Anda di halaman 1dari 74

Percobaan ke -3

Identifikasi Kelarutan, Kemagnetan dan Reaksi

Senyawa Anorganik

Rabu, 12 oktober 2016

I. Tujuan

1. Menentukan kelarutan suatu senyawa anorganik


2. Menentukan sifat kemagnetan suatu senyawa anorganik
3. Mengidentifikasi reaksi senyawa anorganik saat direaksikan dengan pereaksi NaOH,
NaCl, Na2SO4, Na2CO3, Na2S, NH4OH, EDTA, NH4Cl, dan NaH2PO4

II. Dasar Teori


Alam semesta ini kaya akan kadungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini, unsur-unsur
kimia berjumlah sekitar 114 unsur. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan berdasarkan
kesamaan sifatnya ke dalam beberapa golongan, yaitu golongan A (golongan utama) dan
golongan B (golongan transisi). Selain itu, unsur-unsur kimia dapat dikelompokkan menjadi
unsur logam, nonlogam, semilogam, dan gas mulia
Beberapa usur logam dan nonlogam, dalam bentuk unsur maupun senyawa, banyak
dimanfaatkan didalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan beberapa unsur logam dan
nonlogam meningkat dengan berkembang pesatnya industri, baik sebagai alat, bahan dasar,
maupun sumber energi.

Unsur-unsur logam umumnya diperoleh sebagai bijih logam dalam batuan. Alam
Indonesia sangat kaya akan sumber mineral bijih logam, karena itu perlu penguasaan
teknologi untuk mengolahnya menjadi logam yang dibutuhkan.

Unsur Logam yang sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari diantaranya adalah,
besi, tembaga, atau perak. Ternyata unsur natrium pun bersifat logam. Namun, karena tak
stabil dalam keadaan unsurnya, ia lebih banyak kita temui dalam bentuk senyawanya.

Keberadaan unsur-unsur kimia di alam sangat melipah. Sumber unsur-


Unsur kimia terdapat di kerak bumi, dasar laut, dan atmosfer, baik dalam bentuk unsur bebas,
senyawa ataupun campurannya. Unsur-unsur kimia yang terdapat di alam dalam bentuk unsur
bebasnya (tidak bersenyawa dengan unsur lainnya), diantaranya logam platina (Pt), emas
(Au), karbon (C), gas nitrogen (N2), oksigen (O2), dan gas-gas mulia. Adapun unsur-unsur
lainnya ditemukan dalam bentuk bijih logam. Bijih logam merupakan campuran antara
mineral yang mengandung unsur-unsur kimia dan pengotornya. Mineral-mineral tersebut
berbentuk senyawa oksida, halida, fosfat, silikat, karbonat, sulfat, dan sulfida. Logam platina
(Pt) dan emas (Au) disebut logam mulia. Sumber logam mulia dan mineral-mineral dapat
ditemukan di kerak bumi, sedangkan sumber gas oksigen, nitrogen, dan gas mulia (kecuali
He) terdapat di lapisan atmosfer.

III. Sifat Fisik dan Sifat Kimia / MSDS

No Bahan Sifat Fisik Sifat Kimia


1. HCl (Asam  Cairan berwarna kuning  Merupakan asam kuat
Klorida)  Massa atom 36,45 g/mol  Bersifat toxic dan korosif
 Titik didih 318,4 C o
 Merupakan oksidator kuat
 Titik leleh 1390oC  Dapat larut dalam alkali
 Massa jenis 3,21 g/cm 3 hidroxida, eter dan
kloroform
2. NaOH (Natrium  Padatan berwarna putih  Bersifat higroskopis
Hidroksida)  Berat Molekul 40 g/mol  Merupakan basa kuat
 Titik didih 318oC  Bersifat korosif
 Titik leleh 1390oC  Larut dalam air dan
methanol
3. Na2CO3 (Natrium  Padatan berwarna putih  Sedikit higroskopis
Karbonat)  Berat molekul 106 g/mol  Larut dalam air
 Titik didih 400 C
o
 Tidak larut dalam etanol
 Titik leleh 85oC  Dapat dititrasi dengan
indicator fenolftalein
4. NaCl (Natrium  Padatan berwarna putih  Larut dalam gliserol dan
Klorida)  Berat Molekul 58,44 ammoniak
g/mol  Sedikit larut dalam HCl
 Titik didih 1413 C o
 Tidak larut dalam alcohol
 Titik leleh 801oC  Merupakan eektrolit kuat
5. Na2SO4 (Natrium  Padatan berwarna putih  Bersifat irritant
Sulfat)  Berat molekul 142,06  Bersifat higroskopis
g/mol  Tidak mudah terbakar
 Titik didih 800oC  Tidak larut dalam alcohol
 Titik leleh 1429oC

6. NH4OH  Cairan tak berwarna  Berifat irritant


(Amonium  Massa molar 17 g/mol  Bersifat korosif
Hidroksida)  Titik didih -33,34oC
 Titik leleh 1429oC
7. EDTA  Padatan berwarna putih  Larut dalm air
(Etilendiamin  Berat molekul 292,24  Keasaman 1,72
tetraasetat) g/mol  Kebasaan 12,125
 Massa jenis 860 mg/ml  Merupakan ligan
heksadentat
8. H2O (Akuades)  Cairan tak berwarna  Terikat secara kovalen
 Massa molar 18 g/mol  Berifat polar
 Massa jenis 0,99 g/cm3  Merupakan pelarut untuk
 Titik didih 100oC banyak zat kimia
 Titik leleh 0oC  BerpH 7
 Memiliki ikatan hydrogen
9. HNO3 (Asam  Cairan tak berwarna  Bersifat korosif
Nitrat)  Titik didih 83oC  Larut dalam air
 Titik leleh -42oC  Merupakan oksidator
 Massa jenis 1,522 kg/m3 kuat
 Bersifat toxic dan
flammable
10. Aqua Regia  Massa jeis 1,01-1,21  Bersifat korosif
g/cm3  Dapat melarutkan raksa,
 Titik leleh -42 C
o
emas, timbal, platina dll
 Titik didih 108oC (deret mulia)
 Bersifat harmful
 Mengeluarkan uap
berwarna kuning yang
beracun
11. NH4Cl  Padatan berwarna putih  Bersifat higroskopis
 Titik didih 520oC  Non-flammble (tidak
 Titik leleh 338oC mudah terbakar)
 Massa molar 53,5 g/mol  Bersifat asam lemah
 Larut dalam air
12. Na2S (Dinatrium  Padatan kekuningan  Bersifat korosif
Sulfida)  Massa molar 240,18  Bersifat irritant
g/mol
 Titik didih  Larut dalam air
 Titik leleh 1,76oC

IV. Alat dan Bahan

1. Alat:

No Alat Ukuran Jumlah


1 Spatula - 2 buah
2 Neraca analitik - 1buah
3 Tabung reaksi - 24 buah
4 Rak tabung reaksi - 2 buah
5 Batang pengaduk - 1 buah
6 Statif - 2 buah
7 Gelas kimia 250ml 1 buah
8 Magnet - 1 buah
9 Gelas ukur 10ml 1 buah
10 Plat tetes - 1 buah
11 Kertas lakmus - 16 potong
12 Kaca arloji - 12 buah
13 Kaki tiga - 1 buah
14 Kawat kassa - 1 buah
15 Spirtus - 1 buah
16 pH indicator - 8 potong
17 Pipet tetes - 2 buah

2. Bahan:

No Bahan Satuan Jumlah


1 HCl encer 6M 50ml
2 HCl pekat 6M 50ml
3 HNO3 encer 10M 50ml
4 HNO3 pekat 10M 50ml
5 Larutan NaOH 0,05 mol 50ml
6 Larutan NaCl 0,05 mol 50ml
7 Larutan Na2SO4 0,05 mol 50ml
8 Larutan Na2CO3 0,05 mol 50ml
9 Larutan Na2S 0,05 mol 50ml
10 Larutan NH4OH 0,05 mol 50ml
11 Larutan EDTA 0,05 mol 50ml
12 Larutan NH4Cl 0,05 mol 50ml
13 Larutan NaH2PO4 0,05 mol 50ml
14 Al2(SO4)3 - 1gram
15 CuCH3(COO)2 - 1gram
16 NaH2PO4 - 1gram
17 NiSO4 - 1gram
18 MgSO4 - 1gram
19 K2Cr2O7 - 1gram
20 MnO2 - 1gram
21 Silika gel - 1gram
22 Karbon - 1gram
23 FeSO4 - 1gram
24 PbSO4 - 1gram
25 Zn - 1gram
26 CaCO3 - 1gram
27 CaCl2 - 1gram
28 KCl - 1gram
29 BaCl2 - 1gram
30 Aqua Regia - 5ml
31 Akuades - Secukupnya

V. Prosedur Kerja

1. Pembuatan larutan pereaksi


Menimbang dan mengukur volume masing-masing zat (NaOH, NaCl, Na2SO4, Na2CO3,
Na2S, NH4OH, EDTA, NH4Cl, dan NaH2PO4) untuk menghasilkan 0,05 mol dalam 50 ml.
Kemudian dimasukkan pada gelas kimia 100 ml dan dilarutkan dengan 50 ml akuades .

2. Uji Kelarutan
Sampel padatan, yang terdiri dari 16 zat yaitu Al2(SO4)3, CuCH3(COO)2, NaH2PO4,
NiSO4, MgSO4, K2Cr2O7, MnO2, Silika gel, Karbon, FeSO4, PbSO4, Zn, CaCO3, CaCl2,
KCl, dan BaCl2, timbang sebanyak 1 gram. Kemudian sebanyak seujung spatula
dilarutkan dalam tabung reaksi dengan pelarut yang sesuai yakni mampu untuk melarutkan
zat-zat tersebut. Untuk itulah digunakan urutan tingkat daya pelarut sebagai berikut:
akuades, akuades panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan terakhir
menggunakan aqua regia.
3. Uji Kemagnetan
a. Sampel padat
Keenam belas (16) sampel padatan sisa dari uji kelarutan didekatkan dengan magnet ke
posisi zat berada, dan diamati interaksi atau gerakannya.
b. Sampel larutan
Keenam belas (16) sampel yang telah dilarutkan dalam tabung reaksi digantungkan
menggunakan benang pada statif. Kemudian didekatkan dengan magnet ke posisi zat
berada, dan diamati interaksi atau gerakannya.
4. Uji Reaksi
Semua sampel larutan dan supernatan yang telah dilakukan uji kelarutan, masing-masing
dimasukkan kedalam plat tetes. Kemudian direaksikan dengan pereaksi NaOH, NaCl,
Na2SO4, Na2CO3, Na2S, NH4OH, EDTA, NH4Cl, dan NaH2PO4. Lalu diamati perubahan
yang terjadi yang akan menjadi cirri-ciri adanya reaksi.

VI. Hasil Pengamatan

a. Uji kelarutan
No Zat (bahan) +akuades +akuades + HCl + HCl +HNO3 +HNO3 +aqua
panas encer pekat encer pekat regia
1 Karbon
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
(padatan
larut larut larut larut larut larut larut
berwarna hitam)
2 FeSO4
(Padatan
Larut
berwarna biru
muda)
3 PbSO4
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
(Serbuk
larut larut larut larut larut larut larut
berwarna putih)
4 Zn
(lempengan
berwarna abu
5 CaCO3
Tidak Tidak Tidak
(Serbuk Larut
larut larut larut
berwarna putih)
6 CaCl2
(padatan Larut
berwarna putih)
7 KCl
(padatan Larut
berwarna putih)
8 BaCl2
(Serbuk Larut
berwarna putih)
9 MgSO4
(serbuk berwarna Larut
putih)
10 CuCH3(COO)2
(Serbuk Tidak
Larut
berwarna biru larut
tosca)
11 Al2(SO4)3
(serbuk berwarna Larut
putih)
12 NaH2PO4
Tidak
(Kristal berwarna Larut
larut
putih)
13 NiSO4
Tidak
(Kristal berwarna Larut
larut
hijau tosca)
14 K2Cr2O7
Tidak
(serbuk berwarna Larut
larut
orange)
15 Silica gel
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
(serbuk berwarna
larut larut larut larut larut larut larut
putih)
16 MnO2
(Serbuk Larut
berwarna hitam)

b. Uji kemagnetan
Karakteristik Kemagnetan Hasil
No Bahan
Padatan Cairan Padatan Cairan Netral
1 Karbon padatan Larutan (+) (-) Larutan
berwarna berendapan berwarna
hitam hitam kuning (--
--)
terdapat
endapan
hitam
2 Larutan
tak
Padatan Larutan
berwarna
FeSO4 berwarna larutan (+) (-)
terdapat
biru muda kuning (-)
endapan
hijau
3 Larutan
Serbuk Larutan
berwarna
PbSO4 berwarna berwarna (-) (-)
kuning
putih kuning (+++)
(+++)
4 Larutan Larutan
lempengan
Zn berwarna (-) (-) tak
berwarna abu
kuning berwarna
5 Terdapat
2fasa:
 Fasa
atas,
larutan
Serbuk tak
Larutan tak
CaCO3 berwarna (-) (-) berwarn
berwarna
putih a
 Fasa
bawah,
larutan
berwarn
a putih
6 padatan Larutan
Larutan tak
CaCl2 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
7 padatan Larutan
Larutan tak
KCl berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
8 Serbuk Larutan tak Larutan
BaCl2 (-) (-)
berwarna berwarna tak
putih berwarna
9 serbuk Larutan
Larutan tak
MgSO4 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
10 Serbuk Larutan Larutan
CuCH3(COO)2 berwarna berwarna biru (-) (-) berwarna
biru tosca (++) biru
11 serbuk Larutan
Larutan tak
Al2(SO4)3 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
12 Kristal Larutan
Larutan tak
NaH2PO4 berwarna (-) (-) tak
berwarna
putih berwarna
13 Kristal Larutan Larutan
NiSO4 berwarna berwarna (-) (-) berwarna
hijau tosca hijau toska hijau
14 serbuk Larutan Larutan
K2Cr2O7 berwarna berwarna (-) (-) berwarna
orange jingga jingga
15 Larutan
serbuk Larutan
berwarna
Silica gel berwarna berwarna (-) (-)
kuning
putih kuning (+++)
(+++)
16 Serbuk Larutan Larutan
MnO2 berwarna berwarna (-) (-) berwarna
hitam hitam hitam
Keterangan: Tanda (+) menunjukan pergerakan

Tanda (-) menunjukan tidak ada pergerakan


c. Uji Reaksi
+Na2SO +NH4O
Larutan +NaOH +NaCl +Na2CO3 +Na2S +EDTA +NH4Cl +NaH2PO
No 4 H
Bahan 0,05mol 0,05mol 0,05mol 0,05mol 0,05mol 0,05mol 4 0,05mol
0,05mol 0,05mol
1 Karbon Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak tak tak tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a a
2 FeSO4 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a hijau a kuning a kuning kuning kuning hijau a kuning a kuning hitam
(+) (+++) (++) (++) (++++) (+++) (++++) (+)
3 PbSO4 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak berwarn tak coklat (--) berwarna tak tak berwarna
berwarn berwarn a kuning berwarna terdapat kuning (- berwarn berwarn jingga
a a (----) endapan ) a a

4 Zn Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan


tak tak tak tak tak tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a a
5 CaCO3 Terdapat Larutan Larutan Terdapat Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
endapan tak tak endapan tak tak tak tak tak
putih berwarn berwarn putih berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a
6 CaCl2 Larutan Larutan Larutan Terdapat Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak endapan tak tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn putih berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a a
7 KCl Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak tak tak tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a a
8 BaCl2 Larutan Larutan Larutan Terdapat Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak endapan berwarna tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn putih biru keruh berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a a
9 MgSO4 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak tak tak tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a a
10 CuCH3(CO Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
O)2 ungu hijau hijau coklat ungu ungu biru biru hijau tosca
kebiruan tosca (-) tosca (--) dan kebiruan kebiruan tosca tosca (+) (-)
terdapat (++)
endapan
hitam
11 Al2(SO4)3 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak tak tak tak berwarn tak tak
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna a putih berwarn berwarna
a a a a
12 NaH2PO4 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak tak tak tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a a a

