Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN TUGAS AKHIR

PROSES PRODUKSI

SNACK BAR TEPUNG UBI JALAR DENGAN PENAMBAHAN REMPAH

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli

Madya di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh:

KARTIKA KEKSI NIRWESTHI

H3116043

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Snack bar merupakan salah satu pangan yang mempunyai
kandungan kaloti tinggi, sehingga sering digunakan sebagai panggan darurat
atau sekedar snack. Menuurt Ladamay et al., (2014) snack bar umumnya di
buat dengan kandungan yang sehat dan bermanfaat bagi tubuh, karena kaya
akan kandungan gizi didalamnya. Kandungan gizi yang umumnya terkandung
adalah dari protein, lemak dan juga karbohidrat. Snack bar di pasaran
umumnya dibuat dengan kandungan tinggi protein. Tinggi protein ini
dikarenakan penggunaan bahan baku seperti kacang-kacangan terutapa
kedelai, atau dengan tepung komposit seperti dari umbi-umbian. Snack bar
ini merupakan produk yang sudah menyebar ke pacaran internasional maupun
di Indonesia.
Snack bar yang di pasaran umumnya hanya menggunakan bahan dari
kacang atau tepung. Di Indonesia penggunaan terugu untuk keperluan
pembuatan produk sudah banyak digunakan dan apabila terlalu sering untuk
impor maka pengeluaran dana untuk impor akan semakin bertambah. Maka
dari itu perlunya penciptaan tepung komposit sebagai pengganti atau
campuran tepung terigu. Pada pembuatan produk snack herbal ini
menggunakan tepung ubi jalar dengan penambahan tepung lain yaitu tepung
kedelai dan kacang tanah serta karena pemggunaan rempah untuk snack
masih jarang dan kandungan senyawa yang baik pada rempah maka produk
ini menggunakan penmabahan rempah. Penambahan rempah ini digunakan
jahe bubuk emprit dan Kayu manis bubuk, serta diata snack bar dilapisi
dengan coklat yang akan memperkaya rasa.
Pada produk snack rempah memiliki beberapa kelebihan yang tidak
dimiliki oleh produk lain. Snacak bar rempah menggunakan bahan protein
tinggi dari kedelai dan kacang-kacangan yang sudah jadi bubuk, sehingga
dalam pembuatannya serta penyimpanan bahan bakunya lebih mudah. Selain
itu menggunakan pengganti tepung terigu yaitu tepung ubi jalar sehingga
meningkatkan nilai ekonomi dari tepung ubi serta menekan angka impor
terigu atau gandum. Serta pada penambahan bahan yang berbeda dari yang
lain serta belum ada dipasaran adalah penambaha rempah jahe dan kayu
manis. Menurut Prayitno (2002), jahe yang mempunyai senyawa aktif dapat
meningkatkan kekebalan tubuh dan kayu manis yang mempunyai kandungan
antioksidan yang tinggi akan sangat bermanfaat bagi tubuh. Pada segi
kepraktisan, produk ini sangat pratis hanya mempunyai berat 30 gram dan
sudah mencukupi kalori sehingga bisa digunakan sebagai pangan darurat
yang mempunyai rasa.
Dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki, maka juga terdapat
kelemahan pada produk snack bar ini. Produk ini merupakan produk inovasi
yang masih baru dan belum terlalu di kenal masyarakat luas. Sehingga butuh
tenaga yang lebih ekstra untuk mengenalkan priduk ini kemasyarkat. Salah
satu caranya adalah dengan promosi dan iklan. Promosi bisa ke teman
terdekat atau mencari suatu event dan bisa berpartisipasi dalam acara tersebut
untuk mengenalkan produk. Sedangkan dari promisi tersebut juga sekaligus
untuk mengiklankan produk saheba ini. Berbagai media juga bisa digunakan,
penggunaan media massal dari initernet maupun media cetak lainny akan
sangat membantu pengenalan produk ini kekonsumen.
Pada pengolahannya snack bar ini pengolahan sangat penting setiap
tahapannya untuk menghasilka suatu produk yang bermutu baik. Pembauatan
produk ini terdiri dari penimbangan semua bahan, kemudian pencampuran
bahan sesuai formulasi, kemudian pencetakan diatas loyang yang sudah
dialasi kertas roti. Kemudian adinan di pangang di oven dengan suhu 180°C
selama 30 menit. Sebelum dingin penmabahan coklat batang perlu dilakukan
untuk menambah rasa dan kandungan gizi, kemudian snack bar di potong dan
di kemas dengan pengemas. Pada penggolahannya setiap tahapan harus di cek
kualitasnya untuk menjaga hasil dan menghindari kecacatan.
Faktor yang dapat mempengaruhi dari kualitas produk yaitu pada
pemilihan bahan baku, proses oembuatan dan pada penyimbanan serta
diatribusi. Pada pemilihan bahan baku dilakukan dengan memilih bahan baku
yang sesuai dengan standar SNI supaya meminimalisir kecacatan produk dan
juga sebagai keamanan pangan. Pada proses pembuatan apabila dilakukan
dengan tahapan yang benar maka produk akan memiliki kualitas yang baik
pula. Serta selain dari tahap akhir pembuatan sebelum ke tangan konsumen.
Harus perlu dijaga pada penyimpanan dan pendistribusian, penjagaan ini
untuk menghindari kontaminasi yang mungkin dapat terjadi seperti fisik,
kimia dan biologi. Kontaminasi yang tercegah maka kualitas produk akan
terjaga.
Pembuatan produk dengan menciptakan variasi yang baru dapat
membandingkan hasil terhadap produk yang sudah ada. Inovasi ini diperlukan
untuk mengahilkan produk yang unik belum ada yang membuatnya sehingga
akan tercipta rasa baru pada pembuatan produk inovasi ini menggunakan
berbagai variasi dari formulasi. Kemudian diuji organoleotik sehingga
didapatkan nilai tertinggi dari suatu formulasi. Formulasi yang mempunyai
nilai tertunggi akan digunakan sebagai produk utama.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah berdasar uraian latar belakang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembuatan dan formulasi pada produk snack bar?
