Anda di halaman 1dari 6

PROFIL KLINIKOPATOLOGI DAN MOLEKULAR DISTROFI OTOT DUCHENNE DAN BECKER DI RS.

DR SARDJITO,
YOGYAKARTA, INDONESIA
ERY KUS DWIANINGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Penyakit distrofi otot Duchenne dan Becker (Duchenne Muscular

Dystrophy/DMD dan Becker Muscular Dystophy/BMD) merupakan penyakit

kongenital terkait kromosom X yang disebabkan adanya mutasi pada gen

distrofin. Distrofi otot Duchenne merupakan penyakit otot turunan yang tersering,

mempengaruhi 1 per 3500 kelahiran bayi laki-laki (Takeshima et al. 2010).

Penyakit ini ditandai dengan kelemahan otot yang progresif sejak balita. Individu

yang terkena, sering kehilangan kemampuan berjalannya sebelum usia 12 tahun.

Sebelum dekade ketiga, pasien sering meninggal karena gagal nafas atau gagal

jantung. BMD adalah penyakit yang menyerupai DMD namun memiliki progresi

penyakit yang lebih lambat, pasien biasanya masih mampu berjalan hingga lebih

dari usia 16 tahun dan bahkan dapat menjalani kehidupan yang normal

(Takeshima et al. 2010). Pada masa infantil, DMD maupun BMD dapat dideteksi

melalui peningkatan CK (Creatine Kinase) pada serum, sejak sebelum kelemahan

otot bermanifestasi (Zatz et al. 1991).

Gen distrofin merupakan salah satu gen terbesar dalam genom manusia

dengan ukuran lebih dari 3 Mb pada kromosom X, memilki 79 ekson serta

mengkode 14 kb mRNA. Kurang dari 1% dari total gen akan ditranskripsi

menjadi RNA matur melalui proses splicing yang sangat banyak sehingga

berkontribusi besar terhadap kejadian mutasi pada gen ini (Ahn and Kunkel

1993). Distrofin merupakan komponen esensial dari kompleks distrofin-

1
PROFIL KLINIKOPATOLOGI DAN MOLEKULAR DISTROFI OTOT DUCHENNE DAN BECKER DI RS.
DR SARDJITO, 2
YOGYAKARTA, INDONESIA
ERY KUS DWIANINGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

glikoprotein (dystrophin-glycoprotein complex atau DGC) yang berfungsi penting

untuk mempertahankan integritas membran serabut otot. Pada DMD, tidak adanya

produksi distrofin akan menginduksi terjadinya kelemahan otot yang

berkelanjutan, yang pada akhirnya menimbulkan kematian prematur dari individu

dengan mutasi pada gen distrofin. Pada BMD, distrofin yang fungsional sebagian

masih terproduksi sehingga memberikan manifestasi fenotip yang lebih ringan

dibandingkan DMD, dengan angka harapan hidup yang lebih tinggi (Ervasti and

Campbell 1991; Koenig, Monaco, and Kunkel 1988; Koenig et al. 1989; Hoffman

et al. 1988).

Progresi klinis DMD maupun BMD dapat diprediksi melalui pola

gangguan dari mutasi yang terjadi, apakah mengubah reading frame translasional

mRNA menjadi out-of-frame (distrofin sama sekali tidak terbentuk) ataukah in-

frame (produksi parsial protein distrofin) (Monaco et al. 1988). Salah satu strategi

terapi yang cukup menjanjikan adalah dengan mengubah DMD yang disebabkan

oleh mutasi out-of-frame menjadi BMD yang in-frame dengan menginduksi exon

skipping (Takeshima et al. 1995; Pramono et al. 1996).

Skrining DMD atau BMD dapat dilakukan dengan observasi kadar CK

pada serum darah. Adanya Gower’s sign dan waddling gait pada anak laki-laki

serta riwayat keluarga juga menjadi pemicu diadakannya investigasi terhadap

penyakit DMD/ BMD (Bushby et al. 2010a).

