ABSTRAK
Kuantitas penjualan sangat mempengaruhi jumlah bahan yang dibutuhkan dalam proses
produksi, mulai dari pembelian hingga menjadi produk akhir. PT Laju Perdana, sebuah
perusahaan manufaktur gula, adalah pemain baru di pasar dan menghadapi persaingan yang
ketat dari perusahaan gula yang sudah mapan. Masalah penelitian adalah bagaimana
mengembangkan model pemrograman linier yang optimal untuk perencanaan produksi yang
meminimalkan biaya produksi untuk PT Laju Perdana, dan berapa biaya yang diperlukan untuk
berbagai pilihan sumber daya dalam perencanaan yang optimal tersebut. Metode penelitian
menggunakan pemrograman linier untuk menentukan biaya produksi yang optimal berdasarkan
kuantitas bahan mentah dan ketersediaan tenaga kerja dalam proses produksi. Validasi data
dilakukan dengan menggunakan WinQSB 2.0 untuk menganalisis sensitivitas beberapa elemen
dalam perencanaan produksi.
Studi ini menyimpulkan bahwa perusahaan dapat mencapai biaya produksi yang optimal dengan
menggunakan pemrograman linier berdasarkan kuantitas bahan mentah, yang menghasilkan
kapasitas penyimpanan minimum sebesar Rp. 7.692,3 dan biaya penyimpanan maksimum
sebesar Rp. 34.667. Temuan ini akan mempengaruhi kapasitas produksi perusahaan di masa
depan dalam kemasan unit penjualan. Rekomendasi untuk perusahaan adalah meningkatkan
biaya produksi sebesar 26% hingga 27% setiap tahun dengan melakukan perencanaan yang
cermat, seperti restrukturisasi anggaran produksi, peningkatan harga produk, memperluas
pangsa pasar, meningkatkan promosi, menciptakan variasi produk baru, dan lain-lain.
Kata-kata Kunci : Program Linier, Biaya Optimal, Perencanaan Produksi, Win QSB
ABSTRACT
The quantity of sales heavily influences the required amount of materials needed for the
production process, from purchasing to the final product. PT Laju Perdana, a sugar
manufacturing company, is a new player in the market and faces tough competition from well-
established sugar companies. The research problem is how to develop an optimal linear
programming model for production planning that minimizes production costs for PT Laju
Perdana, and how much cost is required for various resource options in this optimal planning.
The research method employs linear programming to determine the optimal production cost
based on the quantity of raw materials and labor availability in the production process. The
data validation is conducted using WinQSB 2.0 to analyze the sensitivity of several elements in
production planning.
The study concludes that the company can achieve optimal production costs by using linear
programming based on the quantity of raw materials, resulting in a minimum storage capacity
of Rp. 7,692.3 and a maximum storage cost of Rp. 34,667. This finding will impact the
company's future production capacity in terms of sales unit packaging. The recommendation for
the company is to increase production costs by 26% to 27% annually by conducting thorough
67
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
planning, such as restructuring the production budget, increasing product prices, expanding
market share, improving promotion, creating new product variations, and more.
Key Words : Linear Programming, Optimal Cost, Production Planning, Win QSB
1. LATAR BELAKANG
PT.Laju perdana Indah (PT.LPI) merupakan perusahaan tebu usaha berskala kecil dan
menengah yang berlokasi di Desa Cempaka, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera
Selatan. Anggarana dasar PT.Laju Perdana Indah telah mengalami beberapa kali
perubahan, perubahan-perubahan anggaran terjadi disebabkan masalah baik manajemen
maupun pembukaan lahan yang menyebabkan kerugian. Sekarang ini perusahaan telah
dibawahi oleh PT.Indoagri yang merupakan investasi utama dalam pengembangan
perusahaan menjadi pabrik gula.Kondisi Pandemik Covid-19 pada saat ini dimana harga
bahan baku mengalami peningkatan selama beberapa tahun telah menyebabkan
perusahaan ini perlu menaikkan harga produknya.
Masalah yang dihadapi perusahaan adalah pada perencanaan sumber daya manusia
dimmana gaji tenaga kerja harus meningkat seiring dengan kenaikkan harga bbm. Selain
itu, ada pengurangan jam kerja karyawan akibat kondisi Pandemik Covid-19.
Perusahaan PT.Laju Perdana Indah memiliki komitmen untuk terus meningkatkan
pelayanan kepada konsumennya dengan menjual produk yang terjangkau sehingga
perusahaan memiliki anggaran untuk menjalankan aktifitas produksi yang
berkelanjutan.
Salah satu alat analisis untuk perencanaan pengendalian produksi yang optimal adalah
dengan menggunakan model pemrograman linier. Dalam model pemrograman linier ada
2 tujuan yang ingin dicapai yaitu meminimalkan biaya dan memaksimalkan
keuntungan. Model pemrograman linier dapat memberikan kontribusi penyelesaian
untuk mengatasi sumber daya pada periode berurutan. Oleh karena itu model
pemrograman linier dapat digunakan sebagai alat analisis dalam perencanaan agregat
produksi. Berdasarkan alasan ini maka penulis tertarik untuk mengambil judul skripsi
yaitu “ Perencanaan Produksi Yang Optimal dengan Model Pemrograman Linier pada
Industri Gula PT.Laju Perdana Indah.
Perencanaan agregat merupakan basis untuk penjadwalan produksi. Dalam artikel ini
mencari model pemrograman linier untuk perencanaan produksi yang optimal dengan
meminimalkan kuantitas biaya produksi dan kebutuhan biaya dengan kapasitas produksi
pada berbagai pilihan sumber daya dalam perencanaan yang optimal tersebut pada
PT.Laju Perdana Indah ?.
Tujuan penulisan artikel ini untuk merancang model pemrograman linear dalam
meminimalkan biaya perecanaan produksi pada PT Laju Perdana Indah dan untuk
mengetahui besarnya kebutuhan biaya dengan kapasitas produksi pada berbagai pilihan
sumber daya dalam perencanaan yang optimal tersebut.
Tujuan perencanaan agregat ialah menggunakan sumber daya manusia dan peralatan
secara produktif. Penggunaan kata agregat menunjukkan bahwa perencanaan dilakukan
68
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
ditingkat kasar dan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan total seluruh produk
dengan menggunakan seluruh sumber daya manusia dan peralatan yang ada pada
fasilitas produksi tersebut. Perlu disadari bahwa permintaan dari satu periode periode
lainnya berfluktuasi untuk lintas produksi tersebut.Ada banyak pilihan rencana bagi
seorang perencana agregat.Pilihan yang sederhana ialah menghasilkan barang diatas
kebutuhan pada saat permintaan rendah dan menyimpan kelebihannya sampai produk
tersebut dibutuhkan.Pendekatan ini menghasilkan laju produksi relative konstan
walaupun memakan biaya persediaan yang tinggi.
Peramalan permintaan merupakan perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk
selamabeberapa periode mendatang. Peramalan pada dasarnya merupakan suatu
‘taksiran’. Namundemikian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu maka
peramalan bukan hanyasekedar taksiran. Dapat dikatakan peramalan tersebut
merupakan ‘taksiran ilmiah’. Tentusaja peramalan akan menjadi semakin baik apabila
mengandung sesedikit mungkin kesalahan,walaupun kesalahan peramalan merupakan
hal yang manusiawi. Agar berarti, maka hasilperamalan seharusnya dinyatakan dalam
bentuk satuan produk (unit) dan mencakup periode peramalan tertentu.
Dalam situasi repetitive yang diberikan, langkah pertama adalah menyatakan factor
keputusan dalam bentuk nilai yang dapat diamati atau diramalkan. Keputusan yang
diambil akan mencakup dua hal, kerja sebagai fungsi dari ramalan permintaan, tingkat
persediaan, serta jumlah tenaga kerja diperiode sebelumnya.
Model ini dapat dinyatakan sebagai :
W1 = f (F1. I*. It-1.Wt-1 )
Sementara itu, kecepatan produksi merupakan fungsi tingkat tenaga kerja, tingkat , dan
ramalan permintaan. Misalnya jika ramalan perintaan yang dipergunakan ialah dalam
periode tiga bulan, maka fungsi kecepatan produksinya ialah :
P1 = f (W1.I*.It-1.F1 .Ft+1 .Ft+2 )
Di mana :
W1 = Jumlah tenaga kerja diperiode t
F1 = Ramalan permintaan di periode t
P1 =Tingkat produksi di periode ke t
I* = Tingkat persediaan yang diinginkan
Program linier dapat digunakan sebagai alat perencanaan agregat.Model ini dibuat
karena validitas pendekatan koefisien manajemen sukar dipertanggungjawabkan.
Asumsi utama model program linier dalam perencanaan agregat adalah biaya variabel-
variabel tersebut dapat berbentuk bilangan riil.
69
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Asumsi ini seringkali menyebabkan model program linier kurang realistis jika
diterapkan.Misalnya asumsi kondisi ketiadaan persediaan produk jadi yang berbanding
lurus dengan jumlah ketiadaan persediaan produk jadi. Asumsi ini secara logis kurang
dapat diterima.Jika kekurangan produk amat rendah, ketiakpuasan pelanggan lebih
sedikit. Jika kekurangan produk amat besar , konsumen akan mencari pemasok lain dan
biaya mencari pemasok lain dan biaya yang besarnya tak terhingga besarnya. Asumsi
kedua menyebutkan variable berbentuk bilangan riil, sementara itu pada kenyataanya
nilai variabel-variabel tersebut ialah bilangan bulat. Tujuan formulasi program linier
adalah meminimasi ongkos total yang berbentuk linier terhadap kendala-kendala linier.
Formulasi diatas digambarkan dalam persamaan berikut (Hendra (2008)):
Dimana :
Pt = Unit yang diproduksi pada periode t
Ap,t = Ongkos per unit produksi di luar tenaga kerja
Rt = Jam – orang yang tersedia untuk produksi yang regular
Ot = Rencana jam lembur pada periode t
Ao,t = Ongkos buruh lembur per jam
It =Tingkat persediaan pada akhir periode t
Ai,t = Ongkos simpan per unit
St = Jumlah kekurangan produksi di akhir periode t
As,t = Ongkos kekurangan produksi
Ht =Jumlah rekrut tenaga kerja (dalam jam)
Ah,t = Biaya untuk menambah pekerjaan selama satu jam
Lt = Jumlah pengurangan pekerja (dalam jam)
Ai,t = Ongkos pengurangan tenaga kerja selama satu jam
Ut = Kelebihan waktu pada periode t jika tingkat produkksi kurang dari kapasitas
tenaga kerja
Ft = Peramalan permintaan di periode t
k = factor konversi jam orang per jumlah periode yang ditetapkan
T = Horison perencanaan atau jumlah periode yang ditetapkan
70
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Dalam hal adanya persediaan penyangga (IB) dalam jumlah tertentu, variable St dan St-1
dapat dihilangkan ; dan ditambahkan kendala dalam bentuk :
It ≥ IB untuk t = 1,2,…,T.
Batas maksimum tingkat persediaan yang diizinkan, Imax, sebesar n unit dapat
dimasukkan dengan menambahkan kendala dalam bentuk :
It ≤ Imax untuk t = 1,2,…..T periode ; yaitu tenaga kerja periode t sama dengan tenaga
kerja periode t-1 ditambah rekrut tenaga baru (Ht) dan dikurangi pemberhentian tenaga
kerja (Lt). Seperti sebelumnya, solusi dapat dibatasi keadaan tanpa penambahan tenaga
kerja atau tanpa pengurangan tenaga kerja, yaitu dengan menghilangkan variable
tersebut di persamaan (3),(5) dan (7), selain itu, jumlah tenaga kerja dapat dibatasi
dengan menambahkan kendala berbentuk :
Rt ≥ Rmin untuk t= 1,2,…….. T
Rt ≤ Rmax untuk t = 1,2,……..T
Persamaan (6) menyatakan kendala yang membatasi jumlah lembur (Ot) atau
menganggur (Ut) untuk menghasilkan produk sejumlah Pt unit. Karena Ot dan Ut
dinyatakan dalam satuan jam, jumlah produksi dikonversikan dengan waktu standar
sebesar k jam per unit. Pengurangan jam regular yang tersedia (Rt) dari jam yang
dibutuhkan ( kPt ) menghasilkan lembur yang diperlukan atau kelebihan waktu
menganggur. Kendala waktu menganggur dibatasi dinyatakan dengan menghilangkan
Ut dari persamaan (6) dan (7).
Formulasi program linier ini juga memungkinkan pilihan lainnya Jika hendak
menggunakan cara subkontrak, suatu variable baru (misalnya Ct)dapat ditambahkan.
Selanjutnya ditambahkan Ac,tCt ke dalam persamaan (2), Ct ke dalam persamaan (3),
mengurangkan kCt dari persamaan (5), serta menambahkan Ct ke dalam persamaan (6).
Jelas sekali bahwa formulasi program linier ini cukup fleksibel.
Pada dasarnya tenaga kerja untuk periode t ditetapkan sama dengan jumlah tenaga kerja
di periode t-1 ditambah dengan selisih jumlah tenaga kerja di periode jumlah tsenaga
kerja ideal dikalikan dengan konstanta A (Hendra (2008)).
W1 = WT-1 + A(W* - Wt-)
dimana :
Wt = Jumlah tenaga kerja di periode ke t
*
W = Jumlah tenaga kerja ideal
71
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Jumlah tenaga kerja ideal dihitung untuk beberapa periode mendatang dengan
menggunakan rata-rata terbobot
Enam gerakan besar dapat diamati dalam evolusi studi manajemen rantai pasokan,antara
lain :
1. Era penciptaan
Manajemen rantai pasokan Istilah ini pertama kali dicetuskan oleh seorang konsultan
industri AS pada awal tahun 1980. Namun, konsep rantai pasokan dalam manajemen
adalah sangat penting jauh sebelum, di awal abad 20, terutama dengan penciptaan jalur
perakitan. Ciri-ciri dari era manajemen rantai pasokan termasuk kebutuhan untuk
perubahan skala besar, rekayasa ulang, perampingan didorong oleh program-program
pengurangan biaya, dan perhatian luas terhadap praktek manajemen Jepang.
2. Integrasi era
Era studi manajemen rantai pasokan yang disorot dengan adanya pengembangansistem
pertukaran data elektronik pada tahun 1960 dan dikembangkan melalui 1990-an oleh
pengenalan sistem perencanaan sumber daya perusahaan (Enterprise Resource
Planning. Era ini terus berkembang menjadi abad ke-21 dengan ekspansi sistem
kolaboratif berbasis internet. Era evolusi rantai suplai dicirikan oleh meningkatkan nilai
tambah dan pengurangan biaya melalui integrasi. Bahkan rantai pasokan dapat
diklasifikasikan sebagai jaringan Tahap 1, 2 atau 3. Pada tahap 1 rantai pasokan jenis,
berbagai sistem seperti Buat, Penyimpanan, Distribusi, Bahan kontrol, dll adalah tidak
terkait dan tidak bergantung satu sama lain. Dalam rantai pasokan 2 tahap, ini adalah
terpadu di bawah satu rencana dan ERP diaktifkan. Sebuah panggung 3 rantai pasokan
adalah satu di mana integrasi vertikal dengan pemasok di arah hulu dan pelanggan di
arah hilir tercapai. Contoh semacam ini supply chain adalah Tesco.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian (field research) yang memfokuskan pada objek
yang diteliti. Objek penelitian pada artikel ini adalah pada persediaan bahan baku,
tenaga kerja, dan biaya yang berkaitan. Teknik pengumpulan data skripsi ini adalah :
1. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara
narasumber dan pewaeancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapat informasi
dimana sang pewawancara melanturkan pertanyaan. Pertanyaan untuk dijawab oleh
orang yang diwawancarai .
Bentuk-bentuk wawancara antara lain:
1. Wawancara berita dilakukan untuk mencari bahan berita
2. Wawancara dengan pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu
3. Wawancara telepon yaitu wawancara yang dilakukan lewat pesan telpon.
4. Wawancara pribadi
5. Wawancara dengan banyak orang
6. Wawancara dadakan/ mendesak
7. Wawancara kelompok dimana serombongan wartawan mewawancarai seorang
pejabat, sinema olahragawan dan sebagainya
72
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Sukses tidaknya wawancara ditentukan oleh sikap wartawan dengan di tentukan oleh
prilaku, penampilan dan sikap wartawan. Sikap yang baik mengandung simpatik dan
akan membuat suasana wawancaraakan berlangsung akrab atas komunikatif.
2. Pengamatan (Observation)
Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas terhadap
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya. Untuk mendapatkan informasi – informasi yang dibutuhkan
untuk melanjutkan suatu penelitian. Didalam penelitian observasi dapat dilakukan
dengan tes, kuesiner, gambar-gambar, rekaman suara. Orang yang melakukan pengamat
73
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Tujuan formulasi program linier adalah meminimasi ongkos total yang berbentuk linier
terhadap kendala-kendala linier. Formulasi diatas digambarkan dalam persamaan
berikut :
1. Parameter model
Parameter model yang digunakan yaitu:
2. Variabel keputusan
X1 = Biaya pemesanan
X2 = Harga beli
X3 = Biaya penyimpanan
X4 = Biaya overhead pabrik
X5 = Biaya tenaga kerja
Data penjualan masa lalu tersebut digunakan untuk menghasilkan peramalan pada tahun
berikutnya. Hasil dari peramalan digunakan untuk mengetahui minimal produk yang
harus diproduksi untuk tiap produk. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan atau
kelebihan produksi. Perhitungan peramalan untuk semua produk diolah dengan metode
regresi linier karena bentuk pola datanya tren. Setelah diketahui hasil peramalan,
berikutnya dilakukan perhitungan biaya produksi gula. Menurut Hammer dan Usry
74
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
(1994), biaya produksi atau biaya pabrikasi adalah penjumlahan dari tiga unsur biaya
yaitu bahan langsung, pekerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya bahan langsung
dan biaya pekerja langsung dapat digolongkan ke dalam kelompok biaya utama. Biaya
upah pekerja dan overhead pabrik dapat digolongkan ke dalam kelompok biaya
konversi yang menggambarkan biaya perubahan bahan langsung menjadi barang jadi.
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan mentah
menjadi barang jadi melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Tiga unsur
utama yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi memiliki tiga elemen biaya
yaitu biaya bahan baku (langsung dan tidak langsung), biaya tenaga kerja (langsung dan
tidak langsung), dan biaya overhead pabrik.
Perhitungan biaya tenaga kerja di mana rata-rata gula yang dihasilkan setiap hari
adalah 20 kwintal. Sedangkan, jumlah hari kerja pada kegiatan pabrikasi gula dalam
sebulan diasumsikan selama 26 hari kerja. Tenaga kerja yang terlibat sebanyak 10 orang
yang terdiri dari tiga supervisor, 6 operator pria, dan lima operator wanita. Gaji setiap
bulan untuk supervisor sebesar Rp. 2.000.000 dan untuk operator sebesar Rp.
1.200.000. Total gaji untuk semua tenaga kerja dalam sebulan sebesar Rp. 58.600.000.
Kuantitas rata-rata gula yang dihasilkan dalam satu bulan sebanyak 600 kwintal. Jadi,
total biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan untuk satu kwintal sebesar Rp.
62.307,69.
Setelah diketahui biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, selanjutnya adalah
menghitung biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik menggambarkan biaya
perubahan bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya overhead pabrik diperoleh diluar
dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik
meliputi perlengkapan pabrik, pajak bumi dan bangunan, pemeliharaan dan reparasi,
penerangan dan listrik, dan biaya overhead pabrik lainnya. Total biaya overhead pabrik
dalam sebulan sebesar Rp. 30.000.000 dengan rata-rata kwintal yang dihasilkan dalam
sebulan sebanyak 600 kg, maka biaya overhead pabrik untuk satu kwintal sebesar Rp.
38.461,54.
Berdasarkan tabel biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik, maka dapat
diketahui total biaya produksi untuk satu kwintal. Total biaya produksi gula untuk satu
kwintal sebesar Rp. 675.269,23. Setelah diketahui total biaya produksi satu gentong,
maka berikutnya dapat diketahui biaya produksi tiap unit produk. Biaya produksi tiap
unit produk diperoleh berdasarkan jumlah hasil produksi tiap gentong dari setiap
produk.
Hasil produksi dari satu kwintal gula sebanyak 100 kg, untuk kemasan 1 bungkus besar
sebanyak 25 kg dan kemasan ukuran sedang sebanyak 10 kg. Jadi, biaya produksi
untuk tiap produk bisa diketahui. Biaya kemasan untuk produk bungkus25 kg sebesar
Rp. 600, dan untuk produk sedang 10 kg sebesar Rp. 900. Setelah diketahui biaya
kemasan untuk tiap produk, maka dapat diketahui total biaya produksi untuk tiap unit
produk.
75
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Setelah diketahui total biaya produksi untuk tiap produk, berikutnya dilakukan
perhitungan keuntungan atau laba untuk tiap produk gula tersebut. Hal ini dikarenakan
setiap perusahaan akan berharap memperoleh laba atau keuntungan dari pendapatan
yang diperolehnya, dimana pendapatan dihasilkan dari penjualan produknya.
Perbandingan biaya terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk pada
akhir periode fiskal akan menghasilkan keuntungan untuk periode tersebut (Hammer
dan Usry, 1994).
