Anda di halaman 1dari 8

E-Journal Teknik Elektro dan Komputer Vol.6 no.

1 (2017) , ISSN: 2301-8402 7

Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan


Transmisi 150 kV Sistem Minahasa Khususnya Pada
Penyulang Kawangkoan - Lopana

Maruli Ch.M. Barasa, Lily S. Patras, Hans Tumaliang .


Teknik Elektro Fakultas Teknik UNSRAT Manado,Jl. Kampus Bahu Unsrat, Manado-95115
Email: Marulych@gmail.com, Lilypatras@yahoo.com, Hanstumaliang@yahoo.com

Abstract— In the distribution of electrical energy in sambaran petir di sebut Lightning Arrester. Alat ini
transmission and distribution networks can not be separated biasanya dipasang pada gardu-gardu induk dan juga
from any interference that can Disrupt the process of dijaringan-jaringan transmisi. Yang berfungsi untuk
distribution of electrical energy, whether it was interference melindungi peralatan-peralatan di gardu induk dan
from inside or outside interference. It required protection jaringan-jaringan transmisi dari tegangan surja (baik
tools to protect it. It required protection tools to protect it. surja hubung maupun surja petir)
One of the outside distractions that lead to failure of
equipment in the transmission line is a lightning strike.
Demikian pula dengan Sistem Minahasa tidak
Based on the analysis in 2014, the number of lightning lepas dari gangguan berupa sambaran petir. Karena
strikes in the transmission network is more or less as much jumlah sambaran petir yang tinggi pada daerah ini. Hal
as 95 times.Top protection against lightning strikes on ini dikarenakan, perlu dikaji kembali Lighning Arester
Transmission Network is a lightning rod. Where, for a yang di pasang pada jaringan.
review analyzing the boarding costs AT 150 kV Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga
Transmission Line. listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan
dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal
Keywords: Boarding cost Analysus, Lightning Arrester,
dimana keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya
Network Transmission, Protections
kontinuitas pelayanan tenaga listrik. Secara umum
Abstrak— Didalam penyaluran energi listrik pada jaringan klasifikasi gangguan pada sistem tenaga listrik
transmisi dan distribusi tidak lepas dari adanya gangguan
disebabkan oleh gangguan dari dalam dan dari luar.
yang dapat mengganggu proses penyaluran energi listrik, baik Dimana gangguan yang berasal dari dalam
itu gangguan dari dalam atau gangguan dari luar. Untuk itu merupakan gangguan yang berasal dari dalam sistem itu
diperlukan alat-alat proteksi untuk memproteksinya. Salah sendiri, contohnya kerusakan material peralatan akibat
satu gangguan dari luar yang menyebabkan kegagalan pada proses penuaan, sedangkan gangguan yang berasal dari
peralatan di jaringan transimisi yaitu sambaran petir. luar merupakan gangguan dari luar sistem tersebut
Berdasarkan hasil analisa pada tahun 2014, jumlah sambaran seperti sambaran petir. Untuk gangguan akibat
petir pada jaringan transmisi ini kurang lebih sebanyak 95 kali sambaran petir akan mengakibatkan tegangan lebih
sambaran. Proteksi utama terhadap sambaran petir pada pada jaringan.
jaringan transmisi adalah lightning arrester. Dimana, untuk
menganalisa kinerja pada jaringan transmisi 150 kV.
A. Tegangan Lebih
Dalam pengoperasian system tenaga listrik
Kata kunci: Analisis kinerja, Jaringan transmisi, Lightning perlu perhatian khusus pada system proteksi Terhadap
Arrester, Protektsi. tegangan lebih.Tegangan lebih adalah tegangan yang
hanya dapat ditahan untuk waktu yang terbatas.
I. PENDAHULUAN Tegangan lebih berdasarkan sumbernya,
Didalam penyaluran energi listrik pada ditimbulkan oleh :
jaringan transmisi dan distribusi tidak lepas dari adanya 1) Tegangan lebih petir (lightning over voltage) pada
gangguan yang dapat .mengganggu proses penyaluran peralatan listrik baik sambaran langsung, tidak
energi listrik, baik itu gangguan dari dalam atau langsung, maupun secara induksi.
gangguan dari luar. 2) Tegangan lebih surja hubung (switching over
Untuk itu diperlukan alat-alat proteksi untuk voltage) baik akibat operasi penutupan maupun
memproteksinya. Salah satu gangguan dari luar yang operasi pembukaan saklar.
menyebabkan kegagalan pada peralatan di jaringan 3) Tegangan lebih sementara (temporary over voltage)
transimisi yaitu sambaran petir. Peralatan yang biasa disebabkan gangguan disistem Untuk bentuk
digunakan untuk memproteksi gangguan akibat gelombang dari tegangan lebih akibat surja petir dan
8 Maruli Ch.M. Barasa – Analisa Kinerja Lightning Arrester
ter Pada Jaringan Transmisi 150KV
Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

