Laporan Anor 3
Laporan Anor 3
Senyawa Anorganik
I. Tujuan
Unsur-unsur logam umumnya diperoleh sebagai bijih logam dalam batuan. Alam
Indonesia sangat kaya akan sumber mineral bijih logam, karena itu perlu penguasaan
teknologi untuk mengolahnya menjadi logam yang dibutuhkan.
Unsur Logam yang sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari diantaranya adalah,
besi, tembaga, atau perak. Ternyata unsur natrium pun bersifat logam. Namun, karena tak
stabil dalam keadaan unsurnya, ia lebih banyak kita temui dalam bentuk senyawanya.
1. Alat:
2. Bahan:
V. Prosedur Kerja
2. Uji Kelarutan
Sampel padatan, yang terdiri dari 16 zat yaitu Al2(SO4)3, CuCH3(COO)2, NaH2PO4,
NiSO4, MgSO4, K2Cr2O7, MnO2, Silika gel, Karbon, FeSO4, PbSO4, Zn, CaCO3, CaCl2,
KCl, dan BaCl2, timbang sebanyak 1 gram. Kemudian sebanyak seujung spatula
dilarutkan dalam tabung reaksi dengan pelarut yang sesuai yakni mampu untuk melarutkan
zat-zat tersebut. Untuk itulah digunakan urutan tingkat daya pelarut sebagai berikut:
akuades, akuades panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan terakhir
menggunakan aqua regia.
3. Uji Kemagnetan
a. Sampel padat
Keenam belas (16) sampel padatan sisa dari uji kelarutan didekatkan dengan magnet ke
posisi zat berada, dan diamati interaksi atau gerakannya.
b. Sampel larutan
Keenam belas (16) sampel yang telah dilarutkan dalam tabung reaksi digantungkan
menggunakan benang pada statif. Kemudian didekatkan dengan magnet ke posisi zat
berada, dan diamati interaksi atau gerakannya.
4. Uji Reaksi
Semua sampel larutan dan supernatan yang telah dilakukan uji kelarutan, masing-masing
dimasukkan kedalam plat tetes. Kemudian direaksikan dengan pereaksi NaOH, NaCl,
Na2SO4, Na2CO3, Na2S, NH4OH, EDTA, NH4Cl, dan NaH2PO4. Lalu diamati perubahan
yang terjadi yang akan menjadi cirri-ciri adanya reaksi.
a. Uji kelarutan
No Zat (bahan) +akuades +akuades + HCl + HCl +HNO3 +HNO3 +aqua
panas encer pekat encer pekat regia
1 Karbon
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
(padatan
larut larut larut larut larut larut larut
berwarna hitam)
2 FeSO4
(Padatan
Larut
berwarna biru
muda)
3 PbSO4
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
(Serbuk
larut larut larut larut larut larut larut
berwarna putih)
4 Zn
(lempengan
berwarna abu
5 CaCO3
Tidak Tidak Tidak
(Serbuk Larut
larut larut larut
berwarna putih)
6 CaCl2
(padatan Larut
berwarna putih)
7 KCl
(padatan Larut
berwarna putih)
8 BaCl2
(Serbuk Larut
berwarna putih)
9 MgSO4
(serbuk berwarna Larut
putih)
10 CuCH3(COO)2
(Serbuk Tidak
Larut
berwarna biru larut
tosca)
11 Al2(SO4)3
(serbuk berwarna Larut
putih)
12 NaH2PO4
Tidak
(Kristal berwarna Larut
larut
putih)
13 NiSO4
Tidak
(Kristal berwarna Larut
larut
hijau tosca)
14 K2Cr2O7
Tidak
(serbuk berwarna Larut
larut
orange)
15 Silica gel
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
(serbuk berwarna
larut larut larut larut larut larut larut
putih)
16 MnO2
(Serbuk Larut
berwarna hitam)
b. Uji kemagnetan
Karakteristik Kemagnetan Hasil
No Bahan
Padatan Cairan Padatan Cairan Netral
1 Karbon padatan Larutan (+) (-) Larutan
berwarna berendapan berwarna
hitam hitam kuning (--
--)
terdapat
endapan
hitam
2 Larutan
tak
Padatan Larutan
berwarna
FeSO4 berwarna larutan (+) (-)
terdapat
biru muda kuning (-)
endapan
hijau
3 Larutan
Serbuk Larutan
berwarna
PbSO4 berwarna berwarna (-) (-)
kuning
putih kuning (+++)
(+++)
4 Larutan Larutan
lempengan
Zn berwarna (-) (-) tak
berwarna abu
kuning berwarna
5 Terdapat
2fasa:
Fasa
atas,
larutan
Serbuk tak
Larutan tak
CaCO3 berwarna (-) (-) berwarn
berwarna
putih a
Fasa
bawah,
larutan
berwarn
a putih
6 padatan Larutan
Larutan tak
CaCl2 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
7 padatan Larutan
Larutan tak
KCl berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
8 Serbuk Larutan tak Larutan
BaCl2 (-) (-)
berwarna berwarna tak
putih berwarna
9 serbuk Larutan
Larutan tak
MgSO4 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
10 Serbuk Larutan Larutan
CuCH3(COO)2 berwarna berwarna biru (-) (-) berwarna
biru tosca (++) biru
11 serbuk Larutan
Larutan tak
Al2(SO4)3 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
12 Kristal Larutan
Larutan tak
NaH2PO4 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
13 Kristal Larutan Larutan
NiSO4 berwarna berwarna (-) (-) berwarna
hijau tosca hijau toska hijau
14 serbuk Larutan Larutan
K2Cr2O7 berwarna berwarna (-) (-) berwarna
orange jingga jingga
15 Larutan
serbuk Larutan
berwarna
Silica gel berwarna berwarna (-) (-)
kuning
putih kuning (+++)
(+++)
16 Serbuk Larutan Larutan
MnO2 berwarna berwarna (-) (-) berwarna
hitam hitam hitam
Keterangan: Tanda (+) menunjukan pergerakan
13 NiSO4 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan larutan larutan
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a hijau a hijau (- a hijau (- hijau (-) hitam biru (+) a biru a hijau (- hijau (-)
(+) -) ) (++) )
14 K2Cr2O7 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a kuning a kuning a kuning kuning (-) kuning (-) kuning (- a kuning a kuning kuning
(--) (+) (++) ) (+++) (++) (++++)
15 Silica gel Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak hijau hijau tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn kehitama kehitaman berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a n a a
16 MnO2 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a hitam a hitam a hitam hitam (-) hitam hitam a hitam a hitam hitam (+)
(++) (+) (-) kecoklata (+++) (+) (++)
n
a) Perhitungan
1. 0,05mol NaOH dalam 50ml 4. 0,05mol Na2S dalam 50ml
𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙 𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= ₓ M= ₓ
𝑀𝑟 𝑣 𝑀𝑟 𝑣
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1M= ₓ 1M= ₓ
40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 50𝑚𝑙 78,042 𝑔/𝑚𝑜𝑙 50𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
7. 0,05mol EDTA dalam 50ml
1 M = 142,06 𝑔/𝑚𝑜𝑙 ₓ 50𝑚𝑙 𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M
FeSO4
Zn
Zn(aq)→
CaCO3
CaCO3 (aq) →
CaCl2
KCl
KCl (aq)→
BaCl2
NaH2PO4
NaH2PO4(aq) →
Al2(SO4)3
MgSO4
MgSO4(aq)→
Cu(CH3COO)2
Silica gel
Si2+ (aq) →
MnO2
MnO2 (aq) →
NiSO4
NiSO4(aq) + NaOH(aq) →
NiSO4(aq) + NaCl (aq) →
NiSO4(aq) + Na2CO3aq) →
K2Cr2O7
Hal ini menyebabkan CO32- pada reaksi (1) makin berkurang, sehingga
kesetimbangan (1) akan bergeser ke kanan, yang berarti CaCO3 larut.