13 NiSO4 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan larutan larutan
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a hijau a hijau (- a hijau (- hijau (-) hitam biru (+) a biru a hijau (- hijau (-)
(+) -) ) (++) )
14 K2Cr2O7 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a kuning a kuning a kuning kuning (-) kuning (-) kuning (- a kuning a kuning kuning
(--) (+) (++) ) (+++) (++) (++++)
15 Silica gel Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
tak tak tak hijau hijau tak tak tak tak
berwarn berwarn berwarn kehitama kehitaman berwarna berwarn berwarn berwarna
a a a n a a
16 MnO2 Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan Larutan
berwarn berwarn berwarn berwarna berwarna berwarna berwarn berwarn berwarna
a hitam a hitam a hitam hitam (-) hitam hitam a hitam a hitam hitam (+)
(++) (+) (-) kecoklata (+++) (+) (++)
n

VIII. Perhitungan dan Persamaan Reaksi

a) Perhitungan
1. 0,05mol NaOH dalam 50ml 4. 0,05mol Na2S dalam 50ml
𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙 𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= ₓ M= ₓ
𝑀𝑟 𝑣 𝑀𝑟 𝑣
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1M= ₓ 1M= ₓ
40 𝑔/𝑚𝑜𝑙 50𝑚𝑙 78,042 𝑔/𝑚𝑜𝑙 50𝑚𝑙

(=) massa = 2 gram (=) massa = 3,9023 gram


2. 0,05mol NaCl dalam 50ml 5. 0,05mol NaH2PO4 dalam 50ml
𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙 𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000 M= 𝑀𝑟
ₓ 𝑣
M= 𝑀𝑟
ₓ 𝑣 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1 M = 119,98 𝑔/𝑚𝑜𝑙 ₓ 50𝑚𝑙
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1 M = 58,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙 ₓ 50𝑚𝑙 (=) massa = 5,999 gram
6. 0,05mol NH4OH dalam 50ml
(=) massa = 2,925 gram 𝑎 × 𝜌 ×10 25 × 0,91 𝑔/𝑐𝑚3 ×10
M= 𝑀𝑟
= 35,05 𝑔/𝑚𝑜𝑙
=
3. 0,05mol Na2SO4 dalam 50ml
6,49 M
𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M= = 𝑣 0,05𝐿
= 1M V 1 × M1 = V 2 × M1
V1 × 6,49M = 50ml × 1M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= 𝑀𝑟
ₓ 𝑣 (=) V1 = 7,7041ml

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
7. 0,05mol EDTA dalam 50ml
1 M = 142,06 𝑔/𝑚𝑜𝑙 ₓ 50𝑚𝑙 𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M

(=) massa = 7,103 gram 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000


M= 𝑀𝑟
ₓ 𝑣
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1 M = 372,24 𝑔/𝑚𝑜𝑙 ₓ 50𝑚𝑙

(=) massa = 18,61 gram


8. 0,05mol Na2CO3 dalam 50ml
𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M= = = 1M
𝑣 0,05𝐿
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= 𝑀𝑟
ₓ 𝑣
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1M= ₓ
105,99 𝑔/𝑚𝑜𝑙 50𝑚𝑙

(=) massa = 5,2995 gram


9. 0,05mol NH4Cl dalam 50ml
𝑛 0,05𝑚𝑜𝑙
M=𝑣= 0,05𝐿
= 1M
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
M= 𝑀𝑟
ₓ 𝑣
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 1000
1M= ₓ
53,5 𝑔/𝑚𝑜𝑙 50𝑚𝑙

(=) massa = 2,675 gram


10.Aqua Regia 50ml
HCl : HNO3 1:3
3
HCl = 50ml × 4 = 37,5ml
1
HNO3 = 50ml × 4 = 12,5ml
b) Persamaan reaksi
 Uji Kelarutan
Karbon
C(s) + H2O(l) C(s) + H2O(l)
C(s) + HCl(l) C(s) + HCl(l)
C(s) + HNO3(l) C(s) + HNO3(l)
C(s) + HCl(l) + HNO3(l) C(s) + HCl(l) + HNO3(l)
FeSO4
FeSO4(s) + H2O(l) FeSO4(aq) + H2O(aq)
PbSO4
PbSO4(s) + H2O(l) PbSO4 (s) + H2O(l)
PbSO4(s) + HCl(l) PbSO4(s) + HCl(l)
PbSO4(s) + HNO3(l) PbSO4(s) + HNO3(l)
PbSO4(s) + HCl(l) + HNO3(l) PbSO4 (s) + HCl(l) + HNO3(l)
Zn
Zn(s) + H2O(l) Zn(s) + H2O(l)
Zn(s) + HCl(l) Zn(s) + HCl(l)
Zn(s) + HNO3(l) ZnNO3(aq) + H+(aq)
CaCO3
CaCO3(s) + H2O(l) CaCO3(s) + H2O(l)
CaCO3(s) + HCl(l) CaCl2(aq) + HCO3(aq)
CaCl2
CaCl2(s) + H2O(l) CaCl2(aq)
KCl
KCl(s) + H2O(l) KCl(aq)
BaCl2
BaCl2(s) + H2O(l) BaCl2(aq)
Al2(SO4)3
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) Al2(SO4)3(aq)
NaH2PO4
NaH2PO4(s) + H2O(l) NaH2PO4(aq)
MgSO4
MgSO4(s) + H2O(l) MgSO4(aq)
CuCH3(COO)2
CuCH3(COO)2(s) + H2O(l) CuCH3(COO)2(aq)
NiSO4
NiSO4(s) + H2O(l) NiSO4(aq)
K2Cr2O7
K2Cr2O7(s) + H2O(l) K2Cr2O7(aq)
Silica gel
Si(s) + H2O(l) Si(s) + H2O(l)
Si(s) + HCl(l) Si(s) + HCl(l)
Si(s) + HNO3(l) Si(s) + HNO3(l)
Si(s) + HCl(l) + HNO3(l) Si(s) + HCl(l) + HNO3(l)
MnO2
MnO2(s) + H2O(l) MnO2(aq)
 Reaksi uji
Karbon
C(aq)→

FeSO4

FeSO4(aq) + 2NaOH(aq)→ Fe (OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + Na2S aq) → FeS(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) FeSO4(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + EDTA (aq) → Fe-(EDTA)

FeSO4(aq) + NH4OH aq) → Fe (OH)2 (aq) + (NH4)2SO4 (aq)

FeSO4(aq) + Na2CO3aq) → FeCO3(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) → FeCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)


PbSO4

PbSO4 (aq) + NaOH(aq)→

PbSO4 (aq) + NaCl (aq) →

PbSO4 (aq) + Na2S aq) →

PbSO4 (aq) + NaH2PO4 (aq) → Na2SO4 (aq) + Pb(H2PO4)3 (aq)

PbSO4 (aq) + Na2SO4 (aq) PbSO4(aq) + Na2SO4(aq)

PbSO4 (aq) + EDTA (aq) →

PbSO4 (aq) + NH4OH aq) → (NH4)2SO4 (aq) + Pb (OH)2 (s)

PbSO4 (aq) + Na2CO3aq) →

PbSO4 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Zn

Zn(aq)→

CaCO3

CaCO3 (aq) →

CaCl2

CaCl2 (aq) + NaOH(aq)→

CaCl2 (aq) + NaCl (aq) →

CaCl2 (aq) + Na2S aq) →

CaCl2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

CaCl2 (aq) + Na2SO4 (aq) →

CaCl2 (aq) + EDTA (aq) →

CaCl2 (aq) + NH4OH aq) →


CaCl2 (aq) + Na2CO3aq) → CaCO3 (aq) + 2 NaCl (s)

CaCl2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

KCl

KCl (aq)→

BaCl2

BaCl2 (aq) + NaOH(aq)→

BaCl2 (aq) + NaCl (aq) →

BaCl2 (aq) + Na2S aq) → BaS (aq) + 2 NaCl (aq)

BaCl2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

BaCl2 (aq) + Na2SO4 (aq) →

BaCl2 (aq) + EDTA (aq) →

BaCl2 (aq) + NH4OH aq) →

BaCl2 (aq) + Na2CO3aq) → BaCO3 (aq) + 2 NaCl (s)

BaCl2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

NaH2PO4

NaH2PO4(aq) →

Al2(SO4)3

Al2(SO4)3 (aq) + NaOH(aq)→

Al2(SO4)3 (aq) + NaCl (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2S aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2SO4 (aq) →


Al2(SO4)3 (aq) + EDTA (aq) → [Al(EDTA)] (aq) + 3 MgSO4 (aq)

Al2(SO4)3 (aq) + NH4OH aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2CO3aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

MgSO4

MgSO4(aq)→

Cu(CH3COO)2

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaOH(aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2CH3(COO)2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NaCl (aq) → CuCl2(aq) + CH3COONa (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2S aq) → CuS(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaH2PO4 (aq) → Cu (H2PO4) (aq) + Na2CH3(COO)2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2SO4 (aq)→ CuCl(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + EDTA (aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + NH4OH aq) → Cu (OH)2 (aq) + (NH4)CH3COO2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2CO3aq) → CuCO3(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Silica gel

Si2+ (aq) →

MnO2

MnO2 (aq) →

NiSO4

NiSO4(aq) + NaOH(aq) →
NiSO4(aq) + NaCl (aq) →

NiSO4(aq) + Na2S aq) → NiS (aq) + Na2SO4 (aq)

NiSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

NiSO4(aq) + Na2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + EDTA (aq) → Ni-(EDTA)

NiSO4(aq) + NH4OH aq) → Ni (OH)2 (aq) + (NH4)2SO4 (aq)

NiSO4(aq) + Na2CO3aq) →

NiSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) →

K2Cr2O7

K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) → 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaCl (aq) → 2KCl(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2S aq) → K2S (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaH2PO4 (aq) → 2KH2PO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq)→K2SO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 aq) + EDTA (aq) → K-(EDTA)

K2Cr2O7 (aq) + NH4OH aq) →KOH(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2CO3aq) → K2CO3(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7(aq) + 2NH4Cl (aq) → KCl(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)


IX. Pembahasan

Abdul Hakim (1147040001)

Percobaan kali ini bertujuan untuk pemisahan dan pembuatan unsur-unsur


kimia, sampel padatan dilarutkan terlebih dahulu, ini dikarenakan agar terdisosiasi
dan terbentuk senyawa baru yang diinginkan dengan pelarut, tingkat pelarut dan
kelarutan zat yang dilakukan berbeda-beda, seperti CaCO3 yang larut dalam HCl
pekat tetapi tidak dalam air ini dikarenakan CaCO3 adalah garam yang sukar larut
dalam air, dengan reaksi kesetimbangan :

CaCO3(s) <==> Ca²+(aq) + CO32-(aq)...(1)

dengan kehadiran HCl , CO3²- akan membentuk kesetimbangan dengan H+ dari


HCl menurut reaksi:

2H+(aq) + CO32-(aq) <==> H2O(l) + CO2(g) ....(2)

Hal ini menyebabkan CO32- pada reaksi (1) makin berkurang, sehingga
kesetimbangan (1) akan bergeser ke kanan, yang berarti CaCO3 larut.

Kemudian untuk sampel lain (yaitu NaH2PO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4,


K2Cr2O7) dapat larut dengan aquades panas. Sebenernya untuk sampel ini larutan
dalam aquades, akan tetapi untuk larut dalam aquades yag dingin membutuhkan
waktu yang lama atau sukar larut. Hal ini disebabkan oleh bantuan katalis (dalam
hal ini energi panas) yang mempercepat pelarutan sampel tersebut. Untuk sampel
yang lain semuanya larut (kecuali karbon karena sudah terbentuk senyawa yang
stabil dalam bentuk padatan hitam) meskipun untuk melarut setiap sampel
berbeda-beda waktunya dikarena setiap sampel memiliki ciri khas masing-masing

Pada reaksi yang terjadi senyawa kompleks semua unsur transisi dapat
membentuk ion kompleks, yaitu suatu struktur dimana kation logam dikelilingi
oleh dua atau lebih anion atau molekul netral yang disebut ligan. Antara ion pusat
dengan ligan terjadi ikatan kovalen koordinasi, dimana ligan berfungsi sebagai
basa Lewis (penyedia pasangan elektron).
Mg, Pb, Al berwarna putih keruh. Ini dikarenakan. Senyawa unsur transisi
umumnya berwarna. Hal ini disebabkan perpindahan elektron yang terjadi pada
pengisian subkulit d dengan pengabsorbsi sinar tampak. Senyawa Sc dan Zn tidak
berwarna.

Pada FeSO4 dan NiSO4 yang ditambahkan air terjadi perubahan warna
hijau untuk Ni, dan oranye untuk Fe, ini karena warna pada senyawa yang
mengandung logam transisi pada umumnya disebabkan oleh transisi elektron
dalam dua tipe:

Transfer muatan kompleks. Sebuah elektron dapat melompat dari orbit


ligan ke orbit logam, membentuk ligant to metal charge transfer (LMCT). Hal ini
dapat dilihat dengan mudah jika logam sedang pada bilangan oksidasi yang tinggi.
Sebagai contoh, warna pada ion kromat, dikromat, dan permanganat termasuk tipe
ini. Contoh lainnya adalah pada raksa(II) iodida yang berwarna merah larena
transisi LMCT.

Transisi metal to ligand charge transfer (MLCT) terjadi ketika logam


dalam bilangan oksidasi yang rendah sehingga ligan dengan mudah tereduksi.

Pada kompleks Fe dan Ni terbentuk Transisi d-d. Sebuah elektron


melompat dadi satu orbit d ke orbit yang lain. Pada senyawa logam transisi yang
kompleks, antarorbit d tidak mempunyai tingkat energi yang sama. Pola
pemisahan orbit d dapat dihitung dengan teori medan kristal. Tingkat pemisahan
tergantung pada jenis logam, bilangan oksidasi, dan sifat dari ligan.

Tingkat energi elektron pada unsur-unsur transisi yang hampir sama


menyebabkan timbulnya warna pada ion-ion logam transisi. Hal ini terjadi karena
elektron dapat bergerak ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengabsorpsi sinar
tampak. Pada golongan transisi, subkulit 3d yang belum terisi penuh
menyebabkan elektron pada subkulit itu menyerap energi cahaya, sehingga
elektronnya tereksitasi dan memancarkan energi cahaya dengan warna yang sesuai
dengan warna cahaya yang dapat dipantulkan pada saat kembali ke keadaan dasar.

Sifat Kemagnetan
Ketika didekatkan dengan magnet terjadi tarikan dan dorongan, ini
dikarenakan, setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu
paramagnetik, di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan
magnet karena ada elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan molekul
mempunyai sifat diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh
medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan. Dari
pengamatan unsur-unsur transisi (semua sampel ) bersifat diamagnetik. Hal ini
dikarenakan setiap sampel mungkin sudah bersifat diamagnetik karena terlalu
lama disimpan atau karena magnet yang digunakan kurang sensitif terhadap
kepekaan sifat magnet (magnet terpotong menjadi dan terpisah dar kutub U dan S
). Dari literatur logam Al bersifat paramagnetik, sedangkan Cu,Zn, Na, Mg, Mn,
dan lainnya bersifat diamagnetik. Untuk Fe, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu
kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat.

