Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TAHAPAN PERKEMBANGAN ILMU ALAM ABAD PERTENGAHAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Sains Dasar Berkelanjutan

Yang dibina oleh Bapak Sueb, M.Kes., Dr

Disusun oleh:
Faris Rifqi Windurinata (230311605402)
Ilmi Nurhasni Addin (230311601049)
Imfauziah Figis Ramadhani (230311601626)
Nafisatul Halisa (230311607547)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA
JANUARI 2024
Abstrak
Sains lahir pada masa Yunani Kuno. Pertama kali sains berkembang di Yunani merupakan ilmu
pengetahuan yang berkembang bermula dari spekulasi filsafat. Sains bukanlah suatu barang yang
hanya siap untuk digunakan, akan tetapi ia terus-menerus berkembang seiring mengikuti
perkembangan zamannya. Perkembangan ini dikarenakan rasa keingintahuan manusia yang tak
berujung. Perkembangan ilmu pengetahuan dapat diperiodesasikan sesuai dengan dinamika yang
ada yaitu periode Yunani kuno, periode abad pertengahan, periode renaisans dan modern, dan
periode kontemporer. Pada makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai perkembangan sains
pada zaman abad pertengahan. Zaman ini ditandai dengan tampilnya para teolog di lapangan
ilmu pengetahuan. Sehingga para ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah para
teolog.
Kata kunci : Sains, abad pertengahan, perkembangan sains
Abstract
Science was born during Ancient Greece. The first time science developed in Greece was
knowledge that developed starting from philosophical speculation. Science is not something that
is just ready to be used, but it continues to develop along with the times. This development is due
to endless human curiosity. The development of science can be periodized according to existing
dynamics, namely the ancient Greek period, the medieval period, the renaissance and modern
periods, and the contemporary period. In this paper we will discuss the development of science
in the Middle Ages in more depth. This era was marked by the emergence of theologians in the
field of science. So almost all of the scientists in this era are theologians.
Key words: Science, medieval times, development of science
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan berkembangangnya waktu, filsafat juga mengalami perubahan. Perubahan


ini terjadi karena adanya pemikiran manusia yang terus berkembang menjadi lebih baik.
Menurut Darusman dan Wijoyo, pemikiran ini telah berkembang dari zaman pra Yunani
kuno pada abad ke-6 SM hingga zaman kontemporer pada abad ke-20 dan seterusnya.

Perkembangan pemikiran filsafat ini telah terbagi menjadi beberapa periode, periode
filsafat barat dimulai dari zaman kuno, pertengahan, modern dan masa kini. Kemudian
filsafat chia dimulai dari zaman kuno, pembauran, neo-konfusianisme dan modernisasi.
Filsafat India dimulai dari periode weda, wiracarita, sutra-sutra dan skolastikdan. Periode
filsafat islam pada periode mutakallimin dan filsafat islam (Maulana 2020). Pada kesempatan
kali ini hanya mengacu pada periode filsafat barat pada abad pertengahan.

Dalam Sejarah Eropa, abad pertengahan berlangsung sejak abad ke-5 hingga abad ke-15.
Abad pertengahan ini ditandai dengan runtuhnya kekaisaran Romawi Barat yang berlangsung
hingga Eropa memasuki abad Renaisans. Pada awal runtuhnya kekaisaran Romawi ini dapat
dilihat dari menurunnya kualitas karya sastra yang sebelumnya sangat maju di Eropa.
Terjadinya penurunan jumlah penduduk, kontra urbanisasi, invasi dan perpindahan suku
bangsa yang terjadi menjadi tanda berakhirnya zaman kuno dan berganti menjadi zaman abad
pertengahan.

Puncak abad pertengahan terjadi pada abad ke-11 hingga abad ke-13 yang ditandai
dengan meningkatnya jumlah penduduk di Eropa. Peningkatan ini membawa perubahan
diberbagai bidang, seperti pada bidang sosial, politik dan ekonomi. Peningkatan ini juga
banyak menghasilkan karya intelektual, spiritual dan seni yang menjadi tanda bangkitnya
negara modern di Eropa barat dan negara kota di Italia.

