Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEGAWATDARURATAN
“Mekanisme Cedera”

OLEH:

KELOMPOK IV

1. ANDI NANDA TENRI BULAN


2. HASRIANI MANJE
3. MUHAMMAD IKHSAN AKIB
4. NURUL ZASKIA

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini akan membahas
tentang Kegawatdaruratan dan adapun isi makalah ini mengenai “Mekanisme
Cedera”. Tak lupa pula kami ucapan terima kasih kepada kerabat dan orang-
orang yang telah berpartisipasi atas terselesaikannya makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan
saran sangat kami butuhkan agar makalah ini kedepannya dapat
disempurnakan.

Makassar, 04 Maret 2019


Penyusun

Kelompok IV
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan penulisan ................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Cedera ................................................................................ 2


B. Mekanisme Cedera ............................................................................... 2-3
C. Bentuk-bentuk Cedera dan Kecelakaan Kendaraan(Tabrakan) ........... 3-17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami
cedera oleh salah satu sebab. Penyebab yang paling sering adalah kecelakaan
lalu lintas, kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga. Di Indonesia
kematian akibat kecelakaan lalu lintas lebih kurang 12 ribu per tahun.Banyak
dari korban trauma tersebut mengalami cedera musculoskeletal berupa fraktur,
dislokasi, dan cedera jaringan lunak. Cedera system musculoskeletal
cenderung meningkat dan terus meningkat dan akan mengancam kehidupan
kita. Berdasarkan hasil RIKESDAS 2013 bahwa “ penyebab cedera yang
menunjukkan penurunan proporsi terlihat pada jatuh yaitu dari 58 persen
menjadi 40,9 persen dan terkena benda tajam/tumpul dari 20,6 persen menjadi
hanya 7,3 persen “.Menurut Linda dalam Rasyidi, 2013 menyebutkan bahwa
fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan dari luar
yang datang lebih besar dari yang di dapat diserap oleh tulang.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Apa itu cedera?
2. Apa saja mekanisme dasar cedera?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu:
1. Agar kita mengetahui pengertian cedera
2. Agar kita mengetahui mekanisme dasar cedera
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Cedera
Trauma adalah istilah kedokteran untuk cedera atau perlukaan. Trauma
menjadi masalah kesehatan paling mahal,karena dari empat penyebab kematian
pada semua usia,trauma menjadi penyebab utama kematian pada anak dan dewasa
di bawah usia 45 tahun. Dari setiap akibat kematian akibat trauma, lebih dari 10
korban masuk rumah sakit dan ratusan lainnya berobat di pelayanan gawat
darurat. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganan trauma 2x lebih besar
dibanding penderita penyakit jantung dan kanker. Kerugian akibat trauma
meliputi cacat fisik dan materi sehingga mengharuskan adanya usaha untuk
mempelajari penanggulangan dan pencegahannya.
Cedera merupakan penyakit yang mempunyai variasi
musim,episode,epidemi,kecenderungan masa depan dan distribusi demografi.
Cedera dapat dijelaskan sebagai interaksi penderita (host) dan dan energi (agent)
dalam lingkungan tertentu. Penyerahan energi pada korban akan mengakibatkan
cedera. Terdapat 5 bentuk dasar energi yang dapat menimbulkan cedera,yaitu :
Mekanik atau kinetic
a. Panas
b. Kimia
c. Listrik .
d. Radiasi.