Tugas

Sifat Kemagnetan

Ketika didekatkan dengan magnet terjadi tarikan dan dorongan, ini


dikarenakan, setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu
paramagnetik, di mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan
magnet karena ada elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan molekul
mempunyai sifat diamagnetik, di mana atom, molekul, atau ion dapat ditolak oleh
medan magnet karena seluruh elektron pada orbitnya berpasangan. Dari
pengamatan unsur-unsur transisi (semua sampel ) bersifat diamagnetik. Hal ini
dikarenakan setiap sampel mungkin sudah bersifat diamagnetik karena terlalu
lama disimpan atau karena magnet yang digunakan kurang sensitif terhadap
kepekaan sifat magnet (magnet terpotong menjadi dan terpisah dar kutub U dan S
). Dari literatur logam Al bersifat paramagnetik, sedangkan Cu,Zn, Na, Mg, Mn,
dan lainnya bersifat diamagnetik. Untuk Fe, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu
kondisi yang sama dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat.
Aida Rismawati (1147040006)

Pada praktikum mengenai kimia unsur dilakukan 3 perlakuan yaitu uji


kelarutan, uji kemagnetan, dan uji reaksi. Sampel yang dipakai sebanyak 16
sampel yaitu, C (carbon), FeSO4, PbSO4, Zn (Zink), CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2,
NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika gel, MnO2, NiSO4, K2Cr2O7.

 Uji Kelarutan:

Pada percobaan dilkukan uji kelarutan pada semua sampel oleh beberapa
pelarut. Penggunaan pelarut ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya
kelarutan pada sampel padatan. Pemberian pelarut ini dilakukan secara berurutan
sesuai dengan tingkat daya pelarutnya. Pertama, semua sampel padatan dilarutkan
dengan pelarut sebagai berikut akuades, akuades panas, HCl encer, HCl pekat,
HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja.

Dari hasil yang didapatkan sampel yang larut dalam akuades adalah
sampel FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4 dan MnO2, sampel ini dapat
larut dalam akuades karena sampel merupakan zat-zat yang memiliki nilai Ksp
yang besar, sehingga senyawa akan memiliki kelarutan yang besar dan
memungkinkan semakin mudah larut senyawa tersebut.

Lalu sampel yang larut dalam aquades panas adalah sampel NaH2PO4,
Cu(CH3COO)2, NiSO4 dan K2Cr2O7 , sampel ini dapat larut dalam aquades panas
karena sampel-sampel ini merupakan zat yang memiliki kelarutan yang besar.
Sehingga panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga
besar, sehingga titik leleh dan titik didihnya juga tinggi. Maka dari itu sampel ini
dapat larut dalam aquades panas.

Lalu sampel yang larut dalam HCl pekat adalah sampel CaCO3. Apabila
kalsium karbonat ini ditambahkan air, reaksinya akan berjalan dengan sangat kuat
dan cepat apabila dalam bentuk serbuk, serbuk kalsium karbonat akan melepaskan
kalor. Molekul dari CaCO3 akan segera mengikat molekul air (H2O) yang akan
membentuk kalsium hidroksida, zat yang lunak seperti pasta (zat mengendap).
Sebagaimana ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:
CaCO3 (aq) + H2O (l) → Ca(OH)2 ↓ (s) + CO2 (aq)
Untuk uji kelarutan dengan menggunakan HCl pekat, hasilnya larut.
Endapan Ca(OH)2 yang dihasilkan bereaksi hebat dengan berbagai asam, dengan
adanya air. Sehingga dapat larut. Berikut persamaan reaksinya :
CaCO3 (aq) + 2 HCl (aq)→ CaCl2 (aq) + H2CO3 (aq)
Lalu sampel yang larut dalam HNO3 encer adalah sampel Zn, sampel ini
dapat larut dalam HNO3 encer karena logam Zn sangat sukar larut di dalam air,
tetapi dapat larut dalam larutan asam.
Sedangkan sampel yang tidak larut walaupun ditambahkan pelarut air raja
adalah sampel C, PbSO4 dan Silika gel, sampel ini tidak dapat larut bisa
dikarenakan zat ini tidak dapat bereaksi didalam air dan pelarut asam, tetapi hanya
bisa larut dalam pelarut organik.

Sehingga dapat dilihat bahwa pada semua sampel yang digunakan tidak
semua sampel dapat bereaksi dengan pelarut. Dimana dapat dilihat terlebih dahulu
sampel yang digunakan dan pelarut yang cocok untuk melarutkannya, serta dapat
dilihat dari harga Ksp nya dimana semakin besar harga Ksp suatu zat semakin
mudah larut senyawa tersebut. Dan terjadi persamaan reaksi dari reaksi-reaksi
kelarutan sebagai berikut:

Karbon
C(s) + H2O(l) C(s) + H2O(l)
C(s) + HCl(l) C(s) + HCl(l)
C(s) + HNO3(l) C(s) + HNO3(l)
C(s) + HCl(l) + HNO3(l) C(s) + HCl(l) + HNO3(l)
FeSO4
FeSO4(s) + H2O(l) FeSO4(aq) + H2O(aq)
PbSO4
PbSO4(s) + H2O(l) PbSO4 (s) + H2O(l)
PbSO4(s) + HCl(l) PbSO4(s) + HCl(l)
PbSO4(s) + HNO3(l) PbSO4(s) + HNO3(l)
PbSO4(s) + HCl(l) + HNO3(l) PbSO4 (s) + HCl(l) + HNO3(l)
Zn
Zn(s) + H2O(l) Zn(s) + H2O(l)
Zn(s) + HCl(l) Zn(s) + HCl(l)
Zn(s) + HNO3(l) ZnNO3(aq) + H+(aq)
CaCO3
CaCO3(s) + H2O(l) CaCO3(s) + H2O(l)
CaCO3(s) + HCl(l) CaCl2(aq) + HCO3(aq)
CaCl2
CaCl2(s) + H2O(l) CaCl2(aq)
KCl
KCl(s) + H2O(l) KCl(aq)
BaCl2
BaCl2(s) + H2O(l) BaCl2(aq)
Al2(SO4)3
Al2(SO4)3(s) + H2O(l) Al2(SO4)3(aq)
NaH2PO4
NaH2PO4(s) + H2O(l) NaH2PO4(aq)
MgSO4
MgSO4(s) + H2O(l) MgSO4(aq)
CuCH3(COO)2
CuCH3(COO)2(s) + H2O(l) CuCH3(COO)2(aq)
NiSO4
NiSO4(s) + H2O(l) NiSO4(aq)
K2Cr2O7
K2Cr2O7(s) + H2O(l) K2Cr2O7(aq)
Silica gel
Si(s) + H2O(l) Si(s) + H2O(l)
Si(s) + HCl(l) Si(s) + HCl(l)
Si(s) + HNO3(l) Si(s) + HNO3(l)
Si(s) + HCl(l) + HNO3(l) Si(s) + HCl(l) + HNO3(l)
MnO2
MnO2(s) + H2O(l) MnO2(aq)
 Uji Kemagnetan

Pertama, semua sampel yang berupa padatan didekatkan pada batang


magnet. Dari hasil yang didapatkan pada semua sampel padatan yang tertarik atau
terdorong oleh magnet yaitu hanya sampel Karbon (C) dan FeSO4, ini dikarenakan
zat bersifat paramagnetik (adanya elektron yang tidak berpasangan), sedangkan
zat Fe sendiri termasuk zat yang bersifat fero magnetik (zat yang sangat kuat
interaksinya dengan magnet). Sedangkan sampel padatan yang lainnya tidak
mengalami tarikan atau dorongan. Ini bisa dikarenakan sampel tidak bersifat
paramagnetik, melainkan bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan
magnet) dan faktor alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan
sudah mengalami kerusakan. Sehingga tidak terjadi interaksi pada saat larutannya
pada magnet.

Kedua, semua sampel yang berupa cairan didekatkan pada batang magnet.
Dari hasil yang didapatkan pada semua sampel cairan tidak mengalami tarikan
atau dorongan pada batang magnet. Tidak terjadinya tarikan dengan magnet bisa
dikarenakan faktor alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan
sudah mengalami kerusakan.

Sehingga dapat dilihat bahwa sifat magnetik suatu zat terdiri atas atom, ion
atau molekul ditentukan oleh struktur elektronnya. Interaksi antara zat dan medan
magnet dibedakan menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat
paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak
tertarik magnet. Banyak unsur transisi dan senyawa yang bersifat paramagnetik.
Hal ini disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan. Sifat magnet zat
berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik
mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan. Semakin banyak elektron
tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat
digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi.

 Uji Reaksi dengan Reagen


Pada semua sampel berupa larutan akan direaksikan dengan beberapa
pereaksi yaitu pereaksi NaOH, NaCl, Na2S, NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH,
Na2CO3 dan NH4Cl.

Sampel pertama, yaitu karbon (C). Setelah ditambahkan dengan semua


pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel karbon berupa larutan tidak
berwarna. Ini menandakan pada sampel karbon tidak mengalami perubahan warna
atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini bisa dikarenakan sifat dari zat karbon
yang tidak dapat larut dalam pereaksi biasa dan hanya dapat larut dalam pereaksi
organik yang dapat melarutkan. Dengan persamaan reaksi :

C(aq)→

Sampel kedua, yaitu FeSO4. Larutan FeSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna hijau. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel menjadi warna hijau
dan kuning. Ini menandakan pada sampel FeSO4 mengalami perubahan warna
atau adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
NaH2PO4, larutan tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap larutan tidak
berwarna, ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan FeSO4. Dengan persamaan reaksi ;

FeSO4(aq) + 2NaOH(aq)→ Fe (OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + Na2S aq) → FeS(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) FeSO4(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + EDTA (aq) → Fe-(EDTA)

FeSO4(aq) + NH4OH aq) → Fe (OH)2 (aq) + (NH4)2SO4 (aq)

FeSO4(aq) + Na2CO3aq) → FeCO3(aq) + Na2SO4(aq)


FeSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) → FeCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)

Sampel ketiga, yaitu PbSO4. Larutan PbSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna putih. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini
menandakan pada sampel FeSO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak
adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
Na2SO4, NH4OH, dan NaH2PO4, berurutan larutan mengalami perubahan warna
menjadi larutan berwarna kuning (---), kuning (-), dan jingga. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
PbSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah. Deangan persamaan reaksi :

PbSO4 (aq) + NaOH(aq)→

PbSO4 (aq) + NaCl (aq) →

PbSO4 (aq) + Na2S aq) →

PbSO4 (aq) + NaH2PO4 (aq) → Na2SO4 (aq) + Pb(H2PO4)3 (aq)

PbSO4 (aq) + Na2SO4 (aq) PbSO4(aq) + Na2SO4(aq)

PbSO4 (aq) + EDTA (aq) →

PbSO4 (aq) + NH4OH aq) → (NH4)2SO4 (aq) + Pb (OH)2 (s)

PbSO4 (aq) + Na2CO3aq) →

PbSO4 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel keempat, yaitu Seng (Zn). Larutan Zn berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel Zn berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel Zn
tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan Zn merupakan salah satu unsur transisi, logam Zn sangat sukat larut
di dalam air. Deangan persamaan reaksi :

Zn(aq)→
Sampel kelima, yaitu CaCO3. Larutan CaCO3 berupa larutan tidak
berwarna dan terdapat endapan putih. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel CaCO3 berupa latutan tidak
berwarna dan terdapat endapan putih. Ini menandakan pada sampel CaCO3 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan CaCO3. Dengan persamaan reaksi :

CaCO3 (aq) →

Sampel keenam, yaitu CaCl2. Larutan CaCl2 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
hampir keseluruhan reaksi adalah sampel CaCl2 berupa larutan tidak berwarna. Ini
menandakan pada sampel CaCl2 tidak mengalami perubahan warna atau tidak
adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
Na2CO3, larutan mengalami perubahan menjadi terdapat endapan putih pada
larutan. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang
baru dengan larutan CaCl2, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah. Dengan
persamaan reaksi :

CaCl2 (aq) + NaOH(aq)→

CaCl2 (aq) + NaCl (aq) →

CaCl2 (aq) + Na2S aq) →

CaCl2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

CaCl2 (aq) + Na2SO4 (aq) →

CaCl2 (aq) + EDTA (aq) →

CaCl2 (aq) + NH4OH aq) →

CaCl2 (aq) + Na2CO3aq) → CaCO3 (aq) + 2 NaCl (s)

CaCl2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →


Sampel ketujuh, yaitu KCl. Larutan KCl berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel
KCl berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel KCl tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan KCl. Dengan persamaan reaksi :

KCl (aq)→

Sampel ke-8, yaitu BaCl2. Larutan BaCl2 berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel BaCl2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya
pada saat direaksikan dengan larutan Na2CO3 dan Na2S, berurutan larutan
mengalami perubahan terdapat endapan putih dan larutan biru. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
BaCl2, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah. Dengan persamaan reaksi :

BaCl2 (aq) + NaOH(aq)→

BaCl2 (aq) + NaCl (aq) →

BaCl2 (aq) + Na2S aq) → BaS (aq) + 2 NaCl (aq)

BaCl2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

BaCl2 (aq) + Na2SO4 (aq) →

BaCl2 (aq) + EDTA (aq) →

BaCl2 (aq) + NH4OH aq) →

BaCl2 (aq) + Na2CO3aq) → BaCO3 (aq) + 2 NaCl (s)

BaCl2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ke-9, yaitu NaH2PO4. Larutan NaH2PO4 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel NaH2PO4 berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada
sampel NaH2PO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang
terjadi. Ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa
yang baru dengan larutan NaH2PO4. Dengan persamaan reaksi :

NaH2PO4(aq) →

Sampel ke-10, yaitu Al2(SO4)3. Larutan Al2(SO4)3 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel Al2(SO4)3
tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Tetapi
hanya pada saat direaksikan dengan larutan EDTA, larutan mengalami perubahan
menjadi larutan putih. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan Al2(SO4)3, walaupun reaksi yang terjadi sangat
lemah. Dengan persamaan reaksi :

Al2(SO4)3 (aq) + NaOH(aq)→

Al2(SO4)3 (aq) + NaCl (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2S aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2SO4 (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + EDTA (aq) → [Al(EDTA)] (aq) + 3 MgSO4 (aq)

Al2(SO4)3 (aq) + NH4OH aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2CO3aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ke-11, yaitu MgSO4. Larutan MgSO4 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel MgSO4 berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada
sampel MgSO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang
terjadi. Ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa
yang baru dengan larutan MgSO4. Dengan persamaan reaksi :

MgSO4(aq)→

Sampel ke-12, yaitu Cu(CH3COO)2. Larutan Cu(CH3COO)2 berupa


larutan berwarna biru. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang
didapatkan adalah kebanyakan sampel bereaksi yaitu warna ungu kebiruan,
larutan hijau dan larutan coklat (Na2S) . Ini menandakan pada sampel
Cu(CH3COO)2 membentuk senyawa lain dengan pereaksi. Tetapi hanya pada saat
direaksikan dengan larutan NH4Cl dan EDTA, larutan tidak mengalami
perubahan. Ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan Cu(CH3COO)2, walaupun reaksi yang terjadi
sangat lemah. Dengan persamaan reaksi :

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaOH(aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2CH3(COO)2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NaCl (aq) → CuCl2(aq) + CH3COONa (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2S aq) → CuS(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaH2PO4 (aq) → Cu (H2PO4) (aq) + Na2CH3(COO)2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2SO4 (aq)→ CuCl(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + EDTA (aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + NH4OH aq) → Cu (OH)2 (aq) + (NH4)CH3COO2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2CO3aq) → CuCO3(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ke-13, yaitu silika gel. Larutan silika berupa larutan berwarna
kuning. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel silika berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel
silika tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan silika. Dengan persamaan reaksi :

Si2+ (aq) →

Sampel ke-14, yaitu MnO2. Larutan MnO2 berupa larutan berwarna hitam.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel
MnO2 berupa larutan berwarna hitam. Ini menandakan pada sampel MnO2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan MnO2. Seharusnya zat Mangan ini dapat menghasilkan rekasi
karna sifat umum zat Mangan yaitu senyawa yang larut dalam air. Dengan
persamaan reaksi :

MnO2 (aq) →

Sampel ke-15, yaitu NiSO4. Larutan NiSO4 berupa larutan berwarna hijau.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel NiSO4 tidak
membentuk senyawa lain dengan pereaksi. Tetapi hanya pada saat direaksikan
dengan larutan NH4OH dan EDTA, larutan mengalami perubahan menjadi larutan
biru. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan NiSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah. Dengan
persamaan reaksi :

NiSO4(aq) + NaOH(aq) →

NiSO4(aq) + NaCl (aq) →

NiSO4(aq) + Na2S aq) → NiS (aq) + Na2SO4 (aq)

NiSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

NiSO4(aq) + Na2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + EDTA (aq) → Ni-(EDTA)

NiSO4(aq) + NH4OH aq) → Ni (OH)2 (aq) + (NH4)2SO4 (aq)


NiSO4(aq) + Na2CO3aq) →

NiSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ke-16, yaitu K2Cr2O7. Larutan K2Cr2O7 berupa larutan berwarna


jingga. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
semua sampel bereaksi. Dimana larutan berubah menjadi berwarna kuning. Ini
menandakan pada sampel K2Cr2O7 membentuk senyawa lain dengan pereaksi.
Dengan persamaan reaksi :

K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) → 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaCl (aq) → 2KCl(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2S aq) → K2S (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaH2PO4 (aq) → 2KH2PO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq)→K2SO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 aq) + EDTA (aq) → K-(EDTA)

K2Cr2O7 (aq) + NH4OH aq) →KOH(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2CO3aq) → K2CO3(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7(aq) + 2NH4Cl (aq) → KCl(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

Emay Maesaroh (1147040024)

Percobaan kali ini berjudul “ uji kelarutan dan sifat unsur zat kimia”.
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi sifat atau tingkat kelarutan
sampel kimia berupa padatan dan larutan dalam berbagai macam pelarut,
Mengetahui reaksi yang timbul dari suatu pelarut apabila direaksikan dengan
suatu zat atau reagen.