Abad ke-14 hingga abad ke-15 menjadi tanda berakhirnya abad pertengahan. Berakhirnya
abad pertengahan ini ditandai dengan merebaknya kelaparan dan wabah penyakit. Bencana
ini terjadi membuat populasi penduduk Eropa berkurang mencapai setengahnya. Selain
kelaparan dan penyakit, terjadi ketegangan sosial dan peperangan endemik. Peperangan ini
disebut dengan konflik petani yang terjadi di Perancis dan Inggris juga Perang Seratus Tahun
antara Inggris dan Perancis. Tidak hanya itu juga, terjadi konflik di Gereja Katolik karena
adanya konflik internal gereja yang menjadi akhir dari abad pertengahan.

Terlepas dari itu, masa abad pertengahan ini memberikan dampak yang sangat besar
dalam bidang bidang ilmu dan seni rupa. Dengan itu pada kesempatan kali ini akan
menjelaskan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan diatas, adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tahapan perkembangan ilmu alam pada abad pertengahan?

2. Bagaimana ciri ilmu alam pada abad pertengahan?

3. Bagaimana pendapat dari para tokoh mengenai ilmu alam pada abad pertengahan?

4. Apa saja hasil temuan yang ditemukan oleh tokoh di abad yang masih berkembang hingga
saat ini?

C. Tujuan Observasi

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tahapan perkembangan ilmu alam pada abad pertengahan.

2. Untuk menyebutkan dan menjelaskan ciri ilmu alam pada abad pertengahan.

3. Memberikan sudut pandang beberapa tokoh mengenai pertumbukan ilmu alam pada abad
pertengahan.

4. Memberikan temuan para tokoh yang sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu alam pada
masa selanjutnya.

D. Manfaat Observasi

Melalui tujuan observasi diatas, maka manfaat dengan adanya penulisan makalah ini sebagai
berikut:

1. Dapat memahami tahapan perkembangan ilmu alam pada abad pertengahan.

2. Dapat menyebutkan dan menjelaskan ciri ilmu alam pada abad pertengahan.

3. Dapat menjelaskan sudut padang tokoh mengenai ilmu alam pada abad pertengahan

4. Dapat memberikan contoh hasil temuan tokoh pada abad pertengahan yang masih digunakan
hingga saat ini.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Ilmu

Pengertian ilmu secara etimologi merupakan pengetahuan mengenai suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala
tertentu di bidang pengetahuan (KBBI). Ilmu (science) merupakan akumulasi pengetahuan yang
menjelaskan hubungan sebab-akibat (kausalitas) yang hakiki dan universal dari suatu objek
menurut metode tertentu yang merupakan satu kesatuan sistematis (Dr. H. Indra Muchlis dkk
2014)

B. Pengertian Pengetahuan

Jika ditinjau dari jenis katanya, pengetahuan termasuk dalam kata benda, yaitu kata benda jadian
yang tersusun dari kata dasar “tahu” dan memperoleh imbuhan “pe-an”, yang secara singkat
memiliki arti segala hal yang berkenaan dengan kegiatan tau atau mengetahui. Pengertian
pengetahuan mencakup segala kegiatan dengan cara dan sarana yang digunakan maupun segala
hasil yang diperoleh. Pengetahuan merupakan bagian esensial dari eksistensi manusia, karena
pengetahuan merupakan buah dan aktivitas berfikir yang dilakukan oleh manusia (Dila Rukmi
dkk 2021).

C. Jenis Pengetahuan

Ada beberapa jenis pengetahuan

1. Pengetahuan biasa yang disebut sebagai common sense. Pengetahuan ini merupakan
pengetahuan atas dasar aktivitas kesadaran (akal sehat) baik dalam menyerap dan
memahami suatu objek, serta menyimpulkan atau memutuskan secara langsung suatu
objek yang diketahui.
2. Pengetahuan agama merupakan pengetahuan yang bermuatan dengan berbagai hal
keyakinan, kepercayaan yang diperoleh melalui wahyu tuhan.
3. Pengetahuan filsafat, merupakan pengetahuan yang bersifat spekulatif yang diperoleh
melalui hasil perenungan yang mendalam.
4. Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang menekankan evidensi, disusun dan
secara sistematis, mempunyai metode dan memiliki prosedur.
D. Sumber Pengetahuan

