Anda di halaman 1dari 9

PENGANTAR

LATAR BELAKANG
Dalam pembangunan infrastruktur sistem penyediaan air baku, Pemerintah masih mengalami
keterbatasan pendanaan. Berdasarkan data yang dihimpun dari Bappenas dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015 – 2019, untuk pemenuhan pembangunan
seluruh infrastruktur bidang sumber daya air dibutuhkan pendanaan sebesar Rp. 403 triliun.
Namun, besar pendanaan yang mampu dipenuhi melalui APBN & APBD sebesar Rp329 triliun
atau sebesar 81,64%, artinya masih ada kesenjangan pendanaan sebesar Rp. 74 triliun
(18,36%) yang diharapkan dapat dipenuhi melalui sumber pendanaan non-APBN. Salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan pembiayaan tersebut,
adalah dengan memanfaatkan pembiayaan yang berasal dari pihak swasta melalui skema
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Perencanaan dan pendanaan infrastruktur Kementerian PUPR tidak terlepas dari peran dan
kerjasama berbagai unit organisasi, seperti Ditjen Sumber Daya Air, Ditjen Bina Marga, Ditjen
Cipta Karya, Ditjen Penyediaan Perumahan, Ditjen Pembiayaan Perumahan sebagai
penyelenggara perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembiayaan perumahan,
Ditjen Bina Konstruksi sebagai penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
penyelenggaraan investasi infrastruktur, Biro PAKLN Sekretariat Jenderal sebagai pelaksana
koordinasi dan penyusunan administrasi anggaran, pemantauan, evaluasi dan pelaporan
pelaksanaan anggaran, fasilitasi penganggaran infrastruktur daerah, Badan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah (BPIW) sebagai penyelenggara fungsi penyiapan skema pembiayaan
pengembangan infrastruktur terpadu bidang PUPR dan juga pemerintah daerah.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai leading sector
penyediaan infrastruktur di Indonesia, sejauh ini telah melaksanakan amanat sesuai dengan
yang tercantum dalam Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 maupun target dalam Peraturan Menteri
PUPR No. 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PUPR 2015-2019.

Dalam pengembangan sumber daya air, sesuai dengan Permen PUPR No. 15 tahun 2015
tentang Struktur Organisasi Kementerian PUPR, Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya
Air mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pembinaan penatagunaan sumber daya air. Lebih lanjut dalam peraturan tersebut,
Pusat Perencanaan Infrastruktur PUPR menyelenggarakan fungsi penyiapan perumusan
kebijakan, pelaksanaan kebijakan, penyiapan dan penyusunan NSPK, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, serta pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang pembinaan
perencanaan wilayah sungai, pengaturan, kelembagaan, pemanfaatan hidrologi, dan
lingkungan sumber daya air.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk melakukan penyusunan rencana, kebijakan
maupun strategi mendukung tujuan pembangunan nasional, Direktorat Bina Penatagunaan
SDA berpedoman pada arahan pembangunan nasional yaitu amanat Nawa Cita yang
dimuat RPJMN 2015-2019. Salah satu amanat Nawa Cita adalah untuk mewujudkan
peningkatan konektivitasdalam rangka meningkatkan daya saing. Lebih lanjut lagi, Presiden
Republik Indonesia telah menetapkan Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Proyek Strategis Nasional untuk mempercepat pembangunan infrastruktur guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 1


Di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, kegiatan pembiayaan infrastruktur melalui
skema KPBU merupakan hal yang baru, sehingga pemerintah perlu diyakinkan bahwa suatu
proyek telah layak secara teknis, ekonomis maupun finansial, dan tidak memiliki risiko ataupun
dampak negatif sosial dan lingkungan yang besar. Berdasarkan Peraturan Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan
Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur, dalam tahap penyiapan KPBU, salah satu yang harus
dihasilkan adalah prastudi kelayakan meliputi kajian hukum dan kelembagaan, kajian teknis,
kajian ekonomi dan komersial, kajian lingkungan dan sosial, kajian bentuk kerjasama dalam
penyediaan infrastruktur, kajian risiko, kajian kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau
Jaminan Pemerintah; dan kajian mengenai hal-hal yang perlu ditindaklanjuti.