1. Uji kelarutan pada sampel dengan berbagai macam pelarut


Pelarut pelarut yang digunakan pada ppercobaan kali ini yaitu
aquades, aquades panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat
dan aquaregia.
a. Karbon
Karbon adalah salah satu unsur golongan IVA yang merupakan
unsur nonlogam dan merupakan unsur penyusun senyawa-senyawa
organik. Atom karbon memiliki empat elektron valensi, keempat
elektron valensi tersebut dapat membentuk empat ikatan kovalen
melalui penggunaan bersama pasangan elektron dengan atom-atom
lain. Atom- atom karbon dapat mengadakan katenasi yaitu
kemampuan untuk membentuk rantai karbon. Ada dua bentuk
rantai karbon, yaitu terbuka (alifatik, yang terdiri atas rantai lurus
dan rantai bercabang) dan tertutup (siklik). Akibat dari katenasi itu
adalah timbulnya peristiwa isomeri, yaitu zat - zat kimia yang
mempunyai rumus molekul yang sama tetapi rumus strukturnya
berbeda. karbon sangat sukar larut dalam aquades, sehingga pada
saat dilarutkan dalam aquades hingga air raja karbon sama sekali
tidak larut.
b. FeSO4
FeSO4 berwarna biru, unsur yang diteliti kelarutannya adalah Fe.
Berdasarkan percobaan, FeSO4 larut dalam aquades, Logam murni
besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah terkorosi, khususnya
di udara yang lembab atau ketika terdapat peningkatan suhu.
Memiliki bentuk allotroik ferit, yakni alfa, beta, gamma dan omega
dengansuhu transisi 700, 928, dan 1530oC. Bentuk alfa bersifat
magnetik, tapi ketika berubah menjadi beta, sifat magnetnya
menghilang meski pola geometris molekul tidak berubah. Mudah
bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti halogen, sulfur,
pospor, boron, karbon dan silikon. Larut dalam asam-asam mineral
encer. Oksidanya bersifat amfoter.
FeSO4(s) + H2O(l) → Fe2+ (s) + SO42-(s)
c. PbSO4
Unsur yang akan diuji kelarutannya pada sampel ini yaitu Pb atau
timbal yang merupakan logam berwarna abu abu, Timbal tidak
ditemukan bebas dialam akan tetapi biasanya ditemukan sebagai
biji mineral bersama dengan logam lain misalnya seng, perak, dan
tembaga. Sumber mineral timbal yang utama adalah “Galena
(PbS)” yang mengandung 86,6% Pb dengan proses pemanggangan,
“Cerussite (PbCO3)”, dan “Anglesite”(PbSO4).timbal organik
ditemukan dalam bentuk senyawa Tetra Ethyl Lead (TEL) dan
Tetra Methyl Lead(TML).
PbSO4(s) + H2O(l) → Pb2+ (s) + SO42-(s)

d. CaCO3
CaCO3 berupa sebuk berwarna putih. Pada saat diuji kelarutannya
baik dengan aquades ataupun aquades panas CaCO3 tidak larut dan
membentuk endapan berwarna putih, apabila CaCO3 ditambahkan
air,reaksinya akan berjalan dengan cepat, apabila dalam bentuk serbuk,
sebuk CaCO3 akan melepaskan kalor, molekul CaCO3 akan segera
mengikat air, yang akan membentuk kalsium hidroksida. Pada saat
ditambahkan HCl pekat CaCO3 larut dalam HCl pekat, endapan
kalsium hidroksida bereaksi hebat dengan asam dengan adanya air,
sehingga CaCO3 dapat larut. Berikut persamaan reaksinya:
CaCO3(s) + H2O(l) → Ca(OH)↓ (s) + CO2(s)
e. NiSO4
NiSO4 merupakan garam berwarna biru, setelah diuji kelarutannya
NiSO4 larut dalam air, NiSO4 merupakan anhidrat hidrat ionik, semua
hidrat ionik sangat larut dalam air. Berikut persamaan reaksinya:
NiSO4(s) + H2O(l) → Ni2+ (s) + SO42-(s)
f. Al2(SO4)3
Al2(SO4)3 pada saat diuji kelarutannya Al2(SO4)3 larut dalam air.
g. BaCl2
BaCl2 pada saat diuji kelarutannya BaCl2 larut dalam air.
h. Zn
Zn merupakan logam transisi, logam Zn sangat sukar larut dalam
air,pada saat dilarutkan dengan aquades, aquades panas zn tidak larut,
setelah ditambahkan HCl encer zn larut dalam HCl encer.
i. MnO2
Mangan dalam air umumnya berbentuk ion Fe2+ atau Mn2+ unsur
yang mudah larut dalam air dan tidak berwarna.
j. KCl
KCl berbentuk padatan putih merupakan unsur yang dapat larut
dalam aquades.
KCl(s) + H2O(l) → K+ (aq) + Cl--(aq)
2. Uji kekuatan interaksi larutan dengan menggunakan magnet
Percobaan selanjutnya yaitu menguji kekuatan interaksi sampel
dengan menggunakan magnet. Larutan sampel dalam tabung reaksi
didekatkan dengan magnet, jika menghasilkan reaksi larutan dalam
tabung akan bereaksi karena adanya tarikan oleh magnet. Pada sampel
FeSO4 dan karbon terjadinya interaksi namun hanya sedikit dan sampel
lainnya tidak terjadinya interaksi. Pada dasarnya magnet dapat menarik
alat magnetik, zat paramagnetik karakteristik, maka ditentukan oleh
sifat dari magnet itu sendiri. Interaksi antara zat dan medan magnet
dibedakan menjadi dua yaitu: diamagnetik, dan paramagnetik. Zat
paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik
tidak. Banyak unsur transisi dan senyawanya bersifat paramagnetik.
Hal ini disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan.
Semua sampel yang bereaksi dengan magnet, terutama yang
interaksinya tidak cukup kuat itu termasuk kedalam zat paramagnetik,
terkecuali untuk sampel yang mengandung FeSO4 karena FeSO4
termasuk kedalam zat fero magnetik, zat yang merupakan sangat kuat
interaksinya dengan magnet. Sifat magnet zat didasarkan pada
konfigurasi elektronnya zat yang bersifat paramagnetik setidaknya
memiliki satu yang tidak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik,
pengukuran sifat magnet dapat digunakan untuk menentukan jumlah
elektron tak berpasangan dalam satu spesi.
3. Uji Reaksi dengan beberapa reagen
Pada percobaan yang ketiga uji reaksi dengan beberapa reagen
yang bertujuan untuk mengetahui sifat dari beberapa unsur. Berdasarkan
percobaan didapat bahwa FeSO4 merupakan unsur transisi dan termasuk
kedalam senyawa kompleks karena menghasilkan warna hijau dengan
persamaan reaksinya:
FeSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Fe(OH)2(s) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + 2NaCl(aq) → FeCl2 (aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + NaS(aq) → FeS(aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + NaH2(PO4)(aq) → FeH2(PO4) (aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + NaSO4 (aq) → FeSO4 (aq) + NaSO4(aq)
FeSO4(aq) + EDTA(aq) → Fe(EDTA) (aq) + SO4(aq)
FeSO4(aq) + NH4(OH) (aq) → (NH4)2SO4 (aq) + Fe (OH)2(s)
FeSO4(aq) + Na2CO3(aq) → FeCO3 (aq) + Na2SO4(aq)
FeSO4(aq) + 2NH4Cl(aq) → FeCl2 (aq) + (NH4)2SO4(aq)
Kemudian Cu(CH3COO)2 direaksikan dengan beberapa reagen
menghasilkan warna berwarna hijau, kemudian berwarna biru, warna biru
ini didasarkan pada sifat khas dari unsur Cu yang berwarna biru dengan
persamaan reaksinya:
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaOH(aq) → 2CH3COONa (aq) + Cu(OH)2(aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaCl(aq) → 2CH3COONa (aq) + CuCl2 (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + NaS(aq) → 2CH3COONa (aq) + CuS (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + NaH2(PO4)(aq) → 2CH3COONa (aq) + Cu
H2(PO4)(aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaSO4 (aq) → 2CH3COONa (aq) + CuS04 (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + EDTA(aq) → CH3COO- (aq) + Cu(EDTA) (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + NH4(OH) (aq) → (NH4) CH3COO (aq) +
Cu(OH)2 (s)
Cu(CH3COO)2(aq) + Na2CO3(aq) → 2NaCH3COO- (aq) + CuCO3(aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NH4Cl(aq) → CH3COONH4 (aq) + CuCl2 (aq)

Ketika MnO2 direaksikan dengan beberapa reagen menghasilkan warna


hitam Mangan dalam air umumnya berbentuk ion Fe2+ atau Mn2+ unsur
yang mudah larut dalam berbagai reagen mangan menjadi larutan
berwarna hitam dengan persamaan reaksinya:
MnO2(aq) + NaOH(aq) → NaO3(aq) + Mn(OH)2(s)
MnO2(aq) + 2NaCl(aq) → Na2O3(aq) + MnCl2(s)
NiSO4 merupakan garam berwarna hijau kebiruan, setelah diuji
kelarutannya NiSO4 menghasilkan warna hijau, NiSO4 merupakan anhidrat
hidrat ionik, semua hidrat ionik sangat larut dalam air. Berikut persamaan
reaksinya:
NiSO4(aq) + 2NaOH(aq) → Ni(OH)2(s) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + 2NaCl(aq) → NiCl2 (aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + NaS(aq) → NiS(aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + NaH2(PO4)(aq) → NiH2(PO4) (aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + NaSO4 (aq) → Ni SO4 (aq) + NaSO4(aq)
NiSO4(aq) + EDTA(aq) → Ni(EDTA) (aq) + SO4(aq)
NiSO4(aq) + NH4(OH) (aq) → (NH4)2SO4 (aq) + Ni(OH)2(s)
NiSO4(aq) + Na2CO3(aq) → NiCO3 (aq) + Na2SO4(aq)
NiSO4(aq) + 2NH4Cl(aq) → NiCl2 (aq) + (NH4)2SO4(aq)

Sedangkan sampel lainnya tidak menghasilkan perubahan warna, sehingga


bukan merupakan kedalam senyawa kompleks.

Ai Kusmiati (1147040004)

Pada praktikum mengenai kimia unsur dilakukan 3 perlakuan yaitu uji


kelarutan, uji kemagnetan, dan uji reaksi. Sampel yang dipakai sebanyak 16
sampel yaitu, C (carbon), FeSO4, PbSO4, Zn (Zink), CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2,
NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika gel, MnO2, NiSO4, K2Cr2O7.

Hal yang pertama dilakukan adalah uji kelarutan. Semua sampel yang
berupa padatan diambil sebanyak 1 gram dan diambil sebagian kecil untuk
diidentifikasi kelarutannya. Pelarut yang digunakan adalah aquades, aquades
panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja. Setiap bahan
dilarutkan pada pelarut secara bertahap sampai bahan tersebut larut. Tujuan dari
uji kelarutan ini adalah agar terdisosiasi sehingga membentuk senyawa baru yang
diinginkan. Terdapat banyak sample yang larut dalam aquades. Larutan yang larut
dalam aquades memiliki kelarutan yang besar artinya sangat mudah larut, dan
sample tersebut merupakan suatu polar karena aquades merupakan cairan yang
sangat polar. Akan tetapi ada yang tidak larut sampai ditambahkan dengan air
raja. Artinya sample tersebut sangat sukar larut dan memiliki nilai kelarutan yang
sangat kecil. Sample padatan yang larut dalam aquades diantaranya adalah FeSO4,
CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, MnO2. Kemudian sample padatan yang
larut dalam air panas adalah NaH2PO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4, K2Cr2O7 sample
tersebut memiliki kelarutan yang besar pula akan tetapi suhu yang dapat
mempengaruhi suatu kelarutan. Jadi sample padatan tersebut lebih mudah larut
jika dilarutkan dengan air panas. Selanjutnya yang larut dalam HCl pekat adalah
CaCO3, sample tersebut memiliki kelarutan yang cukup rendah karena larutnya
pada pelarut yang bersifat asam kuat dan pekat. Sample tersebut memang sukar
larut dalam air. Selanjutnya untuk karbon, PbSO4 dan silika gel tidak dapat larut
meskipun telah ditambahkan dengan air raja. Dengan demikian larutan tersebut
tidak dapat bereaksi dengan larutan asam dan polar. Kemungkinan sample
tersebut dapat larut dalam pelarut yang bersifat nonpolar seperti pelarut-pelarut
organik. Dari percobaan dapat diketahui bahwa setiap unsur kimia memiliki sifat
kelarutan yang berbeda-beda.

Selanjutnya yang kedua adalah uji kemagnetan, pad percobaan inisample


padatan dan cairan didekatkan dengan magnet. Apabila memiliki sifat kemagnetan
maka cairan atau padatan tersebut dapat tertarik ke atas atau dapat bergerak ke
atas. Akan tetapi pada percobaan hampir semua padatan tidak dapat tertarik
keatas. Hal ini kemungkinan diakibat oleh magnet yang digunakan kurang
maksimal karena patah. Seharusnya setiap sample dapat tertarik karenasetip undur
memiliki sifat kemagnetan. Pada sample yang mengandung unsur Fe, Zn, Cu, Ni,
Mn, Al, Na dan Mg bersifat paramgnetik. Dan untuk sample lainnya bersifat
diamagnetik. Akan tetapi pada percobaan ini yang dapat tertarik hanya karbon dan
FeSO4.