Sumber ilmu pengetahuan merupakan alat atau sesuatu dimana individu memperoleh informasi
tentang suatu objek. Manusia mendapatkan informasi dari indera dan akal, maka dua alat itulah
yang dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, sumber ilmu pengetahuan
adalah empirisme (indera) dan rasionalisme (akal). Empirisme adalah pengetahuan yang
diperoleh dengan perantaraan panca indera. Empirisme adalah pengetahuan yang diperoleh
dengan perantaraan panca indera. John Locke mengemukakan bahwa manusia ibarat kertas
putih, maka pengamalan panca inderawinya yang akan menghiasi jiwa manusia dari mempunyai
pengetahuan yang sederhana hingga menjadi pengetahuan yang kompleks. Sedangkan
rasionalisme merupakan kebalikan dari empirisme yang berpendirian bahwa sumber
pengetahuan terletak pada akal. Akal memang membutuhkan bantuan panca indera untuk
memperoleh data dari alam nyata, tetapi hanya akal yang mampu menghubungkan data satu
sama lainnya, sehingga terbentuklah pengetahuan.
E. Dasar Pengetahuan

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yg diketahui manusia. Suatu hal yang menjadi
pengetahuan selalu terdiri atas unsur yang mengetahui dan yang diketahui serta kesadaran
mengenai hal yang ingin diketahui. Dasar pengetahuan yang dimiliki manusia itu meliputi:

1. Penalaran yang dimana penalaran diartikan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik
suatu kesimpulan berupa pengetahuan yang merupakan kegiatan berpikir mempunyai
karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Penalaran menghasilkan
pengetahuan yang berkaitan dengan berfikir bukan perasaan, dengan ciri memiliki suatu
pola pikir yang bersifat luas dan logis juga dapat bersikap secara analitik dari proses
berpikirnya.
2. Logika didefinisikan sebagai suatu pengkajian untuk berpikir secara benar. Dalam
pengkajian berpikir ini memiliki dua cara dalam menarik kesimpulan yaitu dengan cara
induktif dan deduktif. Logika Induktif, yakni merupakan cara berpikir dimana ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari suatu kasus yang bersifat individual.
Sedangkan logika deduktif, yakni kegiatan berpikir yang sebaliknya dari logika induktif.
Deduktif adalah cara berfikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus.
F. Pengertian Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori-kategori, dan kebenarannya diuji dengan
praktis. Definisi ilmu pengetahuan secara umum adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu
yang disusun secara sistematis objektif rasional dan empiris sebagai hasil.

G. Karakteristik Ilmu Pengetahuan

Tidak semua pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, namun beberapa ilmu pengetahuan
mempunyai karakteristik khusus. Adapun karakteristik khusus ilmu pengetahuan adalah:

1. Disusun secara metodis, sistematis, dan koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu
dan kenyataan.
a. Dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut. Unsur penting ilmu pengetahuan adalah penataan secara
terperinci dan mampu memperjelas sebuah bidang pengetahuan. Semakin dalam
ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan
(realitas) semakin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh
kenyataan. Semakin dalam pencarian kebenaran suatu fenomena semakin cermat
pula ilmu itu. Prinsip metodis dan kejelasan ilmu merupakan rangkaian berpikir
filsafat (Abu Tamrin 2019).
H. Landasan Ilmu Pengetahuan
1. Landasan Ontologis: menyadari bahwa ilmu pengetahuan merupakan kegiatan akal budi
manusia yang tentu saja juga memiliki arah dan tujuan (bersifat teleologis).
2. Landasan Epistemologis: Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang
diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti
pengetahuan atau kebenaran dan logos berarti pikiran, kata atau teori. Dengan demikian
epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar (teori of
knowledges).
3. Landasan Aksiologis: istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti nilai.
Sedangkan logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang
mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh (Ivonne Ruth 2021).
I. Fungsi Ilmu Pengetahuan

Menurut R.B.S Fudyartanto, Dosen Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,


menyebutkan ada empat macam fungsi ilmu pengetahuan, yaitu:

