Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING

UNTUK MEREDUKSI RISIKO


PEMBOROSAN DI INDUSTRI KERUPUK "SUBUR" YOGYAKARTA
1
  EMA MUDITA HANDAYANI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri mikro, kecil, dan menengah merupakan usaha ekonomi

produktif yang cukup kuat, sekalipun terjadi gejolak atau krisis ekonomi.

Perkembangan industri mikro, kecil, dan menengah nasional saat ini

mengalami peningkatan yang sangat menggembirakan dikarenakan

pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil (IMK) di Triwulan IV tahun

2013 mengalami peningkatan 5,18% daripada Triwulan IV tahun 2012 yang

hanya naik 1,58% dari Triwulan III tahun 2013. Pada tahun 2013, sektor

industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar terhadap total

perekonomian nasional sebesar 23,69%, diikuti sektor pertanian sebesar

14,43%, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 14,3%

(Sumber: Laporan Bulanan BPS Februari Tahun 2014).

Persaingan industri mikro, kecil, dan menengah di bidang

pengolahan pangan yang semakin ketat juga ditunjukkan oleh industri

pengolahan pangan berbasis komoditas tepung tapioka. Hal tersebut ditandai

dengan banyaknya industri pangan yang mengolah tepung tapioka menjadi

berbagai macam produk olahan. Meningkatnya produksi tepung tapioka dan

berkembangnya industri pengolahan tepung tapioka sebanding dengan

meningkatnya produksi singkong nasional setiap tahunnya hal ini terlihat

dari hasil sensus pertanian oleh Badan Pusat Statistik Tahun 2013

 
 
IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING
UNTUK MEREDUKSI RISIKO
PEMBOROSAN DI INDUSTRI KERUPUK "SUBUR" YOGYAKARTA
2
  EMA MUDITA HANDAYANI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

menunjukkan produktivitas singkong nasional meningkat 5,26% dari tahun

2011.

Industri Kerupuk “SUBUR” Yogyakarta merupakan sebuah industri

kecil menengah yang mengolah tepung tapioka menjadi kerupuk. Dalam

memproduksi kerupuk, Industri Kerupuk “SUBUR” Yogyakarta telah

memiliki pasar yang luas di Daerah Istimewa Yogyakarta. Industri Kerupuk

“SUBUR” Yogyakarta sangat berpotensi untuk dikembangkan karena

sejauh ini telah memiliki peranan penting bagi pengembangan usaha lain

sejenisnya. Perkembangan kinerja industri berdasarkan Klasifikasi Baku

Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) untuk jenis Industri Kerupuk dan

sejenisnya berdasarkan survey Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia menunjukkan peningkatan nilai produksi 4,55% dari tahun 2006

hingga 2010 seperti yang terlihat di Tabel 2.1. (Sumber: Kementerian

Perindustrian Republik Indonesia Tahun 2014).

Di dunia industri mikro dan menengah seperti Industri Kerupuk

“SUBUR” Yogyakarta, efisiensi merupakan hal yang penting dalam

kegiatan produksi. Efisiensi di dunia industri diartikan sebagai kemampuan

memanfaatkan sumber daya sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan

output sesuai dengan kuantitas dan kualitas sesuai dengan yang ditargetkan

perusahaan. Menurut Gazpersz (2007), efisiensi proses produksi perusahaan

lokal di Indonesia masih di bawah 10% dibandingkan perusahaan Toyota

Jepang yang memiliki efisiensi 53%, perusahaan lain di Jepang sekitar 50%,

perusahaan Amerika sekitar 30% hingga 40%, sehingga dapat dinyatakan

 
 
IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING
UNTUK MEREDUKSI RISIKO
PEMBOROSAN DI INDUSTRI KERUPUK "SUBUR" YOGYAKARTA
3
  EMA MUDITA HANDAYANI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bahwa perusahaan lokal di Indonesia pada umumnya dalam kondisi unlean

manufacturing karena nilai efisiensi proses produksi di bawah 30%.

Bagi pelaku industri seperti Industri Kerupuk “SUBUR”

Yogyakarta, masalah mengenai efisiensi produksi menjadi salah satu hal

yang harus dibenahi sebelum menetapkan target untuk ekspansi usaha ke

depannya. Kurang efisiennya proses produksi dalam Industri Kerupuk

“SUBUR” Yogyakarta dapat dikarenakan adanya indikasi pemborosan

(waste) selama proses produksi berlangsung. Berdasarkan pengamatan

lapangan diketahui bahwa terdapat adanya pemborosan (waste) yang cukup

besar dalam proses produksi kerupuk “SUBUR” diantaranya yaitu jenis

pemborosan unconforming quality seperti adanya scrap defect sebesar

75,651 kg (setara produk jadi) atau 7,73% dan rework sebesar 68,02 kg

(setara produk jadi) atau 7,21%, serta unnecessary inventory dalam bentuk

bahan baku, work in process, dan kerupuk kering dengan total days of

inventory sebesar 26.752,32 menit atau 18,578 hari.

Dalam sistem gemba kaizen, pemborosan (waste) merupakan seluruh

kegiatan yang tidak memberi nilai tambah (value added). Terdapat tujuh

jenis pemborosan menurut sistem gemba yakni pemborosan karena produksi

berlebih, pemborosan persediaan, pemborosan karena produk cacat,

pemborosan karena gerak kerja, pemborosan pemrosesan, pemborosan

karena adanya waktu tunggu, dan pemborosan transportasi. Ketujuh jenis

pemborosan tersebut jika tidak dipetakan dengan baik dan direduksi secara

bertahap akan berdampak pada pemanfaatan waktu yang buruk sehingga

 
 
IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING
UNTUK MEREDUKSI RISIKO
PEMBOROSAN DI INDUSTRI KERUPUK "SUBUR" YOGYAKARTA
4
  EMA MUDITA HANDAYANI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

berisiko pada penurunan efisiensi. Oleh karena itu, diperlukan adanya

pemetaan aliran proses produksi untuk mengetahui tingkat efisiensi dan

mengidentifikasi pemborosan yang terdapat pada suatu industri dengan

menggunakan pendekatan Value Stream Mapping (VSM).

Value Stream Mapping merupakan suatu alat yang digunakan untuk

memetakan aliran nilai (value stream) dan menemukan penyebab terjadinya

pemborosan serta memberikan solusi yang tepat untuk proses perbaikannya.

Dari hasil pemetaan aliran proses ini kemudian dapat dilakukan

pengklasifikasian kerugian berdasarkan risiko kejadian dan konsekuensi

risiko dengan melakukan analisis peluang (likelihood) dan dampak

(consequences) dengan metode pemetaan risiko berdasarkan International

Risk Standard Management ISO 31000:2009. Hasil pemetaan risiko yang

diperoleh akan dijadikan bahan evaluasi berdasarkan prioritas risiko yang

paling kritis untuk dilakukan perbaikan sebagai upaya meminimalisasi

risiko pemborosan (waste).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka diperlukan

analisis lebih lanjut mengenai “Implementasi Lean Manufacturing

dengan Pendekatan Value Stream Mapping untuk Mereduksi Risiko

Pemborosan” yang bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko pemborosan

kritis (critical waste) dan memperbaiki tingkat efisiensi di Industri Kerupuk

“SUBUR” Yogyakarta sehingga diharapkan dengan hasil perbaikan yang

diusulkan dapat berdampak pada daya saing industri dengan industri lain

yang sejenis.

 
 
IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING
UNTUK MEREDUKSI RISIKO
PEMBOROSAN DI INDUSTRI KERUPUK "SUBUR" YOGYAKARTA
5
  EMA MUDITA HANDAYANI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat

diketahui bahwa pokok permasalahan yang ada adalah perlunya memetakan

aliran nilai sepanjang aliran poses produksi menggunakan pendekatan Value

Stream Mapping (VSM) untuk mengetahui tingkat efisiensi produksi dan

mengidentifikasi faktor–faktor yang dapat menimbulkan ketidakefisienan

proses produksi akibat adanya faktor pemborosan. Hasil pemetaan aliran

nilai (value stream mapping) ini digunakan sebagai informasi awal risk

identification yang akan dianalisis dan dievaluasi lebih lanjut menggunakan

standar ISO 31000:2009 untuk memperoleh tingkat risiko terbesar dan

paling kritis sehingga dapat diketahui solusi perbaikan yang paling tepat

dalam proses produksi dari Industri Kerupuk “SUBUR” Yogyakarta.

1.3. Batasan Masalah

Batasan yang digunakan dalam penelitian ini agar pembahasan fokus

pada permasalahan yang ada adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan dilakukan pada produksi tiap satu batch pembuatan

produk.

2) Pada saat penghitungan waktu siklus, pekerja yang dijadikan sebagai

fokus penelitian memiliki kondisi tingkat kecepatan stabil dan dalam

lingkungan kerja yang baik.

3) Penelitian ini menggunakan standar ISO 31000:2009 sebagai alat untuk

mengukur tingkat konsekuensi dan probabilitas kerugian apabila risiko

 
 
IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING
UNTUK MEREDUKSI RISIKO
PEMBOROSAN DI INDUSTRI KERUPUK "SUBUR" YOGYAKARTA
6
  EMA MUDITA HANDAYANI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pemborosan (waste) hasil pemetaan aliran nilai (value stream mapping)

terjadi.

4) Penelitian ini hanya membahas seven waste menurut Ohno.

5) Penelitian ini hanya menghasilkan solusi perbaikan untuk tiga jenis

pemborosan yang dinilai memiliki tingkat konsekuensi terbesar

menurut hasil risk mapping ISO 31000:2009.

6) Penelitian ini hanya menganalisis persentase dampak risiko terhadap

biaya produksi.

7) Penelitian ini tidak membahas jenis pemborosan gerak kerja (excessive

motion) karena telah dibahas dalam penelitian lain di ergonomics lean

manufacturing.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1) Mengetahui jenis dan tingkat pemborosan yang terjadi selama proses

produksi dengan menggunakan Value Stream Mapping and Analysis

Tools.

2) Memperoleh tingkat risiko pemborosan kritis berdasarkan likelihood

dan consequences ISO 31000:2009.

3) Mengetahui besarnya Process Lead Time dan peningkatan Process

Cycle Efficiency Kerupuk “SUBUR” berdasarkan Current State

Mapping dan Future State Mapping.

 
 
IMPLEMENTASI LEAN MANUFACTURING DENGAN PENDEKATAN VALUE STREAM MAPPING
UNTUK MEREDUKSI RISIKO
PEMBOROSAN DI INDUSTRI KERUPUK "SUBUR" YOGYAKARTA
7
  EMA MUDITA HANDAYANI
Universitas Gadjah Mada, 2014 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

4) Memberikan alternatif perbaikan berdasarkan risk mapping untuk

mereduksi pemborosan dan usaha peningkatan efisiensi proses produksi

kerupuk “SUBUR” Yogyakarta.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:

a) Memberikan gambaran terhadap industri mengenai lini produksi yang

berpotensi menghasilkan risiko pemborosan sehingga dapat dilakukan

tindakan preventif untuk mengurangi dampak negatif pemborosan.

b) Memberikan informasi terhadap industri mengenai risiko pemborosan

paling kritis untuk dilakukan penanganan segera sehingga proses

produksi dapat berjalan lebih efisien.

 
 

Anda mungkin juga menyukai