Trafo Step Down


Trafo Step Up
Rel T.T
G1

G2

G3

Trafo P.S

Saluran Transmisi
Trafo P.S

Jaringan Distribusi

Gardu Induk

Gambar 1.. Pelepasan Muatan


Gambar 2.Skema dasar untuk sebuah sistem tenaga listrik
surja hubung merupakan tegangan yang naik dalam
waktu singkat sekali disusul den
dengan penurunan yang
lebih lambat. ke tanah. Menentukan kepadatan sambaran petir dapat
di peroleh dari hubungan empiris sebagai berikut:
B. Mekanisme Terjadinya Petir
F = 0,25 . T sambaran/ Km /tahun
Petir merupakan proses alam yang terjadi diatmosfir
Jumblah sambaran petir ke tanah hanya ± 25% dari
pada waktu hujan. Muatan akan terkonsentrasi didalam
seluruh pelepasan muatan yang terjadi di alam (awan
(awan-
awan atau bagian dari awan dan muatan yang
awan antar muatan di dalam awan, awan-tanah)
awan
berlawanan akan timbul pada permukaan tanah
bawahnya. Jika muatan bertambah,
ambah, beda potensial
F. Saluran Transmisi
antara awan dan tanah akan naik, maka kuat medan
Saluran Transmisi adalah salah satu bagian
diudara pun akan naik. Jika kuat medan ini melebihi
yang penting didalam sebuah sistem tenaga listrik.
kuat medan di antara awan-awan
awan tersebut maka akan
Saluran transmisi berperan dalam pengiriman tenaga
terjadi pelepasan muatan (seperti pada gambar 1)
listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik menuju
ke gardu-gardu
gardu induk transmisi, dimana dari gardu-
gardu
C. Parameter Petir gardu induk transmisi akan disalurkan ke beban melalui
Didalam parameter ini berfungsi untuk saluran distribusi. Tegangan kerja pada saluran
menghitung efek pengrusakan akibat sambaraban petir, transmisi merupakan tegangan tinggi misalnya: 70 kV,
antara lain: 150 kV, 500 kV, dst.
1) Arus puncak untuk menentukan jatuh
Tegangan resistif , misalnya pada tahanan G. Impedansi Saluran
pentanahan.
2) Kecuraman kenaikan arus ( ) Pada sistem tenaga listrik (gambar 2) ada
menentukan tegangan jalan induktif, beberapa parameter yang digunakan untuk menghitung
misalnya
lnya pada konduktor. atau mencari nilai dari impedansi (Z) saluran, yaitu
3) Muatan arus (Q = ƪ I dt) merupakan nilai resistansi (R) dan reaktansi (X) dimana nilai dari
ukuran energi arus petir sebagai arus reaktansi bisa didapat dari 2 parameter juga yaitu nilai
loncatan petir ke logam kapasitansi dan induktansi. Oleh kkarena itu, impedansi
dapat dijabarkan dalam persamaan 1.
D. Efek kedekatan dengan konduktor pentanahan. Z = R + jX (Ω) (1)
Di saat konduktor pengankal petir dilalui arus
sambaran petir, sangatlah mungkin orang ataupunata Impedansi saluran terdiri dari:
dari
bangunan di sekitarnya akan diloncati oleh arus
1) Resistansi Saluran
sambaran tersebut ini sangat membahayakan.
Resistansi merupakan nilai tahanan dari sebuah
penghantar dan merupakan penyebab utama rugi
rugi-
E. Kepadatan sambaran petir
rugi daya pada saluran transmisi (lihat pada
Dalam perencanaan pengaman terhadap
persamaan 2).
sambaran petir, angka kepadatannya (frekuensi) harus
ditinjau dulu, untuk menentukan mutu pengaman yang
P (Rugi - rugi daya dalam penghantar )
akan di pasang. Hal ini dapat diketahui dengan R
mempergunakan peta hari guruh per tahun. Kemudian  I 2 (2)
mencari korelasinya dengan kepadatan sambaran petir
E-Journal Teknik Elektro dan Komputer Vol.6 no.1 (2017) , ISSN: 2301-8402 9

Rumus untuk mencari nilai resistansi dari suatu diagram impedansi (gambar 3) yang menunjukkan
penghantar dirumuskan pada persamaan 3. rangkaian setara masing-masing komponen sistem
dengan berpedoman pada salah satu sisi yang sama
 (3) pada transformator.
R  ρ
A J. Besaran per Unit
Dimana,  = resistivitas penghantar Besaran per unit merupakan metode yang digunakan
untuk mengubah satuan dari besaran-besaran seperti
 = panjang tegangan, arus, daya dan impedansi menjadi per unit
(p.u). Nilai per unit tiap besaran biasanya dinyatakan
A = luas penampang sebagai suatu persen dan juga sebagai perbandingan
besaran itu dengan nilai dasar yang telah ditentukan
2) Reaktansi Saluran (dirumuskan dalam persamaan 6,7 dan 8).
Reaktansi saluran yaitu nilai tahanan yang didapat Nilai Sebenarnya
dari nilai induktansi dan kapasitansi penghantar Satuan Per Unit (pu) 
yang ada di saluran. Rumus untuk mencari nilai Nilai Dasar (6)
reaktansi dijelaskan pada persamaan 4 dan 5.
Ø
X L  ωL  2  f L Rumus untuk Arus:
(4)
1 1 (7)
Xc   (5)
ωC 2 fC
Rumus untuk Impedansi:
Dimana,
XL = reaktansi induktif (Ω) ( )2
f = frekuensi (Hz) (8)
Ø
XC = reaktansi kapasitif (Ω)
L = induktansi (H) Ada kalanya impedansi per unit suatu komponen dalam
 = 2 π f = kecepatan sudut suatu sistem dinyatakan dengan dasar yang berbeda
C = kapasitansi (F) Karena itu untuk mengubah impedansi per unit dengan
suatu dasar yang telah diberikan ke impedansi per unit
H. Diagram Segaris dengan dasar yang baru digumakan persamaan 9.
Zbaru = Z lama (pu) = (9)
Didalam suatu sistem, tiga fasa jarang dipergun
akan untuk menjelaskan suatu sistem karena itu suatu
sistem tiga fasa selalu di selesaikan dengan rangkaian K. Penangkapan Petir di Saluran Transmisi
fasa tunggal. Dimana diambil salah satu fasa
Suatu saluran transmisi di atas tanah dapat
I. Diagram Impedansi dan Reaktansi dikatakan membentuk bayang-bayang listrik. Lebar
bayang-bayang listrik untuk suatu saluran transmisi
Untuk menghitung sifat suatu sistem dalam telah ditentukan oleh Whitehead (lihat gambar 4)
keadaan berbeban atau pada saat timbulnya suatu
hubung-singkat, diagram segaris harus diubah menjadi

Gambar 4. Lebar jalur perisaian terhadap sambaran kilat

Dimana,
b = jarak pemisah antara kedua kawat
Gambar 3. Skema diagram impedansi.
tanah,meter (bila kawat tanah hanya satu,
b=0)
10 Maruli Ch.M. Barasa – Analisa Kinerja Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 150KV
Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

h = tinggi rata-rata kawat tanah diatas tanah, Impedansi surja merupakan nilai impedansi
meter yang didapat pada saat terjadi surja baik itu merupakan
ht= tinggi kawat tanah pada menara, meter. surja petir ataupun surja hubung. Impedansi surja juga
L = Jumlah Sambaran Petir ke Bumi dipengaruhi oleh konstanta L dan C yang merambat
pada kawat penghantar, dimana kedua konstanta itu
Dalam perencanaan pengaman terhadap juga dipengaruhi oleh karakterik dari kawat itu juga.
sambaran petir, angka kepadatannya harus ditinjau
dulu, untuk menentukan mutu pengaman yang akan Impedansi surja untuk kawat udara adalah
dipasang. Hal tersebut dapat diketahui dengan sebagaimana dapat dilihat dari persamaan (13) berikut:
mempergunakan peta hari guruh pertahun (Iso Keraunic
Level). Kemudian cari harga korelasinya dengan z L / C  60 ln 2h / r () (13)
kepadatan petir ditanah.Semakin besar harga kepadatan
sambaran petir pada suatu daerah, maka kegagalan Dimana :
perlindungan dari saluran transmisi atau gardu induk r = jari-jari kawat dan h adalah tinggi kawat
semakin besar. Banyak para penyelidik memberikan diatas tanah.
perhatian dengan memberikan rumus-rumus tersendiri.
Untuk indonesia digunakan rumus (10) sebagaimana
berikut ini: 1). Tegangan Tembus Isolator Udara
Besaran tegangan yang timbul pada isolator
N  0 ,15 IKL (10) transmisi tergantung pada kedua parameter petir, yaitu
puncak dan kecuraman muka gelombang petir. Tidak
Dimana, semua sambaran petir dapat mengakibatkan lompatan
N = Jumlah sambaran per km2 per tahun api (flashover) pada isolator karena juga bergantung
IKL = Jumlah hari guruh per tahu dari besar tegangan yang timbul dan tidak melebihi
tegangan tembus pada isolator (U50%). Rumus tegangan
Untuk jumlah sambaran pada saluran transmisi tembus isolator, dapat dilihat pada persamaan (14).
sepanjang 100 km dibuat seperti pada persamaan 11.

(11)  K 
NL  N  A U 50%   K1  0,752   10 3 kV (14)
 t 
Dimana,
M. Kecepatan Rambat Gelombang
U50% = tegangan tembus isolator, kV
Suatu gelombang yang merambat dengan
K1 = 0,4 W
konstanta L dan C di sepanjang kawat, membuat
K2 = 0,71 W
gelombang tegangan dan arus merambat dengan dengan
W = panjang rentengan isolator, meter
kecepatan yang sama. Selain itu, kecepatan rambat dari
t = waktu tembus atau waktu lompatan
gelombang tersebut juga dipengaruhi oleh suatu faktor
api pada isolator, μdet
proporsional, yaitu karakteristik dari kawat yang dilalui.
Maka didapat kecepatan rambat gelombang untuk
kawat udara sebagaimana persamaan (12) berikut:
2). Prinsip Kerja Arester

18 ln 2h / r. 1011 Pada saat terjadi gangguan tegangan lebih


v  1 / LC  akibat surja petir, maka harga tahanan dari arester akan
2 ln 2h / r.10 9
naik dengan cepat jika tegangan dan arus naik.
 3 x 1010 cm/detik (12) Tegangan sisa ( Residual Voltage atau tegangan yang
 300 m/det timbul diantara terminal arester pada saat terjadinya
tembus tegangan) akan dibatasi walaupun arus yang
Dimana, r merupakan jari-jari kawat dan h mengalir cukup besar. Sebelum tegangan terpa
adalah tinggi kawat diatas tanah. mencapai trafo, dalam waktu ± 0,25 μdet tegangan terpa
akan mencapai harga tegangan kerja dari arester,
Dari persamaan diatas didapat nilai kecepatan sehingga arester bekerja. Tegangan terpa yang naik
rambat gelombang (v) pada kawat udara ada sebesar dengan cepat ini menyebabkan energi terpa di lepas ke
300 m/μdet. tanah, dengan demikian tegangan terpa yang masuk ke
peralatan yang dilindungi sudah tidak membahayakan
N. Impedansi Surja sistem. Cara kerja lightning arrester dapat dilihat pada
gambar 5.
E-Journal Teknik Elektro dan Komputer Vol.6 no.1 (2017) , ISSN: 2301-8402 11

Gambar 5. Cara kerja lightning arrester.


Gambar 6. Diagram segaris sub transmisi untuk penentuan Kinerja
Arester
II. METODOLOGI PENELITIAN
2) Data Thunderstorm atau hari guruh pada
A. Umum
tahun 2014. Data ini diambil dari stasiun
geofisika Manado. Dapat dilihat pada
Gardu induk Kawangkoan dan gardu induk Lopana
lampiran.
merupakan salah satu gardu induk yang termasuk dalam
3) Data untuk menentukan tegangan
sistem Minahasa. Kedua Gardu induk ini dihubungkan
kerja(UC) dari arester dan kecuraman dari
oleh saluran transmisi dengan tegangan 150kV.
gelombang datag(du/dt)
Dimana, panjang saluran mencapai lebih dari 100 KM,
4) Data untuk menentukan Tingkat Isolasi Dasar
didalam penyaluran daya antara kedua gardu induk ini (TID) / Basic Insulation Level (BIL) peralatan
seringkali mengalami gangguan dari luar, dan gangguan yang dilindungi. Didalam hal ini peralatan
yang seringkali dialami yaitu gangguan yang yang dilindungi adalah trafo.
disebabkan oleh petir.Hal ini terjadi, karena pengaman
dari surja petir untuk saluran transmisi ini sudah III. HASIL
terpasang tapi, perlu di kaji kembali.
Oleh karena itu arus surja yang sebabkan oleh petir A. Penentuan Jumlah Sambaran Petir di Saluran
yang sangat besar itu tidak dapat diamankan, sehingga transmisi 150 kV GI Kawangkoan-Lopana
akan menuju ke gardu induk dan dapat menyambar Dalam menentukan jumlah atau banyaknya sambaran
peralatan-peralatan yang ada. Maka didalam petir yang terjadi disaluran transmisi 150 kV GI
mengamankan semua peralatan-peralatan baik yang ada Kawangkoan-Lopana, maka diperlukan beberapa data
dijaringan transmisi maupun yang ada digardu induk, atau parameter-parameter yang digunakan untuk
diperlukan lightning arrester. Didalam menentukan menghitungnya. Diantaranya adalah luas bayang-
arester yang tepat untuk digunakan, maka harus di bayang listrik, dan jumlah hari guruh per tahun atau
perhatikan kinerja dari aresternya. Didalam penentuan IKL (Iso Keraunic Level) .
kinerja dari arester tersebut maka diperlukan analisa 1). Luas bayang-bayang listrik (A)
sistem untuk mengetahui rating yang cocok untuk Untuk perhitungan luas bayang-bayang listrik
digunakan dalam saluran transmisi ini.Berikut ini di saluran transmisi 150 kV Kawangkoan-Lopana
(gambar 6) adalah diagram segaris dalam menganalisa dengan menggunakan persamaan 2.21
kinerja dari arester:

A  0 ,017 b  4h
1,09
2
km per 17 km saluran
Dimana : b = 0 (untuk satu kawat tanah)
B. Data Teknis h = tinggi rata-rata kawat tanah diatas
Data yang di dapat dari penelitian adalah: tanah.Untuk keadaan geometris lintasan saluran
1) Data teknis saluran transmisi, meliputi transmisi Kawangkoan – Lopan merupakan lintasan
data panjang saluran, dan arus Nominal jenis tanah berbukit h = 2ht . dimana ht
serta jumblah tower dari saluran untuk = 28,5 meter (sesuai lampiran).
Tragi Lopana. h = 2ht
12 Maruli Ch.M. Barasa – Analisa Kinerja Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 150KV
Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

= 2(28,5)
= 57 meter.
Maka,
A = 0,017 (0 + 4. 571,09) km2 per 17 km
saluran
= 0,017 ( 4 . 82,01)
= 0,017 (328,06)
= 5,57 km2 per 17 km saluran

2). Jumlah sambaran petir (NL) pada saluran transmisi


perhitungan jumlah sambaran petir (NL) pada saluran Gambar 7. Rangkaian pengganti berdasarkan gambar
transmisi 150 kV Kawangkoan-Lopana diperlukan data
thunderstorm atau hari guruh maka banyaknya jumblah
hari guruh atau IKL (Iso Keramic Level) diperoleh
berdasarkan data hari guruh pada tahun 2014 (sesuai K2 = 0,7 x W = 0,7 x 0,886 = 0,6
lampiran) maka nilai IKL = 95. Nilai ini didapat dari : t = tegangan yang dihitung berdasarkan
- Bulan Januari : 9 kali waktu muka gelombang, 1,2 μdet
- Bulan Februari : 7 kali Sehingga di peroleh, U 50%   K1  K0,752   103 kV
 t 
- Bulan Maret : 5 kali
- Bulan April : 7 kali 
  0,35 
0,62 
  103
- Bulan Mei : 10 kali  1,2 0,75 
- Bulan Juni : 6 kali
 0,62 
- Bulan Juli : 4 kali   0,35    103
 1,14 
- Bulan Agustus : 4 kali
- Bulan September : 14 kali   0,35  0,544 103
- Bulan Oktober : 8 kali  894 kV
- Bulan November : 14 kali
- Bulan Desember : 7 kali B. Parameter Sistem
TOTAL : 95 kali dalam tahun 2014 Penentuan nilai pengenal dari arester,
Dengan menggunakan persamaan diperlukan analisa sistem untuk mendapatkan nilai
NL = N  A impedansi urutan positif dan impedansi urutan nol dari
NL = Jumlah sambaran per km2 per tahun sistem tersebut. Sistem yang di analisa adalah bagian
A = Total hari guruh sistem minahasa yang dilakukan pengamatan yakni dari
= (0,15 x 95)(5,57) Gardu Induk kawangkoan samapai Gardu Induk
= (14,25)(5,57) Lopana. Dimana didalam sistem ini terdapat beberapa
= 79,37 kali sambaran per 17 km per tahun parameter yang diperlukan untuk menganalisa, yaitu
Saluran transmisi Kawangkoan-Lopana 150 kV Gardu Induk Kawangkoan, Inter Bus dan Gardu Induk
menggunakan kawat jenis ASCR (sesuai lampiran). Lopana. Gambar 7 adalah rangkaian pengganti.
Berdasarkan table 3.6 maka diameter kawat tersebut
adalah : Jari-jari kawat = 17,1 / 2 = 8,55 mm = 8,55 x
10-3 m C. Analisis kinerja Arester dan Penentuan
Dengan menggunakan pada 2.14 maka diperoleh Pengenal / Rating Arester.
impedansi surja
z  L / C  60 ln 2 h / r () -3 Penentuan pengenal/ rating arester umumnya
= 60 ln 2(28,5) / 8,55 x 10 hanya pengenal tegangan, namun dalam tugas akhir ini
= 60 ln 57/8,55 x 10-3 untuk Analisi kinerja Arester dan pengenal/ rating dari
= 60 ln 6666,667 arester diperlukan 4 hal untuk menentukan arester yang
= 60 . 8, ekonomis dan efektif dan digunakan pada saluran
= 528 Ω transmisi 150 kV antara GI Kawangkoan dan GI
3). Tegangan Tembus Isolator Udara Lopana. Berdasarkan analisa sistem, didapatkan nilai
Tegangan tembus Isolator dapat di peroleh impedansi urutan positif dan impedansi urutan nol
dengan menggunakan persamaan 2.15 Dimana, sebagai berikut :
: W = panjang rentangan isolator untuk
tegangan 150 kV Zeq urutan positif = 0,00190 + j0,00981Ω
0,886 meter (lampiran)
Zeq urutan nol = 0,028+ j0,17Ω
K1 = 0,4 x W = 0,4 x 0,886 = 0,35
E-Journal Teknik Elektro dan Komputer Vol.6 no.1 (2017) , ISSN: 2301-8402 13

Dari persamaan 2.1 kita bisa jabarkan kedua - Tingkat perlindungan arester = UA + 10%
impedansi itu untuk menentukan nilai resistansi dan ( panjang kawat + toleransi pabrik)
reaktansinya. = 208,79 x 1,1
= 229,6 kV
Z = R + jX Ω - Tingkat Isolasi Dasar (TID) berdasarkan
peralatan yang dilindungi yaitu transformator
Zeq urutan positif = 0,00190 + j0,00981Ω ; 325 kV
Maka,
R1 = 0,00190 Ω FP = 325 – 229,6
X1 = j0,00981Ω = 95,4
Zeq urutan nol = 0,028+ j0,17Ω = 95,4/325
R0 = 0,028Ω = 0,29 = 29 %
X0 = j0,17 Ω
Sehingga, untuk kinerja dari arrester sendiri sudah baik
D. Arus pelepasan/ arus kerja arester (IA) karena dari hasil di dapat arrester bekerja secara
Dalam penentuan arus pelepasan/ arus kerja maksimal
dari arester, maka diperlukan beberapa parameter yang
digunakan diantaranya tegangan gelombang IV. KESIMPULAN DAN SARAN
datang(Ud), tegangan pelepasan/ tegangan kerja(UA)
arester dan impedansi surja(z) . Untuk tegangan A. Kesimpulan
gelombang datang diambil nilai tegangan tembus Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan
isolator( U 50% ), karena tegangan yang muncul dari diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut :
1) Untuk jumlah sambaran petir pada saluran
tegangan tembus isolator akan sama dengan tegangan transmisi 150 kV Kawangkoan - Lopana pada
kawat penghantar sehingga tegangan dari kawat juga tahun 2014 berdasarkan data hari guruh di
merupakan tegangan gelombang yang datang. dapatkan jumlah sambaran sebesar 95 kali
dalam tahun 2014 kali dalam setahun.
Dimana,
2) Dari hasil penyederhaan rangkaian pengganti
Ud = 894 kV (berdasarkan tegangan
impedansi untuk urutan positif dan nol di
tembus isolator U 50% ) dapat:
UA = 208,79 kV Zeq urutan positif = 0,00190 + j0,00981Ω
z = 528 Ω Zeq urutan nol = 0,028+ j0,17Ω
maka, 3) Kinerja dari arester sendiri sudah tergolong
2 Ud - U A maksimal untuk lingkup Kawangkoan –
Ia  kA
z Lopana.
B. Saran
2 894   208,79 1) Dari hasil analisa dan pembahasan untuk
 kinerja Arester pada saluran transmisi 150 kV
528
Kawangkoan -
1788  208,79 Lopana, kiranya dapat digunakan sebagai
 referensi untuk jenis arester.
528 2). Untuk kedepannya kiranya bisa dikembangkan
lagi penelitian untuk saluran transmisi 150 kV.
1579,21
  2,99 kA 3) Perlu di pelajari lebih mendalam dalam
528 Analisa sistem tenaga listrik dan proteksi.
4) Untuk pengembangan penelitian ini kiranya
E. Faktor perlindungan (Protection Margin) dapat diaplikasikan pada jaringan transmisi
Seperti yang telah dijelaskan pada landasan yang lain.
teori dimana, Faktor perlindungan adalah besar
perbedaan tegangan antara BIL dari peralatan yang KUTIPAN
dilindungi dengan tegangan kerja dari arester, dan pada
umumnya besar faktor perlindungan adalah 20% jika [1] D. Marsudi. Operasi Sistem Tenaga Listrik , Balai
kurang dari 20% berarti tidak bekerja maksimal. Penerbit & HUMAS ISTN, Jakarta, 1990.
FP = BIL peralatan – Tingkat perlindungan arester [2] G. Darwanto Dr. Konsep Dasar Sistem penangkal Petir
Eksternal & Internal Terintegrasi, ITB, Bandung.
[3] G. Paul, Electrical Power Equipment Maintenance and
Dimana, Testing, Florida.
14 Maruli Ch.M. Barasa – Analisa Kinerja Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 150KV
Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

[4] H.R.Zoro. Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Maruli Ch. M. Barasa lahir Mei
Sistem Tenaga Listrik, Penerbit ITB, Bandung. 1992 pada tahun 2009 memulai
[5] Paraisu Misael, Analisa Rating Lightning Arrester Pada pendidikan di Fakultas Teknik
Jaringan Transmisi 70 kV Tomohon-Teling, Manado,
Universitas Sam Ratulangi Manado
2013.
[6] PLN 7_1978, Pedoman Pemilihan Tingkat Isolasi di Jurusan Teknik Elektro, dengan
Transformator Dan Penangkal Petir. mengambil konsentrasi Minat
[7] RE. James and Q. Su, Condition Assement of hight voltage Teknik Tenaga Listrik pada tahun
Insulation in power equipment, London, 2008. 2011. Dalam menempuh pendidikan
[8] SPLN 41-7_1981, Hantaran Aluminium Berpenguat Baja penulis juga pernah melaksanakan
(ACSR). Kerja Praktek yang bertempat di PT
[9] T. Kawengian. Analisa Perbandingan Perbandingan MSM dan Toka Tindung Likupang
Perhitungan Aliran Daya Sistem Minahasa Dengan
dari tanggal 9 Agustus 2014 dan selesai melaksanakan
Metode Gaus Seidel, Newton-Raphson dan Fast
Decoupled. Manado, 2014. pendidikan di Fakultas Teknik Elektro Universitas Sam
[10] T.S. Hutauruk. Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja , Ratulangi Manado 31 Agustus 2016, minat penilitiannya
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991. adalah tentang Analisis Kinerja Lightning Arester pada
jaringan Transmisi 150 kV Sistem Minahasa Khususnya pada
penyulang Kawangkoan – Lopana.

Anda mungkin juga menyukai