1. Fungsi deskriptif: Menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu objek atau


masalah sehingga mudah dipelajari oleh peneliti.
2. Fungsi pengembangan: melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu
pengetahuan yang baru.
3. Fungsi prediksi: Meramalkan kejadian-kejadian yang besar kemungkinan terjadi sehingga
manusia dapat mengambil tindakan yang perlu dalam usaha menghadapinya.
4. Fungsi kontrol: Berusaha mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.
J. Hakikat Kebenaran Ilmu Pengetahuan

Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat absolut. Kebenaran ilmu pengetahuan dapat diterima
selama tidak ada fakta yang menolak kebenarannya. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat
pragmatis. Ilmu pengetahuan dipandang benar dan dianggap sebagai pengetahuan yang valid
sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi manusia. Ilmu pengetahuan juga tidak
selalu memberikan jawaban yang memuaskan terhadap masalah-masalah manusia (Wiharto,
2005).

BAB III

PEMBAHASAN

A. Tahapan Perkembangan Ilmu Alam Pada Abad Pertengahan

Zaman Abad Pertengahan dimulai pada abad 6 hingga 14 Masehi. Zaman ini ditandai dengan
jatuhnya kekaisaran Romawi Barat dan munculnya geologi ke dalam ilmu pengetahuan yang
telah menjadikan para ilmuwan sebagai teolog. Aktivitas keilmuan harus berdasar pada 5 agama,
atau dapat dikatakan sebagai aktivitas ilmiah memiliki hubungan erat dengan agama.

Abad pertengahan ini disebut sebagai abad kegelapan bagi sains di Benua Eropa, sebab
terjadinya stagnasi dalam perkembangan pengetahuan menyebabkan hilangnya kegiatan yang
berhubungan dengan intelektual. Hal ini merupakan dampak dari perpecahan di dunia Barat.
Tidak hanya itu, disebut sebagai abad kegelapan juga dipengaruhi oleh konsep otoriter yang
masih digunakan oleh pemimpin negara. Pesatnya perkembangan agama Kristen yang pesat
hampir di seluruh Eropa juga menjadi salah satu sebab abad pertengahan disebut sebagai abad
kegelapan.

Pada saat itu, terdapat perbedaan pandangan antara ilmuwan dengan pihak gereja. Perbedaan ini
memuat tentang perkembangan pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta. Kelumpuhan
sains ini tidak terjadi di negara Islam, sebab ilmuwan muslim telah melakukan pembuktian
secara nyata terhadap hasil pemikirannya. Tentu saja hal ini mengubah pandangan yang bersifat
mistik menjadi pengetahuan yang ilmiah.

Sebagai contoh, pada tahun 829 di Kota Baghdad telah mendirikan observatorium untuk
mengamati benda langit. Pada saat itu sudah terdapat pendapat yang bermunculan seperti adanya
Cahaya diakibatkan oleh desiminasi partikel yang berasal dari sumber Cahaya (Ibnu Sina) yang
hal itu sesuai dengan teori yang kita pahami saat ini.

Perkembangan pengetahuan ini melahirkan berbagai macam ilmu. Kimia, Fisika, Astronomi,
Matematika, Kedokteran dan Farmasi menjadi pengetahuan yang dilahirkan pada abad ini.
Pengaruh wilayah kekuasaan Islam terus berkembang hingga menyentuh Wilayah Eropa, yaitu
Spanyol. Spanyol akhirnya memiliki beberapa kota yang menjadi pusat Pendidikan dan
kebudayaan, yaitu Kordoba, Seville, Toledo dan Ganada. Dari daerah ini akhirnya membuat
pengetahuan Kembali berkembang dan menyebar ke seluruh Eropa.

Sikap toleransi yang dilakukan oleh penguasa muslim dengan tidak memandang agama dan suku
bangsa dalam pengembangan sains menjadi alasan pengetahuan Kembali berkembang. Akan
tetapi sikap otoriter negara Eropa membuat terjadinya pepecahan sehingga terjadi kemrosotan
pengetahuan yang menjadi akhir dari abad pertengahan.