B. Mekanisme Cedera
Energi gerak merupakan penyebab kecelakaan tersering ,yaitu pada tabrakan
kendaraan,jatuh,luka tusuk,ledakan. Terjadinya penyerapan tenaga mengikuti
hukum fisika,sehingga dari cedera yang diakibatkan dapat dicurigai dan diteliti
akibat yang terjadi. Cedera yang tidak diketahui atau cedera yang terselubung
dapat membahayakan penderita.,terutama jika diketahuinya setelah mekanisme
kompensasi lenyap (Stadium akhir). Perlu diketahui bahwa penderita yang terlibat
kecelakaan berat mempunyai risiko untuk mendapatkan cedera yang berat pula. 5-
15% penderita mempunyai tanda vital normal dan tidak tampak mempunyai tanda
cedera pada awalnya,dan didapatkan cedera berat setelah pemeriksaan ulang
kemudian . Cedera dengan energi tinggi akan mengakibatkan pelepasan energi
yang tidak terkontrol sehingga korban harus dianggap mendapat cedera berat
sampai terbukti tidak.
Faktor yang harus diperhatikan adalah arah dan kecepatan benturan ,gerakan
penderita,ukuran fisik serta tanda pelepasan energi (kerusakan kendaraan).
Terdapat hubungan yang kuat antara beratnya cedera dan perubahan kecepatan
kendaraan yang dapat diketahui dari besarnya kerusakan kendaraan .
Oleh karena itu penting untuk bertanya:
 Apa yang terjadi ?
 Bagaimana cedera penderitanya ?
Tanpa mengetahui mekanisme cederanya,anda tidak dapat meramalkan cedera
apa yang terjadi. Hal ini dapat mendatangkan bahaya,sehingga harus dicurigai
jenis cedera yang dapat terjadi pada waktu tabrakan. Mekanisme cedera juga
merupakan sarana penting untuk melakukan triage; dan apa yang harus
disampaikan ke dokter gawat darurat atau ahli bedah. Beratnya kerusakan
kendaraan merupakan sarana pemeriksaan triase non fisiologik. Mekanisme
(gerak) yang menyebabkan cedera merupakan penyebab utama kematian korban.
Terdapat 3 mekanisme cedera dasar:
a. Deselerasi cepat ke depan (Rapid Forward Deceleration)
b. Deselerasi cepat vertikal (Rapid Vertical Deceleration)
c. Penetrasi proyektil (Projectile Penetration)
C. Bentuk-bentuk Cedera dan Kecelakaan Kendaraan
1. Tabrakan Kendaraan Bermotor
Berbagai bentuk perlukaan yang akan dijelaskan meliputi kecelakaan
mobil,sepeda motor,kendaraan lain. Hal yang perlu diperhatikan pada
benturan adalah energi kinetik dari gerak akan diserap dan penyerapan energi
itulah yang menjadi dasar timbulnya cedera. Cedera karena benturan dapat
tumpul atau tembus. Deselesari cepat ke depan dapat menimbulkan cedera
tumpul atau tembus. Yang sering terjadi adalah Deselesari cepat ke depan
yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor,terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan,yaitu:
a. Benturan mesin
b. Benturan bodi
c. Benturan organ
Dengan memperhatikan kecelakaan mobil yang menubruk pohon dari
depan (head on) dengan kecepatan 100 km/jam,terjadi deselerasi cepat yang
membuat korban menderita trauma kepala,cedera servikal,cedera intra
abdomen,cedera muskuloskeletal (misalnya fraktur atau dislokasi panggul).
Untuk menjelaskan gayanya disini digunakan hukum Newton kedua: " Benda
yang bergerak akan tetap bergerak dalam garis lurus kecuali terjadi pengaruh
gaya dari luar " Hukum ini menjadi contoh tabrakan kendaraan bermotor.
Energi kinetik dari mobil yang melaju ke depan diserap oleh setiap bagian
dari mobil dan terjadi penghentian tiba-tiba karena benturan. Penumpangnya
juga bergerak dengan kecepatan 100 km/jam,sehingga terjadi benturan dengan
