
1 4063 4016,6 (1,1%) 719 (82,3%)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
2 4063 4026,0 (0,9%) 515,6 (87,3%)

Sebagai awal dari penelitian, telah 3 4063 4018,0 (1,1%) 384,3 (90,5%)
dilakukan uji homoginitas terhadap sampel Std* 150 mg/l
yang akan digunakan di dalam penelitian.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua * SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998
parameter sampel kontrol dan sampel
perlakuan memiliki probabilitas antara 0,158 Tabel 4. Penurunan Kandungan TSS Dalam Lindi TPA
sampai dengan 0,908 (α > 0,050), yang Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
berarti data semua parameter adalah
homogin, kecuali parameter TSS Sampel Waktu Kandungan Kandungan Setelah Proses
perlakuan yang mempunyai probabilitas 0,005 Tinggal Awal (Persentase Penurunan)
(Jam) (per ml)
(α < 0,050) yang berarti data hasil Kontrol Perlakuan
pemeriksaan tidak homogin. 1 913,3 878,3 (4,1%) 42,6 (84,3%)
Hasil pengolahan lindi dengan
menggunakan Sistem Koagulasi - Biofilter 2 913,3 878,3 (3,8%) 31,3 (96,6%)
anaerobik, masing-masing disajikan dalam 3 913,3 868,6 (5,6%) 25,3 (97,2%)
Tabel 1 ~ Tabel 5.
Std* 300 mg/l
Tabel 1. Penurunan Kandungan Angka Kuman Dalam * SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998
Lindi TPA Piyungan Yogyakarta Tahun 2003

Waktu Kandungan Kandungan Setelah Proses Tabel 5. Penurunan Kandungan Amoniak (NH3) Dalam
Tinggal Awal (Persentase Penurunan) Lindi TPA Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
(Jam) (per ml) Kontrol Perlakuan
Waktu Kandungan Kandungan Setelah Proses
1 11853166, 11106083, 6780916,7 Tinggal Awal (Persentase Penurunan)
7 3 (42,8%) (per ml)
(Jam) Kontrol Perlakuan
(6,6%)
2 11853166, 9277750.0 6036333,3 1 24,2 22 (9,0%) 2,5 (89,6%)
7 ( 21,7%) (49,0%) 2 24,2 22,7 (5,8%) 1,9 (92,1%)
3 11853166, 8569416,7 5318000,0 3 24,2 22,6 (6,1%) 1,5 (93,3%)
7 (27,7%) (53,8%)
Std* 5 mg/l

Tabel 2. Penurunan Kandungan COD Dalam Lindi TPA * SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998
Piyungan Yogyakarta Tahun 2003
Dari tabel-tabel tersebut, dapat
Waktu Kandunga Kandungan Setelah Proses dilakukan analisis sebagai berikut:
Tinggal n Awal (Persentase Penurunan)
(Jam) (mg/l) a. Rata-rata angka kuman terendah untuk
Kontrol Perlakuan
sampel kontrol dan sampel perlakuan
1 5658,3 5483,3 (3,1%) 1118,3 (80,2%) terjadi pada saat waktu tinggal 3 jam yaitu
2 5658,3 5496,6 (2,8%) 841,6 (85,1%) masing-masing sebesar 8569416,7 per
mililiter lindi dan 252391,7 per mililiter lindi.
3 5658,3 5486,6 (3,0%) 661,6 (88,3%) Penurunan angka kuman terbesar terdapat
Std* 300 mg/l pada sampel kontrol dan sampel
perlakuan dengan waktu tinggal 3 jam,
• SK Gub DIY No. 281/KPTS/1998 yaitu masing-masing 27,7% dan 53,8%.
Kecenderungan penurunan angka kuman