B. Ciri Ilmu Alam Pada Abad Pertengahan

Ciri abad pertengahan yang paling umum yaitu dominasi agama atas filsafat, hal ini memiliki
kaitan yang erat dengan para teolog dan filsafat. Ciri lainnya di dominasi filsafat Kristen, dengan
para biarawan Kristen. Memiliki corak religius dan banyak dipengaruhi oleh karya Santo
Agustinus yang menganggap bahwa dunia ini merupakan bagian dari Kerajaan Tuhan.Segala
masyarakat dan sendi-sendi kehidupan dipengaruhi oleh semangat keagamaan. Semangat
keagamaan ini mendorong corak kehidupan yang disebut asketisisme (cara kehidupan dengan
jalan menjauhkan dari unsur materialisme). Contohnya : bertapa atau membiara dengan
mengasingkan diri dan menjauhkan diri dari sifat keduniawian. Namun bukan berarti tokoh
ilmuan agama lain tidak ada. Misal agama Islam juga memiliki para tokoh pemikir ilmu yang
juga berpengaruh di bidang Kedokteran, Matematika, Astronomi, dan bidang lainnya.

C. Pendapat Para Tokoh Mengenai Perkembangan Ilmu Alam Pada Abad


Pertengahan
Ada beberapa pendapat para tokoh mengenai perkembangan ilmu alam pada abad pertengahan
yaitu diantaranya:

1) Felix Klein-Franke

Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses
dan membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian di
antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī (Ensiklopedi Tematis Filsafat
Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman - Bandung: Mizan, 2003, hlm. 209-
210)

2) Betrand Russell

Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen daripada filsafat Islam.
Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir. (Sejarah Filsafat
Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang, hlm 567)

3) Plotinus

Menurut pendapat Plotinus tujuan filsafat adalah mencapai pemahaman mistik. Permulaan abad
pertengahan barangkali dapat dikatakan dimulai sejak Plotinus Karena pengaruh agama Kristen
kelihatannya sangat besar, filsafatnya berwatak spiritual. Secara umum ajaran plotinus disebut
Plotinisme atau neoplatonisme.

4) St. Anselmus

St. Anselmus dialah yang mengeluarkan pernyataan credo ut intelligam yang dapat dianggap
sebagai ciri utama abad pertengahan. Sekalipun pada umumnya filosof abad pertengahan
berpendapat seperti itu (mengenaihubungan akal dan iman), Anselmulah yang diketahui
mengeluarkan pernyataan itu.

5) Uskup Agung Canterbury

ia menyatakan bahwa rasio manusia membutuhkan ide mengenai suatu Pribadi yang sempurna
(Allah), oleh sebab itu Pribadi tersebut harus ada. Ide ini telah menawan hati banyak filsuf dan
teolog sepanjang masa.

D. Para Tokoh Pada Masa Abad Pertengahan

1. Ar-Razi

Nama beliau adalah Muslim Abu Bakr Muhammad atau Rhazes (dalam bahasa Latin),
seorang polymath brilian, yang berkontribusi pada kedokteran, filsafat, matematika dan musik.
Mengutip dari F. H. Garrison, “Rhazes, seorang klinisi hebat, sejajar dengan Hippocrates,
Aretaeus, dan Sydenham”. Risalahnya tentang cacar dan campak adalah catatan otentik pertama
dari penyakit ini, tetap dicetak sampai pertengahan abad ke-19. Karyanya tetap populer dan
sangat diminati selama lebih dari satu milenium, dan juga berulang kali diterjemahkan ke dalam
banyak bahasa untuk institusi pendidikan tinggi di Eropa, dan berdampak besar pada pengobatan
Barat selama Abad Pertengahan dan Renaissance (Naqvi, 2012). Ia merupakan seorang dokter
yang luar biasa yang menggabungkan teori, pengetahuan tentang sumber-sumber kuno dan
kontemporer dari peradaban yang berbeda dengan praktik langsung (eksperimen), pengamatan
klinis dan pengalamannya sendiri dalam banyak aspek kedokteran.(Souayah & Greenstein, 2011)
Di awal hidupnya, ia tertarik pada musik dan seni. Kemudian, ia menjadi tertarik pada filsafat,
matematika, astronomi, dan kimia. Dia belajar kedokteran di usia 30-an atau 40-an dan
menyelesaikan pelatihan medisnya di Rumah Sakit Muqtadir (rumah sakit utama Baghdad),
terutama di bawah Ali Ibn Rabban (meninggal 933 M). Dia juga belajar di bawah pengawasan
seorang mahasiswa Ibn Ishaq, seorang dokter yang fasih dalam sistem medis Persia, Yunani, dan
India. Ia dianggap sebagai salah satu dari dua dokter terbesar dalam pengobatan abad
pertengahan. Ar-Razi menyusun lebih dari dua ratus buku yang berhubungan dengan kedokteran,
farmasi, filsafat, musik dan banyak ilmu lainnya. Dan dia dianggap sebagai orang pertama yang
mendirikan ilmu eksperimental terutama di bidang kedokteran dan kimia, mengingat minatnya
yang besar pada metodologi eksperimental dalam berbagai ilmu alam. Ar-Razi adalah seorang
penulis dengan produktivitas yang langka dan luar biasa serta dokter Islam terbesar. Ia pun
dikenal sebagai seorang muslim yang sangat baik karena pelayanannya kepada umat manusia
(Compier, 2012).

