Jurnal PDF
Jurnal PDF
Abstract— In the distribution of electrical energy in sambaran petir di sebut Lightning Arrester. Alat ini
transmission and distribution networks can not be separated biasanya dipasang pada gardu-gardu induk dan juga
from any interference that can Disrupt the process of dijaringan-jaringan transmisi. Yang berfungsi untuk
distribution of electrical energy, whether it was interference melindungi peralatan-peralatan di gardu induk dan
from inside or outside interference. It required protection jaringan-jaringan transmisi dari tegangan surja (baik
tools to protect it. It required protection tools to protect it. surja hubung maupun surja petir)
One of the outside distractions that lead to failure of
equipment in the transmission line is a lightning strike.
Demikian pula dengan Sistem Minahasa tidak
Based on the analysis in 2014, the number of lightning lepas dari gangguan berupa sambaran petir. Karena
strikes in the transmission network is more or less as much jumlah sambaran petir yang tinggi pada daerah ini. Hal
as 95 times.Top protection against lightning strikes on ini dikarenakan, perlu dikaji kembali Lighning Arester
Transmission Network is a lightning rod. Where, for a yang di pasang pada jaringan.
review analyzing the boarding costs AT 150 kV Gangguan yang terjadi pada sistem tenaga
Transmission Line. listrik sangat beragam besaran dan jenisnya. Gangguan
dalam sistem tenaga listrik adalah keadaan tidak normal
Keywords: Boarding cost Analysus, Lightning Arrester,
dimana keadaan ini dapat mengakibatkan terganggunya
Network Transmission, Protections
kontinuitas pelayanan tenaga listrik. Secara umum
Abstrak— Didalam penyaluran energi listrik pada jaringan klasifikasi gangguan pada sistem tenaga listrik
transmisi dan distribusi tidak lepas dari adanya gangguan
disebabkan oleh gangguan dari dalam dan dari luar.
yang dapat mengganggu proses penyaluran energi listrik, baik Dimana gangguan yang berasal dari dalam
itu gangguan dari dalam atau gangguan dari luar. Untuk itu merupakan gangguan yang berasal dari dalam sistem itu
diperlukan alat-alat proteksi untuk memproteksinya. Salah sendiri, contohnya kerusakan material peralatan akibat
satu gangguan dari luar yang menyebabkan kegagalan pada proses penuaan, sedangkan gangguan yang berasal dari
peralatan di jaringan transimisi yaitu sambaran petir. luar merupakan gangguan dari luar sistem tersebut
Berdasarkan hasil analisa pada tahun 2014, jumlah sambaran seperti sambaran petir. Untuk gangguan akibat
petir pada jaringan transmisi ini kurang lebih sebanyak 95 kali sambaran petir akan mengakibatkan tegangan lebih
sambaran. Proteksi utama terhadap sambaran petir pada pada jaringan.
jaringan transmisi adalah lightning arrester. Dimana, untuk
menganalisa kinerja pada jaringan transmisi 150 kV.
A. Tegangan Lebih
Dalam pengoperasian system tenaga listrik
Kata kunci: Analisis kinerja, Jaringan transmisi, Lightning perlu perhatian khusus pada system proteksi Terhadap
Arrester, Protektsi. tegangan lebih.Tegangan lebih adalah tegangan yang
hanya dapat ditahan untuk waktu yang terbatas.
I. PENDAHULUAN Tegangan lebih berdasarkan sumbernya,
Didalam penyaluran energi listrik pada ditimbulkan oleh :
jaringan transmisi dan distribusi tidak lepas dari adanya 1) Tegangan lebih petir (lightning over voltage) pada
gangguan yang dapat .mengganggu proses penyaluran peralatan listrik baik sambaran langsung, tidak
energi listrik, baik itu gangguan dari dalam atau langsung, maupun secara induksi.
gangguan dari luar. 2) Tegangan lebih surja hubung (switching over
Untuk itu diperlukan alat-alat proteksi untuk voltage) baik akibat operasi penutupan maupun
memproteksinya. Salah satu gangguan dari luar yang operasi pembukaan saklar.