Peraturan KPBU secara spesifik memperbolehkan pengadaan infrastruktur air baku


menggunakan model KPBU. Infrastruktur air baku, pada hakekatnya, berupa sarana dan
prasarana penyediaan air baku yang akan diolah menjadi air minum. Dengan demikian, jenis
bangunan (konstruksi) yang diinvestasikan berupa infrastruktur terkait dengan unit
pengambilan air baku dan unit saluran pembawa/transmisi air baku. Dalam pasal 3, Peraturan
Menteri PPN/Bappenas nomor 4 tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan KPBU dalam
Penyediaan infrastruktur, disebutkan sebagai berikut :

a. infrastruktur transportasi, antara lain: 1. penyediaan dan/atau pengelolaan fasilitas


dan/atau pelayanan jasa infrastruktur air baku, termasuk fasilitas pendukung seperti
terminal penumpang dan kargo; 2. penyediaan dan/atau pengelolaan fasilitas
dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan; 3. sarana dan/atau prasarana
perkeretaapian; 4. sarana dan prasarana angkutan massal perkotaan dan lalu lintas;
dan/atau 5. sarana dan prasarana penyeberangan laut, sungai, dan/atau danau.

b. infrastruktur jalan, antara lain: 1. jalan arteri, jalan kolektor dan jalan lokal; 2. jalan tol;
dan/atau 3. jembatan tol.
c. infrastruktur sumber daya air dan irigasi, antara lain: 1. saluran pembawa air baku;
dan/atau 2. jaringan irigasi dan prasarana penampung air beserta bangunan
pelengkapnya, antara lain waduk, bendungan, dan bendung.
d. infrastruktur air minum, antara lain: 1. unit air baku; 2. unit produksi; dan/atau 3. unit
distribusi.

e. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah terpusat, antara lain: 1. unit pelayanan; 2.
unit pengumpulan; 3. unit pengolahan; 4. unit pembuangan akhir; dan/atau 5. saluran
pembuangan air, dan sanitasi.

f. infrastruktur sistem pengelolaan air limbah setempat, antara lain: 1. unit pengolahan
setempat; 2. unit pengangkutan; 3. unit pengolahan lumpur tinja; 4. unit pembuangan
akhir; dan/atau 5. saluran pembuangan air, dan sanitasi.

g. infrastruktur sistem pengelolaan persampahan, antara lain: 1. pengangkutan; 2.


pengolahan; dan/atau 3. pemrosesan akhir sampah.

h. infrastruktur telekomunikasi dan informatika, antara lain: 1. jaringan telekomunikasi; 2..


infrastruktur pasif seperti pipa saluran media transmisi kabel (ducting).
i. infrastruktur energi dan ketenagalistrikan, termasuk infrastruktur energi terbarukan,
antara lain: infrastruktur ketenagalistrikan, antara lain: a) pembangkit listrik; b) transmisi
tenaga listrik; c) gardu induk; dan/atau d) distribusi tenaga listrik.

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 2


j. Infrastruktur konservasi energi, antara lain: 1. penerangan jalan umum; dan/atau 2.
Efisiensi energi.

k. Infrastruktur ekonomi fasilitas perkotaan, antara lain: 1. saluran utilitas (tunnel);


dan/atau 2. Pasar umum.

l. Infrastruktur kawasan, antara lain: 1. kawasan pengembangan ilmu pengetahuan,


teknologi dan inovasi termasuk pembangunan science and techno park; dan/atau 2.
kawasan industri.

m. infrastruktur pariwisata, antara lain pusat informasi pariwisata (tourism information


center).

n. infrastruktur fasilitas pendidikan, penelitian dan pengembangan, antara lain: 1. sarana


pembelajaran; 2. laboratorium; 3. pusat pelatihan; 4. pusat penelitian/pusat kajian; 5.
sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan; 6. inkubator bisnis; 7. galeri
pembelajaran; 8. ruang praktik siswa; 9. perpustakaan; dan/atau 10. fasilitas
pendukung pembelajaran dan pelatihan.
o. Infrastruktur fasilitas sarana olahraga, kesenian dan budaya, antara lain: 1.
gedung/stadion olahraga; dan/atau 2. gedung kesenian dan budaya.

p. Infrastruktur kesehatan, antara lain: 1. rumah sakit, seperti bangunan rumah sakit,
prasarana rumah sakit, dan peralatan medis; 2. fasilitas pelayanan kesehatan dasar,
seperti bangunan, prasarana, dan peralatan medis baik untuk puskesmas maupun
klinik; dan/atau 3. laboratorium kesehatan, seperti bangunan laboratorium kesehatan,
prasarana laboratorium kesehatan dan peralatan laboratorium.

q. Infrastruktur perumahan rakyat, antara lain: 1. perumahan rakyat untuk golongan


rendah; dan/atau 2. rumah susun sederhana sewa.

Dalam penyusunan toolkitinfrastruktur sumber daya air dan irigasi dipilih saluran pembawa air
bakusebagai contoh pelaksanaan skema KPBU untuk infrastruktur sumber daya air dan
irigasi,dengan pertimbangan seperti diuraikan di bawah ini:
a. Penyelenggaraan infrastruktur saluran pembawa air baku meliputi pengadaan,
pengelolaan (operasionalisasi, pemeliharaan dan perawatan), dan akses;

b. Dengan memilih KPBU infrastruktur saluran pembawa air baku maka diharapkan dapat
memberikan gambaran yang representatif untuk dimanfaatkan bagi semua variasi dari
penyediaanair baku yang dapat dilaksanakan dengan skema KPBU.

