Anda di halaman 1dari 5

REVIEW BUKU SEJARAH SAINS & TEKNOLOGI

I. IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Belenggu Ilmuwan dan Pengetahuan Dari Hindia

Belanda Sampai Orde Baru

Pengarang : Andrew Gross

Tahun Terbit : 2014

Jumlah Halaman : 344 Halaman

II. PENDAHULUAN

Indonesia, diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Esa alam yang begitu memesona.

Keindahannya menyimpan misteri yang sangat menggoda untuk diteliti dan diolah

untuk dimanfaatkan. Berkaitan dengan hal tersebut, buku Belenggu Ilmuwan dan

Pengetahuan, Dari Zaman Hindia Belanda Sampai Zaman Orde Baru mengulas

banyak tentang bagaimana alam Indonesia sejak zaman Hindia Belanda hingga zaman

Orde Baru, berhasil memberi rasa takjub kepada para peneliti maupun orang-orang

yang haus akan ilmu pengetahuan. Bagaimana keingin tahuan tersebut selalu

mengalami halangan dan hambatan. Bagaimana akhirnya, ilmuwan dan pengetahuan

mendapatkan kemenangannya melalui jalan yang amat panjang. Dengan sudut-sudut

pandang yang menarik, walau secara keseluruhan sudut pandang yang diambil berasal

dari pandangan masyarakat Belanda yang besar dan lahir di Hindia Belanda, wilayah

koloni. Tetapi tak memungkiri, didalamnya juga terdapat sudut-sudut pandang dari

masyarakat pribumi yang terpelajar dan para ilmuwan Indonesia, setelah Indonesia

memproklamirkan kemerdekaannya.
III. ISI

Seperti yang digambarkan dalam pendahuluan, kurang lebih buku ini menjelaskan

tentang bagaimana semua itu (ilmuwan dan pengetahuan di Indonesia), beranjak dari

rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu bagaimana pengetahuan dan alam, dapat

memberikan jawaban atas apa-apa yang masih dipertanyakan. Atas apa-apa yang

sifatnya mendukung kemajuan manusia. Selebihnya buku ini terbagi ke dalam beberapa

sub-bab. Sub-bab tersebut secara berurut dimulai dari bab Apostel Pencerahan, Ilmu

Kina, Indahnya Ilmu Pengetahuan Treub, Para Profesional Etis, Pencerahan Gaya

Kaum Nasionalis, Mimpi Teknokratik, dan terakhir Pengetahuan Meja Tulis.

Apostel Pencerahan, menjadi bab pembuka dalam buku ini. Yang dapat saya

tangkap dari sub-bab ini adalah bagaimana ilmu pengetahuan di masa itu (era Hindia

Belanda, setelah sebelumnya terdapat peralihan kekuasaan singkat dari tangan Inggris

40 tahun sebelumnya) bangkit dan diharapkan dapat membentuk masyarakat madani di

wilayah koloni. Tokoh yang berpengaruh saat itu, salah satunya adalah Van Hoevell.

Namun hal itu ditentang oleh pihak pemerintahan Belanda. Dikhawatirkan keberadaan

dan kebangkitan ilmu pengetahuan di wilyah koloni itu (yang bukan berasal dari

pemerintahan, tetapi dari masyarakat), menimbulkan sentimen-sentimen yang akan

berujung pada pengkhianatan. Kendati demikian, walau dunia keilmuan terbagi atas

dua, penghobi amatir di Batavia dan ilmuwan resmi negara Hindia Belanda. Pada

akhirnya, sama-sama menyadari memiliki tujuan yang sama dn penting untuk

tercerahkannya masyarakat di Hindia Belanda agar terbangun budaya kolonial yang

produktif (sebagai pencapaian terbesar, Hindia Belanda berhasil mengadakan pameran

keilmuan pada tahun 1853).


Hal yang terpenting yang perlu digaris bawahi pada bab yang pertama yaitu

sebelum memulai mencerahkan dan membangkitkan kembali ilmu pengetahuan di

Hindia Belanda. Harus terlebih dahulu mengenal karakteristik alam di wilayah tersebut.

Oleh karenanya selain Van Hoevell, tokoh berpengaruh lainnya yaitu Franz Junghuhn,

meneliti tentang karakteristik alam pulau Jawa dengan fokus telaahan gunung-gunung

api yang aktif di dataran Jawa. Dari hasil penelitian tersebut, menghasilkan buku-buku

yang berfungsi baik sebagaimana mestinya untuk mememberikan gambaran jelas

tentang wilayah koloni. Menjadi panduan bagi masyarakat di Hindia Belanda.

Bab kedua, menjelaskan tentang Ilmu Kina. Setelah tatanan pemerintahan di

Hindia Belanda sudah mulai stabil dan mandiri dari kekuasaan pemerintahan Belanda.