menyebabkan kegagalan pada peralatan di jaringan 3) Tegangan lebih sementara (temporary over voltage)
transimisi yaitu sambaran petir. Peralatan yang biasa disebabkan gangguan disistem Untuk bentuk
digunakan untuk memproteksi gangguan akibat gelombang dari tegangan lebih akibat surja petir dan
8 Maruli Ch.M. Barasa – Analisa Kinerja Lightning Arrester
ter Pada Jaringan Transmisi 150KV
Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana
G2
G3
Trafo P.S
Saluran Transmisi
Trafo P.S
Jaringan Distribusi
Gardu Induk
Rumus untuk mencari nilai resistansi dari suatu diagram impedansi (gambar 3) yang menunjukkan
penghantar dirumuskan pada persamaan 3. rangkaian setara masing-masing komponen sistem
dengan berpedoman pada salah satu sisi yang sama
(3) pada transformator.
R ρ
A J. Besaran per Unit
Dimana, = resistivitas penghantar Besaran per unit merupakan metode yang digunakan
untuk mengubah satuan dari besaran-besaran seperti
= panjang tegangan, arus, daya dan impedansi menjadi per unit
(p.u). Nilai per unit tiap besaran biasanya dinyatakan
A = luas penampang sebagai suatu persen dan juga sebagai perbandingan
besaran itu dengan nilai dasar yang telah ditentukan
2) Reaktansi Saluran (dirumuskan dalam persamaan 6,7 dan 8).
Reaktansi saluran yaitu nilai tahanan yang didapat Nilai Sebenarnya
dari nilai induktansi dan kapasitansi penghantar Satuan Per Unit (pu)
yang ada di saluran. Rumus untuk mencari nilai Nilai Dasar (6)
reaktansi dijelaskan pada persamaan 4 dan 5.
Ø
X L ωL 2 f L Rumus untuk Arus:
(4)
1 1 (7)
Xc (5)
ωC 2 fC
Rumus untuk Impedansi:
Dimana,
XL = reaktansi induktif (Ω) ( )2
f = frekuensi (Hz) (8)
Ø
XC = reaktansi kapasitif (Ω)
L = induktansi (H) Ada kalanya impedansi per unit suatu komponen dalam
= 2 π f = kecepatan sudut suatu sistem dinyatakan dengan dasar yang berbeda
C = kapasitansi (F) Karena itu untuk mengubah impedansi per unit dengan
suatu dasar yang telah diberikan ke impedansi per unit
H. Diagram Segaris dengan dasar yang baru digumakan persamaan 9.
Zbaru = Z lama (pu) = (9)
Didalam suatu sistem, tiga fasa jarang dipergun
akan untuk menjelaskan suatu sistem karena itu suatu
sistem tiga fasa selalu di selesaikan dengan rangkaian K. Penangkapan Petir di Saluran Transmisi
fasa tunggal. Dimana diambil salah satu fasa
Suatu saluran transmisi di atas tanah dapat
I. Diagram Impedansi dan Reaktansi dikatakan membentuk bayang-bayang listrik. Lebar
bayang-bayang listrik untuk suatu saluran transmisi
Untuk menghitung sifat suatu sistem dalam telah ditentukan oleh Whitehead (lihat gambar 4)
keadaan berbeban atau pada saat timbulnya suatu
hubung-singkat, diagram segaris harus diubah menjadi
Dimana,
b = jarak pemisah antara kedua kawat
Gambar 3. Skema diagram impedansi.
tanah,meter (bila kawat tanah hanya satu,
b=0)
10 Maruli Ch.M. Barasa – Analisa Kinerja Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 150KV
Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana
h = tinggi rata-rata kawat tanah diatas tanah, Impedansi surja merupakan nilai impedansi
meter yang didapat pada saat terjadi surja baik itu merupakan
ht= tinggi kawat tanah pada menara, meter. surja petir ataupun surja hubung. Impedansi surja juga
L = Jumlah Sambaran Petir ke Bumi dipengaruhi oleh konstanta L dan C yang merambat
pada kawat penghantar, dimana kedua konstanta itu
Dalam perencanaan pengaman terhadap juga dipengaruhi oleh karakterik dari kawat itu juga.
sambaran petir, angka kepadatannya harus ditinjau
dulu, untuk menentukan mutu pengaman yang akan Impedansi surja untuk kawat udara adalah
dipasang. Hal tersebut dapat diketahui dengan sebagaimana dapat dilihat dari persamaan (13) berikut:
mempergunakan peta hari guruh pertahun (Iso Keraunic
Level). Kemudian cari harga korelasinya dengan z L / C 60 ln 2h / r () (13)
kepadatan petir ditanah.Semakin besar harga kepadatan
sambaran petir pada suatu daerah, maka kegagalan Dimana :
perlindungan dari saluran transmisi atau gardu induk r = jari-jari kawat dan h adalah tinggi kawat
semakin besar. Banyak para penyelidik memberikan diatas tanah.
perhatian dengan memberikan rumus-rumus tersendiri.
