Disusun Oleh:
Kelompok : 1 (satu)
Nama Anggota/NPM :
1. Amalina Shadrina /38410940 4. Gangsar Novianto /32410950
ABSTRAKSI
TINJAUAN PUSTAKA
Jadwal produksi induk atau dalam bahasa asing disebut juga dengan
master production schedule (MPS) merupakan suatu set pernyataan tentang
produk akhir dimana termasuk parts pengganti dan suku cadang dari suatu
perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output
berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu tertentu [2]. Jadwal Induk Produksi
(JIP) merupakan gambaran dari periode-periode perencanaan dimana suatu
permintaan termasuk peramalan, rencana peramalan, persediaan akhir serta
kuantitas yang dijanjikan tersedia (available to promise). Jadwal induk produksi
disusun berdasarkan perencanaan produksi agregat dan merupakan kunci
penghubung dalam rantai perencanaan dan pengendalian produksi.
Jadwal Induk Produksi (JIP) ini berkaitan dengan pemasaran, rencana
distribusi, perencanaan produksi dan perencanaan kapasitas jadwal induk produksi
ini merupakan rencana induk atau master dimana akan dijadikan suatu pedoman
utama dalam pengerjaan, kebijakan persediaan, kebijakan finansial, pembebanan
tenaga kerja, penjadwalan mesin, kebijakan alternative, subkontrak dan lain-lain.
Pembuatan dari Jadwal induk produksi ini sendiri relative sulit , karena
pemesanan bersifat tidak pasti [4]. Jadwal induk produksi merupakan suatu
rencana yang tertulis yang menunjukkan apa dan berapa banyak setiap produk
atau barang yang jadi yang akan dibuat dalam setiap periodenya untuk beberapa
periode yang akan datang [1]. Aktivitas-aktivitas pada penjadwalan induk produksi
(master production schedulling, MPS) pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana
menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (master production
schedule = MPS), memproses transaksi dari MPS, memelihara catatan MPS,
mengevaluasi efektifitas dari MPS dan memberikan laporan evaluasi dalam
periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik dan tinjauan ulang.
Penjadwalan induk produksi pada dasarnya berkaitan dengan aktifitas
melakukan empat fungsi utama adalah menyediakan atau memberikan input
utama kepada sistem perencanaan kebutuhan material dan kapasitas material and
capacity requirement planning, menjadwalkan pesanan-pesanan produksi dan
pembelian (production and purchase orders) untuk item-item pada MPS,
memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas, dan
memberikan basis pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada pelanggan.
Suatu aktivitas proses dari penjadwalan produksi induk (JIP/MPS) membutuhkan
lima input utama adalah data permintaan total merupakan salah satu sumber data
bagi proses penjadwalan produksi induk. Data dari permintaan total berkaitan
dengan ramalan penjualan (sales fore cast) dan pesanan-pesanan (orders), status
inventory berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory, stock yang
dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock), pesanan-pesanan
produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released production and purchase
orders), dan firm planned orders.
Jadwal Induk Produksi juga harus mengetahui secara akurat berapa banyak
inventori yang tersedia dan menentukan berapa banyak yang harus dipesan,
rencana produksi memberikan sekumpulan batasan kepada JIP. Jadwal Induk
Produksi harus menjumlahkannya untuk meningkatan tingkat produksi, inventori,
dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu, data perencanaan yang
berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang harus digunakan, stock
pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead time) dari masing-masing item
atau barang yang biasanya tersedia dalam file induk dari barang atau item (item
master file), dan informasi-informasi dari RCCP berupa kebutuhan kapasitas
untuk mengimpletasikan jadwal induk produksi menjadi salah satu input atau
masukan bagi MPS / JIP [2].