Terobosan paling besar saat itu adalah dengan memulai upaya aklimatisasi terhadap

tumbuhan kina. Kina pada saat itu menjadi tumbuhan yang populer dan komoditas yang

paling dicari. Sebab, kina merupakan tumbuhan obat mujarab yang dapat

menyembuhkan seseorang dari penyakit Malaria (yang kala itu melanda sebagian besar

masyarakat Eropa). Berbagai cara dilakukan untuk mencari bibit mana yang dapat

ditanam di wilayah koloni yang beriklim tropis. Salah satunya, merekrut para naturalis.

Franz Junghuhn, Van Gorkom, dan Charles Ledger, merupakan naturalis naturalis yang

diutus untuk meneelah bibit kina yang unggul dan memiliki kandungan yang tinggi

untuk ditanam. Kina yang paling memberikan pengaruh dan menghasilkan kandungan

yang tinggi yaitu kina jenis C. Calisaya (ditemukan oleh Van Gorkom) dan C.

Ledgeriana (ditemukan oleh Charles Ledger). Kegiatan aklimatisasi kina ini menjadi

fondasi ilmu pengetahuan Hindia Belanda karena berguna untuk mengatur jarak antara

birokrasi dengan pemilik perkebunan swasta. Selain itu, dapat saya tangkap, mengapa
ilmu kina diupayakan agar dapat ditanam di Hindia Belanda, karena nilai jualnya yang

mahal saat itu, turut membantu keuangan Hindia Belanda yang saat itu sedang

mengalami krisis. Uang yang dihasilkan pun juga sebagian disumbungkan untuk

keperluan ilmu pengetahuan.

Kemudian, bab tiga dibuka dengan permasalahan awal yang kembali hadir.

Walau aklimatisasi kina sudah dilakukan, tetapi untuk ilmu-ilmu pengetahuan yang lain

masih kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Sempat ilmu pengetahuan masa itu

mengalami kegelapan dan kemunduran kembali, tetapi pada tahun 1900-an, ilmu

pengetahuan mendapatkan pecerahannya yang bermula dari Kebun Raya Buitenzorg.

Buitenzorg yang awalnya hanya dijadikan taman menunggang kuda, kemudian

direvitalisasi kembali sebagaimana fungsi awalnya, sebagai pusat lembaga ilmiah. Dan

disinilah peran Treub menjadi sorotan utama dalam bab Indahnya Ilmu Pengetahuan

Treub dan Para Profesional Etis. Di tangan Treub, Buitenzorg menjadi lebih pesat dan

dikenal di Eropa sebagai pusat lembaga ilmiah. Walau dalam permasalahan pertanian,

Treub banyak mendapatkan kritikan karena ambisi-ambisinya yang tak selaras dengan

kenyataan yang ada

Pada bab-bab selanjutnya, kurang lebih mendeskripsikan tentang pencerahan

ilmu pengetahuan di kalangan nasionalis Indonesia. Tak jauh berbeda dengan apostel

pencerahan di kalangan masyarakat Eropa di Hindia Belanda yang memperkenalkan

ilmu pengetahuan melalui jurnal jurnal dan pendidikan. Apostel-apostel pencerahan di

kalangan nasionalis Indonesia juga berupaya melakukan hal yang sama. Bermula dari

kemunculan Budi Utomo yang memberikan stimulan-stimulan kepada masyarakat

(khususnya masyarakat Jawa), bahwa ilmu pengetahuan itu amat penting. Melalui
pendidikan, diharap masyarakat dapat tercerahkan dan ilmu pengetahuan berkembang

pesat. Sebagai pencapainnya, dimulainya pembukaan-pembukan sekolah seperti

Taman Siswa. Walau di awal kemerdekannya, otokrasi dari pemerintahan kolonial

Hindia Belanda masih berusaha sebisa mungkin mengembalikan wilayah koloni

mereka. Tetapi pada akhirnya keilmuan di Indonesia dapat terealisasikan secara

mandiri dan berdaulat, hingga saat ini.

IV. KESIMPULAN

Pada akhirnya buku ini memang bertujuan untuk mengulas bagaimana ilmuwan &

pengetahuan memperjuangkan eksistensinya yang seringkali maju-mundur. Bagaimana

pola yang sama selalu muncul, seperti di dalam buku Science & Technology in World

History: an Introduction. Dalam buku itu dikemukakan bagaimana ilmuwan mendapat

pertentangan dari pihak gereja, karena ketidak selarasan ilmu yang berkembang dengan

ilmu yang sudah ada (terlepas dari pengaruh Aristoteles). Begitupun juga yang terjadi

di dalam buku ini.

Anda mungkin juga menyukai