2. Al-Kindi

Al-Kindi adalah salah satu ilmuwan besar muslim awal abad ke-9 yang ahli dalam bidang
filsafat, kosmologi, matematika, optik, musik, kriptologi, fisikawan, ahli geografi, astronomi,
kimia, kedokteran, apoteker dan memiliki pengaruh yang luar biasa di abad setelahnya. Ia juga
memiliki perhatian yang besar dalam bidang musik, logogriphs, pembuatan pedang dan bahkan
seni memasak. Ia telah berhasil menulis sekitar 270 publikasi. Ibn al-Nadim dalam kitabnya, al-
Fihrist, menganggapnya sebagai orang terbaik di masanya, memiliki keunikan dalam
pengetahuan yang dikuasainya tentang semua ilmu kuno, seorang filsuf Arab dan buku-bukunya
membahas berbagai ilmu (Muslim Heritage, 2007). Di kajian ilmiah, Al-Kindi memiliki peran
penting dalam keilmuan Islam karena dua alasan, pertama, peran awalnya dalam membangun
metodologi ilmiah dan kedua, keragaman mata pelajaran yang ia bahas. Poin pertama ini sangat
penting, karena salah satu cacat utama sejarah sains modern di tangan Barat adalah mengaitkan
metodologi dan eksperimen ilmiah hanya dengan para sarjana Barat pada abad ke-13 dan
sesudahnya. Misalnya, Alistair Crombie, seorang sejarawan berpengaruh, mengatakan bahwa
eksperimen dimulai dengan Grosseteste. Ratusan sejarawan Barat lainnya berbicara tentang
eksperimen yang lahir pada zaman Renaisans, akhir abad ke-15 dan seterusnya. Namun, di sini,
secara luar biasa, seperti yang digariskan oleh Dunlop, banyak contoh yang menunjukkan dengan
jelas, bagaimana Al-Kindi, salah satu sarjana Islam paling awal, mendahului para
eksperimentalis Barat itu selama berabad-abad. Ia telah menulis 265 buku, yang diantaranya
mencakup 22 dalam bidang filsafat, 19 bidang astronomi, 16 bidang astrologi, 7 bidang musik,
22 berkaitan dengan matematika, 22 berkaitan dengan pengobatan, 21 berkaitan dengan politik,
33 berkaitan dengan fisika, 9 berkaitan dengan ilmu mantik dan sisanya berkaitan dengan cabang
ilmu lainnya. (Sidik & Sidek, 2009)