Pada reaksi yang terjadi senyawa kompleks semua unsur transisi dapat
membentuk ion kompleks, yaitu suatu struktur dimana kation logam dikelilingi
oleh dua atau lebih anion atau molekul netral yang disebut ligan. Antara ion pusat
dengan ligan terjadi ikatan kovalen koordinasi, dimana ligan berfungsi sebagai
basa Lewis (penyedia pasangan elektron).
Mg, Pb, Al berwarna putih keruh. Ini dikarenakan. Senyawa unsur transisi
umumnya berwarna. Hal ini disebabkan perpindahan elektron yang terjadi pada
pengisian subkulit d dengan pengabsorbsi sinar tampak. Senyawa Sc dan Zn tidak
berwarna.
Pada FeSO4 dan NiSO4 yang ditambahkan air terjadi perubahan warna
hijau untuk Ni, dan oranye untuk Fe, ini karena warna pada senyawa yang
mengandung logam transisi pada umumnya disebabkan oleh transisi elektron
dalam dua tipe:
Sifat Kemagnetan
Ketika didekatkan dengan magnet terjadi tarikan dan dorongan, ini
dikarenakan, setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu
paramagnetik, di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan
magnet karena ada elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan molekul
mempunyai sifat diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh
medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan. Dari
pengamatan unsur-unsur transisi (semua sampel ) bersifat diamagnetik. Hal ini
dikarenakan setiap sampel mungkin sudah bersifat diamagnetik karena terlalu
lama disimpan atau karena magnet yang digunakan kurang sensitif terhadap
kepekaan sifat magnet (magnet terpotong menjadi dan terpisah dar kutub U dan S
). Dari literatur logam Al bersifat paramagnetik, sedangkan Cu,Zn, Na, Mg, Mn,
dan lainnya bersifat diamagnetik. Untuk Fe, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu
kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat.
Tugas
Sifat Kemagnetan
Uji Kelarutan:
Pada percobaan dilkukan uji kelarutan pada semua sampel oleh beberapa
pelarut. Penggunaan pelarut ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya
kelarutan pada sampel padatan. Pemberian pelarut ini dilakukan secara berurutan
sesuai dengan tingkat daya pelarutnya. Pertama, semua sampel padatan dilarutkan
dengan pelarut sebagai berikut akuades, akuades panas, HCl encer, HCl pekat,
HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja.
Dari hasil yang didapatkan sampel yang larut dalam akuades adalah
sampel FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4 dan MnO2, sampel ini dapat
larut dalam akuades karena sampel merupakan zat-zat yang memiliki nilai Ksp
yang besar, sehingga senyawa akan memiliki kelarutan yang besar dan
memungkinkan semakin mudah larut senyawa tersebut.
Lalu sampel yang larut dalam aquades panas adalah sampel NaH2PO4,
Cu(CH3COO)2, NiSO4 dan K2Cr2O7 , sampel ini dapat larut dalam aquades panas
karena sampel-sampel ini merupakan zat yang memiliki kelarutan yang besar.
Sehingga panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga
besar, sehingga titik leleh dan titik didihnya juga tinggi. Maka dari itu sampel ini
dapat larut dalam aquades panas.
Lalu sampel yang larut dalam HCl pekat adalah sampel CaCO3. Apabila
kalsium karbonat ini ditambahkan air, reaksinya akan berjalan dengan sangat kuat
dan cepat apabila dalam bentuk serbuk, serbuk kalsium karbonat akan melepaskan
kalor. Molekul dari CaCO3 akan segera mengikat molekul air (H2O) yang akan
membentuk kalsium hidroksida, zat yang lunak seperti pasta (zat mengendap).
Sebagaimana ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:
CaCO3 (aq) + H2O (l) → Ca(OH)2 ↓ (s) + CO2 (aq)
Untuk uji kelarutan dengan menggunakan HCl pekat, hasilnya larut.
Endapan Ca(OH)2 yang dihasilkan bereaksi hebat dengan berbagai asam, dengan
adanya air. Sehingga dapat larut. Berikut persamaan reaksinya :
CaCO3 (aq) + 2 HCl (aq)→ CaCl2 (aq) + H2CO3 (aq)
Lalu sampel yang larut dalam HNO3 encer adalah sampel Zn, sampel ini
dapat larut dalam HNO3 encer karena logam Zn sangat sukar larut di dalam air,
tetapi dapat larut dalam larutan asam.