Untuk indonesia digunakan rumus (10) sebagaimana
berikut ini: 1). Tegangan Tembus Isolator Udara
Besaran tegangan yang timbul pada isolator
N 0 ,15 IKL (10) transmisi tergantung pada kedua parameter petir, yaitu
puncak dan kecuraman muka gelombang petir. Tidak
Dimana, semua sambaran petir dapat mengakibatkan lompatan
N = Jumlah sambaran per km2 per tahun api (flashover) pada isolator karena juga bergantung
IKL = Jumlah hari guruh per tahu dari besar tegangan yang timbul dan tidak melebihi
tegangan tembus pada isolator (U50%). Rumus tegangan
Untuk jumlah sambaran pada saluran transmisi tembus isolator, dapat dilihat pada persamaan (14).
sepanjang 100 km dibuat seperti pada persamaan 11.
(11) K
NL N A U 50% K1 0,752 10 3 kV (14)
t
Dimana,
M. Kecepatan Rambat Gelombang
U50% = tegangan tembus isolator, kV
Suatu gelombang yang merambat dengan
K1 = 0,4 W
konstanta L dan C di sepanjang kawat, membuat
K2 = 0,71 W
gelombang tegangan dan arus merambat dengan dengan
W = panjang rentengan isolator, meter
kecepatan yang sama. Selain itu, kecepatan rambat dari
t = waktu tembus atau waktu lompatan
gelombang tersebut juga dipengaruhi oleh suatu faktor
api pada isolator, μdet
proporsional, yaitu karakteristik dari kawat yang dilalui.
Maka didapat kecepatan rambat gelombang untuk
kawat udara sebagaimana persamaan (12) berikut:
2). Prinsip Kerja Arester
= 2(28,5)
= 57 meter.
Maka,
A = 0,017 (0 + 4. 571,09) km2 per 17 km
saluran
= 0,017 ( 4 . 82,01)
= 0,017 (328,06)
= 5,57 km2 per 17 km saluran
Dari persamaan 2.1 kita bisa jabarkan kedua - Tingkat perlindungan arester = UA + 10%
impedansi itu untuk menentukan nilai resistansi dan ( panjang kawat + toleransi pabrik)
reaktansinya. = 208,79 x 1,1
= 229,6 kV
Z = R + jX Ω - Tingkat Isolasi Dasar (TID) berdasarkan
peralatan yang dilindungi yaitu transformator
Zeq urutan positif = 0,00190 + j0,00981Ω ; 325 kV
Maka,
R1 = 0,00190 Ω FP = 325 – 229,6
X1 = j0,00981Ω = 95,4
Zeq urutan nol = 0,028+ j0,17Ω = 95,4/325
R0 = 0,028Ω = 0,29 = 29 %
X0 = j0,17 Ω
Sehingga, untuk kinerja dari arrester sendiri sudah baik
D. Arus pelepasan/ arus kerja arester (IA) karena dari hasil di dapat arrester bekerja secara
Dalam penentuan arus pelepasan/ arus kerja maksimal
dari arester, maka diperlukan beberapa parameter yang
digunakan diantaranya tegangan gelombang IV. KESIMPULAN DAN SARAN
datang(Ud), tegangan pelepasan/ tegangan kerja(UA)
arester dan impedansi surja(z) . Untuk tegangan A. Kesimpulan
gelombang datang diambil nilai tegangan tembus Berdasarkan dari hasil analisa dan pembahasan
isolator( U 50% ), karena tegangan yang muncul dari diperoleh kesimpulan adalah sebagai berikut :
1) Untuk jumlah sambaran petir pada saluran
tegangan tembus isolator akan sama dengan tegangan transmisi 150 kV Kawangkoan - Lopana pada
kawat penghantar sehingga tegangan dari kawat juga tahun 2014 berdasarkan data hari guruh di
merupakan tegangan gelombang yang datang. dapatkan jumlah sambaran sebesar 95 kali
dalam tahun 2014 kali dalam setahun.