3. Ibnu Sina
Ibnu Sina atau yang dikenal dengan panggilan Avicenna di Barat merupakan dokter
Muslim, yang terkenal dan memiliki pengaruh di antara filosof-ilmuwan muslim abad
pertengahan. Dia sangat terkenal karena kontribusinya di bidang filsafat dan kedokteran. Dia
menyusun Kitāb Al-Shifāʾ (Kitab Penyembuhan), sebuah ensiklopedia filosofis dan ilmiah yang
luas, dan Al-Qānūn fī al-Tibb (The Canon of Medicine), yang merupakan salah satu buku paling
terkenal dalam sejarah kedokteran (Flannery, t.t.). Menurut catatan pribadi tentang hidupnya,
Ibnu Sina telah menghafal seluruh Al Quran pada usia 10 tahun. Pada usia 16 tahun, ia belajar
mengenai kedokteran, sebuah disiplin ilmu yang menurutnya "mudah". Ia telah menulis sekitar
240 judul kitab dengan berbagai disiplin ilmu seperti matematika, geometri, astronomi, fisika,
metafisika, filologi, musik, dan puisi. Dalam keahliannya yang terakhir ia telah membuat kitab
Al Urjuzah Fi al-Tibb yang terdiri dari 1326 ayat yang diklasifikasikan dengan cermat, dan
dianggap sebagai ringkasan puitis dari buku teks ensiklopedianya, "The Canon of Medicine".
Popularitasnya tersebar luas di Timur dan kemudian di Eropa melalui terjemahan Gerard of
Cremona. Akibatnya, itu dikatakan sebagai salah satu risalah medis paling terkenal di Eropa,
banyak digunakan di universitas Salerno, Montpellier, Bologna dan Paris hingga abad ke-17. Al-
Urjuzah Fi Al-Tibb atau Puisi Medis Ibnu Sina ini yang memiliki peran dalam transmisi
pengetahuan medis ke Eropa Abad Pertengahan (AbdelHalim, 2014). Karya filsafat dan sains
Ibnu Sina yang paling penting adalah Kitāb al-Shifāʾ, yang merupakan ensiklopedia empat
bagian yang mencakup logika, fisika, matematika, dan metafisika. Karena sains disamakan
dengan kebijaksanaan, Ibnu Sina mencoba mengklasifikasikan pengetahuan secara terpadu.
Misalnya, pada bagian fisika, alam dibahas dalam konteks delapan ilmu utama, termasuk ilmu
prinsip umum, benda langit dan bumi, dan elemen primer, serta meteorologi, mineralogi, botani,
zoologi, dan psikologi (ilmu jiwa). Dapat dikatakan bahwa Ibnu Sina adalah produk sejati
Peradaban Muslim dalam klimaks pertumbuhan ilmiahnya. Dia berkontribusi pada ilmu-ilmu
alam (yang disebut At-Tabiyat) bersama dengan para filsuf alam lainnya seperti Ikhwan Al-Safa,
Al-Biruni dan banyak lainnya. Karya Avicenna, Kitab Al-Shifa (buku penyembuhan),
Encyclopedia of Philosophy and Natural Sciences yang terkenal, mempengaruhi ilmuwan Eropa
selama Renaisans karena komprehensif dan dalam tata letak (Al-Rawi, 2002). Pandangan
filosofisnya telah menarik perhatian para pemikir Barat selama beberapa abad, dan buku-
bukunya telah menjadi salah satu sumber terpenting dalam filsafat. Dalam bidang kedokteran,
buku ensiklopedi nya, al-Qanun (The Canon), Al Qanun Fi Al Tibb (The Canon of Medicine)
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjelang akhir abad kedua belas, dan menjadi sumber
referensi untuk studi medis di universitas Eropa sampai akhir abad ketujuh belas (Flannery, t.t.).
Di Eropa, kitab AlQānūn fī al-ṭibb menjadi sumber utama, dari pada Kitab al-ḥāwī Al-Razi
(Nizamoglu, 2015).