Sedangkan sampel yang tidak larut walaupun ditambahkan pelarut air raja
adalah sampel C, PbSO4 dan Silika gel, sampel ini tidak dapat larut bisa
dikarenakan zat ini tidak dapat bereaksi didalam air dan pelarut asam, tetapi hanya
bisa larut dalam pelarut organik.
Sehingga dapat dilihat bahwa pada semua sampel yang digunakan tidak
semua sampel dapat bereaksi dengan pelarut. Dimana dapat dilihat terlebih dahulu
sampel yang digunakan dan pelarut yang cocok untuk melarutkannya, serta dapat
dilihat dari harga Ksp nya dimana semakin besar harga Ksp suatu zat semakin
mudah larut senyawa tersebut. Dan terjadi persamaan reaksi dari reaksi-reaksi
kelarutan sebagai berikut:
Karbon
C(s) + H2O(l) C(s) + H2O(l)
C(s) + HCl(l) C(s) + HCl(l)
C(s) + HNO3(l) C(s) + HNO3(l)
C(s) + HCl(l) + HNO3(l) C(s) + HCl(l) + HNO3(l)
FeSO4
FeSO4(s) + H2O(l) FeSO4(aq) + H2O(aq)
PbSO4
PbSO4(s) + H2O(l) PbSO4 (s) + H2O(l)
PbSO4(s) + HCl(l) PbSO4(s) + HCl(l)
PbSO4(s) + HNO3(l) PbSO4(s) + HNO3(l)
PbSO4(s) + HCl(l) + HNO3(l) PbSO4 (s) + HCl(l) + HNO3(l)
Zn
Zn(s) + H2O(l) Zn(s) + H2O(l)
Zn(s) + HCl(l) Zn(s) + HCl(l)
Zn(s) + HNO3(l) ZnNO3(aq) + H+(aq)
CaCO3
CaCO3(s) + H2O(l) CaCO3(s) + H2O(l)
CaCO3(s) + HCl(l) CaCl2(aq) + HCO3(aq)
CaCl2
CaCl2(s) + H2O(l) CaCl2(aq)
KCl
KCl(s) + H2O(l) KCl(aq)
BaCl2
BaCl2(s) + H2O(l) BaCl2(aq)
Al2(SO4)3
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) Al2(SO4)3(aq)
NaH2PO4
NaH2PO4(s) + H2O(l) NaH2PO4(aq)
MgSO4
MgSO4(s) + H2O(l) MgSO4(aq)
CuCH3(COO)2
CuCH3(COO)2(s) + H2O(l) CuCH3(COO)2(aq)
NiSO4
NiSO4(s) + H2O(l) NiSO4(aq)
K2Cr2O7
K2Cr2O7(s) + H2O(l) K2Cr2O7(aq)
Silica gel
Si(s) + H2O(l) Si(s) + H2O(l)
Si(s) + HCl(l) Si(s) + HCl(l)
Si(s) + HNO3(l) Si(s) + HNO3(l)
Si(s) + HCl(l) + HNO3(l) Si(s) + HCl(l) + HNO3(l)
MnO2
MnO2(s) + H2O(l) MnO2(aq)
Uji Kemagnetan
Kedua, semua sampel yang berupa cairan didekatkan pada batang magnet.
Dari hasil yang didapatkan pada semua sampel cairan tidak mengalami tarikan
atau dorongan pada batang magnet. Tidak terjadinya tarikan dengan magnet bisa
dikarenakan faktor alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan
sudah mengalami kerusakan.
Sehingga dapat dilihat bahwa sifat magnetik suatu zat terdiri atas atom, ion
atau molekul ditentukan oleh struktur elektronnya. Interaksi antara zat dan medan
magnet dibedakan menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat
paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak
tertarik magnet. Banyak unsur transisi dan senyawa yang bersifat paramagnetik.
Hal ini disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan. Sifat magnet zat
berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik
mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan. Semakin banyak elektron
tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat
digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi.
C(aq)→
Sampel kedua, yaitu FeSO4. Larutan FeSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna hijau. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel menjadi warna hijau
dan kuning. Ini menandakan pada sampel FeSO4 mengalami perubahan warna
atau adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
NaH2PO4, larutan tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap larutan tidak
berwarna, ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan FeSO4. Dengan persamaan reaksi ;
Sampel ketiga, yaitu PbSO4. Larutan PbSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna putih. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini
menandakan pada sampel FeSO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak
adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
Na2SO4, NH4OH, dan NaH2PO4, berurutan larutan mengalami perubahan warna
menjadi larutan berwarna kuning (---), kuning (-), dan jingga. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
PbSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah. Deangan persamaan reaksi :
Zn(aq)→
Sampel kelima, yaitu CaCO3. Larutan CaCO3 berupa larutan tidak
berwarna dan terdapat endapan putih. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel CaCO3 berupa latutan tidak
berwarna dan terdapat endapan putih. Ini menandakan pada sampel CaCO3 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan CaCO3. Dengan persamaan reaksi :
CaCO3 (aq) →
KCl (aq)→
Sampel ke-8, yaitu BaCl2. Larutan BaCl2 berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel BaCl2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya
pada saat direaksikan dengan larutan Na2CO3 dan Na2S, berurutan larutan
mengalami perubahan terdapat endapan putih dan larutan biru. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
BaCl2, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah. Dengan persamaan reaksi :
NaH2PO4(aq) →
MgSO4(aq)→
Sampel ke-13, yaitu silika gel. Larutan silika berupa larutan berwarna
kuning. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel silika berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel
silika tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan silika. Dengan persamaan reaksi :
Si2+ (aq) →
Sampel ke-14, yaitu MnO2. Larutan MnO2 berupa larutan berwarna hitam.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel
MnO2 berupa larutan berwarna hitam. Ini menandakan pada sampel MnO2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan MnO2. Seharusnya zat Mangan ini dapat menghasilkan rekasi
karna sifat umum zat Mangan yaitu senyawa yang larut dalam air. Dengan
persamaan reaksi :
MnO2 (aq) →
Sampel ke-15, yaitu NiSO4. Larutan NiSO4 berupa larutan berwarna hijau.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel NiSO4 tidak
membentuk senyawa lain dengan pereaksi. Tetapi hanya pada saat direaksikan
dengan larutan NH4OH dan EDTA, larutan mengalami perubahan menjadi larutan
biru. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan NiSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah. Dengan
persamaan reaksi :
NiSO4(aq) + NaOH(aq) →
Percobaan kali ini berjudul “ uji kelarutan dan sifat unsur zat kimia”.
