Sigura-gura residence adalah kawasan perumahan yang berdiri di atas lahan 12 hektare
dengan mengusung konsep hunian “Green Architecture”. Menyusun standar bangunan hijau
atau Greenship ada tujuh aspek yang dinilai menurut Green Building Council Indonesia
(GBCI)
Perumahan minimalis ini menawarkan lingkungan yang nyaman untuk tempat tinggal atau
investasi untuk masa depan. Dengan 1 Unit hunian 1:3:6 (1 rumah mewah, 3 rumah
menengah, 6 rumah sederhana)
Lokasinya strategis dekat dengan pintu akses transportasi, wisata, rumah sakit, hingga sarana
pendidikan.
Fasilitas Sigura-gura Residence tak kalah menarik karena lengkap dengan mall, pusat
hiburan, keamanan 24 jam, kolam renang, dan area terbuka hijau.
1. Data lingkungan tapak
1. Universitas Brawijaya
2. Universitas Negeri Malang
3. Universitas Negeri Malang Kampus Ii
4. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
5. Universitas Islam Malang
6. Malang Town Square
7. Mall Olympic Garden
8. Lailai Market Buah
9. Alun-Alun Malan
10. Taman Wisata Air Gendit
11. Taman Wisata Lembah Dieng
12. Taman Singha Merjosari
Aksesibilitas
Akses jalan utama sigura-gura residence yaitu jalan sigura-gura dengan lebar 6 meter
Keputusan menteri pekerjaan umum nomor 20/kpts/1986 tentang pedoman teknik pembangunan
rerumahan sederhana tidak bersusun menteri pekerjaan umum, menimbang:
a. Bahwa dalam penyelenggaraan pembangunan perumaban sederhana tidak bersusun,
diperlukan adanya pedoman teknik dalam hal penyelenggaraan pembangunan;
b. Bahwa dengan keputusan menteri pekerjaan umum nomor 91/kpts/1980 tanggal12 maret 1980
telah diberlakukan pedoman teknik pembangunan perumaban sederhana tidak bertingkat
c. Bahwa dengan adanya perkembangan pelaksanaan pembangunan perumaban, baik dari segi
jenis bangunannya maupun dari segi standar teknisnya, perlu untuk meninjau dan mengatur
kembali pedoman teknik tersebut;
d. Bahwa untuk keperluan tersebut, perlu ditetapkan dengan surat keputusan menteri pekerjaan
umum.
Keberlanjutan
Penggunaan prinsip Green Architecture [reduce-reuse-recycle] pada pengadaan hunian.
Kota menciptakan pilihan dan peluang beragam hunian vertikal karena keterbatasan
lahan, optimalisasi kepadatan hunian, dan penyediaan RTH yang memadai. Tata guna
lahan terpadu dan multifungsi meliputi hunian (vertikal), pasar, sekolah, perkantoran,
pusat perbelanjaan, dan RTH. Komposisi bangunan berimbang dan hijau yakni hemat dan
bijak lahan, konservasi air dan energy, pengaturan udara, serta bahan bangunan ramah
lingkungan.
Ketersediaan RTH terencana dan terbangun secara konsisten, Infrastruktur RTH berupa
jalur hijau (jalan, bantaran sungai, bawah SUTET), taman lingkungan/kota, taman/kebun
rumah, hutan kota/mangrove. Masyarakat atraktif menghidupkan ruang publik karena
tumbuh rasa memiliki yang erat dengan lingkungan tempat tinggalnya, melalui kegiatan
kesenian, olahraga, dan perayaan hari-hari besar di taman.
Kawasan dalam jarak tempu untuk berjalan kaki dengan aman, nyaman, dan ramah untuk
semua, serta tersedia infrastruktur sepeda (jalur; marka, rambu, bengkel, persewaan, ruang
ganti). Warga juga dapat menggunakan angkutan umum yang terintegrasi. Rencana
pembangunan dirancang bersama dari, oleh, dan untuk warga, dengan fassilitass
pendampingan dari pemerintahan daerah, memberikan masukan arah pengembangan dan
pelaksanaan pembangunan. Rencana pembangunan direncanakan matang, skema
pembiayaan bertahap, efektif, seta pembagian tugas keterlibatan pihak terkait(pusat
provinsi,kota/kabupaten,swasta).
Sistem distribusi air bersih adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen,
yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke seluruh
daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem perpipaan dan perlengkapannya, hidran
kebakaran, sistem pemompaan (bila diperlukan dan reservoir distribusi. Sistem penyedian air
bersih harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan yang diperlukan.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem pengembangan air minum
menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri dari :
1. Unit Air baku
2. Unit Produksi
3. Unit Distribusi
4. Unit Pelayanan
1. Unit Air Baku, dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan
dan bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air 5 baku, merupakan sarana
pengambilan dan penyediaan air baku. Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan
untuk penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Unit Produksi, merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air
baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi dan biologi. Unit produksi dapat terdiri
dari banguna pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan
peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.
3. Unit Distribusi, terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, banguna penampungan,
alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas,
kualitas air dan kontinuitas pengaliran,yang memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari.
4. Unit pelayanan, terdiri dari sambungan rumah, hidran umum dan hidran kebakaran. Untuk
mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran untuk harus di pasang alat
ukur berupa meter air. Untuk menjamin keakurasiannya, meter air wajib ditera secara berkala
oleh instansi yang berwenang.
5. Unit pengolahan, terdiri dari pengolahan teknis dan pengolahan nonteknis. Pengolahan
teknis terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit baku, unit
produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan nonteknis terdiri dari administrasi dan
pelayanan. (Unit Air Baku dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Tri Joko 2010:10) Sistem
penyedian air minum harus dapat menyediakan jumlah air yang cukup untuk kebutuhan yang
diperlukan. Unsur-unsur sistem terdiri dari sumber air, fasilitas penyimpanan, fasilitas
transmisi ke unit pengolahan, fasilitas pengolahan, fasilitas transmisi dan penyimpanan dan
fasilitas distribusi.