4. Al-Khawarizmi

Al-Khawarizmi adalah seorang matematikawan, astronom dan ahli geografi. Ia


merupakan seorang matematikawan ulung, pendiri beberapa cabang dan konsep dasar
matematika. Philip K. Hitti menyatakan bahwa Al-Khawarizmi telah mempengaruhi pemikiran
matematika ke tingkat yang lebih besar daripada penulis abad pertengahan lainnya. Karyanya
tentang aljabar, memprakarsai subjek dalam bentuk sistematis dan mengembangkannya hingga
memberikan solusi analitis persamaan linier dan kuadrat. Pada abad ke-12, Gerard of Cremona
dan Robert of Chester menerjemahkan karyanya Khawarizmi ke dalam bahasa Latin dan para
matematikawan menggunakannya di seluruh dunia sampai abad keenam belas (Muslim
Heritage, 2002). Al-Khawarizmi telah memberikan kontribusi penting bagi matematika dan
sains. Ia menjelaskan penggunaan angka nol, angka penting yang dikembangkan oleh orang-
orang Arab. Demikian pula, ia mengembangkan sistem desimal sehingga keseluruhan sistem
angka, 'algoritma' dinamai menurut namanya. Selain memperkenalkan sistem angka India
(sekarang umumnya dikenal sebagai angka Arab), ia mengembangkan beberapa prosedur
aritmatika, termasuk operasi pada pecahan. Melalui karyanya itulah sistem angka pertama kali
diperkenalkan kepada orang Arab dan kemudian kepada bangsa Eropa, melalui terjemahannya
karyanya ke dalam bahasa-bahasa Eropa. Dalam karyanya, ia menekankan bahwa dirinya
menulis buku aljabar untuk melayani kebutuhan praktis masyarakat tentang masalah warisan,
partisi, gugatan hukum dan perdagangan. Ia menganggap pekerjaannya sebagai ibadah kepada
Tuhan. (Muslim Heritage, 2002)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan ilmu alam pada abad Pertengahan menunjukkan dinamika kompleks


antara pengembangan pengetahuan yang bersumber dari ilmu klasik Yunani dan
keagamaan. Pada abad Pertengahan ditandai oleh stagnasi dalam perkembangan ilmiah
di Eropa, karena pengaruh agama yang kuat, terutama Gereja Kristen Katolik, yang
sering kali membatasi kebebasan berpikir dan menghambat perkembangan ilmu
pengetahuan. Konflik antara ilmuwan dan gereja sering terjadi karena pandangan yang
bertentangan mengenai pengetahuan dan kebenaran, dengan gereja cenderung
mempertahankan dogma agama dan otoritasnya. Hal ini menyebabkan terjadinya periode
ketidakstabilan intelektual yang dikenal sebagai "abad kegelapan",akan tetapi abad
pertengahan merupakan periode penting dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan.
Meskipun ilmu alam pada periode ini tidak selalu terlepas dari pengaruh filsafat dan
teologi, namun perkembangannya membentuk dasar bagi revolusi ilmiah yang akan
datang pada Renaisans. Para cendekiawan abad pertengahan memberikan warisan
berharga dalam melestarikan, mengembangkan, dan meneruskan tradisi ilmiah untuk
generasi selanjutnya.

B. Saran

Pada abad pertengahan, terdapat beberapa saran yang dapat diberikan terkait
perkembangan ilmu. Beberapa di antaranya meliputi:

● Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat


dikenal
● Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, dan ilmu alam
lainnya
● Menggali dan mempelajari warisan ilmu pengetahuan dari peradaban Yunani serta dunia
Islam
● Mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengamatan
astronomi, matematika, dan ilmu alam lainnya
Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan didorong oleh upaya untuk
memahami dan mengembangkan pengetahuan yang ada, baik melalui warisan budaya
maupun pengamatan langsung terhadap alam.

nggali dan memMendorong pegembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui


pengamatan astronomi, matematika, dan ilmu alam lain

DAFTAR PUSTAKA

Arifian, Alfi. 2020. Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500 – 1400 M. Yogyakarta: Anak
Hebat Indonesia.

E Wuryani, W Purwiyastuti - 2012, Sejarah Intelektual Bab 3

Subagiya, B. (2022). Ilmuan muslim polimatik di abad pertengahan. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam,
11(1), 112-125.

Sidik, R., & Sidek, M. (2009). Tamadun Islam dan Penguasaan Ilmu. Jurnal Usuluddin, 30, 209–226.

Flannery, M. (t.t.). “Avicenna” Encyclopedia Britannica. Diambil 05 Februari 2024, dari


https://www.britannica.com/biography/Avicenna

Muslim Heritage, E. T. (2002, Juli 11). Al-Khawarizmi. Muslim Heritage. https://muslimheritage.com/al-


khawarizmi/

Wiharto,Mulyo. (2005). KEBENARAN ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA. FORUM ILMIAH INDONUSA ♦
VOL 2 NO 3 SEPTEMBER 2005

Octaviana, Dila Rukmi dkk. Hakikat Manusia: Pengetahuan (Knowledge), Ilmu Pengetahuan (Sains),
Filsafat dan Agama. Jurnal Tawadhu. Vol. 5 no 2, 2021 hal 143-154.

Anda mungkin juga menyukai