Dengan melihat peluang dan kondisi seperti diuraikan diatas, maka penyelenggaraan
infrastruktur saluran pembawa air bakumelalui skema KPBU bisa menjadi salah satu upaya
dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur saluran pembawa air baku
yang memadai dan berkelanjutan.

TUJUAN TOOLKIT KPBU


Sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional telah
menerbitkan Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan
Infrastruktur. Peraturan Menteri ini merupakan panduan umum (guideline) bagi pelaksanaan

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 3


KPBU. Dalam peraturan menteri ini telah disediakan tata cara proses perencanaan,
penyiapan dan transaksi proyek kerjasama. Panduan Umum tersebut bertujuan untuk:

1. Memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dan


pemangku kepentingan mengenai tata cara pelaksanaan KPBU dalam rangka
mendorong partisipasi Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur; dan

2. Memberikan pedoman bagi Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah untuk


mengatur tata cara pelaksanaan KPBU sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Sebagai pendukung panduan umum tersebut, diperlukan perangkat-perangkat (tools) untuk


memudahkan PJPK dalam mengimplementasikan pengaturan panduan umum tersebut
menjadi dokumen pra studi-kelayakan. Perangkat tersebut dapat berupa Toolkit atau
petunjuk pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha.

Toolkit(petunjuk pelaksanaan) Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Berbasis


Websitediharapkan dapat:

1) Mempermudah para pemangku kepentingan dalam memahami Peraturan Menteri


PPN No. 4 Tahun 2015 dalam bentuk yang lebih ramah bagi para pengguna (user
friendly)

2) Mempermudah akses dalam memperoleh informasi karena Toolkit dibuat berbasiskan


website

3) Toolkit yang dibuat per sektor diharapkan dapat memperjelas pengguna dalam
menentukan tingkat kedalaman kajian yang diperlukan dalam penyusunan dokumen
Pra-Studi Kelayakan (Pre-Feasibility Study/Pre-FS).

PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari Toolkit berbasis website ini diantaranya adalah:

1. Kementerian/lembaga/pemerintah daerah
 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

 Kementerian Keuangan

 Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten, dan Kota)

 PDAM dan BUMD lain yang berkepentingan

 Instansi yang akan menjadi Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK)

 Dan lain-lain

2. Badan Usaha
 Badan Usaha yang ingin menjadi pemrakarsa

 Badan usaha yang ingin mengikuti proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana

 Perbankan dan institusi pembiayaan lainnya

3. Pemangku kepentingan lainnya


 Lembaga donor

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 4


 Konsultan penyiapan KPBU

 Dll.

MANFAAT KPBU
Skema KPBU menjadi salah satu prioritas skema pembiayaan infrastruktur dengan berbagai
pertimbangan sebagai berikut:

 Adanya keterbatasan anggaran Pemerintah untuk pembangunan infrastruktur;


 Skema KPBU menjadi alternatif sumber pendanaan dan pembiayaan dalam penyediaan
infrastruktur atau layanan publik;

 Skema KPBU memungkinkan pelibatan swasta atau badan usaha dalam penentuan
proyek yang layak untuk dikembangkan;

 Skema KPBU memungkinkan bagi Pemerintah untuk memilih dan memberi tanggung
jawab kepada pihak swasta yang benar-benar memiliki kapasitas untuk melakukan
pengelolaan yang efisien terhadap fasilitas atau infrastruktur yang dibangun;

 Melalui skema KPBU, Pemerintah dapat memilih dan memberi tanggung jawab kepada
pihak swasta untuk melakukan pemeliharaan secara optimal terhadap infrastruktur yang
dikerjasamakan, sehingga layanan publik dapat digunakan secara berkelanjutan.

RUANG LINGKUP TOOLKIT


Ruang lingkup Toolkit KPBU saluran pembawa air bakuadalah:

1. Proyek KPBU yang diusulkan merupakan proyek yang diprakarsai Pemerintah


(solicited);

2. Penyelenggaraan penyediaan saluran pembawa air baku yang dimaksud adalah


penyelenggaraan layanan penyediaan air baku yang meliputi elemen pengambilan
atau penangkapan air baku dan penyaluran air baku ke elemen pengolahan air,
dengan kelengkapan prasarana dan sarananya secara utuh, termasuk di dalamnya
pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan/perawatan.