Yang ketiga yaitu uji reaksi, setiap sample yang sebelumnya telah diuji
kelarutan kemudian di uji reaksi dengan menggunakan sembilan pereaksi yaitu,
NaOH, NaCl, Na2S, NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3 dan NH4Cl.
Sample yang pertama adalah karbon, ketika dilakukan penambahan pereaksi
sampel karbon tidak dapat bereaksi hal ini dapat dilihat dari tidak adanya
perubahan pada larutan. Larutan tetap tidak berwarna, hal ini karena karbon
merupakan suatu atom yang dapat bereaksi dengan pereaksi yang bersifat
nonpolar. Persamaan reaksinya adalah :

C(aq) →

Sampel yang kedua adalah FeSO4, larutan awalnya merupakan larutan


tidak berwarna yang memiliki endapan berwarna hijau. Setelah direaksikan
mengalami perubahan warna menjadi berwarna kuning, berwarna hijau dan
larutan tidak berwarna. Hal ini menunjukkan bahwa FeSO4 bereaksi dengan
senyawa senyawa polar. Akan tetapi dengan beberapa pereaksi tidak terjadi reaksi
seperti dengan NaOH, NaH2PO4, EDTA dan NH4OH. Seharusnya pada senyawa
basa seperti NaOH dan NH4OH terbentuk endapan. Persamaan reaksinya adalah :

FeSO4(aq) + NaOH(aq) →

FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + Na2S aq) → FeS(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) FeSO4 (aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + EDTA (aq) → Fe-(EDTA)

FeSO4(aq) + NH4OH aq) →

FeSO4(aq) + Na2CO3aq) → FeCO3(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) → FeCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)

Selanjutnya pada sample PbSO4, Zn (Zink), CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4,


Al2(SO4)3, dan MgSO4. Semua sample tidak dapat bereaksi dengan pereaksi tidak
terdapat endapan dan tidak terjadi perubahan warna. Semua sampel tetap larutan
tidak berwarna. Seaharusnya beberapa sampel membentuk endapan berwarna
putih yang merupakan garam. Persamaan reaksinya adalah :
PbSO4 (aq) →

Zn(aq) →

CaCl2 (aq) →

KCl (aq) →

BaCl2 (aq) →

NaH2PO4 (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) →

MgSO4 (aq) →

Selanjutnya adalah pada sampel CaCO3 hanya dapat bereaksi dengan satu
pereaksi yaitu NaOH, dengan perekasi tersebut membentuk endapan berwarna
putih. Sedangkan dengan 8 pereaksinya lainnya tidak bereaksi ditunjukkan dengan
tidak adanya perubahan warna dan tidak adanya endapan pada sampel. Persamaan
reaksinya adalah :

CaCO3(aq) + 2NaOH(aq) → Ca(OH)2(s) + Na2CO3

Selanjutnya pada sampel silika gel dan MnO2 pada sampel tidak bereaksi dengan
ke 9 pereaksi. Dilihat dengan tidak adanya perubahan warna dan pembentukan
endapan.

Selanjutnya pada sampel Cu(CH3COO)2, Cu(CH3COO)2 setelah di


larutkan membentuk larutan berwarna biru serta adanya endapan berwarna hijau
kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi. Setelah direaksikan terjadi perubahan
warna menjadi warna hijau, biru dan coklat. Hal ini menunjukkan terjadinya
reaksi dan terbentuknya senyawa baru. Akan tetapi ketika direaksikan dengan
pereaksi basa tidak terbentuk endapan padahal menurut literatur ketika
direaksikan dengan suatu basa akan membentuk endapan Cu(OH)2(s), berarti
dalam hal ini hanya mengalami perubahan warna tanpa terjadi pembentukan
endapan. Persamaan reaksinya adalah :
Cu(CH3COO)2 (aq) + NaOH(aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NaCl (aq) → CuCl2(aq) + CH3COONa (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2S aq) → CuS(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2SO4 (aq)→ CuCl(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + EDTA (aq) → Cu-(EDTA)

Cu(CH3COO)2 (aq) + NH4OH aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2CO3aq) → CuCO3(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NH4Cl (aq) → CuCl2(aq) + CH3COONH4(aq)

Sampel selanjutnya NiSO4, sebelumnya NiSO4 larutan berwarna hijau.


Setelah ditambahkan dengan beberapa pereaksi mengalami perubahan warna
menjadi warna biru dan hitam adapula yang tetap berwarna hijau. sama halnya
dengan sampel sebelumnya sampel ini tidak terbentuk ketika ditambahkan dengan
pereaksi basa hanya terjadi perubahan warna larutan. Persamaan reaksinya adalah:

NiSO4(aq) + NaOH(aq) →

NiSO4(aq) + 2NaCl (aq) → NiCl2(aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + Na2S aq) → NiS(aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

NiSO4(aq) + Na2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + EDTA (aq) → Ni-(EDTA)

NiSO4(aq) + NH4OH aq) →

NiSO4(aq) + Na2CO3aq) → NiCO3(aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) → NiCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)


Sampel terakhir yaitu K2Cr2O7, K2Cr2O7 sebelumnya larutan berwarna
jingga kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi. Setelah direaksikan dengan ke
9 pereaksi terjadi perubahan menjadi warna kuning dengan tingkat warna yang
berbeda beda mulai dari kuning tua sampai kuning muda. Hal ini menunjukkan
terjadinya reaksi. Persamaan reaksinya adalah :

K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) → 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaCl (aq) → 2KCl(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2S aq) → K2S (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaH2PO4 (aq) → 2KH2PO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq)→K2SO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 aq) + EDTA (aq) → K-(EDTA)

K2Cr2O7 (aq) + NH4OH aq) →KOH(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2CO3aq) → K2CO3(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7(aq) + 2NH4Cl (aq) → KCl(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

M. Alfathan Rahman (1147040039)

Pada percobaan kali ini kami melakukan percobaan dengan tema Kimia
Unsur. Pada dasarnya kami melakukan uji sifat magnetic, sifat kelarutan dan
mengetahui reaksi yang timbul pada bahan. Bahan yang kami gunakan pada
praktikum kali ini adalah NaOH 0,1 M; Nacl 0,1 mol; Na2SO4 0,1 mol; Na2CO3
0,1 mol; Na2S 0,1 mol; NH4OH 0,1 mol; Mg.EDTA 0,1 mol; NH4Cl 0,1 mol;
Na3PO4 0,1 mol; HCl, dan aquades.

Kami juga menggunakan bahan yg mengandung unsur Na, K, Mg, Cu, Bu,
B, Al, C, Si, Sn, Pb, N, P, O, S, F, Cl, Br, I, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Ca, Zn,
Mg, Ag. Kami memasukkan bahan bahan tersebut kedalam tabung reaksi yang
berbeda. Pada uji pelarutan Kami hanya mendapati unsure Fe2SO4, CaCl2, KCl,
BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnCl yang memiloiki kelarutan yang baik. Ini
dikarenakan pada proses pelarutan cukup hanya dengan aquades saja bahan bahan
tersebut bisa larut secara homogen dalam aquades. Sementara itu bahan bahan
lainnya sukar larut meskipun sudah dilarutkan ke dalam air raja.

Bahan seperti NaH2PO4, NiSO4, dan K2CrO4 mampu larut ketika dicoba
dilarutkan dengan aquades panas. Selanjutnya kami melakukan uji kemagnetan
pada seluruh bahan tersebut. Pada bentuk cairan kami tidak mendapati adanya
sifat kemagnetan pada bahan bahan tersebut, namun pada kondisi padat kami
mendapati adanya sifat magnet pada karbon dan FeSO4. Ini menandakan kedua
bahan tersebut memiliki sifat kemagnetan yang baik, sesuai dengan literatur.

Setelah itu kami melakukan proses penetralan pada bahan bahan tersebut.
Penetralan pada bahan bahan tersebut ditujukkan untuk mempermudah
direaksikan kembali dengan pereaksi yang lain. Karena pada perlakuan
selanjutnya bahan tersebut akan dicampurkan dengan beberapa pereaksi untuk
mengetahui perubahan senyawanya.

Bahan direaksikan dengan pelarut yang ada yaitu NaOH, NaCl, Na2S,
NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3, dan NH4Cl. Sampel pertama
yang direaksikan yaitu Carbon, Setelah dilarutkan tidak bereaksi dengan semua
pelarut. Pada intinya Carbon hanjya bisa larut pada pelarut organic yang bersifat
non polar. Selanjutnya yaitu sampel Fe2SO4. Setelah direaksikan pada pelarut
hanya dengan NaH2PO4 saja sampel tidak bereaksi. Ini dikarenakan larutan
pelarut membuat larutan sampel untuk tidak membentuk senyawa yang lain.

Sampel ketiga yang direaksikan yaitu PbSO4. Larutan sampel ini tidak
bereaksi dengan semua pelarut yang ada. Ini dikarenakan sama seperti Karbon,
Sampel PbSO4 hanya larut dengan pelarut organic dan bersifat non polar. Sampel
keempat yang direaksikan adalah Seng (Zn). Sampel ini tidak mengalami
perubahan ketika direaksikan dengan pelarut, begitu juga dengan pelarut yang
bersifat basa. Notabennya Zn nmerupakan logam transisi yang semestinya
membentuk endapan ketika direaksikan dengan pereaksi basa.

Selanjutnya adalah sampel CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, dan


Al2(SO4)3. Semua sampel tersebut memiliki kesamaan dimana ketika direaksikan
dengan ke-9 pelarut, tidak beraksi sama sekali. Sampel sampel tersebut juga
memiliki klarekateristik yang sama yaitu tidak berwarna. Sampel selanjutnya
adalah MgSO4. Setelah dilarutkan dengan semua pereaksi, terdapat endapan
berwarna hijau namun warna larutan tidak berwarna. Ini menandakan larutan
sampel tidak bereaksi. Sampel selanjutnya yaitu larutan Cu(CH3COO)2. Setelah
direaksikan larutan tersebut memiliki perubahan warna dan juga endapan. Warna
tersebut diantaranya warna hijau, ungu maupun biru tua. Maka dari itu larutan
sampel ini dapat bereaksi dengan pelarut yang ada.

Selanjutnya yaitu sampel silica. Ketika direaksikan, larutan sampel tidak


berwarna ddan juga tidak bereaksi dengan larutan pelarut. Ketika direaksikan
larutan sampel ini tidak mengalami perubahan sama sekali. Maka larutan larutan
tersebut tidak dapat bereaksi dengan semua pelarut.

Pada sampel selanjutnya yaitu NiSO4, setelah dirreaksikan dengan pelarut


sampel tersebut mengalami perubahan warna seperti warna hijau, biru, dan hitam.
Namun tidak terbentuk senyawa baru setelah direaksikan dengan pelarut tersebut.

Sampel terakhir yaitu K2Cr2O7, Sampel tersebut direaksikan dengan


pelarut pelarut tersebut. Setelah direaksikan sampel tersebut memiliki perubahan,
seperti pada warnanya menjadi berwarna jingga dan berwarna kuning. Hampir
semua laruitan sampel membentuk senyawa baru ketika direaksikan dengan
pelarut-pelarut.

Hidayah (1147040033)
Pada percobaan uji kelarutan, daya hantar listrik dan kekuatan interaksinya
dalam unsur – unsur kimia dilakukan beberapa percobaan yaitu uji kelarutan
sampel dalam beberapa pelarut, uji kemagnetan dan uji reaksi pada sampel.
1. Uji kelarutan pada sampel dengan berbagai macam pelarut
Pelarut – pelarut yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquadest, aquadest
panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja.
a. Carbon
Berdasarkan percobaan karbon tidak larut dalam aquadest, aquadest
panas, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja karena
carbon bersifat inert atau stabil sehingga carbon tidak larut dalam pelarut
polar.
b. FeSO4 , Cacl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnO2
Berdasarkan percobaan FeSO4 , Cacl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4,
dan MnO2
larut dalam pelarut aquadest, hal ini terjadi karena senyawa FeSO4 , Cacl2,
KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnO2 merupakan senyawa polar dan
aquadest merupakan pelarut polar sehingga dapat saling melarutkan.
Selain itu pada senyawa ini memiliki kelarutan yang baik atau mudah
larut dan tingkat kelarutan nya sangat baik.
c. PbSO4
Uji kelarutan PbSO4 tidak larut dalam pelarut aquadest, aquadest panas,
HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja. Karena
garam sulfat pada senyawa ini sukar larut dan memiliki tingkat kelarutan
yang sangat sulit.
d. Zn
Zn merupakan jenis logam transisi yang tidak larut dalam aquadest,
aquadest panas, HCl encer, HCl pekat dan hanya mampu larut dalam
HNO3 dan aqua regia.
e. CaCO3
Pada saat diuji kelarutannya baik itu dengan aquadest ataupun aquadest
panas , kalsium karbonat tidak larut dan membentuk endapan putih dan
reaksinya akan berjalan sangat kuat, terbentuk endapan karena kalsium
karbonat akan mengikat air sehingga terbentuk endapan berwarna putih.
Untuk uji kelarutan dengan menggunakan HCl pekat hasilnya larut asam
karbonat akan bereaksi hebat hebat dengan berbagai asam dengan adanya
air sehingga dapat larut.
f. Na2HPO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4 dan K2Cr2O7
Uji kelarutan pada senyawa ini larut pada aquadest panas karena pada
pemanasan senyawa ini akan cepat larut sempurna dan senyawa ini
memiliki tingkat kelarutan yang sedikit baik.
g. Silika
Silika merupakan sejenis metaloid tetravalen yang kurang reaktif,
senyawa ini tidak larut dalam aquadest, aquadest panas, HCl encer, HCl
pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja. Silika bisa larut dalam suhu
tinggi.
2. Uji kekuatan interaksi larutan dengan magnet
Pada sampel karbon dan FeSO4 terjadi interaksi dengan magnet, karena
pada sampel ini bersifat paramagnetik yang dapat berinteraksi dengan
magnet sedangkan pada sampel lainnya bersifat diamagnetik sehingga
sedikit ditolak keluar oleh magnet. Sifat magnet zat berkaitan dengan
konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik setidaknya
memilki satu elektron yang tidak berpasangan, semakin banyak elektron
yang tidak berpasangan semakin bersifat paramagnetik dan semakin kuat
interaksinya dengan magnet.
3. Uji reaksi sampel
Pada uji reaksi pada sampel senyawa logam transisi dapat
membentuk kompleks dengan pereaksi pada sampel ini dan pereaksi pada
sampel ini dapat berfungsi sebagai ligan. Pada percobaan ini sampel
bereaksi dengan pereaksi dengan ditandai adanya perubahan warna.
Sampel yang bereaksi pada percobaan ini yaitu :
1. FeSO4
Persamaan reaksinya adalah :
FeSO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + Fe(OH)2 (s)
FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) Na2SO4(aq) + FeCl2 (aq)
FeSO4(aq) + Na2S (aq) Na2SO4(aq) + FeS (aq)
FeSO4(aq) + 2Na2HPO4(aq) Na2SO4(aq) + Fe(H2PO4)2 (aq)
FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) Na2SO4(aq) + FeSO4 (aq)
FeSO4(aq) + EDTA (aq) SO42-(aq) + Fe - EDTA (aq)
FeSO4(aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2SO4(aq) + Fe(OH)2 (s)
FeSO4(aq) + Na2CO3(aq) Na2SO4(aq) + FeCO3 (aq)
FeSO4(aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4)2SO4(aq) + FeCl2 (s)
2. CaCO3
CaCO3 (aq) + NaOH(aq) Na2CO3(aq) + Ca(OH)2(s)
CaCO3 (aq) +Na2CO3(aq) Na2CO3(aq) + CaCO3 (aq)
3. PbSO4
PbSO4(aq) + Na2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + PbSO4(aq)
PbSO4(aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2SO4(aq) + Pb(OH)2(s)
PbSO4(aq) + 2Na2HPO4(aq) Na2SO4(aq) + Pb(H2PO4)2 (aq)
PbSO4(aq) + Na2S (aq) Na2SO4(aq) + PbS (aq)
4. BaCl2
BaCl2(aq) + Na2CO3(aq) 2NaCl (aq) +BaCO3 (aq)
BaCl2(aq) + Na2S (aq) 2NaCl (aq) +BaS (aq)
5. Al2(SO4)3(aq) + EDTA Al-(EDTA)(aq) + 3SO43-(aq)
6. Cu(CH3COO)2
Cu(CH3COO)2(aq) + 2NaOH(aq) 2 CH3COONa(aq) + Cu(OH)2
(s)