170 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173
sampel kontrol berkisar antara 6,6% sampel perlakuan terbesar (88,3%) pada
sampai dengan 27,7%. Pada sampel waktu tinggal 3 jam. Kecenderungan
perlakuan terjadi penurunan Angka Kuman penurunan COD sampel kontrol berkisar
berkisar antara 42,8% sampai dengan antara 2,8% sampai dengan 3,1%. Pada
53,8%. Kecenderungan penurunan rata- sampel perlakuan rata-rata penurunan
rata Angka Kuman sampel perlakuan lebih COD berkisar antara 80,2% sampai
besar bila dibandingkan sampel kontrol. dengan 88,2%. Penurunan rata-rata COD
Hal ini memberi gambaran bahwa sampel perlakuan lebih besar bila
pengolahan lindi menggunakan model dibandingkan sampel kontrol.
koagulasi dan sistem biofilter anaerobik
Hasil ini menunjukkan bahwa pengolahan
dapat menurunkan angka kuman, hal ini
lindi menggunakan model koagulasi dan
kemungkinan disebabkan oleh adanya 2
biofilter anaerobic dapat menurunkan
proses yang terjadi, yaitu proses koagulasi
COD. Hal ini disebabkan adanya
dan proses peruraian oleh mikroorganisme
pembentukan koloidal dari bahan organik
anaerobik. Pada proses koagulasi terjadi
yang bergabung menjadi partikel yang
pembentukan butiran yang kemudian
lebih besar dan kemudian mengendap(4).
mengendap, sedangkan bakteri anaerobik
c. Rata-rata BOD terendah (4016,6 mg/l)
berfungsi menguraikan bahan organik
untuk sampel kontrol terjadi pada waktu
yang ada dalam lindi termasuk kuman.
tinggal 1 jam dan COD terendah (384,3
Kecenderungan penurunan Angka Kuman
mg/l) untuk sampel perlakuan terdapat
pada sampel perlakuan (antara 42,8% -
pada waktu tinggal 3 jam. Rata-rata
53,8%) lebih besar bila dibandingkan
penurunan BOD terkecil untuk sampel
dengan kecenderunngan penurunan
kontrol (0,9%) pada waktu tinggal 2 jam,
sampel kontrol (6,3% - 27,7%).
sedangkan rata-rata penurunan BOD
Tingginya angka kuman dalam lindi
Sampel perlakuan terendah (82,3%) pada
memungkinkan pula adanya kuman
waktu tinggal 1 jam. Kecenderungan
patogen, seperti Sarcoptes sp (sejenis
penurunan BOD sampel kontrol berkisar
kutu air), sehingga dimungkinkan
antara 0,9% sampai dengan 1,1%. Pada
Sarcoptes scabei juga terdapat dalam lindi
sampel perlakuan rata-rata penurunan
TPA Piyungan(3). Tingginya penyakit kulit
BOD berkisar antara 82,3% sampai
yang terjadi di Wilayah Puskesmas
dengan 90,5%. Penurunan rata-rata BOD
Piyungan dapat dimungkinkan adanya
sampel perlakuan lebih besar bila
pencemaran air sungai oleh lindi yang
dibandingkan sampel kontrol.
kemungkinan mengandung Sarcoptes
Pengolahan lindi menggunakan model
scabei (penyebap penyakit skabies).
koagulasi dan biofilter anaerobic dapat
Alternatif lain untuk menurunkan angka
menurunkan BOD, disebabkan adanya
kuman secara maksimal adalah setelah
pembentukan koloidal dari bahan organik
dilakukan pengolahan dengan model
yang bergabung menjadi partikel yang
koagulasi dan biofilter anaerobic,
lebih besar dan kemudian mengendap(4).
dilanjutkan dengan disinfektan seperti
Penurunan BOD disebabkan oleh
klorin. Penggunaan desinfektan ini
penurunan bahan organik yang ada dalam
tergantung dari tujuan penggunaan air
lindi akibat proses koagulasi dan
hasil proses. Disinfeksi diperlukan apabila
perombakan bahan organik oleh
air yang diolah akan dimanfaatkan untuk
mikroorganisme anaerobik.
keperluan air bersih bagi masyarakat.
d. Rata-rata TSS terendah (868,6 mg/l) untuk
Mengingat sungai Opak termasuk
sampel kontrol dengan waktu tinggal 3
golongan III sesuai dengan peruntukan,
jam dan TSS terendah (31,3 mg/l) untuk
yaitu untuk keperluan pertanian dan
sampel perlakuan pada saat waktu tinggal
peternakan, maka tidak perlu dilakukan
2 jam. Rata-rata penurunan TSS terkecil
desinfeksi.
untuk sampel kontrol (3,8%) pada waktu
b. Rata-rata COD terendah (5483,3 mg/l)
tinggal 2 jam, sedangkan rata-rata
terdapat pada sampel kontrol dengan
penurunan TSS sampel perlakuan terkecil
waktu tinggal 2 jam dan COD terendah
(84,3%) pada waktu tinggal 1 jam.
(661,6 mg/l) pada sampel perlakuan
Kecenderungan penurunan TSS sampel
dengan waktu tinggal 1 jam. Rata-rata
kontrol berkisar antara 3,8% sampai
penurunan COD terbesar pada sampel
dengan 5,6%. Pada sampel perlakuan
kontrol (3,1%) untuk waktu tinggal 1 jam,
rata-rata penurunan TSS berkisar antara
sedangkan rata-rata penurunan COD