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi sifat atau tingkat kelarutan
sampel kimia berupa padatan dan larutan dalam berbagai macam pelarut,
Mengetahui reaksi yang timbul dari suatu pelarut apabila direaksikan dengan
suatu zat atau reagen.
d. CaCO3
CaCO3 berupa sebuk berwarna putih. Pada saat diuji kelarutannya
baik dengan aquades ataupun aquades panas CaCO3 tidak larut dan
membentuk endapan berwarna putih, apabila CaCO3 ditambahkan
air,reaksinya akan berjalan dengan cepat, apabila dalam bentuk serbuk,
sebuk CaCO3 akan melepaskan kalor, molekul CaCO3 akan segera
mengikat air, yang akan membentuk kalsium hidroksida. Pada saat
ditambahkan HCl pekat CaCO3 larut dalam HCl pekat, endapan
kalsium hidroksida bereaksi hebat dengan asam dengan adanya air,
sehingga CaCO3 dapat larut. Berikut persamaan reaksinya:
CaCO3(s) + H2O(l) → Ca(OH)↓ (s) + CO2(s)
e. NiSO4
NiSO4 merupakan garam berwarna biru, setelah diuji kelarutannya
NiSO4 larut dalam air, NiSO4 merupakan anhidrat hidrat ionik, semua
hidrat ionik sangat larut dalam air. Berikut persamaan reaksinya:
NiSO4(s) + H2O(l) → Ni2+ (s) + SO42-(s)
f. Al2(SO4)3
Al2(SO4)3 pada saat diuji kelarutannya Al2(SO4)3 larut dalam air.
g. BaCl2
BaCl2 pada saat diuji kelarutannya BaCl2 larut dalam air.
h. Zn
Zn merupakan logam transisi, logam Zn sangat sukar larut dalam
air,pada saat dilarutkan dengan aquades, aquades panas zn tidak larut,
setelah ditambahkan HCl encer zn larut dalam HCl encer.
i. MnO2
Mangan dalam air umumnya berbentuk ion Fe2+ atau Mn2+ unsur
yang mudah larut dalam air dan tidak berwarna.
j. KCl
KCl berbentuk padatan putih merupakan unsur yang dapat larut
dalam aquades.
KCl(s) + H2O(l) → K+ (aq) + Cl--(aq)
2. Uji kekuatan interaksi larutan dengan menggunakan magnet
Percobaan selanjutnya yaitu menguji kekuatan interaksi sampel
dengan menggunakan magnet. Larutan sampel dalam tabung reaksi
didekatkan dengan magnet, jika menghasilkan reaksi larutan dalam
tabung akan bereaksi karena adanya tarikan oleh magnet. Pada sampel
FeSO4 dan karbon terjadinya interaksi namun hanya sedikit dan sampel
lainnya tidak terjadinya interaksi. Pada dasarnya magnet dapat menarik
alat magnetik, zat paramagnetik karakteristik, maka ditentukan oleh
sifat dari magnet itu sendiri. Interaksi antara zat dan medan magnet
dibedakan menjadi dua yaitu: diamagnetik, dan paramagnetik. Zat
paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik
tidak. Banyak unsur transisi dan senyawanya bersifat paramagnetik.
Hal ini disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan.
Semua sampel yang bereaksi dengan magnet, terutama yang
interaksinya tidak cukup kuat itu termasuk kedalam zat paramagnetik,
terkecuali untuk sampel yang mengandung FeSO4 karena FeSO4
termasuk kedalam zat fero magnetik, zat yang merupakan sangat kuat
interaksinya dengan magnet. Sifat magnet zat didasarkan pada
konfigurasi elektronnya zat yang bersifat paramagnetik setidaknya
memiliki satu yang tidak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik,
pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk menentukan jumlah
elektron tak berpasangan dalam satu spesi.
3. Uji Reaksi dengan beberapa reagen
Pada percobaan yang ketiga uji reaksi dengan beberapa reagen
yang bertujuan untuk mengetahui sifat dari beberapa unsur. Berdasarkan
percobaan didapat bahwa FeSO4 merupakan unsur transisi dan termasuk
kedalam senyawa kompleks karena menghasilkan warna hijau dengan
persamaan reaksinya:
FeSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Fe(OH)2(s) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + 2NaCl(aq) → FeCl2 (aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + NaS(aq) → FeS(aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + NaH2(PO4)(aq) → FeH2(PO4) (aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + NaSO4 (aq) → FeSO4 (aq) + NaSO4(aq)
FeSO4(aq) + EDTA(aq) → Fe(EDTA) (aq) + SO4(aq)
FeSO4(aq) + NH4(OH) (aq) → (NH4)2SO4 (aq) + Fe (OH)2(s)
FeSO4(aq) + Na2CO3(aq) → FeCO3 (aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + 2NH4Cl(aq) → FeCl2 (aq) + (NH4)2SO4(aq)
Kemudian Cu(CH3COO)2 direaksikan dengan beberapa reagen
menghasilkan warna berwarna hijau, kemudian berwarna biru, warna biru
ini didasarkan pada sifat khas dari unsur Cu yang berwarna biru dengan
persamaan reaksinya:
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaOH(aq) → 2CH3COONa (aq) + Cu(OH)2(aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaCl(aq) → 2CH3COONa (aq) + CuCl2 (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + NaS(aq) → 2CH3COONa (aq) + CuS (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + NaH2(PO4)(aq) → 2CH3COONa (aq) + Cu
H2(PO4)(aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaSO4 (aq) → 2CH3COONa (aq) + CuS04 (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + EDTA(aq) → CH3COO- (aq) + Cu(EDTA) (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + NH4(OH) (aq) → (NH4) CH3COO (aq) +