3. Penyelenggaraan saluran pembawa air bakudapat digunakan untuk layanan yang


lebih kompleks atau pun yang jauh lebih sederhana namun tentu perlu dilakukan
penyesuaian. Penyesuaian utama yang perlu dilakukan adalah: a) peran dan
dukungan PJPK, b) jenis prasarana dan sarana, serta c) bentuk KPBU sesuai dengan
pengelolaan barang milik negara dan nilai strategis pengembangan yang
diselenggarakan tersebut.

TEMPLATE PRA-STUDI KELAYAKAN


Dalam pembahasan selanjutnya akan diuraikan mengenai isi Prastudi Kelayakan untuk
keperluan penyiapan Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha untuk infrastruktursaluran
pembawa air baku. Secara umum, isi prastudi kelayakan meliputi:

Ringkasan Eksekutif

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 5


Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Kajian Hukum dan Kelembagaan
Bab 3 : Kajian Teknis
Bab 4 : Kajian Ekonomi dan Komersial
Bab 5 : Kajian Lingkungan dan Sosial
Bab 6 : Kajian Bentuk KPBU
Bab 7 : Kajian Risiko
Bab 8 : Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah
Bab 9 : Kajian Mengenai Hal-hal yang Perlu Ditindaklanjuti (Outstanding Issues)
Bab 10 : Kajian Pengadaan

Lampiran-lampiran
 Info Memorandum

 Bahan Market Sounding

 Real Demand Survey


 Kajian Lingkungan (KA-ANDAL dan/atau lainnya)

 Lain-lain

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 6


RINGKASAN EKSEKUTIF
Dokumen Pra-Studi Kelayakan harus diawali oleh Ringkasan Eksekutif yang merupakan
ringkasan dari Dokumen Pra-Studi Kelayakan yang akan menjadi titik perhatian (highlight)
perencanaan bisnis atau tesis dari rencana bagi pengambil keputusan dalam proses KPBU ini.
Tujuan Ringkasan Eksekutif adalah untuk memberikan gambaran perencanaan pelaksanaan
KPBU kepada pembaca.
Ringkasan Eksekutif harus berisi gambaran singkat tentang latar belakang diperlukan proyek
ini dan tujuannya, serta rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Terakhir memasukkan
jumlah dan tujuan pinjaman atau investasi, jangka waktunya, kelayakan pendanaan dan
pernyataan pembayaran bagi pihak Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) maupun
Badan Usaha Pelaksana (BUP) serta manfaat bagi semua pihak.

Dalam membuat Ringkasan Ekskutif gunakan kata kunci dengan menjawab 6 pertanyaan
yaitu: Siapa, Apa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Adapun pembuatan
ringkasan eksekutif secara lengkap harus meliputi sebagai berikut :

1. Pengantar.

Awali Ringkasan Eksekutif dengan latar belakang diperlukannya proyek serta


mengapa perlunya proyek ini dilakukan dengan skema KPBU. Jelaskan apakah ini
merupakan proyek solicited atau unsolicited dan siapa yang menjadi pemrakrasanya.

2. Lokasi Proyek

Mendefinisikan rencana lokasi pelaksanaan proyek, mulai dari provinsi,


kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan/desa.

3. Peluang Pasar

Mendefinisikan dengan jelas peluang pasar dari proyek KPBU di sektor Sumber daya
Air dan Irigasi (khususnya bidang saluran pembawa air baku) yang direncanakan
berdasarkan hasil analisa pasar yang dilakukan.

4. Skema Kerjasama yang ditawarkan

Mendefinisikan secara ringkas skema KPBU terpilih yang akan ditawarkan beserta
dengan alokasi risikonya bagi pihak PJPK dan BUP.

5. Rencana Investasi

Menjelaskan rencana investasi, terutama nilai CAPEX yang diperlukan dari pihak-pihak
yang terlibat dalam pembiayaan investasi (PJPK, BUP dan institusi lainnya bila ada)
mencakup Laba Rugi (Income Statement Projection), penghasilan yang diharapkan
(Expected Revenue), biaya (Expense) dan proyeksi laba bersih (net profit projection)
selama masa kerjasama.

6. Struktur Organisasi

Menjelaskan para pemangku kepentingan yang akan terlibat dalam KPBU. Penjelasan
dapat dilakukan cukup melalui skema organisasi disertai dengan keterangannya.

7. Kesiapan Proyek

Menjelaskan prosedur yang telah dilewati serta kebutuhan apa saja yang sudah
maupun belum terpenuhi, seperti misalnya ketersediaan lahan, izin lingkungan, dan
sebagainya.

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 1


8. Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah

Menjelaskan diperlukan atau tidaknya serta kesiapan dari Dukungan Pemerintah


dan/atau Jaminan Pemerintah dalam proyek KPBU yang akan dilaksanakan.

PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 2


PRASTUDI KELAYAKAN (INFRASTRUKTUR SUMBER DAYA AIR) - 3

Anda mungkin juga menyukai