Susanto. J. P. dkk.2004: Pengolahan Lindi…….J. Tek.Ling-P3TL-BPPT. 5: (3): 167-173 171


84,3% sampai dengan 97,2%. Penurunan koagulasi dan sistem biofilter anaerobic,
rata-rata TSS sampel perlakuan lebih dalam penelitian ini dilakukan pula statistik
besar bila dibandingkan sampel kontrol. untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
Pengolahan lindi menggunakan model sebelum dan sesudah proses pengolahan.
koagulasi dan biofilter anaerobic dapat Hasil kedua uji tersebut disampaikan dalam
menurunkan TSS, hal ini disebabkan Tabel 6 dan Tabel 7.
adanya pembentukan koloidal yang Tabel 6. Hasil Uji Multi Varian Untuk Proses Pengolahan
bergabung menjadi partikel yang lebih Menggunakan Model Koagulasi dan Biofilter
besar dan kemudian mengendap (4), serta Anaerobik
bahan organik yang menimbulkan No Parameter R Square
kekeruhan sebagian terurai pada bak
1. Angka Kuman 0,964
biofilter anaerobic.
e. Rata-rata NH3 terendah untuk sampel 2. COD 0,990

kontrol (22 mg/l) pada waktu tinggal 1 jam, 3. BOD 0,984


sedangkan NH3 terendah untuk sampel 4. TSS 0,080
perlakuan (1,5 mg/l) terdapat pada waktu 5. NH3 0,671
tinggal 3 jam. Rata-rata penurunan NH3
terkecil untuk sampel kontrol (5,8%) pada Tabel 7. Hasil Uji T-Tes Antara Kelompok Kontrol
waktu tinggal 2 jam, sedangkan rata-rata dengan Kelompok Perlakuan Untuk Masing-
Masing Parameter
penurunan NH3 sampel perlakuan terkecil
P (Probabilitas)
(89,6%) pada waktu tinggal 1 jam. No Parameter
Kecenderungan penurunan NH3 sampel Antar Kel. Kel. Kontrol dg.
Kontrol Perlakuan
kontrol berkisar antara 5,8% sampai 1. Angka 0,620 – 0,723 0,000 – 0,005
dengan 9,0%. Pada sampel perlakuan Kuman
rata-rata penurunan NH3 berkisar antara 2. COD 0,420 – 0,744 0,000
89,6% sampai dengan 93,3%. Penurunan 3. BOD 0,517 – 0,965 0,000
rata-rata NH3 sampel perlakuan lebih 4. TSS 0,869 – 0,914 0,000
besar bila dibandingkan sampel kontrol. 5. NH3 0,164 – 0,809 0,098 – 0,472
Pengolahan lindi menggunakan model Keterangan : p < α (0,05) berarti ada perbedaan yang
koagulasi dan biofilter anaerobic nyata antara kadar sebelum dan sesudah
menyebabkan terjadinya pembentukan proses pengolahan
koloidal dari bahan organik yang bergabung
menjadi partikel yang lebih besar dan Dari kedua hasil pengamatan dan hasil
kemudian mengendap(4), serta peruraian uji statistik sebagaimana disajikan dalam
bahan organik oleh mikroorganisme Tabel 6 dan Tabel 7 dapat diketahui bahwa
anaerobik. Penurunan kandungan bahan peralatan yang digunakan mempunyai tingkat
organik mengakibatkan pembentukan NH3 efektifitas cukup baik bagi pengolahan Angka
semakin sedikit. Turunnya kandungan NH3 Kuman, COD dan BOD, yang masing-masing
dalam lindi juga disebabkan terjadinya nilai R square nya diatas 0,9; dan mempunyai
penguapan dengan ditandai timbulnya bau efektifitas sedang untuk pengolahan NH3
tidak enak pada proses pengolahan dengan R square 0,671; sedangkan untuk
menggunakan tawas dan kapur. pengolahan TSS alat ini dipandang kurang
Dari hasil penelitian tersebut, dapat efektif mengingat rendahnya R square yang
diketahui bahwa meskipun proses koagulasi – dicapai.
biofilter anaerobic ini telah mampu Hal ini ini didukung oleh hasil uji T-Test
menurunkan kandungan masing-masing yang menunjukkan bahwa secara umum
polutan yang terdapat di dalam lindi, namun pengujian antar kelompok kontrol
hasil yang diperoleh belum dapat mencapai menghasilkan nilai probabilitas yang lebih
kadar di bawah standar baku mutu lingkungan besar dari nilai α, yang berarti tidak ada
yang telah ditetapkan kecuali NH3, perbesaan yang berarti anata sebelum dan
sebagaimana diatur melalui SK Gubernur setelah proses pengolahan terhadap
DIY, Nomor : 281/KPTS/1998 tentang Baku kelompok kontrol. Sebaliknya, untuk
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di pengujian antara kelompok kontrol dengan
Yogyakarta, yaitu COD (300 mg/l), BOD (150 koleompok perlakuan memberikan hasil
mg/l), TTS (300 mg/l) dan NH3 (5 mg/l)(9). probabilitas lebih kecil dibandingkan dengan
α yang berarti ada perbedaan antara
Untuk mengetahui efektifitas kelompok yang diuji.
pengolahan dengan menggunakan model