Cu(OH)2 (s)
Cu(CH3COO)2(aq) + Na2CO3(aq) → 2NaCH3COO- (aq) + CuCO3(aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NH4Cl(aq) → CH3COONH4 (aq) + CuCl2 (aq)
Ai Kusmiati (1147040004)
Hal yang pertama dilakukan adalah uji kelarutan. Semua sampel yang
berupa padatan diambil sebanyak 1 gram dan diambil sebagian kecil untuk
diidentifikasi kelarutannya. Pelarut yang digunakan adalah aquades, aquades
panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja. Setiap bahan
dilarutkan pada pelarut secara bertahap sampai bahan tersebut larut. Tujuan dari
uji kelarutan ini adalah agar terdisosiasi sehingga membentuk senyawa baru yang
diinginkan. Terdapat banyak sample yang larut dalam aquades. Larutan yang larut
dalam aquades memiliki kelarutan yang besar artinya sangat mudah larut, dan
sample tersebut merupakan suatu polar karena aquades merupakan cairan yang
sangat polar. Akan tetapi ada yang tidak larut sampai ditambahkan dengan air
raja. Artinya sample tersebut sangat sukar larut dan memiliki nilai kelarutan yang
sangat kecil. Sample padatan yang larut dalam aquades diantaranya adalah FeSO4,
CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, MnO2. Kemudian sample padatan yang
larut dalam air panas adalah NaH2PO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4, K2Cr2O7 sample
tersebut memiliki kelarutan yang besar pula akan tetapi suhu yang dapat
mempengaruhi suatu kelarutan. Jadi sample padatan tersebut lebih mudah larut
jika dilarutkan dengan air panas. Selanjutnya yang larut dalam HCl pekat adalah
CaCO3, sample tersebut memiliki kelarutan yang cukup rendah karena larutnya
pada pelarut yang bersifat asam kuat dan pekat. Sample tersebut memang sukar
larut dalam air. Selanjutnya untuk karbon, PbSO4 dan silika gel tidak dapat larut
meskipun telah ditambahkan dengan air raja. Dengan demikian larutan tersebut
tidak dapat bereaksi dengan larutan asam dan polar. Kemungkinan sample
tersebut dapat larut dalam pelarut yang bersifat nonpolar seperti pelarut-pelarut
organik. Dari percobaan dapat diketahui bahwa setiap unsur kimia memiliki sifat
kelarutan yang berbeda-beda.
Yang ketiga yaitu uji reaksi, setiap sample yang sebelumnya telah diuji
kelarutan kemudian di uji reaksi dengan menggunakan sembilan pereaksi yaitu,
NaOH, NaCl, Na2S, NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3 dan NH4Cl.
Sample yang pertama adalah karbon, ketika dilakukan penambahan pereaksi
sampel karbon tidak dapat bereaksi hal ini dapat dilihat dari tidak adanya
perubahan pada larutan. Larutan tetap tidak berwarna, hal ini karena karbon
merupakan suatu atom yang dapat bereaksi dengan pereaksi yang bersifat
nonpolar. Persamaan reaksinya adalah :
C(aq) →
FeSO4(aq) + NaOH(aq) →
Zn(aq) →
CaCl2 (aq) →
KCl (aq) →
BaCl2 (aq) →
NaH2PO4 (aq) →
Al2(SO4)3 (aq) →
MgSO4 (aq) →
Selanjutnya adalah pada sampel CaCO3 hanya dapat bereaksi dengan satu
pereaksi yaitu NaOH, dengan perekasi tersebut membentuk endapan berwarna
putih. Sedangkan dengan 8 pereaksinya lainnya tidak bereaksi ditunjukkan dengan
tidak adanya perubahan warna dan tidak adanya endapan pada sampel. Persamaan
reaksinya adalah :
Selanjutnya pada sampel silika gel dan MnO2 pada sampel tidak bereaksi dengan
ke 9 pereaksi. Dilihat dengan tidak adanya perubahan warna dan pembentukan
endapan.
NiSO4(aq) + NaOH(aq) →
Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan dengan tema Kimia
Unsur. Pada dasarnya kami melakukan uji sifat magnetic, sifat kelarutan dan
mengetahui reaksi yang timbul pada bahan. Bahan yang kami gunakan pada
praktikum kali ini adalah NaOH 0,1 M; Nacl 0,1 mol; Na2SO4 0,1 mol; Na2CO3
0,1 mol; Na2S 0,1 mol; NH4OH 0,1 mol; Mg.EDTA 0,1 mol; NH4Cl 0,1 mol;
Na3PO4 0,1 mol; HCl, dan aquades.
Kami juga menggunakan bahan yg mengandung unsur Na, K, Mg, Cu, Bu,
B, Al, C, Si, Sn, Pb, N, P, O, S, F, Cl, Br, I, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Ca, Zn,
Mg, Ag. Kami memasukkan bahan bahan tersebut kedalam tabung reaksi yang
berbeda. Pada uji pelarutan Kami hanya mendapati unsure Fe2SO4, CaCl2, KCl,
BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnCl yang memiloiki kelarutan yang baik. Ini
dikarenakan pada proses pelarutan cukup hanya dengan aquades saja bahan bahan
tersebut bisa larut secara homogen dalam aquades. Sementara itu bahan bahan
lainnya sukar larut meskipun sudah dilarutkan ke dalam air raja.
Bahan seperti NaH2PO4, NiSO4, dan K2CrO4 mampu larut ketika dicoba
dilarutkan dengan aquades panas. Selanjutnya kami melakukan uji kemagnetan
pada seluruh bahan tersebut. Pada bentuk cairan kami tidak mendapati adanya
sifat kemagnetan pada bahan bahan tersebut, namun pada kondisi padat kami
mendapati adanya sifat magnet pada karbon dan FeSO4. Ini menandakan kedua
bahan tersebut memiliki sifat kemagnetan yang baik, sesuai dengan literatur.
Setelah itu kami melakukan proses penetralan pada bahan bahan tersebut.