bagian mobil,seperti kaca depan,kemudi atau dashboard. Dengan mencermati
mekanisme ini dapat diketahui berbagai jenis cedera yang dapat terjadi.
Kesimpulan yang harus diperhatikan adalah:
a. Kerusakan kendaraan
b. Kerusakan bagian dalam kendaraan (menunjukan benturan
penumpang)
c. Cedera korban (bagian tubuh yang mengalami cedera)
Tabrakan kendaraan bermotor bermotor terjadi dalam beberapa
bentuk,tiap bentuk mempunyai pola cederanya masing-masing. Keempat
bentuk kecelakaan yang umumnya terjadi adalah:
a. Tabrak depan (The head on collision
b. Tabrak samping (The T bone atau lateral compact collision)
c. Tabrak belakang (The rear end collision)
d. Terguling (The roalover collision)
2. Tabrak Depan
Pada jenis tabrakan ini,penumpang tanpa sabuk pengaman akan
terhenti mendadak dan pemindahan energi yang terjadi akan menimbulkan
cedera ganda. Cedera karena benturan kaca depan (Windshield Injuries) Pada
kejadian deselerasi cepat ke depan,penumpang akan membentur kaca
depan,besar kemungkinan terjadi cedera berat berupa gangguan jalan napas
dan cedera tulang servikal. Pada kejadian ini terdapat 3 akibat benturan yang
perlu diperhatikan:
a. Benturan mesin : kerusakan bagian depan kendaraan
b. Benturan bodi : bentuk jaring laba-laba pada kaca depan
(spinder web pattern)
c. Benturan organ : cedera otak (coup/contracoup),cedera
jaringan lunak (kulit kepala,muka,leher),hiperekstensi/fleksi
tulang leher.
Dari gambaran jaring laba-laba pada kaca depan dan dengan
memperhatikan mekanisme trauma,harus dicurigai adanya cedera tulang
servikal yang tersembunyi. Kepala membentur kaca depan mengakibatkan
cedera kepala ,akan terlihat adanya luka robek,luka lecet dan memar yang
tampak menakutkan. Walaupun demikian yang terpenting adalah
membebaskan jalan napas,mempertahankan atau imobilisasi tulang leher dan
pemeriksaan tingkat kesadaran.
1) Cedera Benturan Kemudi (Steering Wheel Injuries)
Cedera semacam ini sering terjadi pada tabrakan depan dengan
pengemudi yang tidak mengenakan sabuk pengaman.Pada keadaan ini
pengemudi juga sering mengalami benturan kepala dengan kaca depan
((Windshield Injuries). Benturan dengan kemudi seringkali menyebabkan
kematian jika pengemudi tidak memakai sabuk pengaman.Perubahan bentuk
kemudi harus dicurigai karena bisa menyebabkan trauma pada
muka,leher,dada,perut. Bagian kemudi terdiri atas tonggak dan
roda/lingkaran,roda kemudi metak yang dilapisi plastik bersifat semirigid dan
melekat pada tonggak yang kokoh. Berdasarkan konsep 3 benturan maka
harus diperiksa:
a. Benturan mesin : besarnya kerusakan pada bagian depan
b. Benturan badan : kerusakan kemudi (bengkok) dan tonggak
kemudi bengkok atau utuh
c. Benturan organ : jejas trauma pada kulit.
Tabrakan depan tergantung dari bagian badan yang membentur
kemudi,dapat terlihat adanya laserasi di mulut dan dagu,memar/lecet di leher
bagian depan,jejas trauma di dinding dada dan abdomen. Gambaran yang
tampak dari luar sering menutupi keadaan yang sebenarnya,seperti fenomena
gunung es. Struktur organ bagian dalam dapat mengalami beban memotong
(shearing force),menekan (compression force) dan pergeseran energi kinetik..
Organ yang dapat terkena beban memotong adalah aorta,hati,limpa,ginjal,dan
usus kecuali usus kecil. Cedera ini dapat menimbulkan perdarahan
tersembunyi dan syok. Beban kompresi akan mencederai paru dan
jantung,diafragma,kandung kemih. Tanda yang penting adalah terjadinya