172 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173
Susanto. J. P. dkk.2004: Pengolahan Lindi…….J. Tek.Ling-P3TL-BPPT. 5: (3): 167-173 173
4. KESIMPULAN DAN SARAN Bandung terhadap kualitas Air Tanah
4.1. Kesimpulan Bebas di Sekitarnya,Thesis, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dari hasil penelitian ini dapat
3. Sutomo, A.H. dkk., “Dampak Kesehatan
disimpulkan bahwa :
Masyarakat Akibat Tempat Pembuangan
° Semua kandungan parameter penelitian Akhir Sampah (TPA) Piyungan Kabupaten
(Angka Kuman, COD, BOD, TSS dan NH3) Bantul”, Kantor Wilayah Kesehatan,
dapat diturunkan menggunakan alat Yogyakarta, 2000, Hal. 13-15.
pengolah lindi model koagulasi dan 4. Alaerts, G.; Santika, S.S. (1987) “Metode
biofilter anaerobic. Penelitian Air”, Usaha Nasional, Surabaya,
° Penurunan terbesar (> 90 %) untuk ,Hal. 86-88 dan 159-163.
parameter COD, BOD dan Angka Kuman, 5. Reynold, T.D., “Unit Operations and
sedangkan untuk parameter NH3 dan TSS Processing in Environmental Engineering”,
(< 90%). Cole Engineering Divicion; California.
° Pengolahan dengan waktu tinggal 3 jam 6. Susanto J.P. (2001) dan Ganefati S.P.
mampu menurunkan semua parameter “Pengolahan Lindi (Leachate) TPA
paling baik. Piyungan Dengan Tawas dan Kapur
Sebagai Upaya Pencegahan Pencemaran
4.2. Saran Sungai Opak Yogyakarta” , Jurnal Sains
dan Teknologi Indonesia, Vol. 3, Nomor 4,
° Hasil penelitian ini dapat digunakan BPPT, Jakarta.
sebagai alternatif dalam pengolahan lindi 7. Yogyakarta Urban Development Program
TPA Piyungan untuk menurunkan kadar (YUDP), (1994)“ Detailed Engineering
parameter Angka Kuman, TSS, COD, Design YUDP Sector : Solid Waste”,
BOD dan Amoniak (NH3). Pemerintah Daerah Istimewa, Yogyakarta,
° Perlu penelitian lanjutan untuk penerapan 8. Riyanti (2001) Dampak berbagai kadar
langsung di lapangan sebagai alternatif lindi dari TPA Piyungan terhadap
teknologi untuk mengolah lindi TPA. Kematian Ikan Nila, AKL, Yogyakarta.
9. Gubernur DIY, 1998, Kep Gub No.
DAFTAR PUSTAKA 281/KPTS/1998, tentang Baku Mutu
Limbah cair bagi Kegiatan Industri Di
1. Enri Damanhuri (2001). Workshop Yogyakarta, Bapedal, Yogyakarta.
Pengelolaan Sampah Jakarta.
2. Arif, A. Fahrudin (1989). Pengaruh
Sampah di TPA Dago, Kotamadia

174 Susanto. J.P. Dkk. 2004: Pengolahan Lindi…….….J. Tek.Ling P3TL-BPPT. 5. (3): 167-173

Anda mungkin juga menyukai