Anda di halaman 1dari 3

1.

Latar belakang

Aceh adalah daerah yang bebas mengadakan perdagangan dengan manapun sesuai dengan
perjanjian antara Inggris dan Belanda. Kebebasan Aceh ini tidak menguntungkan Belanda,
sehingga Belanda menggeledah dan menangkap pelaut-pelaut Aceh. Tindakan Belanda dibalas
Aceh dengan menyergap kapal-kapal Belanda dan perang pun tidak dapat terelakkan antara
kedua belah pihak. tahun 1858, Belanda mengadakan perjanjian dengan raja Siak yang isinya
Siak dipaksa untuk menyerahkan daerah taklukannya yaitu Deli Serdang, Asahan, dan Langkat
kepada Belanda. Perjanjian ini merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Aceh dan menuduh
Belanda telah melanggar perjanjian. Akibatnya, kapal Belanda direbut oleh rakyat Aceh dan
tindakan ini disetujui oleh Inggris.

Tahun 1872, Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian yang dikenal dengan Traktat
Sumatera. Dalam perjanjian tersebut Inggris memberi kelonggaran kepadan Belanda untuk
bertindak terhadap Aceh sebaliknya Belanda memberi keleluasaan kepada Inggris untuk
berdagang di Siak. Belanda berusaha mencari keterangan dari Aceh tentang hubungannya
dengan Konsul Italia dan Amerika. Aceh menolak dan akhirnya Belanda mengumumkan perang
Aceh.

2. Jalannya perang Aceh

Dalam menghadapi Belanda, Aceh melakukan siasat perang gerilya. Tahun 1873 pasukan
Belanda pertama yang berkekuatan 3800 orang dapat dibinasakan oleh pasukan Aceh berserta
pemimpinnya yang bernama Jenderal Kohler. Berikutnya Belanda mengirim 8000 tentara
dibawah pimpinan Jenderal Van Swicten dan berhasil merebut istana Kotaraja dan tak lama
setelah itu, Sultan wafat. Selam 11 tahun berperang dengan Aceh, Belanda hanya berkuasa di
sekitar Kotaraja saja.

Dengan keadaan aceh yg semakin memanas Belanda menerapkan siasat konsentrasi


stelsel.konsentrasi stelsel adalah strategi memusatkan perhatian dan kekuatan pertahanan
diwilayah yg telah dikuasainya.akan tetapi strategi ini belum mengakhiri perang Aceh. Tahun
1893, seorang panglima Aceh yang bernama Teuku Umar berpura-pura menyerah pada Belanda
untuk mendapatkan senjata. Tahun 1896 Teuku Umar bersatu kembali dengan pejuang-pejuang
Aceh. Di pihak lain muncul perlawanan yang bersifat keagamaan di bawah pimpinan Teungku
Cik Di Tiro. Golongan ini menentang Belanda yang dianggap melakukan Kristenisasi di Aceh
dan perlawanan ini didasari oleh jihad Fi Sabilillah(perang suci di jalan Allah. Belanda yang
sudah kewalahan menghadapi Aceh, akhirnya mengirim Dr. Snouck Hurgronje untu menyelidiki
adat istiadat dan sosial budaya ke Aceh . Hasil menyelidikannya ditulis menjadi sebuah buku
yang berjudul De Atjehers.

3. Akhir perang Aceh

Tahun 1899, Belanda mengirim Jenderal Van Heutsz untuk melakukan serangan umum di
Aceh Besar, Pidie, dan Samalanga. Serangan ini disebut serangan Sapurata dari pasukan
Marchausse(marsose).Serangan ini berhasil mendesak rakyat Aceh mundur ke
pedalaman. Untuk menyerbu kepedalaman, Belanda mengirim pasukan di bawah pimpinan
Jenderal Van Daalen.
Dalam waktu singkat Belanda berhasil menduduki Aceh, kemudian Belanda membuat plakat
pendek yang isinya mengharuskan kerajaan untuk:

~ Mengakui daerahnya sebagai bagian dari kekuasaan Belanda

~ Berjanji tidak akan berhubungan dengan suatu pemerintahan asing

~ Berjanji akan menaati perintah-perintah yang diberikan oleh pemerintah Belanda.

pada tahun 1891 Tengku cik ditiro wafat dalam perrtempuran.selanjutnya pada tahun 1899
belanda menembak mati teuku umar dalam penyergapan dimarkasnya.pada 1903 panglima
polim menyerahkan diri kepada Belanda.Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1906 berhasil
menangkap cut nyak dien.
1. Latar belakang

Kerajaan Batak terletak di wilayah Tapanuli, raja terakhir bernama raja Sisingamangaraja
XII(1875-1907). Pusat kedudukan dan pemerintahan kerajaan Batak terletak di Bakkara(sebelah
barat daya danau Toba). Alasan masyarakat batak melawan Belanda, pertama, Raja
Sisingamangaraja XII tidak sudi daerah kekuasaannya makin diperkecil Belanda. Ia tidak dapat
menerima kota Natal, Mandailing, Angkola, Sipirok di Tapanuli Selatan dikuasai Belanda.
Kedua, Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica.

2. Jalannya perang Batak

Untuk mewujudkan Pax Netherlandica, Belanda menguasai daerah Tapanuli Utara sebagai
lanjutan pendudukannya atas Tapanuli Selatan dan Sumateera Timur. Belanda menempatkan
pasukan pendudukannya di Tarutung dengan dalih melindungi para penyebar Kristen yang
tergabung dalam Rhijnsnhezending. Tokoh penyebarannya bernama Nommensen.

Tahun 1878, Sisingamangaraja menyerang kedudukan Belanda di daerah Tapanuli Utara.


Peperangan berlangsung kira-kira 7 tahun dan terjadi pada daerah-daerah seperti di Bahal Batu,
Buntar, Siborong-borong, Balige, Lumban Juhu, dan Laguboti.

Tahun 1894, Belanda mengerahkan kekuatan untuk menguasai Bakkara sebagai pusat
kekuasaan Sisingamangaraja XII. Pertempuran sengit terjadi di daerah Pakpak Dasri, sebelah
barat danau Toba. Pasukan Van Daalen yang beroperasi di Aceh Tengah melanjutkan
gerakannya ke Tapanuli Utara(1904). sedangkan di Medan didatangkan pasukan lain melalui
Kabanjahe dan Sidikalang.

3. Akhir perang Batak

Pasukan marsose di bawah pimpinan Kapten Christoffle berhasil menangkap keluarga


Sisingamangaraja XII. Sementara itu Sisingamangaraja XII beserta pengikutnya melarikan diri
ke hutan Simsim. Bujukan menyerah ditolak dan dalam pertempuran itu Sisingamangaraja XII
gugur bersama seorang putrinya yang bernama Lapian dan dua orang putranya bernama Patuan
Nagari dan Patuan Anggi seta sejumlah pengikutnya(17 Juni 1907). Jenazah Sisingamangaraja
dibawa ke Tarutung dan dimakamkan di depan Tangsi militer Belanda. Tahun 1953 dipindahkan
ke Soposurung di Balige.

Anda mungkin juga menyukai