gangguan pernapasan akabiat kontusi paru,pneumothorax,hernia
diafragmatica,atau flail chest. Dengan memperhatikan terdapatnya jejas di
dada yang dapat menyebabkan kontusi myocardial maka perlu dilakukan
monitor ECG.
2) Cedera Dashboard (Dashboard Injuries)
Cedera ini terjadi pada penumpang yang tidak mengenakan sabuk
pengaman. Dashboard dapat menimbulkan bergai cedera,tergantung bagian
tubuh mana yang membentur dashboard. Yang sering terjadi adalah cedera
yang mengenai muka dan lutut. Walaupun demikian berbagai cedera dapat
terjadi. Berdasarkan konsep 3 benturan maka dapat dicatat:
a. Benturan mesin : kerusakan mobil
b. Benturan body : kerusakan dashboard
c. Benturan organ : trauma muka,trauma kepala
coup/contracoup,hiperekstensi/fleksi tulang leher,cedera
lutut.Cedera pada muka,otak,dan tulang leher telah dijelaskan
sebelumnya,sedangkan memar dada dan lutut mengikuti
fenomena gunung es. Lutut sering membentur dashboard,dapat
terjadi memar sederhana sampai fraktur patela yang berat.
Dislokasi lutut juga dapat terjadi.Energi kinetik dapat
diteruskan ke bagian proksimal sehingga dapat menyebabkan
fraktur femur atau dislokasi panggul. Dalam keadaan yang
jarang pelvis dapat membentur dashboard sehingga terjadi
fraktur acetabulum atau pelvis. Cedera ini dapat menimbulakan
perdarahan yang masif dan syok. Untuk mencegah adanya
cedera yang tidak terlihat,periksalah secara teliti femur,pelbis
dan simfisis pubis.
3) Cedera Lain ( Miscellaneous)
Dapat terjadi benda-benda yang ada di dalam mobil dapat
mencederai,seperti: barang bawaan,makan,buku,dan penumpang lain. Dapat
mematikan pada saat terjadi deselerasi cepat ke depan.
3. Tabrak Samping (T-Bone - Lateral Impact)
Mekanisme tabrak samping menyerupai tabrak depan,dengan
tambahan pemindahan energi ke samping. Dengan konsep 3 benturan
didapatkan :
a. Benturan mesin: kerusakan utama mobil,periksa benturan tempat
mengemudi dan penumpang
b. Benturan bodi : kerusakan pintu (sandaran tangan bengkok,pintu
melengkung keluar atau ke dalam)
c. Benturan organ (terdapat berbagai kemungkinan)
Cedera yang sering terjadi dapat berupa:
a. Kepala: coup/contracoup disebabkan oleh pergerakan ke samping
b. Leher: mulai dari strain otot sampai subluksasi dengan kelumpuhan
c. Lengan dan bahu sesuai dengan tempat benturan
d. Dada/Abdomen: disebabkan tekanan langsung dari pintu tempat
benturan,atau penumpang tanpa sabuk pengaman akan terdorong
diantara tempat duduk.
e. Pelvis dan tungkai: penumpang di daerah benturan akan terdapat
fraktur femur panggul dan pelvis.
Cedera thorax dapat bervariasi mulai dari cedera jaringan lunak,flail
chest,kontusi paru,pneumothorax atau hemothorax. Cedera abdomen dapat
mengenai organ padat maupun berongga.Cedera pelvis termasuk
dislokasi,ruptur buli-buli dan urethra. Cedera bahu dan ekstremitas bawah
tergantung tempat yang mengalami benturan.
4. Tabrak Belakang (Rear Impact Collision)
Tidak jarang kendaraan yang sedang berhenti ditabrak dari
belakang,atau kendaraan yang berjalan pelan ditabrak oleh kendaraan yang
berjalan cepat. Peningkatan kecepatan yang tiba-tiba menimbulkan gerakan
kebelakang dari penumpang dan menyebabkan hiperekstensi tulang leher
apabila sandaran kepala tidak berada pada posisi yang benar. Dapat juga
terjadi deselerasi cepat ke depan jika kendaran berhenti mendadak. Harus
dicatat kerusakan bagian depan dan belakang kendaraan,juga bagian dalam
dan posisi san daran kepala . Selain terdapat kemungkinan cedera tulang
leher,juga selalu diperhatikan kemungkinan cedera lain yang diakibatkan oleh
deselerasi.
5. Terguling (Rollover Collision)
Selama terguling,badan kendaran dapat membentur ke segala
arah,sehingga kemungkinan terjadinya cedera menjadi lebih besar. Terjadinya
cedera tulang servikal karena tekanan axial. Kendaraan yang terguling dapat
diketahui dari kerusakan atap kendaraan,goresan,kotoran atau lumpur dan
perubahan bentuk atap. Kejadian ini mempunyai risiko kematian yang lebih
besar dari jenis tabrakan yang lain,dan besar kemungkinan penumpang
terlempar. Penumpang yang terlempar keluar kendaraan mempunyai
kemungkinan mortalitas 25x .
6. Sistem Pelindung (Occupant Restraint System)
Penumpang yang menggunakan sistem penahan pada waktu terjadi
benturan akan terlindung dari kemungkinan terlempar dari
kendaraan.Walaupun demikian penumpang masih dapat mengalami cedera.
Sabuk pengaman yang melingkari panggul jika terjadi deselerasi ke depan
akan menyebabkan badan terlipat seperti pisau lipat. Kepala dapat terlempar
ke depan mengenai kemudi atau dashboard sehingga dapat terjadi cedera
muka,kepala,leher. Cedera abdomen dapat terjadi jika sabuk pengaman tidak
dalam posisi yang benar. Gaya kompresi yang timbul dapat mencederai
abdomen dan tulang lumbal. Sabuk pengaman tiga titik atau sabuk pengaman
yang melingkar dada lebih aman. Dada atau panggul akan tertahan sehingga
cedera yang mengancam jiwa akan lebih jarang. Kepala tidak tertahan
sehingga masih mungkin leher mengalami cedera berupa fraktur,dislokasi atau
cedera spinal cord.. Fraktur clavicula dapat terjadi di tempat sabuk pengaman
melingkar. Kerusakan organ dalam masih dapat terjadi,disebabkan kerusakan
organ di dalam badan. Air bag (kantong udara) akan mengurangi cedera
walaupun tidak seluruhnya.Air bag akan mengembang dari kemudi dan
dashboard untuk melindungi penumpang depan dari frontal deselerasi. Jika
berfungsi baik,kantong udara ini akan menjadi bantalan penahan kepala dan
dada,sehingga akan melindungi cedera muka,leher dan dada. Air bag akan
kempes segera sehingga hanya melindungi 1x benturan.Demikian pula untuk
pengemudi yang tinggi atau pendek fungsi perlindungannya tidak
sesuai sehingga masih dapat mengalami cedera tungkai,pelvis,abdomen.
Meskipun sudah ada kantong udara,penumpang hendaknya tetap memakai
sabuk pengaman yang melingkari dada dan perut.
7. Benturan Kendaraan Kecil (Small Vehicle Crashes)
Yang dimaksud dengan kendaraan kecil adalah sepeda motor,sepeda
pancal,dsb. Pengendara kendaraan ini tidak mempunyai perlindungan jika
terjadi kecelakaan benturan depan,samping,belakang atau terguling. Cara
perlindungan diri berupa:
a. Usaha mengelak
b. Pemakaian helm
c. Pemakaian pelindung
d. Kendaraan yang menyerap energi kinetik (seperti antislip)
1) Sepeda Motor
Pemakaian helm pada pengendara sepeda motor sangat penting
karena helm dapat mencegah cedera kepala yang menyebabkan 75%
kematian ,walaupun helm tidak melindungi tulang leher. Jika terjadi
tabrakan pada pengendara sepeda motor ,akan mengalami seperti
tabrakan pada kendaraan yang menyebabkan penumpangnya
terlempar. Cedera yang terjadi tergantung pada bagian tubuh yang
menerima beban energi kinetik. Karena kurangnya
proteksi,menyebabkan terdapat risiko tinggi untuk terjadi cedera
kepala ,leher,anggota gerak. Hal yang penting untuk dicatat adalah
kerusakan sepeda motor,jarak tergelincir,kerusakan obyek yang
ditabrak.
2) Sepeda Pancal
Merupakan kendaraan segala cuaca/segala
medan.Meningkatnya risioko cedera mulai dari anak-anak sampai
orang dewasa .
Mekanisme benturan yang sering terjadi:
a. Sepeda terguling
b. Penumpang/pengendara terjatuh
c. Deselerasi cepat ke depan waktu menabrak obyek yang diam.
Cedera yang terjadi bergantung pada mekanisme dan bagian tubuh
yang terkena. Cedera yang tersering adalah fraktur yang meliputi:
clavicula,sternum dan iga. Perlu dicurigai adanya cedera kepala dan tulang
belakang.
8. Deselerasi Cepat Vertikal
Mekanisme jatuh dari ketinggian adalah contoh deselerasi vertikal.
Jenis cedera yang terjadi bergantung pada 3 faktor:
a. Jarak ketinggian
b. Bagian tubuh yang membentur
c. Permukaan yang terbentur
Kelompok yang sering terkena adalah dewasa dan anak-anak di bawah
5 tahun. Pada anak kecil,umumnya anak-laki-laki,disebabkan karena
kurangnya pengawasan,tidak adanya pagar,dan sikap ingin tahu anak. Cedera
kepala seringkali terjadi pada anak karena kepala merupakan bagian yang
relatif berat pada anak. Pada dewasa umumnya disebabkan oleh kecelakaan
kerja atau mabuk. Orang dewasa umumnya jatuh dengan kaki terlebih dahulu
dan jatuhnya lebih terkontrol.Setelah kaki menyentuh dasar kemudian jatuh ke
belakang dengan pantat membentur dasar dan dengan tangan menahan badan.
Akan terjadi kemungkinan cedera sebagai berikut:
a. Patah tulang kaki
b. Cedera pelvis
c. Tekanan axial pada lumbal dan tulang servikal
d. Beban deselerasi vertikal pada alat-alat tubuh.
e. Fraktur colles/pergelangan tangan.
Makin tinggi jatuhnya,makin berat kemungkinan cederanya.
Walaupun demikian jangan menganggap ringan orang yang jatuh dari tempat
yang rendah. Kerasnya pemukaan dan bentuknya yang tidak teratur akan
mempengaruhi cederanya.
9. Luka Tembus Proyektil (Projectile Penetration)
Berbagai obyek dapat menimbulkan luka tembus mulai dari benda
tajam sampai benda asing yang etrlempar. Benda yang terlempar dapat
menembus dinding thorax dan abdomen,yang sering adalah pisau dan peluru.
Luka karena pisau bergantung pada lokasi anatomi yang terkena,panjangnya
pisau dan sudut arahnya. Luka tusuk abdomen bagian atas dapat menembus
thorax dan luka tusuk dibawah iga IV dapat menembus abdomen.Yang harus
diingat adalah: " jangan pernah mencabut pisau yang menembus" Luka
tembus akibat peluru dapat disebabkan oleh berbagai jenis senjata. Yang perlu
diketahui adalah jenis senjata,kaliber,jarak penembakan.Informasi balistik
yang diperlukan:
a. Kaliber: ukuran diameter dalam laras. Hal ini berhubungan dengan
amunisi yang dipakai oleh senjata tersebut.
b. Tembakan (rifling): Bentuk alur spiral dari permukaan dalam
laras,memberi kestabilan putaran peluru.
c. Amunisi : selongsong,mesiu timah.
d. Konstruksi peluru: biasanya campuran timah padat dengan lapisan
seng atau besi.Bentuknya bisa bulat,datar,kerucut atau lancip.
Ujungnya dapat lunak atau berongga.
1) Balistik Luka
Karena energi kinetik (energi kinetik= 1/2 massa x kecepatan)
disebabkan oleh lontaran yang bergantung dari kecepatannya. Senjata
dikelompokan atas kecepatan tinggi atau renda. Senjata yang kecepatan
peluru < 2000 ft/detik (600 meter/detik) disebut kecepatan rendah.
Cedera oleh senjata ini kurang merusak dibanding yang diakibatkan oleh
senjata kecepatan tinggi. Kecepatan rendah juga dapat mematikan
bergantung pada bagian tubuh yang terkena. Pada perlukaan yang