Penetralan pada bahan bahan tersebut ditujukkan untuk mempermudah
direaksikan kembali dengan pereaksi yang lain. Karena pada perlakuan
selanjutnya bahan tersebut akan dicampurkan dengan beberapa pereaksi untuk
mengetahui perubahan senyawanya.
Bahan direaksikan dengan pelarut yang ada yaitu NaOH, NaCl, Na2S,
NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3, dan NH4Cl. Sampel pertama
yang direaksikan yaitu Carbon, Setelah dilarutkan tidak bereaksi dengan semua
pelarut. Pada intinya Carbon hanjya bisa larut pada pelarut organic yang bersifat
non polar. Selanjutnya yaitu sampel Fe2SO4. Setelah direaksikan pada pelarut
hanya dengan NaH2PO4 saja sampel tidak bereaksi. Ini dikarenakan larutan
pelarut membuat larutan sampel untuk tidak membentuk senyawa yang lain.
Sampel ketiga yang direaksikan yaitu PbSO4. Larutan sampel ini tidak
bereaksi dengan semua pelarut yang ada. Ini dikarenakan sama seperti Karbon,
Sampel PbSO4 hanya larut dengan pelarut organic dan bersifat non polar. Sampel
keempat yang direaksikan adalah Seng (Zn). Sampel ini tidak mengalami
perubahan ketika direaksikan dengan pelarut, begitu juga dengan pelarut yang
bersifat basa. Notabennya Zn nmerupakan logam transisi yang semestinya
membentuk endapan ketika direaksikan dengan pereaksi basa.
Hidayah (1147040033)
Pada percobaan uji kelarutan, daya hantar listrik dan kekuatan interaksinya
dalam unsur – unsur kimia dilakukan beberapa percobaan yaitu uji kelarutan
sampel dalam beberapa pelarut, uji kemagnetan dan uji reaksi pada sampel.
1. Uji kelarutan pada sampel dengan berbagai macam pelarut
Pelarut – pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, aquadest
panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja.
a. Carbon
Berdasarkan percobaan karbon tidak larut dalam aquadest, aquadest
panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja karena
carbon bersifat inert atau stabil sehingga carbon tidak larut dalam pelarut
polar.
b. FeSO4 , Cacl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnO2
Berdasarkan percobaan FeSO4 , Cacl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4,
dan MnO2
larut dalam pelarut aquadest, hal ini terjadi karena senyawa FeSO4 , Cacl2,
KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnO2 merupakan senyawa polar dan
aquadest merupakan pelarut polar sehingga dapat saling melarutkan.
Selain itu pada senyawa ini memiliki kelarutan yang baik atau mudah
larut dan tingkat kelarutan nya sangat baik.
c. PbSO4
Uji kelarutan PbSO4 tidak larut dalam pelarut aquadest, aquadest panas,
HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja. Karena
garam sulfat pada senyawa ini sukar larut dan memiliki tingkat kelarutan
yang sangat sulit.
d. Zn
Zn merupakan jenis logam transisi yang tidak larut dalam aquadest,
aquadest panas, HCl encer, HCl pekat dan hanya mampu larut dalam
HNO3 dan aqua regia.
e. CaCO3
Pada saat diuji kelarutannya baik itu dengan aquadest ataupun aquadest
panas , kalsium karbonat tidak larut dan membentuk endapan putih dan
reaksinya akan berjalan sangat kuat, terbentuk endapan karena kalsium
karbonat akan mengikat air sehingga terbentuk endapan berwarna putih.
Untuk uji kelarutan dengan menggunakan HCl pekat hasilnya larut asam
karbonat akan bereaksi hebat hebat dengan berbagai asam dengan adanya
air sehingga dapat larut.
f. Na2HPO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4 dan K2Cr2O7
Uji kelarutan pada senyawa ini larut pada aquadest panas karena pada
pemanasan senyawa ini akan cepat larut sempurna dan senyawa ini
memiliki tingkat kelarutan yang sedikit baik.
g. Silika
Silika merupakan sejenis metaloid tetravalen yang kurang reaktif,
senyawa ini tidak larut dalam aquadest, aquadest panas, HCl encer, HCl
pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja. Silika bisa larut dalam suhu
tinggi.
2. Uji kekuatan interaksi larutan dengan magnet
Pada sampel karbon dan FeSO4 terjadi interaksi dengan magnet, karena
pada sampel ini bersifat paramagnetik yang dapat berinteraksi dengan
magnet sedangkan pada sampel lainnya bersifat diamagnetik sehingga
sedikit ditolak keluar oleh magnet. Sifat magnet zat berkaitan dengan
konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik setidaknya
memilki satu elektron yang tidak berpasangan, semakin banyak elektron
yang tidak berpasangan semakin bersifat paramagnetik dan semakin kuat
interaksinya dengan magnet.
3. Uji reaksi sampel
Pada uji reaksi pada sampel senyawa logam transisi dapat
membentuk kompleks dengan pereaksi pada sampel ini dan pereaksi pada
sampel ini dapat berfungsi sebagai ligan. Pada percobaan ini sampel
bereaksi dengan pereaksi dengan ditandai adanya perubahan warna.