Cu(CH3COO)2(aq)+ 2NaCl (aq) 2 CH3COONa(aq) + CuCl2 (aq)


Cu(CH3COO)2(aq) + Na2S (aq) 2 CH3COONa(aq) + CuS (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + 2Na2HPO4(aq) 2 CH3COONa(aq) + Cu
(H2PO4)2 (aq)
Cu(CH3COO)2(aq) + Na2SO4 (aq) 2 CH3COONa(aq) + CuSO4
(aq)

Cu(CH3COO)2(aq) +EDTA (aq) CH3COO-(aq) + Cu - EDTA (aq)


Cu(CH3COO)2 + 2NH4OH(aq) 2 CH3COONH4(aq) +
Cu(OH)2 (s)
Cu(CH3COO)2 + Na2CO3(aq) 2 CH3COONH4(aq) + CuCO3
(aq)

Cu(CH3COO)2 + 2NH4Cl(aq) 2 CH3COONH4(aq) + CuCl2 (s)

7. Si(aq) + Na2S (aq) SiS(aq) + 2Na+ (aq)


8. MnO2
MnO2(aq) 2NaOH(aq) Na2O2(aq) + Mn(OH)2 (s)
MnO2(aq) + 2NaCl (aq) Na2O2(aq) + MnCl2 (aq)
MnO2(aq)+ Na2S (aq) Na2O2(aq) + MnS (aq)
MnO2(aq) + 2Na2HPO4(aq) Na2O2(aq) + Mn(H2PO4)2 (aq)
MnO2 (aq) + Na2SO4 (aq) Na2O2(aq) + MnSO4 (aq)
MnO2(aq) + EDTA (aq) O-(aq) + Mn - EDTA (aq)
MnO2 (aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2O2(aq) + Mn(OH)2 (s)
MnO2 (aq)+ Na2CO3(aq) Na2O2(aq) + Mn(CO3)2 (aq)
MnO2 (aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4)2O2(aq) + MnCl2 (s)
9. NiSO4
NiSO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + Ni(OH)2 (s)
NiSO4(aq)+ 2NaCl (aq) Na2SO4(aq) + NiCl2 (aq)
NiSO4 (aq)+ Na2S (aq) Na2SO4(aq) + NiS (aq)
NiSO4 (aq) + 2Na2HPO4(aq) Na2SO4 (aq) + Ni(H2PO4)2 (aq)
NiSO4 (aq) + Na2SO4 (aq) Na2SO4 (aq) + NiSO4 (aq)
NiSO4 (aq) + EDTA (aq) SO42-(aq) + Ni - EDTA (aq)
NiSO4 (aq) + 2NH4OH(aq) (NH4)2SO4(aq) + Ni(OH)2 (s)
NiSO4 (aq)+ Na2CO3(aq) Na2SO4 (aq) + Ni(CO3)2 (aq)
NiSO4 (aq) + 2NH4Cl(aq) (NH4)2 SO4 (aq) + NiCl2 (s)
10. K2Cr2O7
K2Cr2O7 (aq) + 2NaOH(aq) Na2Cr2O7 (aq) + 2KOH (aq)
K2Cr2O7 (aq)+ 2NaCl (aq) Na2Cr2O7 (aq) +2 KCl (aq)
K2Cr2O7 (aq))+ Na2S (aq) Na2Cr2O7 (aq) + K2S (aq)
K2Cr2O7 (aq) + 2Na2HPO4(aq) Na2Cr2O7 (aq) + 2KH2PO4 (aq)
K2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq) Na2Cr2O7 (aq) + K2SO4 (aq)
K2Cr2O7 (aq) + EDTA (aq) Cr2O72-(aq) + K - EDTA (aq)
K2Cr2O7 (aq) + 2NH4OH(aq) (NH4) Cr2O7 + 2KOH (aq)
K2Cr2O7 (aq)+ Na2CO3(aq) Na2Cr2O7+ K2CO3 (aq)

Hadya Ayu Hajayasti (1147040032)

Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kelarutan


suatu sampel yang digunakan berupa padatan dan cairan, mengidentifikasi reaksi
yang timbul dari suatu pelarut apabila direaksikan dengan suatu zat (sampel), dan
mengidentifikasi sifat magnet dari suatu zat (sampel) dengan menggunakan
magnet. Adapun sampel yang digunakan yaitu sampel C, FeSO4, PbSO4, Zn,
CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika
gel, MnO2, NiSO4,dan K2Cr2O7.

Pada percobaan pertama, yaitu uji kelarutan semua sampel pada beberapa
pelarut. Penggunaan pelarut ini bertujuan untuk mengidentifikasi terjadinya
kelarutan pada sampel padatan. Pemberian pelarut ini dilakukan secara berurutan
sesuai dengan tingkat daya pelarutnya. Pertama, semua sampel padatan dilarutkan
dengan pelarut sebagai berikut aquades, aquades panas, HCl encer, HCl pekat,
HNO3 encer, HNO3 pekat dan air raja.

Dari hasil yang didapatkan sampel yang larut dalam aquades adalah sampel
FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4 dan MnO2, sampel ini dapat larut
dalam aquades karena sampel merupakan zat-zat yang memiliki nilai Ksp yang
besar, sehingga senyawa akan memiliki kelarutan yang besar dan memungkinkan
semakin mudah larut senyawa tersebut.

Lalu sampel yang larut dalam aquades panas adalah sampel NaH2PO4,
Cu(CH3COO)2, NiSO4 dan K2Cr2O7 , sampel ini dapat larut dalam aquades panas
karena sampel-sampel ini merupakan zat yang memiliki kelarutan yang besar.
Sehingga panas yang dibutuhkan untuk mengatasi daya tarik diantara ion-ion juga
besar, sehingga titik leleh dan titik didihnya juga tinggi. Maka dari itu sampel ini
dapat larut dalam aquades panas.

Lalu sampel yang larut dalam HCl pekat adalah sampel CaCO3. Apabila kalsium
karbonat ini ditambahkan air, reaksinya akan berjalan dengan sangat kuat dan
cepat apabila dalam bentuk serbuk, serbuk kalsium karbonat akan melepaskan
kalor. Molekul dari CaCO3 akan segera mengikat molekul air (H2O) yang akan
membentuk kalsium hidroksida, zat yang lunak seperti pasta (zat mengendap).
Sebagaimana ditunjukkan pada reaksi sebagai berikut:
CaCO3 (aq) + H2O (l) → Ca(OH)2 ↓ (s) + CO2 (aq)
Untuk uji kelarutan dengan menggunakan HCl pekat, hasilnya larut. Endapan
Ca(OH)2 yang dihasilkan bereaksi hebat dengan berbagai asam, dengan adanya
air. Sehingga dapat larut. Berikut persamaan reaksinya :
CaCO3 (aq) + 2 HCl (aq)→ CaCl2 (aq) + H2CO3 (aq)
Lalu sampel yang larut dalam HNO3 encer adalah sampel Zn, sampel ini dapat
larut dalam HNO3 encer karena logam Zn sangat sukar larut di dalam air, tetapi
dapat larut dalam larutan asam.
Sedangkan sampel yang tidak larut walaupun ditambahkan pelarut air raja adalah
sampel C, PbSO4 dan Silika gel, sampel ini tidak dapat larut bisa dikarenakan zat
ini tidak dapat bereaksi didalam air dan pelarut asam, tetapi hanya bisa larut
dalam pelarut organik.

Sehingga dapat dilihat bahwa pada semua sampel yang digunakan tidak semua
sampel dapat bereaksi dengan pelarut. Dimana dapat dilihat terlebih dahulu
sampel yang digunakan dan pelarut yang cocok untuk melarutkannya, serta dapat
dilihat dari harga Ksp nya dimana semakin besar harga Ksp suatu zat semakin
mudah larut senyawa tersebut.

Pada percobaan kedua, yaitu uji kemagnetan pada semua sampel. Pertama,
semua sampel yang berupa padatan didekatkan pada batang magnet. Dari hasil
yang didapatkan pada semua sampel padatan yang tertarik atau terdorong oleh
magnet yaitu hanya sampel Karbon (C) dan FeSO4, ini dikarenakan zat bersifat
paramagnetik (adanya elektron yang tidak berpasangan), sedangkan zat Fe sendiri
termasuk zat yang bersifat fero magnetik (zat yang sangat kuat interaksinya
dengan magnet). Sedangkan sampel padatan yang lainnya tidak mengalami
tarikan atau dorongan. Ini bisa dikarenakan sampel tidak bersifat paramagnetik,
melainkan bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar medan magnet) dan faktor
alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan sudah mengalami
kerusakan. Sehingga tidak terjadi interaksi pada saat larutannya pada magnet.

Kedua, semua sampel yang berupa cairan didekatkan pada batang magnet.
Dari hasil yang didapatkan pada semua sampel cairan tidak mengalami tarikan
atau dorongan pada batang magnet. Tidak terjadinya tarikan dengan magnet bisa
dikarenakan faktor alat yang digunakan yaitu batang magnet yang digunakan
sudah mengalami kerusakan.

Sehingga dapat dilihat bahwa sifat magnetik suatu zat terdiri atas atom, ion atau
molekul ditentukan oleh struktur elektronnya. Interaksi antara zat dan medan
magnet dibedakan menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat
paramagnetik tertarik oleh medan magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak
tertarik magnet. Banyak unsur transisi dan senyawa yang bersifat paramagnetik.
Hal ini disebabkan adanya elektron yang tidak berpasangan. Sifat magnet zat
berkaitan dengan konfigurasi elektronnya. Zat yang bersifat paramagnetik
mempunyai setidaknya satu elektron tak berpasangan. Semakin banyak elektron
tak berpasangan, semakin bersifat paramagnetik. Pengukuran sifat magnet dapat
digunakan untuk menentukan jumlah elektron tak berpasangan dalam satu spesi.

Pada percobaan ketiga, yaitu uji reaksi pada semua sampel. Dimana pada
semua sampel berupa larutan akan direaksikan dengan beberapa pereaksi yaitu
pereaksi NaOH, NaCl, Na2S, NaH2PO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3 dan
NH4Cl.

Sampel pertama, yaitu karbon (C). Setelah ditambahkan dengan semua


pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel karbon berupa larutan tidak
berwarna. Ini menandakan pada sampel karbon tidak mengalami perubahan warna
atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini bisa dikarenakan sifat dari zat karbon
yang tidak dapat larut dalam pereaksi biasa dan hanya dapat larut dalam pereaksi
organik yang dapat melarutkan

Berdasarkan persamaan reaksi :

C(aq)→

Sampel kedua, yaitu FeSO4. Larutan FeSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna hijau. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel menjadi warna hijau
dan kuning. Ini menandakan pada sampel FeSO4 mengalami perubahan warna
atau adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
NaH2PO4, larutan tidak mengalami perubahan warna yaitu tetap larutan tidak
berwarna, ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan FeSO4.

Berdasarkan persamaan reaksi ;


FeSO4(aq) + 2NaOH(aq)→ Fe (OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + Na2S aq) → FeS(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) FeSO4(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + EDTA (aq) → Fe-(EDTA)

FeSO4(aq) + NH4OH aq) → Fe (OH)2 (aq) + (NH4)2SO4 (aq)

FeSO4(aq) + Na2CO3aq) → FeCO3(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) → FeCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)

Sampel ketiga, yaitu PbSO4. Larutan PbSO4 berupa larutan tidak berwarna
dengan terdapat endapan berwarna putih. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini
menandakan pada sampel FeSO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak
adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
Na2SO4, NH4OH, dan NaH2PO4, berurutan larutan mengalami perubahan warna
menjadi larutan berwarna kuning (---), kuning (-), dan jingga. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
PbSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah.

Berdasarkan persamaan reaksi :

PbSO4 (aq) + NaOH(aq)→

PbSO4 (aq) + NaCl (aq) →

PbSO4 (aq) + Na2S aq) →

PbSO4 (aq) + NaH2PO4 (aq) → Na2SO4 (aq) + Pb(H2PO4)3 (aq)

PbSO4 (aq) + Na2SO4 (aq) PbSO4(aq) + Na2SO4(aq)

PbSO4 (aq) + EDTA (aq) →


PbSO4 (aq) + NH4OH aq) → (NH4)2SO4 (aq) + Pb (OH)2 (s)

PbSO4 (aq) + Na2CO3aq) →

PbSO4 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel keempat, yaitu Seng (Zn). Larutan Zn berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel Zn berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel Zn
tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan Zn merupakan salah satu unsur transisi, logam Zn sangat sukat larut
di dalam air.

Berdasarkan persamaan reaksi :

Zn(aq)→

Sampel kelima, yaitu CaCO3. Larutan CaCO3 berupa larutan tidak


berwarna dan terdapat endapan putih. Setelah ditambahkan dengan semua
pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel CaCO3 berupa latutan tidak
berwarna dan terdapat endapan putih. Ini menandakan pada sampel CaCO3 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan CaCO3.

Berdasarkan persamaan reaksi :

CaCO3 (aq) →

Sampel keenam, yaitu CaCl2. Larutan CaCl2 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
hampir keseluruhan reaksi adalah sampel CaCl2 berupa larutan tidak berwarna. Ini
menandakan pada sampel CaCl2 tidak mengalami perubahan warna atau tidak
adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya pada saat direaksikan dengan larutan
Na2CO3, larutan mengalami perubahan menjadi terdapat endapan putih pada
larutan. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang
baru dengan larutan CaCl2, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah.

Berdasarkan persamaan reaksi :

CaCl2 (aq) + NaOH(aq)→

CaCl2 (aq) + NaCl (aq) →

CaCl2 (aq) + Na2S aq) →

CaCl2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

CaCl2 (aq) + Na2SO4 (aq) →

CaCl2 (aq) + EDTA (aq) →

CaCl2 (aq) + NH4OH aq) →

CaCl2 (aq) + Na2CO3aq) → CaCO3 (aq) + 2 NaCl (s)

CaCl2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ketujuh, yaitu KCl. Larutan KCl berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel
KCl berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel KCl tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan KCl.

Berdasarkan persamaan reaksi :

KCl (aq)→

Sampel ke-8, yaitu BaCl2. Larutan BaCl2 berupa larutan tidak berwarna.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel BaCl2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Tetapi hanya
pada saat direaksikan dengan larutan Na2CO3 dan Na2S, berurutan larutan
mengalami perubahan terdapat endapan putih dan larutan biru. Ini dikarenakan
pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru dengan larutan
BaCl2, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah.

Berdasarkan persamaan reaksi :

BaCl2 (aq) + NaOH(aq)→

BaCl2 (aq) + NaCl (aq) →

BaCl2 (aq) + Na2S aq) → BaS (aq) + 2 NaCl (aq)

BaCl2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

BaCl2 (aq) + Na2SO4 (aq) →

BaCl2 (aq) + EDTA (aq) →

BaCl2 (aq) + NH4OH aq) →

BaCl2 (aq) + Na2CO3aq) → BaCO3 (aq) + 2 NaCl (s)

BaCl2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ke-9, yaitu NaH2PO4. Larutan NaH2PO4 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel NaH2PO4 berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada
sampel NaH2PO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang
terjadi. Ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa
yang baru dengan larutan NaH2PO4.