Keuntungan yang diperoleh sangat erat kaitannya dengan harga jual, harga jual tiap
produk gula termasuk dalam tingkat produsen. Harga jual untuk satu bungkus dengan
ukuran 500 ons sebesar Rp. 80.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 5.000,-.
Setelah diketahui biaya produksi dan harga jual untuk tiap unit produk, maka berikutnya
dapat diketahui keuntungan untuk tiap produk. Keuntungan ini diperoleh setelah
terjadinya penjualan produk ke konsumen. Keuntungan dapat dikatakan sebagai semua
pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari penjualan produk lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan (Supriyono, 1992). Keuntungan
tersebut nantinya akan dimaksimasi berdasarkan sumber daya yang tersedia. Proses
distribusi semua produk ke konsumen dilakukan setiap hari. Setelah diperoleh
keuntungan tiap produk, berikutnya dilakukan perhitungan optimalisasi produksi dan
maksimasi keuntungan menggunakan pemrograman linier.
Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer
(tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat), melewati jembatan timbang dengan
sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak, lokasi, jenis
tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran). Selanjutnya, truk dan
trailer yang telah dibongkar, meninggalkan pabrik melewati jembatan timbang keluar
untuk pengambilan data berat kendaraan kosong.
Pengendalian peralatan pabrik pada masing-masing stasiun melalui ruang pusat kendali
yang ditempatkan pada posisi paling leluasa bagi operator untuk memonitor aktivitas
76
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
dan berhubungan dengan petugas jaga peralatan di lapangan. Pada bagian tertentu yang
tidak memungkinkan bagi operator melihat langsung secara visual, dilengkapi dengan
kamera CCTV dari pusat ruang kendali. Sistem pengendalian menggunakan
programmable logic control (PLC) dipadukan dengan supervisory system sebagai
piranti kendali dan informasi data trending.
Data penjualan masa lalu tersebut digunakan untuk menghasilkan peramalan pada tahun
berikutnya. Hasil dari peramalan digunakan untuk mengetahui minimal produk yang
harus diproduksi untuk tiap produk. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kekurangan atau
kelebihan produksi. Perhitungan peramalan untuk semua produk diolah dengan metode
regresi linier karena bentuk pola datanya tren. Setelah diketahui hasil peramalan,
berikutnya dilakukan perhitungan biaya produksi gula. Menurut Hammer dan Usry
(1994), biaya produksi atau biaya pabrikasi adalah penjumlahan dari tiga unsur biaya
yaitu bahan langsung, pekerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya bahan langsung
dan biaya pekerja langsung dapat digolongkan ke dalam kelompok biaya utama. Biaya
upah pekerja dan overhead pabrik dapat digolongkan ke dalam kelompok biaya
konversi yang menggambarkan biaya perubahan bahan langsung menjadi barang jadi.
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan mentah
menjadi barang jadi melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Tiga unsur
77
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
utama yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi memiliki tiga elemen biaya
yaitu biaya bahan baku (langsung dan tidak langsung), biaya tenaga kerja (langsung dan
tidak langsung), dan biaya overhead pabrik.
Perhitungan biaya tenaga kerja di mana rata-rata gula yang dihasilkan setiap hari
adalah 20 kwintal. Sedangkan, jumlah hari kerja pada kegiatan pabrikasi gula dalam
sebulan diasumsikan selama 26 hari kerja. Tenaga kerja yang terlibat sebanyak 10 orang
yang terdiri dari tiga supervisor, 6 operator pria, dan lima operator wanita. Gaji setiap
bulan untuk supervisor sebesar Rp. 2.000.000 dan untuk operator sebesar Rp.
1.200.000. Total gaji untuk semua tenaga kerja dalam sebulan sebesar Rp. 58.600.000.
Kuantitas rata-rata gula yang dihasilkan dalam satu bulan sebanyak 600 kwintal. Jadi,
total biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan untuk satu kwintal sebesar Rp.
62.307,69.
Setelah diketahui biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, selanjutnya adalah
menghitung biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik menggambarkan biaya
perubahan bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya overhead pabrik diperoleh diluar
dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik
meliputi perlengkapan pabrik, pajak bumi dan bangunan, pemeliharaan dan reparasi,
penerangan dan listrik, dan biaya overhead pabrik lainnya. Total biaya overhead pabrik
dalam sebulan sebesar Rp. 30.000.000 dengan rata-rata kwintal yang dihasilkan dalam
sebulan sebanyak 600 kg, maka biaya overhead pabrik untuk satu kwintal sebesar Rp.
38.461,54.
Berdasarkan tabel biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik, maka dapat
diketahui total biaya produksi untuk satu kwintal. Total biaya produksi gula untuk satu
kwintal sebesar Rp. 675.269,23. Setelah diketahui total biaya produksi satu gentong,
maka berikutnya dapat diketahui biaya produksi tiap unit produk. Biaya produksi tiap
unit produk diperoleh berdasarkan jumlah hasil produksi tiap gentong dari setiap
produk.
Hasil produksi dari satu kwintal gula sebanyak 100 kg, untuk kemasan 1 bungkus besar
sebanyak 25 kg dan kemasan ukuran sedang sebanyak 10 kg. Jadi, biaya produksi
untuk tiap produk bisa diketahui. Biaya kemasan untuk produk bungkus25 kg sebesar
Rp. 600, dan untuk produk sedang 10 kg sebesar Rp. 900. Setelah diketahui biaya
kemasan untuk tiap produk, maka dapat diketahui total biaya produksi untuk tiap unit
produk.
Setelah diketahui total biaya produksi untuk tiap produk, berikutnya dilakukan
perhitungan keuntungan atau laba untuk tiap produk gula tersebut. Hal ini dikarenakan
setiap perusahaan akan berharap memperoleh laba atau keuntungan dari pendapatan
yang diperolehnya, dimana pendapatan dihasilkan dari penjualan produknya.
Perbandingan biaya terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk pada
akhir periode fiskal akan menghasilkan keuntungan untuk periode tersebut (Hammer
dan Usry, 1994).
78
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Keuntungan yang diperoleh sangat erat kaitannya dengan harga jual, harga jual tiap
produk gula termasuk dalam tingkat produsen. Harga jual untuk satu bungkus dengan
ukuran 500 ons sebesar Rp. 80.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 5.000,-.
Setelah diketahui biaya produksi dan harga jual untuk tiap unit produk, maka berikutnya
dapat diketahui keuntungan untuk tiap produk. Keuntungan ini diperoleh setelah
terjadinya penjualan produk ke konsumen. Keuntungan dapat dikatakan sebagai semua
pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari penjualan produk lebih besar
dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan (Supriyono, 1992). Keuntungan
tersebut nantinya akan dimaksimasi berdasarkan sumber daya yang tersedia. Proses
distribusi semua produk ke konsumen dilakukan setiap hari. Setelah diperoleh
keuntungan tiap produk, berikutnya dilakukan perhitungan optimalisasi produksi dan
maksimasi keuntungan menggunakan pemrograman linier.
Permasalahan yang akan diselesaikan adalah perencanaan kebutuhan bahan baku multi
item. Penentuan parameter model dan variabel keputusannya adalah sebagai berikut:
Permodelan dengan linear programming pada skripsi ini ditujukan atas 2 hal, yaitu
memaksimumkan keuntungan dan menimalkan biaya.
1. Menimalkan biaya :
1. a). Fungsi tujuan
Fungsi tujuan dari model ini adalah untuk meminimasi total biaya produksi gula. Total
biaya produksi terdiri dari biaya pemesanan, harga beli, biaya penyimpanan, biaya
overhead pabrik dan biaya tenaga kerja yang diolah dalam 3 departemen utama, yakni
departemen proses kimiawi, departemen pembungkusan gula dan departemen mill dan
boiler chemical pada periode waktu 10 Desember 2021 hingga 10 Januari 2022.
Berikut merupakan formulasi fungsi tujuan:
Minimal (TC) : Z = ∑100X1 + 40X2 + 20X3 + 40X4 + 50X5
…………………………….1).
Dimana :
X1 adalah biaya pemesanan
X2 adalah harga beli
X3 adalah biaya penyimpanan
X4 adalah biaya overhead pabrik
X5 adalah biaya tenaga kerja
79
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Solusi optimal dari fungsi tujuan dihitung menggunakan bantuan software WinQSB.
Setelah diperoleh solusi optimal dari ukuran lot untuk setiap kali pesan, maka dilakukan
proses perhitungan untuk menentukan banyaknya frekuensi pemesanan yang perlu
dilakukan.
Variabel keputusan dengan nilai di atas menunjukkan pengurangan biaya per unit
sebesar 81.5375 sebagai pengurangan terbesar dan 16.9231 sebagai pengurangan biaya
terkecil, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa biaya pemesanan memiliki selisih
80
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
nilai yang terbesar dengan biaya overhead pabrik, sehingga perusahaan tidak menemui
hambatan berarti dalam perencanaan produksinya dengan sistem ini.
Perbandingan antara beberapa biaya yang menghasilkan kegiatan produksi yang optimal
dapat dilihat pada gambar di bawah ini, dimana biaya pemesanan bahan baku
menempati posisi tertinggi yang memungkinkan perusahaan untuk dapat melakukan
pemilihan terhadap beberapa suplier dengan kriteria tertentu.
Hasil software pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa biaya yang paling maksimal
adalah biaya pemesanan sebesar Rp 100.000,-. dengan pengurangan biaya 81.5385
dengan biaya yang diperkenankan maksimum sebesar Rp. 18.4615. Sedangkan
kontribusi keuntungan yang paling banyak diperoleh dari produk gula 1 kg adalah pada
biaya pemesanan Rp. 100.000,- seperti yang disebutkan di atas. Peningkatan persentase
81
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Skenario-1 : Biaya overhead pabrik meningkat, harga beli bahan baku meningkat
Solusi optimal dapat diperoleh perusahaan jika meningkatkan biaya overhead pabrik
dan harga beli bahan baku, dimana perusahaan membutuhkan lebih banyak lagi tenaga
kerja yang terlibat yang bila mana menggunakan tenaga kerja yang masih ada akan
meningkatkan pendapatan mereka. Jam lembur kerja juga dapat ditingkatkan dalam hal
ini agar harga produksi yang semakin meningkat dapat menaikkan volume penjualan
yang memperbesar kemampuan dalam menutup biaya operasional yang sewaktu-waktu
terjadi hambatan. Sebagai gambaran posisi masing-masing biaya dapat diuraikan pada
diagram di bawah ini.
82
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
Biaya
Penyimpanan
Biaya
Pemesanan
Harga
Biaya
Beli Tenaga
Kerja
Biaya Over
Head
Pabrik
83
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil simpulan
sebagai berikut bahwa model pemrograman linier untuk perencanaan produksi yang
optimal dengan meminimalkan kuantitas biaya produksi pada PT.Laju Perdana Indah
dapat dilakukan dengan memformulasikan permasalahan biaya produksi di setiap
departemen.Perencanaan biaya produksi yang optimal pada perusahaan dengan
menerapakan metode linier programming berdasarkan kuantitas bahan baku yang
dibebankan akan memberikan kapasitas penyimpanan bahan baku yang dapat dikelola
menjadi kapasitas minimum Rp. 7.6923 (dalam ribuan rupiah) dengan maksimum biaya
yang diperkenalkan dalam penyimpanan Rp. 34.667 (dalam ribuan rupiah).
Adapun saran yang diberikan adalah perusahaan dapat melakukan peningkatan biaya
produksi setiap tahunnya mencapai 26% sampai 27% adalah dengan melakukan
perencanaan dalam segala hal seperti menyusun ulang anggaran biaya produksi,
meningkatkan harga jual produk, meningkatkan pasar, meningkatkan promosi, membuat
variasi produk baru dan lain-lain.Hal ini akan mempengaruhi bagaimana perusahaan di
masa mendatang dapat memperluas kapasitas produksinya dalam kemasan penjualan
dalam unit tertentu.
5. DAFTAR PUSTAKA
ASMARA, Tira, et al. Strategi Pembelajaran Pemrograman Linier Menggunakan
Metode Grafik Dan Simpleks. Teknologi Pembelajaran, 2018, 3.1.
84
Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE)
Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung
Volume 2, Nomor 1, Maret 2023 ISSN : 2962-9144 (print) / eISSN : 2962-9152 (online)
RAHAYU, Yayu Nurhayati; ARIFUDIN, Opan. Program Linier (Teori Dan Aplikasi).
2020. RAHAYU, Yayu Nurhayati; ARIFUDIN, Opan. Program Linier (Teori Dan
Aplikasi). 2020.
SUNDARY, Beby. Penerapan Program Linier dalam Optimasi Biaya Pakan Ikan
dengan Metode Simpleks (Studi Kasus PT. Indojaya Agrinusa Medan). Informasi dan
Teknologi Ilmiah, 2014.
85