Pemerikasaan imunohistokimia (IHK) dan analisis genetik dari biopsi otot

merupakan pemeriksaan baku emas untuk DMD/ BMD. Namun, kedua

pemeriksaan tersebut belum dilaksanakan sebagai pemeriksaan rutin di Indonesia.

Oleh karena itu, data detail pasien DMD/BMD di Indonesia, terutama dari aspek
PROFIL KLINIKOPATOLOGI DAN MOLEKULAR DISTROFI OTOT DUCHENNE DAN BECKER DI RS.
DR SARDJITO, 3
YOGYAKARTA, INDONESIA
ERY KUS DWIANINGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

genetik, belum tersedia hingga saat ini. Terapi masa depan untuk DMD, misalnya

terapi exon skipping menggunakan antisense oligonucleotide atau small molecule,

sangat berhubungan dengan karakteristik mutasi dari seorang individu. Mutasi

yang berbeda akan memberi pendekatan yang berbeda pula dalam terapi. Dengan

demikian, data mengenai mutasi gen distrofin akan sangat penting untuk

pendekatan terapi DMD/ BMD.

Penelitian ini dilakukan terhadap sampel biopsi otot pasien DMD/ BMD di

Rumah Sakit dr. Sardjito selama tahun 2010-2015. Penelitian ini dilakukan untuk

melihat keterkaitan gejala klinis dan histopatologi jaringan dengan pemeriksaan

IHK serta analisis mutasi delesi pada regio hotspot dari gen distrofin (exon 52).

Pada pasien DMD, protein distrofin sama sekali tidak akan terdeteksi karena sama

sekali tidak terbentuk. Pada pasien BMD, distrofin akan tercat lemah atau patchy

karena distrofin terbentuk sebagian meskipun tidak sempurna. Sampel biopsi otot

yang memberikan hasil positif terhadap pengecatan distrofin akan dianalisis lebih

lanjut untuk mengetahui letak mutasi delesi pada gen distrofin. Analisis genetik

akan memberikan data berharga mengenai spektrum mutasi pada gen distrofin di

Indonesia. Hal ini penting untuk lebih memahami kejadian penyakit DMD/ BMD

di Indonesia. Adanya data mengenai mutasi gen distrofin juga akan memberikan

kesempatan untuk pengembangan terapi targeted pada kasus DMD/ BMD di

Indonesia.

I.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah profil klinis dan histopatologi pasien DMD/BMD di

Rumah Sakit Dr. Sardjito selama tahun 2010-2015?


PROFIL KLINIKOPATOLOGI DAN MOLEKULAR DISTROFI OTOT DUCHENNE DAN BECKER DI RS.
DR SARDJITO, 4
YOGYAKARTA, INDONESIA
ERY KUS DWIANINGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Apakah pemeriksaan IHK menggunakan antibodi distrofin membantu

konfirmasi diagnosis antara DMD dengan BMD?

3. Bagaimanakah hubungan profil klinis dan histopatologi biopsi otot dengan

hasil pemeriksaan IHK distrofin pada pasien DMD dan BMD.

4. Bagimanakah spektrum mutasi delesi pada area hotspot (exon 52) dari gen

distrofin pada pasien DMD/BMD di RS. Dr. Sardjito?

I.3. Keaslian Penelitian

Tabel 1. Keaslian Penelitian


Penulis Judul Metode & subyek Hasil
(Wedhanto Duchenne muscular Laporan kasus DMD, Profil klinis : pseudohipertrofi betis, atrofi
and Siregar dystrophy satu pasien di otot, kontraktur, kelemahan ekstremitas,
2007) RSCM/FKUI skoliosis
Pemeriksaan histopatologi : variasi ukuran
berkas otot, degenerasi otot, peningkatan
internal nuclei dan fibrosis.
Hasil EMG : myopati
Pemeriksaan genetik : delesi exon 45 gen
distrofin
Terapi : kortikosteroid , fisioterapi dan alat
bantu.
(Swaminat Duchenne muscular Study prospektif dari Profil Klinis: kelemahan otot proksimal
han et al. dystrophy: A clinical, 112 pasien yang ektremitas bawah, 90% hipertrofi betis, IQ
2009) histopathological and dicurigai DMD subnormal
genetic study at a Imunohistokimia: tidak adanya distrofin
neurology tertiary dan mutasi delesi.
care center in
southern India
(Takeshima Mutation spectrum of Study retrospektif Pemeriksaan genetik : 80% kasus adalah
et al. 2010) the dystrophin gene pada 442 kasus DMD, 61% dengan mutasi delesi, mutasi
in 442 DMD/BMD di Kobe delesi tunggal di exon 52, 44 and 45.
Duchenne/Becker University
muscular dystrophy
cases from one
Japanese referral
center