Berdasarkan persamaan reaksi :

NaH2PO4(aq) →

Sampel ke-10, yaitu Al2(SO4)3. Larutan Al2(SO4)3 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel Al2(SO4)3
tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Tetapi
hanya pada saat direaksikan dengan larutan EDTA, larutan mengalami perubahan
menjadi larutan putih. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan Al2(SO4)3, walaupun reaksi yang terjadi sangat
lemah.

Berdasarkan persamaan reaksi :

Al2(SO4)3 (aq) + NaOH(aq)→

Al2(SO4)3 (aq) + NaCl (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2S aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2SO4 (aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + EDTA (aq) → [Al(EDTA)] (aq) + 3 MgSO4 (aq)

Al2(SO4)3 (aq) + NH4OH aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + Na2CO3aq) →

Al2(SO4)3 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ke-11, yaitu MgSO4. Larutan MgSO4 berupa larutan tidak


berwarna. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel MgSO4 berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada
sampel MgSO4 tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang
terjadi. Ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa
yang baru dengan larutan MgSO4.

Berdasarkan persamaan reaksi :

MgSO4(aq)→

Sampel ke-12, yaitu Cu(CH3COO)2. Larutan Cu(CH3COO)2 berupa


larutan berwarna biru. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang
didapatkan adalah kebanyakan sampel bereaksi yaitu warna ungu kebiruan,
larutan hijau dan larutan coklat (Na2S) . Ini menandakan pada sampel
Cu(CH3COO)2 membentuk senyawa lain dengan pereaksi. Tetapi hanya pada saat
direaksikan dengan larutan NH4Cl dan EDTA, larutan tidak mengalami
perubahan. Ini dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu
senyawa yang baru dengan larutan Cu(CH3COO)2, walaupun reaksi yang terjadi
sangat lemah.

Berdasarkan persamaan reaksi :

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaOH(aq) → Cu(OH)2 (s) + Na2CH3(COO)2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NaCl (aq) → CuCl2(aq) + CH3COONa (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2S aq) → CuS(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaH2PO4 (aq) → Cu (H2PO4) (aq) + Na2CH3(COO)2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2SO4 (aq)→ CuCl(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + EDTA (aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + NH4OH aq) → Cu (OH)2 (aq) + (NH4)CH3COO2 (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2CO3aq) → CuCO3(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NH4Cl (aq) →

Sampel ke-13, yaitu silika gel. Larutan silika berupa larutan berwarna
kuning. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan
adalah sampel silika berupa larutan tidak berwarna. Ini menandakan pada sampel
silika tidak mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan silika.

Berdasarkan persamaan reaksi :

Si2+ (aq) →

Sampel ke-14, yaitu MnO2. Larutan MnO2 berupa larutan berwarna hitam.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah sampel
MnO2 berupa larutan berwarna hitam. Ini menandakan pada sampel MnO2 tidak
mengalami perubahan warna atau tidak adanya reaksi yang terjadi. Ini
dikarenakan pereaksi tersebut tidak dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan MnO2. Seharusnya zat Mangan ini dapat menghasilkan rekasi
karna sifat umum zat Mangan yaitu senyawa yang larut dalam air.

Berdasarkan persamaan reaksi :

MnO2 (aq) →

Sampel ke-15, yaitu NiSO4. Larutan NiSO4 berupa larutan berwarna hijau.
Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
kebanyakan sampel tidak bereaksi. Ini menandakan pada sampel NiSO4 tidak
membentuk senyawa lain dengan pereaksi. Tetapi hanya pada saat direaksikan
dengan larutan NH4OH dan EDTA, larutan mengalami perubahan menjadi larutan
biru. Ini dikarenakan pereaksi tersebut dapat membentuk suatu senyawa yang baru
dengan larutan NiSO4, walaupun reaksi yang terjadi sangat lemah.

Berdasarkan persamaan reaksi ;

NiSO4(aq) + NaOH(aq) →

NiSO4(aq) + NaCl (aq) →

NiSO4(aq) + Na2S aq) → NiS (aq) + Na2SO4 (aq)

NiSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

NiSO4(aq) + Na2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + EDTA (aq) → Ni-(EDTA)

NiSO4(aq) + NH4OH aq) → Ni (OH)2 (aq) + (NH4)2SO4 (aq)

NiSO4(aq) + Na2CO3aq) →

NiSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) →


Sampel ke-16, yaitu K2Cr2O7. Larutan K2Cr2O7 berupa larutan berwarna
jingga. Setelah ditambahkan dengan semua pereaksi, hasil yang didapatkan adalah
semua sampel bereaksi. Dimana larutan berubah menjadi berwarna kuning. Ini
menandakan pada sampel K2Cr2O7 membentuk senyawa lain dengan pereaksi.

Berdasarkan persamaan reaksi :

K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) → 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaCl (aq) → 2KCl(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2S aq) → K2S (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaH2PO4 (aq) → 2KH2PO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq)→K2SO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 aq) + EDTA (aq) → K-(EDTA)

K2Cr2O7 (aq) + NH4OH aq) →KOH(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2CO3aq) → K2CO3(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7(aq) + 2NH4Cl (aq) → KCl(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

Kurnia Wardana (1147040036)

Praktikum kali ini bertujuan mempelajari sifat kelarutan pada setiap


sampel C, FeSO4, PbSO4, Zn, CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3,
MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika, MnO2, NiSO4, K2Cr2O7 serta mengidentifikasi
sifat kelarutan dan sifat magnet pada setiap sampel (C, FeSO4, PbSO4, Zn,
CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika,
MnO2, NiSO4, K2Cr2O7)

Semua sampel berupa padatan dilarutkan terlebih dahulu dilarutkan


dengan air dingin, air panas, larutan HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3
pekat dan air raja, pelarutan ini dilakukan bertujuan agar terdisosiasi dan
terbentuk senyawa baru yang diinginkan dengan pelarut, tingkat pelarut dan
kelarutan zat yang dilakukan berbeda-beda, misalnya seperti CaCO3 yang larut
dalam larutan HCl tetapi tidak dalam air ini dikarenakan CaCO3 adalah garam
yang sukar larut dalam air. Tidak semua sampel larut dalam air, akan tetapi masih
ada beberapa sampel yang larut dengan larutan HCl, HNO3 dan air raja. Sampel
padatan yang larut dalam air dingin diantaranya (FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2,
Al2(SO4)3, MgSO4, MnO2) sampel padatan tersebut larut karena memiliki
kelarutan yang besar sehingga memungkinkan sampel untuk larut serta mudah
terdisosiasi, kemudian sampel padatan yang larut dalam air panas diantaranya
(NaH2PO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4, K2Cr2O7) sampel padatan tersebut larut karena
memiliki kelarutan yang besar pula akan tetapi termodinamika (Δ) disini di
perlukan untuk melarutkan yang berupa suhu air yang panas, kemudian sampel
padatan CaCO3 yang memang sudah dijelaskan diatas bahwa larutan tersebut larut
oleh larutan HCl pekat, kemudian sampel padatan yang larut dalam larutan HNO3
encer yaitu Zn, Zn larut oleh HNO3 dikarenakan sampel tersebut teroksidasi
sehingga memudahkan Zn untuk larut, hampir pada semua logam transisi mudah
teroksidasi oleh HNO3, kemudian sampel padatan yang larut dalam air raja
diantaranya (C, PbSO4, Silika) sampe padatan tersebut tidak larut dikarenakan
tidak sama sekali bereaksi, memiliki kelarutan yang kecil serta sampel
memungkinkan hanya bisa larut dengan pelarut non polar atau pelarut organik.

Sampel yang berupa padatan di uji kemagnetan dengan didekatkan pada


magnet akan tetapi didalam percobaan tidak terjadi tarikan dan dorongan apapun
pada semua sampel padatan tersebut, ini dikarenakan mungkin terjadi kesalahan
pada alat magnetnya dikarenakan patah sehingga dalam pengujian kemagnetan
memungkinkan tidak maksimal dalam penganalisaannya, akan tetapi seharusnya
pada setiap atom dan molekul mempunyai sifat magnetik, yaitu paramagnetik di
mana atom, molekul, atau ion sedikit dapat ditarik oleh medan magnet karena ada
elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya dan diamagnetik di mana atom,
molekul, atau ion dapat ditolak oleh medan magnet karena seluruh elektron pada
orbitnya berpasangan. Dalam literatur unsur-unsur transisi (seperti Fe, Ni) bersifat
paramagnetik karena mempunyai elektron yang tidak berpasangan pada orbital-
orbital d-nya. Kekuatan tarikan dan dorongan pada Al lebih kuat dibandingkan
dengan logam transisi lainnya, ini karena sifat paramagnetik ini akan semakin
kuat jika jumlah elektron yang tidak berpasangan pada orbitalnya semakin banyak
dan logam Al bersifat paramagnetik, sedangkan Cu, Zn, Na, Mg, Mn, dan lainnya
bersifat diamagnetik. Untuk Fe, dan Ni bersifat feromagnetik, yaitu kondisi yang
sama dengan paramagnetik hanya saja dalam keadaan padat.

Semua sampel padatan akan direaksikan dengan pereaksi yang telah


tersedia yaitu diantaranya (NaOH, NaCl, Na2S, NaH2PO4, Na2SO4, EDTA,
NH4OH, Na2CO3 dan NH4Cl).

Sampel pertama yaitu karbon (C) , karbon setelah di larutkan ternyata


tidak bereaksi sama sekali dengan ke-9 pereaksi yang ada dikarenakan karbon itu
berbentuk zat dan bukan berbentuk senyawa/molekul, serta karbon itu sendiri
memang tidak larut di dalam semua pereaksi dan hanya bisa larut dengan pereaksi
organik yang memiliki sifat larutan non polar.

Berdasarkan persamaan reaksi :

C(aq)→

Sampel kedua yaitu FeSO4, FeSO4 setelah di larutkan membentuk larutan


tak berwarna serta adanya endapan berwarna hijau kemudian direaksikan dengan
ke-9 pereaksi akan tetapi dari semua pereaksi hanya dengan larutan NaH2PO4
yang tidak beraksi dikarenakan larutan tersebut memungkinkan untuk larutan
tidak membentuk unsur atau senyawa yang lain. Dari pencampuran dengan
pereaksi yang ke-9 ini hampir semua campuran berubah warnanya menjadi warna
kuning ataupun hijau sehingga dapat dikatan dalam FeSO4 banyak terbentuk
senyawa baru.

Dalam percobaan FeSO4 yang direaksikan dengan basa tidak terbentuk


endapan padahal menurut literatur seharusnya tatkala direaksikan dengan suatu
basa akan membentuk endapan Fe(OH)2(s), berarti dapat dikatakan larutan tidak
terbentuk senyawa baru meskipun hanya berubah warna nya saja.

Berdasarkan persamaan reaksi ;

FeSO4(aq) + NaOH(aq)→
FeSO4(aq) + 2NaCl (aq) → FeCl2(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + Na2S aq) → FeS(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

FeSO4(aq) + Na2SO4 (aq) FeSO4(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + EDTA (aq) → Fe-(EDTA)

FeSO4(aq) + NH4OH aq) →

FeSO4(aq) + Na2CO3aq) → FeCO3(aq) + Na2SO4(aq)

FeSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) → FeCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)

Sampel ketiga yaitu PbSO4, PbSO4 setelah di larutkan ternyata tidak


bereaksi sama sekali dengan ke-9 pereaksi yang ada dikarenakan karbon itu
sendiri berbentuk zat dan bukan berbentuk senyawa/molekul, serta PbSO4 itu
sendiri memang tidak larut di dalam semua pereaksi dan hanya bisa larut dengan
pereaksi organik yang memiliki sifat larutan non polar.

Berdasarkan persamaan reaksi :

PbSO4 (aq)→

Sampel keempat yaitu Seng (Zn), seng setelah di larutkan ternyata


membentuk larutan yang tidak berwarna akan tetapi tidak bereaksi sama sekali
dengan ke-9 pereaksi dengan menandakan ketika di tambah pereaksi larutan tidak
mengalami perubahan apapun dan tetap tak berwarna serta tatkalaa ditambah
larutan basa sama sekali tidak terbentuk endapan padahal Zn sendiri itu termasuk
logam transisi dimana akan membentuk endapan tatkala di reaksikan dengan basa,
jadi dapat dikatakan Zn tidak bereaksi dengan ke-9 pereaksi yang ada.

Berdasarkan persamaan reaksi :

Zn(aq)→

Sampel ke 5,6,7,8,9,10,13 dan 14 yaitu CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2,


NaH2PO4, Al2(SO4)3 Silika dan MnO2, (CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4,
Al2(SO4)3, Silika dan MnO2)ke enam sampel setelah di larutkan ternyata
membentuk larutan yang tidak berwarna akan tetapi tidak bereaksi sama sekali
dengan ke-9 pereaksi dengan menandakan ketika di tambah pereaksi larutan tidak
mengalami perubahan apapun dan tetap tak berwarna serta tatkalaa ditambah
larutan basa sama sekali tidak terbentuk endapan padahal Ca&Ba sendiri itu
termasuk logam alkali tanah dimana akan membentuk endapan tatkala di
reaksikan dengan basa, Sama seperti Ca & Ba, K & Na jika direaksikan dengan
basa akan membentuk endapan karena kedua zat tersebut termasuk dalam
golongan alkali. Jadi dapat dikatakan CaCO3, CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4,
Al2(SO4)3, Silika dan MnO2tidak bereaksi dengan ke-9 pereaksi yang ada.

Berdasarkan persamaan reaksi :

CaCO3 (aq)→

CaCl2 (aq)→

KCl (aq)→

BaCl2 (aq)→

NaH2PO4(aq)→

Al2(SO4)3 (aq)→

Si2+ (aq) →

MnO2 (aq) →

Sampel kesebelas yaitu MgSO4, MgSO4 setelah di larutkan membentuk


larutan tak berwarna serta adanya endapan berwarna hijau kemudian direaksikan
dengan ke-9 pereaksi akan tetapi dari semua pereaksi tidak ada yang bereaksi
dengan ke-9 pereaksi serta dengan larutan yg basa pun tidak terbentuk endapan
padahal pada dasarnya Mg itu sendiri termasuk logam transisi.

Berdasarkan persamaan reaksi :

MgSO4(aq)→
Sampel kedua belas yaitu Cu(CH3COO)2, Cu(CH3COO)2 setelah di
larutkan membentuk larutan berwarna serta adanya endapan berwarna hijau
kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi. Dari pencampuran dengan pereaksi
yang ke-9 ini hampir semua campuran berubah warnanya menjadi warna hijau
biru ataupun coklat sehingga dapat dikatakan sampelCu(CH3COO)2 banyak
terbentuk senyawa baru.

Dalam percobaan Cu(CH3COO)2 yang direaksikan dengan basa tidak


terbentuk endapan padahal menurut literatur seharusnya tatkala direaksikan
dengan suatu basa akan membentuk endapan Cu(OH)2(s), berarti dapat dikatakan
larutan tidak terbentuk senyawa baru meskipun hanya berubah warna nya saja.

