Anda di halaman 1dari 3

Perhitungan Ukuran Alur Pelayaran Dan Kolam Pelabuhan

Fasilitas minimum yang harus disediakan untuk mendukung kebutuhan prasarana pelabuhan
adalah sebuah dermaga dengan satu kolam putar. Suatu keharusan bahwa pelabuhan harus bisa
menjamin keamanan dan kelancaran baik saat kapal melawati rute alur pelayaran, kondisi
penambatan maupun pada saat operasi bongkar muat. Untuk itu harus dipenuhi sejumlah syarat
yang mengatur keberadaan dari fasilitas pendukung yang dimaksud.

Berikut contoh perhitungan untuk kapal general cargo dengan LOA maksimum (150 m) yang
digunakan sebagai acuan dalam menetapkan ukuran alur dan kolam pelabuhan. Jika tidak diperoleh
sebuah data yang lengkap tentang dimensi kapal, dapat dilakukan estimasi berdasarkan kriteria-
kriteria umum yang berlaku dalam desain kapal. Secara lengkap kriteria-kriteria atau ketentuan
untuk menentukan ukuran alur dan kolam pelabuhan dapat dirinci sebagai berikut :

Kriteria untuk menentukan dimensi kapal


Lpp Lpp=(0,94 -0,95)Loa
Lwl Lwl=Lpp+2%Lpp
Misal diambil kriteria untuk kapal barang besar (mengacu pada nilai pada tabel kriteria perbandingan
ukuran utama dan cek GRT)
Lwl/B 7 - 8,5
B/d 2 - 2,5
Cb 0,75 - 0,82
Vs 10 - 15 Knot (untuk kapal barang besar)
Kriteria untuk menentukan kedalaman alur pelayaran
Squat s=(K.Cb.Vs^2)/100 1 ≤ K ≤ 2
K = 1 open channel
K = 2 Restricted channel
Nilai squat (s) kapal besar, sampai kira2 1 m untuk Vs = 5 – 10 knot (National Port Council, 1975)
Kedalaman air (H) di daerah melempar sauh, sedekat mungkin dgn alur masuk : 1,15 d - 100 m
Kebebasan bersih (R) 0,3 - 0,5 m (dasar lunak) 0,6 -1 m (dasar keras)
Toleransi pengerukan (K) 0,1 - 0,5 m
Ketepatan pengukuran (P) ukuran normal sekitar 0,2 m
Jumlah endapan (S) 2 ft - 4 ft utk ρ = 1,2 gram/cm3 1, atau 0,61 – 1,22 m
Stabilitas kemiringan tebing bawah air, diukur dengan rasio sumbu vertikal – horisontal, di mana besar
rasio tergantung pada kondisi material dasar di mana tebing alur dibuat.
Batu karang Hampir vertikal Pasir kasar 1:3
Lempung keras 1:1 Pasir halus 1:5
Lempung lunak 1 : 1,5 Lumpur 1 : 8 – 1 : 60
Lempung pasir 1:2
Ukuran kapal Tinggi gelombang kritis saat bongkar muat (H1/3)
Kapal Kecil < 500 GRT 0,3 m
Kapal sedang dan besar 500 GRT – 500.000 GRT 0,5 m
Kapal sangat besar ≥ 500.000 GRT 0,7 – 1,5 m
Koefisien DWT (Cd) General cargo 0,62 - 0,72
Ore carrier 0,72 -0,77
Bulk carrier 0,78 -0,84
Oil tanker 0,8 - 0,86
Total DWT = Cd x Displasemen
Estimasi kasar GRT tehadap DWT
General Cargo 0,68 - 0,82 utk kapal kecil
0,6 DWT ≤ utk kapal besar
Nilai koef. semakin kecil
Tanker dan bulk carrier 0,6 -0,5 untuk ukuran kapal yang
lebih besar.

Berdasarkan nilai LOA kapal yang ada dapat ditetapkan ukuran utama yang lain dengan
menggunakan kriteria atau dengan kapal pembanding yang tepat, dan cek nilai GRT-nya dengan
rumus pendekatan untuk klasifikasi kapal kecil, sedang/besar, dan sangat besar.

Perhitungan ukuran utama kapal :


Loa = 150 m Ditetapkan Lpp = 0,94 Loa, Lpp =141 m
Lwl = 141 + 0,02 (141) Lwl = 144 m
Lwl/B Ditetapkan 8 B = 18 m
B/d Ditetapkan 2,4 d = 7,5
Cb Ditetapkan 0,75
Vs Ditetapkan 10 knot
Displasemen (∆) ∆ = 1,025(144)(18)(7,5)(0,75) ∆ = 15567,2 ton
DWT =Cd.∆ Ditetapkan Cd =0,62 ∆ DWT = 9652 ton
GRT Ditetapkan 0,62 DWT GRT = 5984 ton (> 500 GT, kapal besar)

Perhitungan kedalaman alur (H)


H=d+G+R+P+S+K, H = d + Kebebasan bruto (G+R) + elevasi pengerukan (P+S+K)
Sarat kapal, d = 7,5 m
G = w + s, w =B/2 x sin 3o, s = (k . Cb. Vs2)/100
w = (18/2)sin 3o, w = 1,27 m, untuk area terbuka k =1, s =(1 . 0,75 . 102)/100, s = 0,75 m
G = 2,02 m, R = kebebasan bersih, ditetapkan R = 0,5 m.
Kebebasan bruto = 2,52 m
Pendekatan umum kebebasan bruto untuk laut terbuka dengan gelombang besar = 0,2 d.
maka nilai kebebasan bruto = 0,2 (7,5), = 1,5 m.
Elevasi pengerukan, ditetapkan : P = 0,2 m, S = 0,65 m, K =0,3 m, El. Pengerukan = 1,15 m.
Diperoleh kedalaman alur: H = 7,5 + 2,52 +1,15, H = 11,2 m
H = 7,5 + 1,5 + 1,15, H = 10,2 m
Nilai H berbeda karena perbedaan pendekatan dalam menghitung kebebasan bruto, dapat
diambil H minimal 10,2 m. ( nilai ini sudah lebih besar dari syarat minimal 1,15 d, yaitu 8,25 m.

Tinggi tebing (h) pada alur pelayaran :


- Daerah pendekatan, kedalaman = H, h =0 .
- Alur masuk, 0 < h < H, h/H < 0,4 h < 4,08 m.
- Kemiringan tebing pada alur masuk untuk material dasar lempung pasir (1 : 2), ukuran
vertikal 4,08 m dan ukuran horizontal 8,16 m
4,08

8,16

- Daerah saluran, h > H, misal h =11 m. Maka ukuran vertika 11 m dan horizontal =22 m.

Ukuran lebar alur (b)


Misal direncanakan 2 jalur, maka besar lebar alur b = 7,6 (18), b = 136,8 m.

Kolam Pelabuhan
Luas kolam putar (turning basin, Atb), luas minimum R = 1,5 Loa.
R = 1,5 (150), maka nilai Atb = π R2, Atb = 3,14 (1,5 x 150)2, Atb =158962,5 m2.
Luas kolam tambat Akt, misal untuk 2 buah kapal dengan LOA yang sama, maka diperoleh ukuran :
Panjang, l = 2.LOA + B , Lebar b = Loa (untuk tambatan kurang dari 3 kapal), maka diperoleh luas Akt =
[2 (150)+18] x (150), Akt = 47700 m2.
Kedalaman minimum (H) di kolam pelabuhan = 1,1 d, H =1,1 (7,5), H =8,25 m.

Tinggi gelombang kritis saat bongkar muat (H1/3) = 0,5 m (untuk kapal besar dgn GRT di antara : 500 -
500.000 ton).

Referensi :
Anonim, Teori Bangunan Kapal 1,2,3 , ITS, Surabaya.

Agerschou, H., Lundgren, H., Sorensen, T., Ernst, T., Korsgaard, J., Schmidt, LR.,Keng Chi Wee, 1983,
Planning and Design of Ports and Marine Terminal, John Wiley and Son, Chichester, New York,
Brisbane,Toronto, Singapore.

Triatmodjo Bambang, 1996, PELABUHAN, Beta Offset, Yogyakarta


Munro R – Smith, Elements of ship Design.

Anda mungkin juga menyukai