2. Bagaimana kandungan kimia pada snack bar rempah?
3. Bagaimana analisa ekonomi pada produk snack bar rempah?
C. Tujuan
Tujuan dari praktik produksi dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengetahui proses pembuatan dan formulasi yang digunakan dalam
produk snack bar rempah.
2. Mengetahui kandungan kimii ayang terdapat pada snackk bar rempah.
3. Mengetahui analisis ekonomi dari produk snack bar rempah.
D. Manfaat
Manfaat dari praktik produksi sebagai berikut:
1. Melakukan pengembangan produk dalam pembuatan snack bar.
2. Meningkatkan nilai ekonomii dari komoditas tepung dalam produk sehat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Produk Snack bar Rempah


Pengertian dari snack bar adalah salah satu jenis pangan yang
memiliki kalori tinggi diaman kandungan utamanya adalah dari karbohidrat,
serta dicampur dengan bahan yang kaya protein. Dikarenakan snack bar
memiliki kalori yang tinggi biasanya dijadikan makanan darurat atau
makanan cadangan. Serta dari produk ini memiliki bentuk yang padat
(Ladamay et al., 2014). Pemilihan bentuk snack bar yang kompak akan
menimbulkan kemudahan dalam pengonsumsiannya dan mudah dalam
penegmasan. Bentuk snack bar yang kompak dikarenakan oleh penambahan
bahan ikat sehingga akan berpengaruh pada tekstur. Bahan dari snack bar
yang kaya akan nurtisi bisa menggunakan bahan yang kering seperti oat,
berbagai jenis kacang, serealia, kismis atau sejenis buah kering lainnya,
diamana bahan tersebut akan dicampur menjadi satu dan diberikan bahan ikat
atau perekat. Bahan perekat bisa disebut dengan binder, yang dibuat dengan
bahan yang memilki daya ikat tinggi seperti gula karamel, sirup buah, madu,
dan dark cholate (Cillies, 1974).
Pembuatan snack bar bisa dari tepung-tepungan atau dari kombinasi
bahan kering kemudian ditambah bahan ikat. Snack dapat dibuat menjadi
produk diversifikasi dengan penambahan bahan lokal. Di pasaran bayak
snack bar yang dibuat dengan bahan impor seperti tepung tepung terigu dan
tepung kedelai. Penggunaan tepung lokal akan menjadi pilihan yang bisa
diterapkan. Pembuatannya yang mudah, kaya akan nutrisi dan mudah
didapatkan akan menjadi poin utama dalam penggunaannya. Selai tepung-
tepungan tersebut juga bisa ditambah dengan bahan kaya akan protein dan
lemak seperti kacang tanah (Ladamay et al., 2014).
Jenis – jenis snack bar yang telah beredar dipasaran dan didapatkan
olehh hasil penelitian snatara lain, seperti nut bar, protein bar, snack bar dari
tepung-tepungan, dan snack bar sinbiotik. Menurut Sumanti dkk., (2016)
snack bar sinbiotik termasuk snack bar yang didalamnya mengandung
komponen prebiotik yang telah ditambahkan. Ditambahkan berupa tepung
dengan kandungan prebiotik yang sulit dicerna oleh enzim dalam pencernaan.
Tepung yang digunakan dapat berasal dari tepung komposit seperti tepung
kedelai, tepung ubi, buah kering serta tepung lokal lainnya. Menurut
Cook et al., (1984), nut bar merupakan jenis snack bar yang berbahan dasar
dari kacang dengan penghalusan menjadi bubuk atau hancuran serta irisan
dari kacang, serta digunakan perekat berupa gula atau madu. Protein bar
merupakan food bar yang dalam komposisinya mengandung tinggi serat,
protein yang berasal dari kedelai atau kacang-kacangan serta susu, dan oat.
Protein bar dapat dikonsumsi untuk pemenuhan nutrisi protein harian.
Kandunagan zat gizi snack bar pada penggunaan tepung komposit
ubi kuning dapat disajikan seperti tabel berikut.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi per 100 gram Snack bar
Zat Gizi Kandungan
Energi (kkal) 267,5
Karbohidrat (g) 63,71
Lemak (g) 0,69
Protein (g) 1,60
Serat (g) 1,66
Amilosa (g) 24,81
Air (%) 33,19
Sumber: Avianty, (2013)
Pada SNI belum disajikan tabel atau standar mutu pada snack bar.
Dari berbagai refernsi dapat digunakan sebagai pembanding dan pemenuhan
syarat:
Tabel 2.2 Syarat Mutu Makanan Diet Menurut SNI 01-4216-1996, USDA
25048 Komersial dan Sinbiotik
No Kriteria SNI 01- USDA Snack bar Snack bar
4216- 25048 Komersial Sinbiotik****
199 ** ***
*
1. Protein 25-50% 9,38 16,7 g 11,60%
2. Lemak 1,4-14% 10,91 20 g 5,44%
3. Energi 120 kkal 120,93 140 kkal 141,39 kkal
kkal
4. Air - 11,26 11,4% 6,64%
5. Kekerasan - - 5466,53 6557,34 gF
gF
Sumber: *BSN* (1996)
*USDA National Nutrient Database for Standard Reference (2015)
*** PT. Otsuka Amerta Indah (2014)
**** Sumanti dkk. (2016)
Snack bar merupakan makanan yang praktis dan memiliki
kandungan gizi yang lengkap dari segi protein, lemak, dan karbohidrat.
Dalam mengonsumsi snack bar ini tidak hanya sebagai makanan selingan
penunda lapar tetapi sekaligus mendapatkan manfaat dari lengkapnya
kandungan gizi. Mengonsumsi snack bar sebagai makanan ringan akan
mencegah untuk mengonsumsi jajanan kurang sehat yang mengandung tinggi
gula sehingga dapat mengontrol gula dalam darah yang dapat mencegah
resiko diabetes (Avianty, 2013). Snack bar denagn diversifikasi pangan ini
selain bermanfaat bagi kesehatan tubuh sekaligus guna meningkatkan
produksi dari umbi-umbian dan meningkatkan nilai ekonomi dari umbi jalar.
Dari segi gizi juga lebih baik dari pada tepung terigu, dimana terigu
mengandung gluten sehingga konsumen yang alergi terhadap gluten kurang
bisa untuk mengonsumsi makanan berbahan terigu
(Sumianti dkk., 2016).