Tugas dan tanggung jawab profesional dari penyusunan jadwal produksi
induk (JIP) adalah membuat perubahan-perubahan pada catatan jadwal induk
produksi, mendisagregasikan suatu rencana produksi untuk menciptakan jadwal
induk produksi, menjamin bahwa keputusan-keputusan produksi yang ada dalam
JIP itu telah sesuai dengan rencana produksi, dan yang terpenting adalah
mengkomunikasikan hal-hal utama dalam JIP itu kepada bagian-bagian lain yang
terkait dalam perusahaan. Jadwal induk produksi ini membangun jalinan
komunikasi dengan bagian manufacturing, sehingga dalam hal ini bagian
manufacturing (PPIC) yang menyusun jadwal induk produksi harus
mengkomunikasikan outputnya kepada bagian-bagian lain, seperti pada bagian
pemasaran, bagian inventory atau pembelian material, bagian rekayasa, produksi,
dll. Penyusun jadwal induk produksi juga harus bertanggung jawab untuk
mengumumkan final assembly schedule. Final assembly schedule telah disusun
berdasarkan barang-barang pada produk akhir yang spesifik [2].
Beberapa kriteria-kriteria dasar pada jadwal induk produksi, yaitu sebagai
berikut, jenis barang tidak terlalu banyak, kebutuhannya dapat diramalkan,
mempunyai BOM, sehingga kebutuhan komponen dapat dihitung, dapat juga
diperhitungkan dalam penentuan kapasitas, dan menyatakan konfigurasi produk
yang dapat dikirim Sebagai suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induk
membutuhkan masukkan [2]. Beberapa pertimbangan dalam mendesain jadwal
induk produksi Pada saat akan mendesain jadwal induk produksi, perlu
diperhatikan beberapa faktor utama yang menentukan proses penjadwalan
produksi induk. Beberapa faktor utama itu adalah, lingkungan manufacturing,
struktur produk, horizon waktu perencanaan, waktu tunggu produk dan
production time fences, dan pemilihan barang-barang pada Jadwal Induk Produksi
(JIP) [2].
Perencanaan agregrat adalah suatu perencanaan produksi jangka
menengah yang horizon waktu perencanaan biasanya sekitar satu sampai dua
puluh empat bulau atau biasanya bervariasi dari satu sampai tiga tahun. Horizon
waktu tersebut tergantung pada karakteristik produksi atau produk dan jangka
waktu produksinya. Periode peramalan dan perencanaan disesuaikan dengan
periode peramalan, biasanya satu bulanan. Kebutuhan produksi selama satu
horizon waktu perencanaan tidak akan selalu stabil dan konstan setiap periodenya.
Hal ini disebabkan oleh pola permintaan pada permintaan periodenya bervariasi.
Selain mempunyai variasi random atau acak, ada juga yang mengikuti pola
musiman, pola siklis, maupun pola trend [3].
Tujuan umum dari perencanaan produksi agregrat adalah penggunaan
yang produktif baik atas sumber daya manusia maupun sumber daya
perlengkapan. Perencanaan agregat berawal dari perencanaan strategi bisnis yang
terkait dengan peramalan permintaan produksi atau forecasting. Perencanaan
Agregat didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan ke bulan dan
sumber daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya
produksi, jumlah supplier dan sub kontraktor) dengan asumsi-asumsi kapasitas
produksi relatif tetap. Prakteknya sering terjadi proyeksi permintaan yang tidak
konstan yang akan meningkatkan kesulitan dalam pembuatan perencanaan
produksinya dan menyusun suatu rencana dimana produksi bisa memenuhi
permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber atau
alternatif-alternatif yang tersedia dengan biaya yang paling minimum dari
keseluruhan produk. Perencanaan agregrat adalah merupakan langkah awal dari
aktivitas-aktivitas perencanaan produksi yang dipakai pedoman untuk langkah
selanjutnya, yaitu penyusunan jadwal induk produksi atau disingkat JIP [4].
Langkah-langkah dalam perencanaan agregat adalah input atau masukan
hasil dari peramalan, kapasitas mesin dan tenaga kerja, jam kerja, dan lain-lain,
ubah seluruh variabel menjadi satu satuan ukuran, tentukan kebijaksanaan
perusahaan dan pilih satu atau beberapa strategi perencanaan, tentukan model
mana yang akan dipakai sesuai kriteria ongkos terendah. Perencanaan produksi
atau production planning dan proses perencanaan kebutuhan sumber daya atau
disebut resource requirements planning (RRP) termasuk dalam tingkat
perencanaan strategik yang dilakukan oleh manajemen puncak (top management ).
Perencanaan produksi dan kebutuhan sumber daya berada pada level yang sama,
dan merupakan level pertama dari hierarki perencanaan prioritas dan perencanaan
kapasitas [3].
Perhitungan jadwal induk produksi ini terdapat empat metode yang
digunakan dalam melakukan perhitungan. Berikut ini akan dijelaskan metode apa
saja yang akan digunakan adalah metode tenaga kerja tetap, metode tenaga kerja
berubah, metode sub kontrak, dan metode transportasi [2]. Metode tenaga kerja
tetap melakukan variasi tingkat persediaan dengan cara mempertahankan rata-rata
tingkat produksi yang tetap dan menyimpan kelebihan produksi pada bulan-bulan
tertentu untuk digunakan pada bulan-bulan lain yang mengalami kelebihan
permintaan. Apabila jumlah produksi lebih tinggi dari permintaan, kelebihan
produksi itu disimpan sebagai persediaan. Jika jumlah produksi lebih kecil
daripada permintaan, kekurangan-kekurangan pada produksi diambil dari
persediaan. Berikut ini adalah rumus dari metode tenaga kerja tetap, yaitu [2].
RMH = TK x HK x JK
TK
Wb x ( Demand Inventory )
( HK x JK )
ℎ ℎ
=
(∑ )
(∑ − )
=
( )
METODOLOGI PENULISAN
Tabel 1.
Hasil Peramalan Metode Regresi Linier
Indeks Penjualan Hasil
Bln Ramalan
Waktu(x) Aktual Peramalan
Jan 1 628 625,33 626
Feb 2 614 627,02 627
Mar 3 632 628,81 629
Apr 4 637 630,6 631
Mei 5 629 632,39 632
Jun 6 636 634,18 635
Jul 7 647 635,97 636
Ags 8 637 637,76 638
Sep 9 635 639,55 640
Okt 10 636 641,34 642
Nov 11 648 643,13 644
Des 12 642 644,92 645
78 7621
Tabel 3.
Rencana Kebutuhan Produksi Agregat
Inventory Permintaan Safety Kebutuhan Inventory
Bulan
Awal (Forecast) Stock Produksi Akhir
1 50 626 157 733 157
2 157 627 157 627 157
3 157 629 158 630 158
4 158 631 158 631 158
5 158 632 158 632 158
6 158 635 159 636 159
7 159 636 159 636 159
8 159 638 160 639 160
9 160 640 160 640 160
10 160 642 161 643 161
11 161 644 161 644 161
12 161 645 162 646 162
Total 1798 7625 1910 7737 1910
Tabel 4.
Perbandingan Total Ongkos
Jumlah Tenaga Kerja Total Ongkos
Tka = 1 orang TK Rp 19.995.000
Tkb = 2 orang TK Rp 20.838.750
Tabel 5.
Perhitungan Metode Tenaga Kerja Tetap
Over Unit
Sub Inventory
Periode Demand HK RMH UPRT Man Produced
Kontrak Akhir
Hour OT
1 626 27 216 636 54 0 0 10
2 627 24 192 565 48 62 0 0
3 629 26 208 612 53 17 0 33
4 631 26 208 612 52 19 0 31
5 632 27 216 636 54 0 0 54
6 635 25 200 589 50 46 0 4
7 636 27 216 636 54 0 0 50
Tabel 5.
Perhitungan Metode Tenaga Kerja Tetap (Lanjutan)
8 638 27 216 636 54 2 0 48
9 640 25 200 589 50 51 0 0
10 642 27 216 636 54 6 0 44
11 644 26 208 612 52 32 0 18
12 645 26 208 612 52 33 0 17
Total 7625 313 2504 7371 627 268 0 359
Kolom 1 = Periode 1 – 12
Kolom 2 = Dari kebutuhan Produksi
Kolom 3 = Hari kerja sesuai ketentuan
Kolom 4 = Total TK x HK x JK
= 1 x 27 x 8 = 216
Kolom 5 = RMH : Wb
= 216 : 0,34 = 636
Kolom 6 = 25% x RMH
= 25% x 216 = 54
Kolom 7 = Demand – UPRT
= 626 – 636 = - 10 ≈ 0
Kolom 8 = (25% x UPRT) – Demand – UPRT
= (25% x 636) – 626 – 636 = -1103 ≈ 0
Kolom 9 = UPRT + Inventory – Demand
= 636 + 0 – 626 = 10
Berdasarkan hasil dari perhitungan tabel diatas, maka dapat diketahui total
ongkos produksi dengan menggunakan metode tenaga kerja tetap. Berikut ini
merupakan perhitungan ongkos RT, OT, Inventory, dan total ongkos produksi.
Tabel perhitungan tenaga kerja berubah diatas terdiri dari 10 kolom yaitu
kolom periode, demand, HK, ∑TK, UPRT, RMHP, RMH, hiring, lay off, dan
under time. Berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing kolom yang
terdapat dalam tabel perhitungan tenaga kerja berubah.
Kolom 1 = Periode 1 – 12
Kolom 2 = Demand
Kolom 3 = Hari kerja sesuai ketentuan
Kolom 4 = Dari setiap periode (dibulatkan ke atas)
(Demand x Wb)
= ∑TK =
(∑HK × JK)
(626 x 0,34)
= ∑TK = = 0,9854 ≈ 1
(27 × 8)
Kolom 5 = UPRT = Demand
Kolom 6 = RMHP
= UPRT x Wb
= 626 x 0,34 = 212,84 ≈ 213
Kolom 7 = RMH
= ∑TK x HK x JK
= 1 x 27 x 8 = 216
Kolom 8 = Hiring
= Penambahan Tenaga Kerja
Kolom 9 = Lay Off
= Pengurangan Tenaga Kerja
Kolom 10 = Under Time
= RMH – RMHP
= 216 – 212,84 = 3,16 ≈ 4
Tabel 7.
Ongkos Produksi Metode Tenaga Kerja Berubah
Ongkos Ongkos Lay Ongkos Under
Periode Ongkos RT Hiring Off Time
1 Rp1.565.000 − − Rp 10.000
2 Rp1.567.500 Rp1.050.000 − Rp 427.500
3 Rp1.572.500 − − Rp 507.500
4 Rp1.577.500 − − Rp 505.000
5 Rp1.580.000 − Rp1.050.000 Rp 5.000
6 Rp1.587.500 Rp1.050.000 − Rp 462.500
7 Rp1.590.000 − − Rp 540.000
8 Rp1.595.000 − − Rp 540.000
9 Rp1.600.000 − − Rp 457.500
10 Rp1.605.000 − − Rp 535.000
11 Rp1.610.000 − − Rp 495.000
12 Rp1.612.500 − − Rp 492.500
Total Rp19.062.500 Rp2.100.000 Rp1.050.000 Rp 4.977.500
Perhitungan dengan TK a = 1
Total Produksi RT = (a x JK x ∑ HK) / Wb
= (1 x 8 x 313) / 0,34
= 7365 unit
Kekurangan produksi = ∑ Demand – Inventory awal – total produksi RT
= 7737– 0 – 7365
= 372 unit
Ongkos RT = Total produksi RT x Biaya RT / unit
= 7365 x Rp 2500
= Rp. 18.412.500
Ongkos OT = Kekurangan Produksi x Biaya OT / unit
= 372 x Rp 3750
= Rp. 1.395.000
Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos OT
= Rp 18.412.500 + Rp. 1.395.000
= Rp. 19. 807.500
Perhitungan dengan TK b = 2
Total Produksi RT = (b x JK x ∑ HK) / Wb
= (2 x 8 x 313) / 0,34
= 14730 unit
Inventory = Total Produksi RT – (∑ Demand – Inventory Awal)
= 14730 – (7737 – 0)
= 6993 unit
Ongkos RT = (∑ Demand – Inventory) x Ongkos RT / unit
= (7737 – 0) x Rp 2500
= Rp. 19.342.500
Ongkos Inventory = ∑ Inventory x Ongkos Inventory / unit
= 6993 x Rp 250
= Rp. 1.748.250
Total Ongkos = Ongkos RT + Ongkos Inventory
= Rp 19.342.500 + 1.748.250
= Rp. 21.090.750
Berdasarkan hasil perhitungan, dapat diketahui bahwa tenaga kerja (TK)
yang digunakan yaitu a = 1 orang tenaga kerja (pembulatan ke bawah). Hal ini
ditentukan sebab total ongkos yang terkecil adalah dengan tenaga kerja 1 orang.
Tahap perhitungan selanjutnya adalah menghitung besarnya Kapasitas Tersedia
(KT) untuk masing-masing periode. Berikut ini adalah contoh perhitungan
kapasitas tersedia untuk periode pertama.
KT RT = (∑ TK x HK x JK) / Wb
= (1 x 27 x 8) / 0,34
= 635 unit
KT OT = 25% x KT RT
= 25% x 635
= 159 unit
KT SC = 25% x (KT RT + KT OT)
= 25% x (635 + 159)
= 199 unit
Tabel 8.
Kapasitas Tersedia Setiap Periode
Periode TK HK KT RT KT OT KT SC
1 1 27 635 159 199
2 1 24 565 164 182
3 1 26 612 153 192
4 1 26 612 153 192
5 1 27 635 159 199
6 1 25 589 148 185
7 1 27 635 159 199
8 1 27 635 159 199
9 1 25 589 148 185
10 1 27 635 159 199
11 1 26 612 153 192
12 1 26 612 153 192
Tabel 9.
Perhitungan Metode Transportasi
Sumber BULAN
KT KTT
Persediaan(0) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250
RT 635
635
3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500
1 OT 159 111
98
5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500 7750
SC 199
2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750 5000
RT 565
565
3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000 6250
2 OT 164 102
62
5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250 7500
SC 182
2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500 4750
RT 612
612
3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750 6000
3 OT 153 135
18
5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000 7250
SC 192
2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250 4500
RT 612
612
3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500 5750
4 OT 153 134
19
5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750 7000
SC 192
2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000 4250
RT 635 2
632
3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250 5500
5 OT 159
5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500 6750
SC 199
2500 2750 3000 3250 3500 3750 4000
RT 589
589
3750 4000 4250 4500 4750 5000 5250
6 OT 148 101
47
5000 5250 5500 5750 6000 6250 6500
SC 185
2500 2750 3000 3250 3500 3750
RT 635
635
3750 4000 4250 4500 4750 5000
7 OT 159 158
1
5000 5250 5500 5750 6000 6250
SC 199
2500 2750 3000 3250 3500
RT 635
635
3750 4000 4250 4500 4750
8 OT 159 155
4
5000 5250 5500 5750 6000
SC 199
2500 2750 3000 3250
RT 589
589
3750 4000 4250 4500
9 OT 148 97
51
5000 5250 5500 5750
SC 185
2500 2750 3000
RT 635
635
3750 4000 4250
10 OT 159 151
8
5000 5250 5500
SC 199
2500 2750
RT 612
612
3750 4000
11 OT 153 121
32
5000 5250
SC 192
2500
RT 612
612
3750
12 OT 153 119
34
5000
SC 192
DEMAND 733 627 630 631 632 636 636 639 640 643 644 646 1386
Tabel 10.
Ongkos Produksi dengan Metode Transportasi
Periode Ongkos RT Ongkos OT Ongkos SC
1 1587500 367500 -
2 1412500 232500 -
3 1530000 67500 -
4 1530000 71250 -
5 1580000 - -
6 1472500 176250 -
7 1587500 3750 -
8 1587500 15000 -
9 1472500 191250 -
10 1587500 30000 -
11 1530000 120000 -
12 1530000 127500 -
Total 18407500 1402500 0
Tabel 11.
Perbandingan Total Ongkos Produksi Rak Pajangan
Metode Total Ongkos Produksi
Tenaga Kerja Tetap Rp 19.522.250,-
Tenaga Kerja Berubah Rp 27.190.000,-
Transportasi Rp 19.810.000,-
DAFTAR PUSTAKA
[2] Gasperz, Vincent. 2004. Production Planning And Inventory Control. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.