(Na et al. Clinical, Study retrospektif : Profil Klinis : gait abnormal (75.0%) ,
2013) immunohistochemical review klinis, kelemahan simetris otot ektremitas bawah
, Western blot, and immunohistokimia, (90%), riwayat keluarga (29.2%) , mean
genetic analysis in western blot ,dan serum CK 14,144 IU/L dan mean IQ 81
dystrophinopathy analisis mutasi delesi Pemeriksaan histopatologi: myopati dan
pada 24 pasien distrofinopati.
distrofinopati. Multiplex PCR : delesi exons 45 (54%)
and 47 (46%).
PROFIL KLINIKOPATOLOGI DAN MOLEKULAR DISTROFI OTOT DUCHENNE DAN BECKER DI RS.
DR SARDJITO, 5
YOGYAKARTA, INDONESIA
ERY KUS DWIANINGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Meskipun analisis molekular dan genetik telah dilakukan secara rutin di berbagai

negara, di Indonesia hingga saat ini hanya terdapat satu penelitian yang pernah

dilaporkan berupa laporan kasus yang dipublikasi pada tahun 2007 (Wedhanto

and Siregar 2007). Data profil klinis, histopatologi, molekular maupun genetik

dari pasien DMD/ BMD di Indonesia belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Peneliti tertarik untuk dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas

diagnosis serta penyajian profil klinis, histopatologi, molekular maupun genetik

dari pasien DMD/ BMD di Indonesia sebagai langkah awal menuju penerapan

terapi individual di masa datang.

I.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui profil klinis dan histopatologi dari pasien DMD/BMD

di Rumah Sakit Dr. Sardjito selama tahun 2010-2015.

2. Mengkonfirmasi diagnosis DMD dan BMD berdasarkan pemeriksaan

klinis dan morfologi jaringan otot dengan pemeriksaan IHK distrofin.

3. Mengetahui hubungan profil klinis dan histopatologi biopsi otot dengan

hasil pemeriksaan IHK distrofin pada pasien DMD dan BMD.

4. Mengetahui spektrum mutasi delesi pada area hotspot (exon 52) pada gen

distrofin dari pasien DMD/ BMD di Yogyakarta, Indonesia.

I.5. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini menyajikan data epidemiologi dan karakteristik klinis pasien

DMD/ BMD selama lima tahun, yaitu tahun 2010-2015 di RS. Dr.

Sardjito, Yogyakarta, Indonesia.


PROFIL KLINIKOPATOLOGI DAN MOLEKULAR DISTROFI OTOT DUCHENNE DAN BECKER DI RS.
DR SARDJITO, 6
YOGYAKARTA, INDONESIA
ERY KUS DWIANINGSIH
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Penelitan ini akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap

profil klinis, histopatologi dan molekular dari penyakit DMD/ BMD yang

terjadi di Indonesia.

3. Penelitian ini dapat berkontribusi positif dalam proses penegakan

diagnosis penyakit DMD/ BMD di Indonesia karena selama ini diagnosis

DMD/ BMD belum secara rutin meenggunakan metode analisis molekular

maupun genetik.

4. Penelitian ini dapat memberikan gambaran spektrum mutasi delesi pada

regio hotspot dari gen distrofin yang di masa yang akan datang akan

bermanfaat untuk proses terapi targeted, misalnya menggunakan metode

exon skipping.

Anda mungkin juga menyukai