B. Bahan Pembuatan Produk
Dahan yang digunakan dalam pembuatan snack bar meliputi bahan
baku dan bahan penunjang yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Bahan baku
a. Tepung ubi jalar kuning
Ubi jalar adalah salah satu jenis umbi yang membunyai nama
latin Ipomoea batatas L, serta masuk kedalam komoditas pertanian
yang mudah dikembangkan pada lahan yang tidak terlalu
suburmorfoligi ubi jalar meliputi tanaman dikotiledon. Batangnya
tidak berkayu, memiliki daun seperti jantung, bunga berwarna ungu
dan berbentuk seperti terompet, mempunyai akar serabut serta bentuk
umbinya bervariasi (Sarwono, 2005).
Jenis ubi jalar dapat terbagai menjadi beberapa klasifikasi,
dari segi waran umbi dapat dibedakan menadi beberapa jenis. Umbi
jalar putih merupakan ubi yang didalamnya berwarna putih, ubi jalar
kuning diaman ubinya berwarna kuning hungga putih. Ubi orange
diman ubi didalamnya berwarna jingga dan memiliki rasa yang lebih
manis. Kemudian ubi yang kaya akan antioksidan adalah ubi jalar
ungu (Dede dan Cahyono, 2000).
Tepung ubi jalar merupakan tepung yang berasal dari ubi
jalar dimana terjadi proses pengecilan ukuran pengeringan hingga
penepungan. Keunggulan dari tepung ubi jalar adalah lebih luas
penggunaanya untuk berbagai keperluan makanan. Tepung akan lebih
tahan lama jika disimpan pada penyimpanan yang tepat. Produksinya
yang banyak membuat harga dari tepung ubi lebih stabil
(Utomo dan Antarlina, 2002).
Komposisi atau kandunagn gizi dari ubi jalar yang telah
melalui penelitian disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.3 komposisi kimia Tepung Ubi jalar kuning
Komponen muti kimia Kadar kandungan
Air (%bb) 6.77
Abu (%) 4.71
Lemak (%) 0.91
Protein (%) 4.42
Serat kasar (%) 5.54
Karbohidrat (%) 83.19
Sumber: Ambarsari dkk., (2009)
Fungsi dari penggunaan bahan ubi menjadi tepung ini
tentunya untuk bahan baku berbagai olahan yang akan berdampak
pada peningkatan peran ubi jalar ini terhadap perekonomian.
Pemanfaatan ini tentunya memiliki pengolahan cara yang mudah.
Perekonomian akan miningkat terutapa pada penghasil ubi jalar yaitu
di pedesaan (Winarto, 1999). Penggunaan ubi jalar sebagai snack bar
untuk meningkatkan nurtisis pada produk dimana kandungan serat
yang lebih tinggi dan mempunyai glikemiks indeks yang rendah
(Setyono dkk., 1996).
Standar mutu dari tepung ubi jalar dapat disajikan dalam
tabel dibawah:
Tabel 2.4 Standar Mutu Tepung Ubi Jalar
Kriteria mutu Tepung ubijalar
Kadar air (maks) 15%
Keasaman (maks) 4 ml 1N NaOH/100 g
Kadar pati (min) 55%
Kadar serat (maks) 3%
Kadar abu(maks) 2%
Sumber: Barrett dan Damardjati, 1987
b. Kacang tanah
Kacang tanah termasuk ke dalam jenis kacang-kacangan
yang mengandung banyak minyak nabati. Kacang tanah memiliki
nama latin yaitu Arachis hypogaea L, bahan ini juga banyak
pengandung protein nabati serta sangat fleksibel dalam
pengolahannya. Tipe dari kacang tanah dapat dibagi menjadi tida tipe,
meliputi Valensia, Spanish serta Virginia. Tipe spanish ini merupakan
atau biasanya dari varietas lokal atau unggul, bercirikan dalam polong
berbiji 1 sampai 2. Sedangkan pada tipe valensia polong berjumlah 3
sampai 4 (Adisarwanto, 2002).
Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengonsumsi kacang
tanah. Kacang tanah sangat bergizi tinggi dimana didalamnya
komponen untama adalah protein dan lemak yang sehat serta kaya
akan vitamin dan mineral. Berikut disajikan tabel komposisi kimia
kacang tanah:
Tabel 2.5 Komposisi Kimia kacang tanah dalam 100 gr
Komposisi Jumlah kandungan (gr)
Kalori 525 (gr)
Protein 27,9 (gr)
Karbohidrat 17,4 (gr)
Lemak 42,7 (gr)
Kalsium 3,5 (mg)
Fosfror 456 (mg)
Zat besi 5,7 (mg)
Vitamin A 0 (IU)
Vitamin B 0,44 (mg)
Vitamin C 0 (mg)
Sumber: Direktorat Gizi Depkes (2015)
Fungsi dari kacang tanah adalah sebagai pemenuhan nutrisi
dalam tubuh. Nilai ekonomi yang besar serta kemudahan dalam
pemanfaatannya sangat cocok untuk diproduksi lebih besar. Dalam
bidang industri kacang tanah sangat dibutuhkan untuk emilsifier
seperti pada pembuatan minyak goreng, sabun serta margarin. Selain
bijinya daun dari kacang tanah bermanfaat untuk pakan ternak.
Kacang tanah yang kandungan paling banyak terdapat pada lemak
baik dapat menurunkan kadar kolestrol jahat atau LDL juga menaikan
kadar kolestrol baik atau disebut HDL dalam tubuh (Cibro, 2008).
Tabel 2.6 Standar Nasional Indonesia 01-3921-1995 tentang standar
mutu fisik kacang tanah dalam bentuk polong
No. Jenis uji Satuan Persyaratan Mutu
1 2 3
1 Kadar air (maksimum) % 8 9 9
2 Kotoran (maksimum) % 1 2 3
3 Polong kering (maksimum) % 2 3 4
4 Polong rusak (maksimum) % 0,5 1 2
5 Polong berbiji satu % 3 4 5
(maksimum)
6 Rendemen (minimum) % 65 62,5 60
Sumber: Badan Standarisasi Nasional (1995)
c. Kedelai
Kedelai dengan nama latin Glicine max L. Merr merupakan
salah satu tanaman semusim dengan masa panen saat musim kemarau
karena dalam penanamannya bisa tumbuh pada air yang kurang.
Dalam kedelai kandungan utamanya adalah protein dan kandungan
lain sperti lemak, vitamin B, K, E, A serta mineral. Kedelai sangat
kaya akan protein dalam berbagai jenis produk kedelai seperti pada
tepung kedelai sebesar 50%, pada isolet protein sebesar 90%, serta
konsentrat sebesar 70%. Dalam protein kedelai mengandung asam
amino delapan jenis secuali metionindan fenilalanin (Suprapto, 1993).
Tepung kedelai erupakan serbuk dari kedelai yang melakuai
tahap penepungan. Penggunana tepung kedelai lebihh fleksibel seperti
pada pembuatan susu, biskuit, hingga makann bayi. Proses pembuatan
tepung kedelai sangat mudah dan sederhana hanya melalui proses
perendaman, penghilangan kulit ari, pengeringan serta penggilingan
(Warisno dan Kres Dana, 2010).
Kebutuhan harian dari protein ata-rata manusia adalah 55 gr
yang akan bisa didapatkan jika mengonsumsi kedelai sebanyak 157,14
g. Kandungan atau komposisi gizi dari kedelai dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel 2.7 Komposisi Kimia Kedelai dalam 100 gr
Kandungan Gizi Jumlah
Karbohidrat kompleks (g) 21.00
Karbohidrat sederhana (g) 9.00
Stakiosa (g) 3.30
Rafinosa (g) 1.60
Protein (g) 36.00
Lemak total (g) 19.00
Lemak Jenuh (g) 2.88
Monounsaturated 4.40
Polyunsaturated 11.20
Kalsium (mg) 276.00
Fosfor (mg) 704.00
Kalium (mg) 1797.00
Magnesium (mg) 280.00
Seng (mg) 4.80
Zat besi (mg) 16.00
Serat tidak larut (g) 10.00
Sumber: Aparicio et al., (2008)
Disamping dari kayanya kandungan gizi yang sangat berguna
bagi pemenuhan harian, juag terdapat senyawa komponen anti gizi
didalamnya beberapa diantaranya adalah penyebab penghilang flavor
yang berdampak pada cita rasa erta aroma. Senyawa yang terkandung
diantarany adalah antitripsin, asam fitat, hemaglutinin serta
ologosakarida. Selain itu juga mengandung glukosida dan saponin.
Penghilangan zat anti gizi tersebut dapat dilakukan selama proses
pengolahan seperti perebusan, pengecilan ukuran, fermentasi sera
perendaman (Koswara, 1992).
Tabel 2.8 Persyaratan mutu biji kedelai menurut SNI 01-3922-1995.
Jenis uji Satuan Persyartan mutu
I II III IV
Kadar air % 13 14 14 16
(maksimum)
Butir belah % 1 2 3 5
(maksimum)
Butir rusak % 1 2 3 5
(maksimum)
Butir warna % 1 3 5 10
lain
(maksimum)
Butir % 0 1 3 5
keriput
(maksimum)
Kotoran % 0 1 2 3
(maksimum)
Sumber: BSN (1995)
d. Putih telur
Telur termasuk bahan pangan yang dihasilkan oleh unggas.
Dalam telur memiliki kandunagn protein dan lemak yang lengkap.
Daya atau umur simpan dari telur hanya sebentar sehingga mudah
terjadi penurunan kualitas. Dalam telur yang menjadi komponen
protein terbesar terdpat pada putih telur atau albimin. Putih telur ini
memiliki kenampakan cair atau seberti gel dengan ketebalan yang
berbeda-beda setiap bagian. Putih telur terdiri dari lapisan kalaza,
yang terletak di dekat dari kuning telur yang biasanya lebih tebal dari
caoraan putih tel yang lain. Fungsi dari kalaza adalah melindungi
kuning telur dan mempertahankan dari bentuk asal. Bentuk dari kalaza
ini apabila diamati akan berbetuk seberti gulungan yang mengarahh ke
dua ujung tumpul dan lancip. Lapisan putih telur terdiri dari baeberapa
brsen bagian yaitu, dengan bagian dalam 30%, tebal 50% dan bagian
luar 20% (Silverside dan Scott, 2000).
Kandungan nutrisi dalam putih telur ayan dengan per 100
gramnya dapat disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2.9 Kandungan nutrisi dalam setiap 100 gram putih telur
Komposisi Jumlah Kandungan
Air (%) 88,57
Protein (%) 10,30
Lemak (g) 0,03
Karbohidrat (g) 0,65
Abu 0,55

Sumber: Winarno dan Koswara (2002)


Fungsi dari telur adalah sebagai penambah warna, rasa serta
kelembapan serta pemenuhan gizi. Putih telur digunakan sebagai
pengeras adonan ketika selesai dipanggang atau sebagai perekat.
Selain itu adanon akan lebih kompak. Tekstur produk yang dihasikan
padat tidak rapuh serta memiliki rasa yang lebih diterima oleh panca
indra (Suryani, 2007).
Tabel 2.10 Persyaratan mutu fisik putih telur menurut SNI 3926:2008
Faktor Mutu Mutu I Mutu II Mutu III
Kebersihan Bebas Bebas bescak Ada sedikit bercak
bercak darah atau darah serta tidak ada
darah atau benda asing benda asing lainnya
benda asing lainnya
lainnya
Kekentalan Kental Sedikit encer Encer, kuning telur
belum tercampur
dengan putih telur
Indeks 0,134-0,175 0,092-0,133 0,050-0,091
Sumber: BSN (2008)
2. Bahan penunjang
a. Bubuk kayu manis
Kayu manis memiliki nama latin Cinnamomum burmanni
(Nees.) BL. Di dunia terkenal dengan emat jenis katu manis yang telah
mengauasai pasar internasional yaitu Cinnamomum burmanni,
Cinnamomum zeylanicum, Cinnamomum cassia, Cinnamomum
cullilawan. Kayu manis yang banyak ditemukan di Indonesia adalah
jenis burmanii dimana dapat tumbuh pada ketinggian 600-1500 mdpl.