Sampel yang bereaksi pada percobaan ini yaitu :
1. FeSO4
Persamaan reaksinya adalah :
FeSO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + Fe(OH)2 (s)
FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) Na2SO4(aq) + FeCl2 (aq)
FeSO4(aq) + Na2S (aq) Na2SO4(aq) + FeS (aq)
FeSO4(aq) + 2Na2HPO4(aq) Na2SO4(aq) + Fe(H2PO4)2 (aq)
FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) Na2SO4(aq) + FeSO4 (aq)
FeSO4(aq) + EDTA (aq) SO42-(aq) + Fe - EDTA (aq)
FeSO4(aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2SO4(aq) + Fe(OH)2 (s)
FeSO4(aq) + Na2CO3(aq) Na2SO4(aq) + FeCO3 (aq)
FeSO4(aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4)2SO4(aq) + FeCl2 (s)
2. CaCO3
CaCO3 (aq) + NaOH(aq) Na2CO3(aq) + Ca(OH)2(s)
CaCO3 (aq) +Na2CO3(aq) Na2CO3(aq) + CaCO3 (aq)
3. PbSO4
PbSO4(aq) + Na2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + PbSO4(aq)
PbSO4(aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2SO4(aq) + Pb(OH)2(s)
PbSO4(aq) + 2Na2HPO4(aq) Na2SO4(aq) + Pb(H2PO4)2 (aq)
PbSO4(aq) + Na2S (aq) Na2SO4(aq) + PbS (aq)
4. BaCl2
BaCl2(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl (aq) +BaCO3 (aq)
BaCl2(aq) + Na2S (aq) 2NaCl (aq) +BaS (aq)
5. Al2(SO4)3(aq) + EDTA Al-(EDTA)(aq) + 3SO43-(aq)
6. Cu(CH3COO)2
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaOH(aq) 2 CH3COONa(aq) + Cu(OH)2
(s)
Pada percobaan pertama, yaitu uji kelarutan semua sampel pada beberapa
pelarut. Penggunaan pelarut ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya
kelarutan pada sampel padatan. Pemberian pelarut ini dilakukan secara berurutan
sesuai dengan tingkat daya pelarutnya. Pertama, semua sampel padatan dilarutkan
dengan pelarut sebagai berikut aquades, aquades panas, HCl encer, HCl pekat,
HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja.
Dari hasil yang didapatkan sampel yang larut dalam aquades adalah sampel
FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4 dan MnO2, sampel ini dapat larut
dalam aquades karena sampel merupakan zat-zat yang memiliki nilai Ksp yang
besar, sehingga senyawa akan memiliki kelarutan yang besar dan memungkinkan
semakin mudah larut senyawa tersebut.
Lalu sampel yang larut dalam aquades panas adalah sampel NaH2PO4,
Cu(CH3COO)2, NiSO4 dan K2Cr2O7 , sampel ini dapat larut dalam aquades panas
karena sampel-sampel ini merupakan zat yang memiliki kelarutan yang besar.
Sehingga panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga
besar, sehingga titik leleh dan titik didihnya juga tinggi. Maka dari itu sampel ini
dapat larut dalam aquades panas.
Lalu sampel yang larut dalam HCl pekat adalah sampel CaCO3. Apabila kalsium
karbonat ini ditambahkan air, reaksinya akan berjalan dengan sangat kuat dan
cepat apabila dalam bentuk serbuk, serbuk kalsium karbonat akan melepaskan
kalor. Molekul dari CaCO3 akan segera mengikat molekul air (H2O) yang akan
membentuk kalsium hidroksida, zat yang lunak seperti pasta (zat mengendap).
Sebagaimana ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:
CaCO3 (aq) + H2O (l) → Ca(OH)2 ↓ (s) + CO2 (aq)
Untuk uji kelarutan dengan menggunakan HCl pekat, hasilnya larut. Endapan
Ca(OH)2 yang dihasilkan bereaksi hebat dengan berbagai asam, dengan adanya
air. Sehingga dapat larut. Berikut persamaan reaksinya :
CaCO3 (aq) + 2 HCl (aq)→ CaCl2 (aq) + H2CO3 (aq)
Lalu sampel yang larut dalam HNO3 encer adalah sampel Zn, sampel ini dapat
larut dalam HNO3 encer karena logam Zn sangat sukar larut di dalam air, tetapi
dapat larut dalam larutan asam.
Sedangkan sampel yang tidak larut walaupun ditambahkan pelarut air raja adalah
sampel C, PbSO4 dan Silika gel, sampel ini tidak dapat larut bisa dikarenakan zat
ini tidak dapat bereaksi didalam air dan pelarut asam, tetapi hanya bisa larut
dalam pelarut organik.
Sehingga dapat dilihat bahwa pada semua sampel yang digunakan tidak semua
sampel dapat bereaksi dengan pelarut. Dimana dapat dilihat terlebih dahulu
sampel yang digunakan dan pelarut yang cocok untuk melarutkannya, serta dapat
dilihat dari harga Ksp nya dimana semakin besar harga Ksp suatu zat semakin
mudah larut senyawa tersebut.
Pada percobaan kedua, yaitu uji kemagnetan pada semua sampel. Pertama,
semua sampel yang berupa padatan didekatkan pada batang magnet. Dari hasil
yang didapatkan pada semua sampel padatan yang tertarik atau terdorong oleh
magnet yaitu hanya sampel Karbon (C) dan FeSO4, ini dikarenakan zat bersifat
paramagnetik (adanya elektron yang tidak berpasangan), sedangkan zat Fe sendiri
termasuk zat yang bersifat fero magnetik (zat yang sangat kuat interaksinya
dengan magnet). Sedangkan sampel padatan yang lainnya tidak mengalami
tarikan atau dorongan. Ini bisa dikarenakan sampel tidak bersifat paramagnetik,
melainkan bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet) dan faktor
alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan sudah mengalami
kerusakan. Sehingga tidak terjadi interaksi pada saat larutannya pada magnet.
Kedua, semua sampel yang berupa cairan didekatkan pada batang magnet.
Dari hasil yang didapatkan pada semua sampel cairan tidak mengalami tarikan
atau dorongan pada batang magnet. Tidak terjadinya tarikan dengan magnet bisa
dikarenakan faktor alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan
sudah mengalami kerusakan.
Sehingga dapat dilihat bahwa sifat magnetik suatu zat terdiri atas atom, ion atau
molekul ditentukan oleh struktur elektronnya. Interaksi antara zat dan medan
magnet dibedakan menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat
paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak
tertarik magnet. Banyak unsur transisi dan senyawa yang bersifat paramagnetik.
Hal ini disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan. Sifat magnet zat
berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik
mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan. Semakin banyak elektron
tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat
digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi.
Pada percobaan ketiga, yaitu uji reaksi pada semua sampel. Dimana pada
semua sampel berupa larutan akan direaksikan dengan beberapa pereaksi yaitu
pereaksi NaOH, NaCl, Na2S, NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3 dan
NH4Cl.
C(aq)→
Sampel kedua, yaitu FeSO4. Larutan FeSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna hijau. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel menjadi warna hijau
dan kuning. Ini menandakan pada sampel FeSO4 mengalami perubahan warna
atau adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
NaH2PO4, larutan tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap larutan tidak
berwarna, ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan FeSO4.