Dimana,
2) Dari hasil penyederhaan rangkaian pengganti
Ud = 894 kV (berdasarkan tegangan
impedansi untuk urutan positif dan nol di
tembus isolator U 50% ) dapat:
UA = 208,79 kV Zeq urutan positif = 0,00190 + j0,00981Ω
z = 528 Ω Zeq urutan nol = 0,028+ j0,17Ω
maka, 3) Kinerja dari arester sendiri sudah tergolong
2 Ud - U A maksimal untuk lingkup Kawangkoan –
Ia kA
z Lopana.
B. Saran
2 894 208,79 1) Dari hasil analisa dan pembahasan untuk
kinerja Arester pada saluran transmisi 150 kV
528
Kawangkoan -
1788 208,79 Lopana, kiranya dapat digunakan sebagai
referensi untuk jenis arester.
528 2). Untuk kedepannya kiranya bisa dikembangkan
lagi penelitian untuk saluran transmisi 150 kV.
1579,21
2,99 kA 3) Perlu di pelajari lebih mendalam dalam
528 Analisa sistem tenaga listrik dan proteksi.
4) Untuk pengembangan penelitian ini kiranya
E. Faktor perlindungan (Protection Margin) dapat diaplikasikan pada jaringan transmisi
Seperti yang telah dijelaskan pada landasan yang lain.
teori dimana, Faktor perlindungan adalah besar
perbedaan tegangan antara BIL dari peralatan yang KUTIPAN
dilindungi dengan tegangan kerja dari arester, dan pada
umumnya besar faktor perlindungan adalah 20% jika [1] D. Marsudi. Operasi Sistem Tenaga Listrik , Balai
kurang dari 20% berarti tidak bekerja maksimal. Penerbit & HUMAS ISTN, Jakarta, 1990.
FP = BIL peralatan – Tingkat perlindungan arester [2] G. Darwanto Dr. Konsep Dasar Sistem penangkal Petir
Eksternal & Internal Terintegrasi, ITB, Bandung.
[3] G. Paul, Electrical Power Equipment Maintenance and
Dimana, Testing, Florida.
14 Maruli Ch.M. Barasa – Analisa Kinerja Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 150KV
Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana
[4] H.R.Zoro. Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Maruli Ch. M. Barasa lahir Mei
Sistem Tenaga Listrik, Penerbit ITB, Bandung. 1992 pada tahun 2009 memulai
[5] Paraisu Misael, Analisa Rating Lightning Arrester Pada pendidikan di Fakultas Teknik
Jaringan Transmisi 70 kV Tomohon-Teling, Manado,
Universitas Sam Ratulangi Manado
2013.
[6] PLN 7_1978, Pedoman Pemilihan Tingkat Isolasi di Jurusan Teknik Elektro, dengan
Transformator Dan Penangkal Petir. mengambil konsentrasi Minat
[7] RE. James and Q. Su, Condition Assement of hight voltage Teknik Tenaga Listrik pada tahun
Insulation in power equipment, London, 2008. 2011. Dalam menempuh pendidikan
[8] SPLN 41-7_1981, Hantaran Aluminium Berpenguat Baja penulis juga pernah melaksanakan
(ACSR). Kerja Praktek yang bertempat di PT
[9] T. Kawengian. Analisa Perbandingan Perbandingan MSM dan Toka Tindung Likupang
Perhitungan Aliran Daya Sistem Minahasa Dengan
dari tanggal 9 Agustus 2014 dan selesai melaksanakan
Metode Gaus Seidel, Newton-Raphson dan Fast
Decoupled. Manado, 2014. pendidikan di Fakultas Teknik Elektro Universitas Sam
[10] T.S. Hutauruk. Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja , Ratulangi Manado 31 Agustus 2016, minat penilitiannya
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1991. adalah tentang Analisis Kinerja Lightning Arester pada
jaringan Transmisi 150 kV Sistem Minahasa Khususnya pada
penyulang Kawangkoan – Lopana.