Dalam kayu manis terdapat sifat volatil yang banyak sehingga
memungkinkan untuk pembuatan minyak atsiri. Rasa darii karu manis
sendiri yaitu manis dan sedikit rasa pedas. Aroma yang ditimbulkan
adalah wangi dan khas dari kayu manis
(Rismunandar dan Paimin, 2001).
Dalam kayu manis terdapat berbagai jenis senyawa aktif
yang bisa didapatkan dari ekstraksi. Komponen yang terkandung
meliputu, tannin, eogenol, kalsium oksalat, cinnamaldehyde serta
safrole. Komponen terbesar yang akan terekstrak adalah dari
cinnamaldhyde sebesar 70%. Berikut disajikan kandungan kimi dari
kayu manis jenis Cinnamonum burmanni.
Tabel 2.11 Kandungan komposisi kimia kayu manis Cinnamonum
burmanni
Parameter Komposisi
Kadar air 7,90 %
Serat kasar 20,30 %
Minyak asiri 2,40 %
Karbohidrat 59,55 %
Alkohol ekstrak 8,2 – 8,5 %
Lemak 2,20 %
Abu 3,55 %
Sumber: Thomas dan Duethi (2001)
Fungsi dari kayu manis banyak digunakan dalam kesehatan
dan juga bumbu pada masakan. Senyawa aktif yang terkandung sangat
bermanfaat bagi kesehatan serta tingginya antioksidan banyak
digunakan sebagai campuran atau dikonsumsi dalam bentuk ekstrak.
Sednagkan pada makanan akan ditimbukan rasa yang sedikit pedas
dan sangat sedikit manis. Aroma akan lebih harus. Biasanya kayu
manis akan dicampurkan kedalam makanan yang manis seperti kolak
atau bisa juga dalam sup ikan atau soto, serta makanan yang
mengandung rempah banyak. Penggunaan kayu manis menjadi bubuk
akan lebih praktis dalam penggunaannya. Sehingga dipasaran banyak
dijual berbagai jenis atau merek dari kayu manis bubuk
(Yulia dkk., 2011).
Standar mutu kayu manis dapat disajikan seperti tabel
berikut:
Tabel 2.12 Standar Mutu kayu mabis bubuk menurut SNI 01-3714-
1995
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
1.1 Bau - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Warna - Normal
2 Air % b/b Maks. 12.0
3 Abu % b/b Maks. 3.0
4 Abu tak larut dalam % b/b Maks. 0,1
asam
5 Minyak atsiri % b/b Maks. 0,7
6 Kehalusan lolos ayakan % b/b Maks. 96,0
No. 40 (425 u)
7 Cemaran logam
7.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 10,0
7.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 30,0
8 Cemaran arsen (As) mg/kg Maks. 0,1
9 Cemaran mikroba
9.1 Angka lempeng total koloni/9 Maks. 106
9.2 E. coli APM/g Maks. 103
9.3 Kapang koloni/9 Maks. 104
10 Aflatoxin mg/kg Maks. 20
Sumber: BSN (1995)
b. Bubuk jahe
Jahe atau yang dikenal dengan nama Zingiber officinale Rosc
termasuk kedalam rempah yang memiliki segudang manfaat karena
kandungan zat aktifnya. Seringkali jahe ditemukan dalam kondisi
segar atau adalah kemasan. Jahe dapat difungsikan sebagai rempah
atau minuman rempah untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Penggunaan jahe pada masa sekarang semakin luas dengan berbagai
veriasi bentuk yang telah beinovasi. Biaanya umnur jahe yang masih
segar akan lebih pendek dari produkjadinya, sehingga dalam
penggunaan jahe bisa hilangkan kadar airnya atau dikeringkan untuk
memperpanjang umur simpan. Salah satu produk setenagan jadi dari
jahe adalah jahe bubuk. Selain untuk memperpanjang kualitas dan
umur simpan dari produk juga bisa meningkatkan dari segi ekonomi
dn kemudahan dalam distribusinya (Kuntorini dan Astuti, 2010).
Proses untuk mendapatkan serbuk jahe akan melewati
beberapa tahapan. Menurut Rifkowaty dan Martanto (2016), proses
diawali dengan sortasi untuk menghasilkan jahe yang bermutu baik.
Kemudian pensucian dan dilanjutkan pengupasan dan penimbangan
jahe. Setelah itu jahe akan di iris untuk memeperuas bidang
pengeringan sehingga pengeringan akan semakin cepat. Kemudian
jahe di bubukan dengan mesin dan hasilnya dikemas dnegan
pengemas yang kuat.
Jenis-jenis jahe diIndonesia sangat beragam yang umunya
dikenal seperti jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah. Jahe yang
mempunyai ukurang paling besar adalah jae gajah, jahe ini warnanya
kuning muda dengan aroma dan rasa yang tidak terlalu menyengat.
Pada jae emprit ukurannya lebih kecil berwarna putih. Jahe emprit
meskipun ukurannya tidak terlalu besar tetapi masih ebih besar dari
jahe merah serta aromanya tidak terlalu kuat. Jahe merah merupakan
jahe yang berwarna merah kemudaan ukurannya paling kecil dari
kedua jenis jahe lainnya serta rasaya paling kuat (Prayitno, 2002).
Tabel 2.13 Syarat mutu jahe kering menurut SNI 01-3393-1994
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Bau dan Ras - Khas
2 Kadar air (b/b) % maks. 12,0
3 Kadar minyak atsiri ml/100 gram min. 1,5
4 Kadar Adu (b/b) % maks. 8,0
5 Berjamur dan - Tidak ada
berserangga
6 Benda asing (b/b) % maks. 2,0
Sumber: BSN (1994)
c. Gula
Gula merupakan salah satu jenis karbohisrt sakarida atau
sederhana yang menyumbang energi besar untuk aktifitas dan menjadi
komoditas baus dalam perdagangan. Gula mempunyai rasa yang
manis dan biasanya menjadi bahan campuran dalam makanan maupun
minuman. Gula biasany adiaplikasikan untuk makanan manis seperti
manisan, kue, serta minuman manis. Selain berdapak pada rasa gual
bisa memperpanjang umur span dari produk dalam takaran tertentu.
Jensi-jenis gula yang ada dipasaran sangat beragam, yaitu seperti raw
sugar, gula rafinasi, serta gula kristal putih. Gula yang biasanya ada
dipasaran dan sering digunakan dalam rumah tangga adalah gula
pasir. Gula pasir atau sukrosa berasal dari gula tebu atau nira. Gula
sendiri termasuk kedalam komoditi utama karena penggunaannya
tinggi dan tingkat permintaan juga tinggi.
Adapun di tabel telah tersajikan kandungan gizi dri gula pasir
setiap 100 gram dari bahan:
Tabel 2.14 Kandungan Kimia gula pasir setiap 100 gram
Zat Gizi Gula Pasir
Energi (kkal) 365
Protein (g) 0
Lemak (g) 0
Karbohidrat (g) 94,0
Kalsium (mg) 5
Fosfor (mg) 1
Sumber: Darwin (2013)
Syarat mutu dari gula pasir adalah sebagai berikut:
Tabel 2.15 Syarat Mutu Gula Pasir Menururt SNI 01-3140-2001
No. Kriteria uji Satuan persyaratan
1 Warna
1.1 Warna kristal % Min. 90
1.2 Warna larutan (ICUMSA) Lu Maks. 250
2 Besar jenis butir Mm 0,8-1,2
3 Susut pengeringan %b/b Maks. 0,1
4 Polarisasi Z Min. 99,6
5 Gula pereduksi %b/b Maks. 0,10
6 Abu %b/b Maks. 0,10
7 Bahan asing tidal larut Derajat Maks. 5
8 Bahan tambahan makanan:
- Belerang dioksida Mg/kg Maks. 30
(SO2)
9 Cemaran logam:
9.1 Timbal (Pb) Mg/kg Maks. 2
9.2 Tembaga (Cu) Mg/kg Maks. 2
10 Arsen (As) Mg/kg Maks. 1
d. Garam
Garam tersusun atas atom Na dan Cl yang didapatkan dari
penguapan air laut adau dari sumber mineral yang lain. Menurut
Aswar (2005), garam berfungsi sebagai penguat rasa dalam makanan
juga sebagai penambah cita rasa. Penggunaan dalam bahan pangan
tidak hanyak berpengaruh pada rasa tetapi dapat memeperpajang umur
simpan dari makanan. Persyaratan dalam penggunaan garam hanya
boleh digunakan dengan kadar 2 – 3% dari berat produk daging untuk
penggunaakan penambah rasa. Berbeda konsentrasi apabila untuk
pengawetan. Pada peningkatan rasa penggunaan garam yang elebihi
batas akan membuat rasa produk menjadi terlal asin dan penerimaan
konsumen berkurang.
Garam yang digunakan untuk industri pangan harus sesuai
persyaratan yan ada yaitu dalam SNI sebagai berikut:
Tabel 2.16 SNI Garam Untuk Industri Pangan SNI 8207:2016
No Parameter Uji Satuan Persyaratan
1 Kadar Air fraksi massa, maks. 0,5
%
2 Kadar Natrium Klorida fraksi massa, min. 97
(NaCl) adbk %
3 Bagian yang tidak larut fraksi massa, maks. 0,5
dalam air %
4 Kadar kalsium (Ca) fraksi massa, maks. 0,6
%
5 Kadar magnesium (Mg) fraksi massa, maks. 0,06
%
6 Kadar iodium sebagai mg/kg min. 30
KlO3
7 Cemaran logam
7.1 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0,5
7.2 Timbal (Pb) mg/kg maks. 10,0
7.3 Raksa (Hg) mg/kg maks. 0,1
7.4 Arsen (As) mg/kg maks. 0,1
Sumber: BSN 2019
C. Proses Pembuatan Produk
Proses pembuatan snack bar rempah pada prinsipnya adalahh
mencampur semua bahan bubuk kemudian di panggang dan dilakukan
pencetakan. Proses dari pembuatan snack bar menurut Lamaday et al., (2014)
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pencampuran
Pencampuran dilakukan dengan mencampur bahan seperti tepung,
kacang, gula dan garam guna mendapatkan adonan yang homogen dan
hidrasi yang baik. Snack bar dikalukan pengikatan dengan bantuan bahan
pengikat seperti telur atau karamel.
2. Pencetakan
Pencetakan dilakukan pada loyang sebelum dioven untuk meratakan dan
memepermudah pemotongan pada tahap selanjutnya. Loyang yang
digunakan adalah loyang persegi.
3. Pengovenan
Pengovenan adonan dilakukan selama 30 menist dalam suhu 180°C,
untuk menghasilkan adonan yang benar-benar matang dan warna lebih
coklat.
4. Pemotongan
Pemotongan dilakukan dnegan menggunakan pisau, dengan hasil
berbentu persegi panjang atau bar. setelah itu bisa diberi toping berupa
coklat.
5. Pendinginan
Pendinginan dalam suhu ruang sebelum pengemasan sangat penting untuk
membuat produk dingin karena apabila dikemas saat panas atau hangat
akan mudah berjamur.
6. Pengemasan
Pengemasan dilakuakan menggunakan kemasan plaitik alimunium foil.
7. Pengujian oranoleptik
Pengujian dilakukan terhadap parameter seperti warna, aroma, rasa,
tekstur dan overall.
D. Analisa Ekonomi
Anakisis ekonomi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana modal
yang digunakan dalam penentuan biaya produksi, menentukan harga suatu
produk, keuntungan setiap penjualan. Sehingga anallisis ini dikatakan penting
untuk dilakukan. Dalam penentuan anlisis ekonomi bisa tidak atau kurang
sesuai mengingat barga bahan baku dan peralatan yang sering berubah-ubah
setapi waktu.
1. Biaya Produksi
a. Biaya Tetap
Biaya tetap terdiri dari biaya yang berkaitan dengan semua
jumlah biaya yang dikeluarkan walaupun perusahaan dalam kondisi
tidak produksi. Penentuan biaya tetap yaitu dnegan menjumlahkan
biaya bahan baku dan alat, penyusutan, sumbangan atau dana sosial
serta amortisasi (Astawan, 1999).
b. Biaya Tidak Tetap
Biaya tetap berasal dari penjumlahan baya saat perusaan
menjalami produksi. Biaya ini meliputi gaji, bahan bakar, bahan
penunjang dan abahan baku, energi listrik atau lannya sert aasuransi
dan pajakBiaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan hanya
jika melakukan proses produksi (Gittinger, 1986).
2. Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan didapatkan dari total biaya dibagi
dengan jumlah produksi. Harga pokok penjualan ini termasuk harga
pas dimana produk belum ditambah dnegan keuntungan dan tidak
mengakibatkan kerugian (Astawan, 1999).
3. Kriteria Kelayakan Usaha
Kriteria kelayakan usaha yang digunakan meliputi:
a. Break event point (BEP)
BEP atau titik impas digunakan untuk menentukan
seberapa volume penjualan yang dapat mengembalikan modal
danpa keuntungan ataupun kerugian. Titik ini terjadi karena
terdapat keseimbangan antara hasil penjualan dnegan biaya total
produksi atau yang telah dikeluarkan (Astawan, 1999).
b. Return On Investment (ROI)
ROI diproleh dari penjumlahan dengan perbandingan laba
per tahun dengan besarnya modal dalam satuan persen pertahun.
Ataupun untuk mendapatkan besarnay ROI bisa dihitung dari laba
kotor dengan cara selisih antara jumlah hasil penjualan dan biaya
produksi keseluruhan atau dengan laba bersih dengan cara
pengurangan laba dnegan pajak pendapatan (Sutanto, 1994).
c. Net Benefit Cost (Net B/C)
Benefit Cost Ratio (BCR) didapatkan dari perbandingan
antara pendapatan dan biaya yang telah dikeluaran. Usaha akan
layak dilanjutan jika nilai dari B/C lebih besar dari 1. Apabila
kurang dari 1 maka usaha akan mengalami kerugian. Serta apabila
sama dengan 1 maka akan mengalami impas atau keadaan tidak
untung maupun tidak rugi (Astawan, Made, 2006).
d. Analissi rugi laba
Analisis rugi laba mrupakan analisis yang dilakuakn
untuk mengetahui keuntungan yang didapat daru usaha dalam
periode tertentu. Serta untuk mengetahui apakah usaha yang
dijalankan mengalami keuntungan atau kerugian
(Gittinger, 1986).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik produksi pembuatan snack bar rempah ini dilakukan pada
bulan 10 Maret sampai selesai bertempat di Laboratorium Rekayasa Prodi
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
B. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
1. Alat
a. Alat yang diperlukan untuk pembuatan produk snack bar rempah
meliputi baskom, sendok, pengaduk, timbangan, oven, pisau, talenan,
blender dan oven.
b. Alat yang digunakan untuk analisi sensori dapat diuraikan sebagai
berikut, kertas borang, piring, label, nampan dan alat tulis.
c. Alat yang diperlukan untuk analisis kadar air meliputi, kurs,
timbangan analitik, oven lab, spatula, mortar, desikatordan penjepit.
d. Alat untuk analisis kadar lemak meliputi, kertas saring secukupnya,
serangkaian alat ekstraksi soxhlet, mortar, timbangan analitik, oven,
desikator dan penjepit.
2. Bahan
a. Bahan yang perlu digunakan pada pembuatan snack bar Rempah
meliputi tepung ubi, Kacang tanah, kacang kedelai, coklat batang,
kayu manis bubuk, jahe bubuk, gula, garam, margarin.
b. Bahan yang perlu digunakan dalam analisis sensori meliputi air
minum dan snack bar rempah.
c. Bahan yang digunakan dalam oenentuan kadar air meliputi dnack bar
rempah.
d. Bahan yang perlu digunakan untuk penentuan kadar lemak yaitu
snack bar rempah dan petroleum eter.
3. Rancangan percobaan
Pada pembuatan snack bar dilakukan dengan pembuatan yaitu
pencampuran tepung ubi, kacang tanah dan kedelai yang sudah bubuk
serta penambahan kayu manis bubuk dan jahe bubuk, dilakukan dengan
berbeda formulasi yaitu srbanyak 3 formulasi dengan uji senseori
sebangak 1 kali. Analisis sensori dilakukan dengan panelis sebanyak 25
orang dengan uji skoring atau kesukaan. Formulasi yang digunakan
yaitu dengan perbedaan rempah 0,5%, 1% dan 1,5% serta perbedaan
penggunaan tepung ubi yaitu 40%, 50% dan 60 %.
Tabel 3.1 Formulasi Snack Bar Tepung Ubi dengan Penambahan
Rempah Jahe dan Kayu Manis
Bahan F1 F2 F3
Tepung Ubi 40% 50% 60%
Kacang Tanah 30% 25% 15%
Kedelai 30% 25% 15%
Jahe Bubuk 0,5% 1% 1,5%
Kayu Manis 2,5% 2% 1,5%
Pembuatan produk tahap pertama adalah mencampur bahan
berupa tepung ubi, kacang tanah bubuk, kedelai bubuk hingga homogen.
Kemudian ditambahn margarin, putih telur dan gula serta rempah yaitu
berupa kayumanis bubuk dan jahe bubuk. Setealh didapatkan adonan
yang merata makan dilakukan pemanggangan di oven selama 30 menit
suhu 180°C. Loyang dikeluarkan dari oven dan didinginkan di suhu
ruang dan dicetak, serta diberi toping berupa coklat leleh. Kemudian
dikemas dengan kemasan aluminium plastik sebagai kemasan primer.
C. Analisis Produk
1. Analisis sensori
Analisis sensori digunakan untuk mengetahui formulasi mana
yang terbaik dalam pembuatan snack bar rempah daris egi sensori.
Pengujian ini dilakuakn dengan uji kesukaan atau skoring. Pengujian
dilakuakn dengan cara menilai sampel mana yang disukia dan diberi
penilaian terhadap sampel dan setiap formulasi. Uji sensori menggunakan
25 orang panelsi dengan tingkat terlatih dan belum terlatih. Parameter
yang di uji pada pengujian ini meliputi waran, aroma, rasa, tekstur dan
overall. Dengan skala penialaian yaitu 1= sangat tidak suka, 2= tidak
suka, 3 = agak suka, 4 = suka, dan 5 = sangat suka. Formulasi terbaik
akan dipilih untuk pengujian selanjutnya.
2. Analisis Kimia
Analisis kimia pada pengujian produk snack bar adalah sebagai
berikut:
a. Analisis kadar air
Kadar air adalah jumlah air yang terdapat dalam suatu
bahan pangan dengan satuan persen, dimana keadaannya dapat
berpengaruh terhadap tekstur maupun kenampakan fisik produk.
Analisis kadar air ini dilakakn dengan menggunakan metode
thermogravimetri 1995. Mengetahui kadar air dapat dilakukan
dengan meguapkan air dari produk selama 5 jam kemuidan
dilakuakn perhitungan sampai berat konstan. Penghitungan kadar air
ini bertujuan untuk mengetahui seberapa awet dari produk, semakin
sedikit kadar air maka Aw akan rendah maka akan semakin awet.
b. Analisis kadar lemak
Lemak merupakan trigleserida yang terkandung dalam
suatu bahan umumny apada bahan pangan, yang sangat berpengaruh
pada rasa maupun flavor. Pennentuan kadar lemak dapat
menggunakan metode soxhlet , dengan prinsip mmengeringkan
bahan atau menghilangkan kadar air dari bahan sampai hilang kadar
airnya kemudian dilakukan ekstraksi dengan pelarut petroleum eter
atau non polar secara kontinuue denganpelarut yang baru. Analisis
lemak dilakukan guna menegtahui kadar lemak yang terkandung
dalam pangan, sehingga dapat digunakan dalam penanganan
penyimpanan dan pengemasan sehingga diketahui umur simpan yang
sesuai.
D. Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi sebagai cara penentuan harga dari produk dengan
perhitungaan terhadap biaya produksi, investasi selain itu juga digunakan
dalam penentuan BEP, NPV serta keuntungan dari produk. Perhitungan
dilakuakn dnegan mendata semua bahan yang diperlukan baik bahan baku,
alat treasportasi, bahan bakar, listrik sertta pajak dan promosi. B/C ratio
dilakukan dengan cara membagi keuntungan dengan pengeleuaran. IRR
digunakan untu menghitung apakah usaha yang dijalankan layak atau tidak.
BEP dihitung guna mendapatkan data seberapa lama produk mengalami atau
mencapai titik impas dan berapa lama supaya balik modal.
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., 2002. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta.


Antarlina, S.S. dan Utomo, J.S. 1999. Proses Pembuatan dan Penggunaan Tepung
Ubi jalar untuk Produk Pangan. Dalam Edisi Khusus Balitkabi.
Astawan, M. 2003. Pangan fungsional untukkesehatan yang optimal.
Astawan, M. 2007. Nugget Ayam Bukan Makanan Sampah. PT. Gramedia Pusaka
Utama. Jakarta.
Aswar. 2005. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp.).
Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Avianty ,S. 2013. Kandungan Gizi dan Tingkat Kesukaan Snack bar Ubi Jalar
Kedelai Hitam sebagai Alternatif Makanan Selingan Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. Journal of Nutrition College. 2013;2(4):622-9.
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Syarat Mutu Makanan Diet Kontrol Berat
Badan. SNI 01-4216-1996. BSN, Jakarta
Barrett, D.M., dan Damardjati, D.S. 2015. Peningkatan Mutu Hasil Ubi Kayu di
Indonesia. Sukamandi: Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukamandi.
Hal. 17.
BSN (Badan Standardisasi Nasional). 1994. Jahe Kering. SNI 01-3393-1994.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
BSN (Badan Standardisasi Nasional). 1995. Kayu Manis. SNI 01-3714-1995.
Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
BSN (Badan Standardisasi Nasional). 1995. Tepung Ubi Jalar. SNI 01-3921-
1995. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2001.Gula Pasir. SNI 01-3140-2001. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2008. Putih Telur. SNI 3926:2008. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2016. Garam. SNI 8207:2016. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
Cook., H. C. dan Bancroft, J. D. 1984. Manual of Histological Techniques.
Longman Singapore Publisher Pte, Ltd., Singapore.
Dede, Juanda dan Cahyono, B. 2000. Ubi Jalar. Yogyakarta: Kanisius.
Encik Eko Rifkowaty, Martanto. 2016. Minuman Fungsional Serbuk Instan Jahe
(Zingiber Officinale Rosc) Dengan Variasi Penambahan Ekstrak
Bawang Mekah (Eleutherine Americana Merr) Sebagai Pewarna Alami.
Jurnal Teknik Pertanian Lampung. Vol. 4. No. 4: 315-324.
Koswara, S. 1992. Susu Kedelai Tak Kalah dengan Susu Sapi. IPB. Bogor.
Kuntorini, E.M., dan Astuti, M.D., 2010. Penentuan Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Bulbulus Bawang Dayak (Eleutherine americana Merr.).
Sains dan Terapan Kimia. Vol.4, No. 1
Kuntorini, Evi Mintowati. Setya Fitriana dan Maria Dewi Astuti. 2013. Struktur
Anatomi dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Daun Kersen
(Muntingia calabura). Prosiding Semirata. Lampung: FMIPA
Universitas Lampung.
Ladamay, N. A dan S. S. Yuwono. 2014. Pemanfaatan Bahan Lokal dalam
Pembuatan Foodbars (Kajian Rasio Tapioka : Tepung Kacang Hijau dan
Proporsi CMC). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 2 No. 1 : 67-78.
Prayitno, Sukmin. 2002. Aneka Olahan Terong. Yogyakarta : Kanisius.
Rismunandar dan Farry B. Paimin. 2001. Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Silverside, F.G. and T.A. Scott. 2000. The relationships among measure of egg
albumen height, pH and whipping volume. J. Poultry Sci. 83:1619-
11623.
Suprapto. 1993. Bertanam kacang tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. 33 hal..
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid I. Yogyakarta: UGM Press.
Warisno dan Dahana, Kres. 2010. Meraup Untung Dari Olahan Kedelai. Jakarta :
PT. Agro Media Pustaka.
Winarno, F.G. 1999. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Yulia, Ade., Suparmo dan Eni Harmayani. 2011. STUDI PEMBUATAN
MINUMAN RINGAN BERKARBONASI DARI EKSTRAK KULIT
KAYU MANIS-MADU. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri
Sains. Vol. 12 (2): 01—04

Anda mungkin juga menyukai