Sampel ketiga, yaitu PbSO4. Larutan PbSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna putih. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini
menandakan pada sampel FeSO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak
adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
Na2SO4, NH4OH, dan NaH2PO4, berurutan larutan mengalami perubahan warna
menjadi larutan berwarna kuning (---), kuning (-), dan jingga. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
PbSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah.
Zn(aq)→
CaCO3 (aq) →
Sampel ketujuh, yaitu KCl. Larutan KCl berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel
KCl berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel KCl tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan KCl.
KCl (aq)→
Sampel ke-8, yaitu BaCl2. Larutan BaCl2 berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel BaCl2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya
pada saat direaksikan dengan larutan Na2CO3 dan Na2S, berurutan larutan
mengalami perubahan terdapat endapan putih dan larutan biru. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
BaCl2, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah.
NaH2PO4(aq) →
MgSO4(aq)→
Sampel ke-13, yaitu silika gel. Larutan silika berupa larutan berwarna
kuning. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel silika berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel
silika tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan silika.
Si2+ (aq) →
Sampel ke-14, yaitu MnO2. Larutan MnO2 berupa larutan berwarna hitam.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel
MnO2 berupa larutan berwarna hitam. Ini menandakan pada sampel MnO2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan MnO2. Seharusnya zat Mangan ini dapat menghasilkan rekasi
karna sifat umum zat Mangan yaitu senyawa yang larut dalam air.
MnO2 (aq) →
Sampel ke-15, yaitu NiSO4. Larutan NiSO4 berupa larutan berwarna hijau.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel NiSO4 tidak
membentuk senyawa lain dengan pereaksi. Tetapi hanya pada saat direaksikan
dengan larutan NH4OH dan EDTA, larutan mengalami perubahan menjadi larutan
biru. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan NiSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah.
NiSO4(aq) + NaOH(aq) →
NiSO4(aq) + Na2CO3aq) →
C(aq)→
FeSO4(aq) + NaOH(aq)→
FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4(aq)
PbSO4 (aq)→
Zn(aq)→
CaCO3 (aq)→
CaCl2 (aq)→
KCl (aq)→
BaCl2 (aq)→
NaH2PO4(aq)→
Al2(SO4)3 (aq)→
Si2+ (aq) →
MnO2 (aq) →
MgSO4(aq)→
Sampel kedua belas yaitu Cu(CH3COO)2, Cu(CH3COO)2 setelah di
larutkan membentuk larutan berwarna serta adanya endapan berwarna hijau
kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi. Dari pencampuran dengan pereaksi
yang ke-9 ini hampir semua campuran berubah warnanya menjadi warna hijau
biru ataupun coklat sehingga dapat dikatakan sampelCu(CH3COO)2 banyak
terbentuk senyawa baru.
NiSO4(aq) + NaOH(aq) →
X. Kesimpulan
Sifat-sifat unsur kimia dapat kita ketahui dari sifat fisis dan kimianya.
Sama seperti pada unsur-unsur dari gas mulia dan halogen. Dari sifat fisis kita
dapat mengetahui penampilan dari suatu unsur namun tanpa melibatkan
pengubahan zat itu menjadi zat lain, serta dari sifat kimianya kita dapat
mengetahui reaksi-reaksi yang dapat dialami oleh zat itu, seperti kereaktifan, daya
oksidasi, daya reduksi, sifat asam, sifat basa, dan kelarutan.
Ai Kusmiati (1147040004)
1. Pada uji kelarutan senyawa anorganik, pada semua sampel yang digunakan
tidak semua sampel dapat bereaksi dengan pelarut. Dimana dapat dilihat
terlebih dahulu sampel yang digunakan dan pelarut yang cocok untuk
melarutkannya, serta dapat dilihat dari harga Ksp nya dimana semakin
besar harga Ksp suatu zat semakin mudah larut senyawa tersebut.
2. Pada uji kemagnetan, interaksi antara zat dan medan magnet dibedakan
menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat paramagnetik
dimana daya medan magnetnya tinggi, sedangkan zat diamagnetik daya
medan magnetnya rendah.
3. Pada uji reaksi dengan reagen NaOH, NaCl, Na2S, Na2HPO4, Na2SO4,
EDTA, NH4OH, Na2CO3, dan NH4Cl mengalami beberapa perubahan
yaitu perubahan warna, terbentuk endapan, adanya gelembung bahkan
terbentuknya senyawa komplek yang menunjukkan adanya reaksi.
2. Interaksi antara zat dan medan magnet dibedakan menjadi dua, yaitu
diamagnetik dan paramagnetik. Zat paramagnetik tertarik oleh medan
magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak tertarik magnet. Yang termasuk
sifat paramagnetik adalah sampel (C dan FeSO4) sedangkan yang
termasuk dalam sifat diamagnetik adalah sampel (PbSO4, Zn, CaCO3,
CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika
gel, MnO2, NiSO4,dan K2Cr2O7).
3. Pada uji sampel dengan pereaksi, didapatkan pada semua sampel memiliki
reaksi yang berbeda-beda saat dicampurkan dengan pereaksi. Jika
bereaksi akan menghasilkan senyawa yang lain.
Hidayah (11470400033)
Dari praktikum kali ini juga didapati sifat kelarutan dari beberapa bahan :
http://la-randy.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-unsur.html
Ai Kusmiati (1147040004)
Joshua. (2016, Mei 15). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 8, 2016, from
www.google.com: http://www.slideshare.net/joshutoso/kimia-unsur-
28234895
Yudi. (2016, April 12). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 8, 2016, from
www.google.com: http://tanya-tanya.com/kimia-unsur-gas-mulia-halogen-
alkali-alkali-tanah/
Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I Edisi V. In I. Setiano. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Winarni.2007. “Kimia untuk SMA dan MA kelas XII IPA”. Jakarta : Satubuku.
Hidayah (11470400033)
Winarni. 2007. Kimia untuk SMA dan MA kelas XII IPA. Jakarta : Satubuku.
Campbell, N.A, J.B Reece, L.G.Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima jilid II.
Jakarta:Erlangga.