diakibatkan oleh senjata kecepatan tinggi terdapat tambahan yaitu
tekanan hidrostik. Faktor ini akan menambah kerusakan faktor-faktor
yang mempengaruhi kerusakan jaringan.
2) Ukuran Peluru
a. Kerusakan peluru: ujung peluru yang menjadi rata menimbulkan
kerusakan berat benda yang dilaluinya.
b. Lapisan peluru: mempeluas dan menambah permukaan peluru
c. Putaran: membuat kerusakan lebih luas
d. Penyimpangan peluru: getaran vertikal dan horizontal dari sumbu
akan menimbulkan kerusakan lebih luas.
3) Luka yang terjadi terdiri atas 3 bagian:
a. Luka masuk
b. Luka keluar.Tidak semua luka masuk mempunyai luka keluar dan
dalam keadaan yang jarang terdapat luka keluar ganda yang
disebabkan oleh pecahan peluru atau pecahan tulang.Umumnya luka
keluar permukaannya lebih besar dan permukaannya tidak rata.
c. Luka dalam: peluru berkecepatan rendah merusak jaringan yang
dilaluinya dan menyebarkan energi kinetik ke jaringan disekitarnya..
Kerusakan jaringan bergantung dari:
a) Gelombang
b) Cavitas temporer
c) Pulsasi cavitas temporer
Kerusakan yang terjadi sesuai dengan densitas jaringan. Jaringan keras
seperti tulang,otot,hati akan mengalami kerusakan yang lebih berat dibanding
jaringan dengan densitas lunak,seperti paru. Perlu diingat bahwa setelah peluru
menembus badan,alurnya tidak selalu lurus.Korban dengan peluru menembus
kepala,thorax atau abdomen harus ditranspor segera. Seseorang yang pada waktu
tertembak memakai pelindung harus diperhatikan kemungkinan memar jantung
dan organ lain.
Luka akibat Shotgun ditentukan oleh energi kinetik yang
mengenai,dipengaruhi oleh:
a. Bubuk mesiu
b. Ukuran butir peluu
c. Hambatan
d. Jarak sasaran
Energi kinetik dan kecepatan berhamburan sesuai jarak,pada jarak 40
yard (36 km) kecepatannya akan menjadi setengahnya dari kecepatan awal.
10. Cedera Ledakan
Umumnya terjadi karena industri dan terorisme. Mekanisme cedera
karena ledakan disebabkan oleh 3 faktor:
1) Primer: udara ledakan
2) Sekunder: korban yang diterjang bahan yang terlempar akibat ledakan
3) Tersier: terlempar dan membentur obyek lain
Cedera akibat udara ledakan dapat merusak gendang
telinga,menimbulkan pneumothorax dan menimbulkan perdarahan jaringan
paru (Ruptur alveoli).Ruptur alveoli dapat menyebabkan emboli sehingga
terjadi gangguan Sistem Saraf Pusat. Selain itu dapat terjadi kerusakan saluran
pencernaan berupa memar usus dan ruptur lambung.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam makalah ini yaitu:
1. Cedera merupakan penyakit yang mempunyai variasi
musim,episode,epidemi,kecenderungan masa depan dan distribusi demografi.
Cedera dapat dijelaskan sebagai interaksi penderita (host) dan dan energi
(agent) dalam lingkungan tertentu.
2. Terdapat 3 mekanisme cedera dasar:
1) Deselerasi cepat ke depan (Rapid Forward Deceleration)
2) Deselerasi cepat vertikal (Rapid Vertical Deceleration)
3) Penetrasi proyektil (Projectile Penetration)

B. Saran
Adapun saran dalam makalh ini yaitu:
1. Dalam pembuatan makalah ini masih dibutuhkan bimbingan dari dosen
bidang studi,agar pembuatan makalah ini selanjutnya berjalan dengan baik.
2. Kepada dosen dan mahasiswa kami butuh saran dan kritikan mengenai
pembuatan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

http://traumacenterindonesia.blogspot.com/2013/03/mekanisme-cedera.html

http://eprints.ums.ac.id/45878/5/BAB%20I.pdf

http://eprints.ums.ac.id/30609/2/BAB_I.pdf

Anda mungkin juga menyukai