Berdasarkan persamaan reaksi :

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaOH(aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NaCl (aq) → CuCl2(aq) + CH3COONa (aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2S aq) → CuS(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + NaH2PO4 (aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2SO4 (aq)→ CuCl(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + EDTA (aq) → Cu-(EDTA)

Cu(CH3COO)2 (aq) + NH4OH aq) →

Cu(CH3COO)2 (aq) + Na2CO3aq) → CuCO3(aq) + CH3COONa(aq)

Cu(CH3COO)2 (aq) + 2NH4Cl (aq) → CuCl2(aq) + CH3COONH4(aq)

Sampel kelimabelas yaitu NiSO4, NiSO4 setelah di larutkan membentuk


larutan berwarna hijauserta adanya endapan berwarna hijau kemudian direaksikan
dengan ke-9 pereaksi Dari pencampuran dengan pereaksi yang ke-9 ini hampir
semua campuran berubah warnanya menjadi warna hijau biru ataupun hitam
sehingga dapat dikatakan sampel NiSO4 banyak terbentuk senyawa baru
Dalam percobaan NiSO4 yang direaksikan dengan basa tidak terbentuk
endapan padahal menurut literatur seharusnya tatkala direaksikan dengan suatu
basa akan membentuk endapan Ni(OH)2(s), berarti dapat dikatakan larutan tidak
terbentuk senyawa baru meskipun hanya berubah warna nya saja.

Berdasarkan persamaan reaksi ;

NiSO4(aq) + NaOH(aq) →

NiSO4(aq) + 2NaCl (aq) → NiCl2(aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + Na2S aq) → NiS(aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + NaH2PO4 (aq) →

NiSO4(aq) + Na2SO4 (aq) NiSO4 (aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + EDTA (aq) → Ni-(EDTA)

NiSO4(aq) + NH4OH aq) →

NiSO4(aq) + Na2CO3aq) → NiCO3(aq) + Na2SO4(aq)

NiSO4(aq) + 2NH4Cl (aq) → NiCl2(aq) + (NH4)2SO4(aq)

Sampel keenambelas yaitu K2Cr2O7, K2Cr2O7 setelah di larutkan


membentuk larutan berwarna jingga kemudian direaksikan dengan ke-9 pereaksi
Dari pencampuran dengan pereaksi yang ke-9 ini hampir semua campuran
berubah warnanya menjadi warna kuning sehingga dapat dikatakan sampel
K2Cr2O7 banyak terbentuk senyawa baru

Berdasarkan persamaan reaksi ;

K2Cr2O7(aq) + 2NaOH(aq) → 2KOH(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaCl (aq) → 2KCl(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2S aq) → K2S (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + 2NaH2PO4 (aq) → 2KH2PO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)


K2Cr2O7 (aq) + Na2SO4 (aq)→K2SO4 (aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 aq) + EDTA (aq) → K-(EDTA)

K2Cr2O7 (aq) + NH4OH aq) →KOH(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7 (aq) + Na2CO3aq) → K2CO3(aq) + Na2Cr2O7(aq)

K2Cr2O7(aq) + 2NH4Cl (aq) → KCl(aq) + (NH4)2Cr2O7(aq)

Faktor kesalahan yang terjadi dalam praktikum kali ini yaitu :

1. Seharusnya terlalu banyak sampel itu ketika direaksikan jangan di plat


tetes sehingga membuat larutan bereaksi hanya berkutat pada warna
semata saja sehingga mengakibatkan banyak larutan yang tidak berwarna
2. Sesudah pemanasan kemungkinan yang terjadi yaitu kelebihan asam
ataupun kelebihan basa, sehingga untuk menetralkan butuh pH universal
yang notabene akan menghabiskan pH universal itu sendiri seharusnya
memakai saja pH meter.
3. Konsentrasi dari setiap larutan baik sampel dan pereaksi yang kecil
sehingga larutan hanya bisa berubah dari warna saja.

X. Kesimpulan

Abdul Hakim (1147040001)

Sifat-sifat unsur kimia dapat kita ketahui dari sifat fisis dan kimianya.
Sama seperti pada unsur-unsur dari gas mulia dan halogen. Dari sifat fisis kita
dapat mengetahui penampilan dari suatu unsur namun tanpa melibatkan
pengubahan zat itu menjadi zat lain, serta dari sifat kimianya kita dapat
mengetahui reaksi-reaksi yang dapat dialami oleh zat itu, seperti kereaktifan, daya
oksidasi, daya reduksi, sifat asam, sifat basa, dan kelarutan.

Ai Kusmiati (1147040004)

1. Pada beberapa sampel mengalami perubahan warna, terbentuk endapan


dan adanya gelembung yang menunjukkan adanya reaksi.
2. Sifat kemagnetan setiap unsur berbeda-beda, pada percobaan ini yang
teridentifikasi memiliki sifat kemagnetan adalah sampel karbon dan FeSO4
3. Pada sampel FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnO2
dapat larut dalam aquades dingin, pada sampel NaH2PO4, Cu(CH3COO)2,
NiSO4, dan K2Cr2O7 dapat larut dalam aquades panas, pada sampel CaCO3
larut dalam HCl pekat, sampel Zink larut dalam HNO3 encer dan untuk
sampel karbon, PbSO4 dan silika gel tidak dapat larut sampai dengan
penambahan air raja.
4. Setiap sampel yang direaksikan memiliki tingakat kelarutan yang berbeda-
beda yang dapat larut dalam aquades dingin memiliki kelarutan paling
besar sedangkan yang tidak dapat larut dalam air raja memiliki kelarutan
yang kecil.

Aida Rismawati (1147040006)

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada uji kelarutan senyawa anorganik, pada semua sampel yang digunakan
tidak semua sampel dapat bereaksi dengan pelarut. Dimana dapat dilihat
terlebih dahulu sampel yang digunakan dan pelarut yang cocok untuk
melarutkannya, serta dapat dilihat dari harga Ksp nya dimana semakin
besar harga Ksp suatu zat semakin mudah larut senyawa tersebut.
2. Pada uji kemagnetan, interaksi antara zat dan medan magnet dibedakan
menjadi dua, yaitu diamagnetik dan paramagnetik. Zat paramagnetik
dimana daya medan magnetnya tinggi, sedangkan zat diamagnetik daya
medan magnetnya rendah.
3. Pada uji reaksi dengan reagen NaOH, NaCl, Na2S, Na2HPO4, Na2SO4,
EDTA, NH4OH, Na2CO3, dan NH4Cl mengalami beberapa perubahan
yaitu perubahan warna, terbentuk endapan, adanya gelembung bahkan
terbentuknya senyawa komplek yang menunjukkan adanya reaksi.

Emay Maesaroh (11470400024)

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan:


1. Karbon, PbSO4 dan Cu(CH3COO)2 tidak dapat larut dalam aquaregia.
2. Semua unsur zat anorganik tidak tertarik oleh magnet emanadakan sifat
magnetnya lemah, kecuali pada FeSO4 dan karbon hanya tertarik sedikit
3. FeSO4 larutannya berwarna hijau dan kuning pada berbagai pereaksi
Cu(CH3COO)2 larutannya berwarna ungu kebiruan hingga hijau pada
berbagai pereaksi
MnO2 larutannya berwarna hitam pada berbagai pereaksi
NiSO4 larutannya berwarna hijau pada berbagai pereaksi

Hadya Ayu Hajayasti (11470400032)

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada uji kelarutan semua sampel, didapatkan hasil :


- Sampel (C, PbSO4 dan Silika gel) merupakan sampel yang tidak dapat
larut meskipun sudah dilarutkan dengan air raja.
- Sampel (FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, MnO2)
merupakan sampel yang dapat larut ketika direaksikan dengan
aquades.
- Sampel (NaH2PO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4, K2Cr2O7 ) merupakan
sampel yang dapat larut ketika direaksikan dengan aquades panas.
- Sampel CaCO3 dapat larut dalam HCl pekat dan sampel Zn dapat larut
dalam HNO3.

2. Interaksi antara zat dan medan magnet dibedakan menjadi dua, yaitu
diamagnetik dan paramagnetik. Zat paramagnetik tertarik oleh medan
magnet, sedangkan zat diamagnetik tidak tertarik magnet. Yang termasuk
sifat paramagnetik adalah sampel (C dan FeSO4) sedangkan yang
termasuk dalam sifat diamagnetik adalah sampel (PbSO4, Zn, CaCO3,
CaCl2, KCl, BaCl2, NaH2PO4, Al2(SO4)3, MgSO4, Cu(CH3COO)2, Silika
gel, MnO2, NiSO4,dan K2Cr2O7).

3. Pada uji sampel dengan pereaksi, didapatkan pada semua sampel memiliki
reaksi yang berbeda-beda saat dicampurkan dengan pereaksi. Jika
bereaksi akan menghasilkan senyawa yang lain.
Hidayah (11470400033)

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,


1. Kelarutan suatu senyawa hampir semua larut dalam aquadest sedangkan
dalam percobaan ini yang tidak dapat larut adalah PbSO4 dan Silika.
2. Reaksi yang terjadi dalam unsur – unsur kimia ditandai dengan adanya
gelembung pada beberapa unsur kimia.
3. Kekuatan interaksi suatu unsur dalam suatu senyawa berbeda- beda, dalam
uji kemagnetan yang memiliki interaksi magnet adalah FeSO4 dan carbon.
4. Perubahan reaksi yang terjadi dalam unsur – unsur kimia dengan pereaksi
NaOH, NaCl, Na2S, Na2HPO4, Na2SO4, EDTA, NH4OH, Na2CO3, dan
NH4Cl mengalami perubahan yang ditandai dengan adanya perubahan
warna.
Kurnia Wardana (11470400036)

Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :

1. Dalam pelarutan semua sampel :


A. sampel(FeSO4, CaCl2, KCl, BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, MnO2) larut
dalam air dingin karena memiliki kelarutan yang besar.
B. sampel (NaH2PO4, Cu(CH3COO)2, NiSO4, K2Cr2O7) larut dalam air
panas karena memiliki kelarutan yang besar .
C. sampel (CaCO3) larut dalam larutan HCl pekat karena CaCO3 karena
sukar larut dalam air dingin maupun air panas.
D. sampel (Zn) larut dalam larutan HNO3encer karena Zn teroksidasi oleh
larutan HNO3 tersebut yang bersifat sebagai reduktor.
E. sampel(C, PbSO4, Silika) tidak larut dalam larutan air raja karena
sampel padatan tersebut kelarutan yang kecil serta sampel
memungkinkan hanya bisa larut dengan pelarut non polar atau pelarut
organik.

2. Dalam mengidentifikasi kemagnetan pada semua sampel, semua sampel


tidak terjadi dorongan, tidak bergerak serta tidak ada interaksi sama sekali
sehingga dapat dikatakan negatif (-) tidak bersifat magnet.
3. Semua sampel yang direaksikan memilki tingkat kelarutan yang berbeda-
beda dari satu sampel dengan lainnya

M. Alfathan Rahman (1147040039)

Dari percobaan tersebut kami mendapatkan :

- Adanya sifat kemagnetan pada beberapa bahan


- Bahan tersebut antara lain Karbon, Fe, dan Pb

Dari praktikum kali ini juga didapati sifat kelarutan dari beberapa bahan :

- Beberapa bahan yang kelarutannya baik diantaranya Fe2SO4, CaCl2, KCl,


BaCl2, Al2(SO4)3, MgSO4, dan MnCl.
- Beberapa bahan yang kelarutannya kurang baik diantaranya Karbon,
PbSO4, Zn, Na2HPO4, dan silica

Sampel sampel yang direaksikan memiliki tingkat kelarutan yang berbeda

XI. Daftar Pustaka

Abdul Hakim (1147040001)

 Harvey, David.2000.modern analytical of chemistry.


Chicago:McGrawHill press

 Saito, Taro.1996.Buku Teks Kimia Anorganik Online.Tokyo:iwanami


press

 Suhendar, Dede. 2013. kimia anorganik III. Bandung: UIN SGD.


 http://alfina30.blogspot.com/2014/07/ciri-ciri-terjadinya-reaksi-kimia-
dalam.html

 http://la-randy.blogspot.com/2012/12/makalah-kimia-unsur.html

Ai Kusmiati (1147040004)

Anonim. (2016, April 25). Kelarutan. Retrieved Oktober 8, 2016, from


www.google.com: https://id.wikipedia.org/wiki/Kelarutan
Antonia, M. (2016, Maret 9). Uji Kelarutan. Retrieved Oktober 8, 2016, from
www.google.com: https://id.scribd.com/doc/303306465/Uji-Kelarutan

Joshua. (2016, Mei 15). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 8, 2016, from
www.google.com: http://www.slideshare.net/joshutoso/kimia-unsur-
28234895

Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimikro Bagian I Edisi V. In I. Setiano. Jakarta: PT. Kalman Media
Pusaka.

Yudi. (2016, April 12). Kimia Unsur. Retrieved Oktober 8, 2016, from
www.google.com: http://tanya-tanya.com/kimia-unsur-gas-mulia-halogen-
alkali-alkali-tanah/

Aida Rismawati (1147040006)

Hiskia.Achmad.1990. Penuntun Kimia Anorganik. FMIPA.ITB Bandung.

Petrucci, Riaph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Saito, Taro.1996.Buku Teks Kimia Anorganik Online.Tokyo:iwanami-press

Suhendar. Dede. 2015. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik. FSAINTEK.


UIN SGD bandung

Svehla, G. (1985). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Bagian I Edisi V. In I. Setiano. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Emay Maesaroh (11470400024)

 Hiskia.Achmad.1990. Penuntun Kimia Anorganik. FMIPA.ITB Bandung


 Nitiadmodio. Maksum. 1983. Kimia Anorganik.Buku 1.FMIPA IKIP
Malang.
 Suhendar. Dede. 2015. Buku Panduan Praktikum Kimia Anorganik.
FSAINTEK. UIN SGD bandung
 Sutrisno. E.T. dan Nurminabari.I.S.2010. penuntun praktikum kimia dasar.
Universitas Pasundan: Bandung
 http://anonim.2012/id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2046598
reaksi reaksi kimia/ diakses pada tanggal 10 oktober 2016 pada pukul
09.00 WIB
Hadya Ayu Hajayasti (11470400032)

A, Day. N dan A.L. Underwood.1986. “Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Kelima”.


Jakarta : Erlangga.

Harjadi, W.1993. “Ilmu Kimia Analitik Dasar”. Jakarta : Gramedia

Khopkar, S. M.1990. “Konsep Dasar Kimia Analitik”. Jakarta : UI-Press.

Svehla, G.1990. “Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimakro Edisi II”. Jakarta : Kalman Media Pustaka.

Winarni.2007. “Kimia untuk SMA dan MA kelas XII IPA”. Jakarta : Satubuku.

Hidayah (11470400033)

Effendy.2007. Kimia Koordinasi Jilid1.Malang: Bayu media.


www.scirbd.com//laporan praktikum kimia anorganik. Diakses pada tanggal
09 Oktober 2016 Pukul 08.00 WIB.
Suhendar,Dede.2015. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik.Bandung: Uin
SGD Bandung
Svehla,G.1985. Analisis Kualitatif Makro dan Semi Mikro.Jakarta: Kalman
Media Pustaka.
Tiffany. 2015. Laporan Praktikum Kimia Anorganik.//
www.scirbd.com//laporan // Diakses pada tanggal 9 Oktober 2016 pada pukul
21.56.
Kurnia Wardana (11470400036)

 Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga


 Harvey, David.2000. modern analytical of chemistry.
Chicago:McGrawHill press
 Petrucci, Riaph. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga
 Saito, Taro.1996. Buku Teks Kimia Anorganik Online.Tokyo : iwanami
press
 Suhendar, Dede. 2013. kimia anorganik III. Bandung: UIN SGD.
 Svehla, G. 1979. Vogel: Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimikro. Jakarta: PT. Media Kalman Pustaka

M. Alfathan Rahman (1147040039)

Winarni. 2007. Kimia untuk SMA dan MA kelas XII IPA. Jakarta : Satubuku.

Rahardjo, Sentot Budi. 2008. KIMIA 3 Berbasis Eksperimen. Solo: Platinum.

Campbell, N.A, J.B Reece, L.G.Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima jilid II.
Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai