PDF Caras y Gestos Compress

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 66

 

DMD
(Duchenne Muscular
Dystrophy)
MODUL PEDIATRI
PEDIATRI
KELOMPOK
KELOMPOK B D3
2021
 

 NAMA KELOMP
KELOMPOK 
OK 

1 Luthfi
Putra Arifudin
(151810213009)
2 Caraka
CahyatriDewi
(151810213018)

Uslifah Izmarilda
3 Yusrianti 4 Aulia Aviola
(151810213027)
(151810213023)
 

DEFINISI DMD
Distrofi muskular Duchenne adalah suatu
penyakit otot herediter yang disebabkan
oleh mutasi genetik pada gen dystropin
yang diturunkan secara x-linked resesif
mengakibatkan kemero-sotan dan
hilangnya kekuatan otot secara progresif.
 

EPIDEMIOLOGI DMD
Hampir 1 kasus dari 3300 kelahiran hidup bayi laki-
laki. Bentuk paling sering dari penyakit ini adalah
x-linked resesif (ibu carrier), 70% dari kasus pria
dengan kelainan ini mewarisi mutasinya dari ibu
yang membawa satu salinan gen DMD hampir 30%
kasus terjadi mutasi spontan.

Di dunia diperkirakan mencapai 15,9 sampai 19,5


per 100.000 kelahiran hidup. Pada laki-laki,
prevalensi DMD diperkirakan berkisar antara 0,1– 
1,8 per 10.000 individu.
 

ETIOLOGI DMD
Mutasi pada gen dystropin pada kromosom X
berupa delesi, duplikasi dan mutasi titik (point
mutations)

Tidak dihasilkannya protein dystropin

atau ter
atau terjadi
jadi defisiensi
struktur dan kelainan
dystropin.
Kira-kira 60% pasien distrofi muskular Duchenne
terjadi mutasi secara delesi dan 40% merupakan

akibat mutasi-mutasi kecil dan penduplikasian.


 

PATOFISIOLOGI DMD
Distrofin adalah protein sitoskeletal besar yang memfasilitasi interaksi
antara sitoskeleton, membran sel, dan matriks ekstraseluler. Itu terletak di
membran plasma di jaringan otot dan non-otot. Distrofin merupakan bagian
penting dari dystrophin-glycoprotein complex   (DGC), yang berperan penting
sebagai unit struktural otot. Pada Duchenne Muscular Dystrophy   (DMD),
protein distrofin dan dystrophin-glycoprotein complex   (DGC) hilang,

menyebabkan kerapuhan dan permeabilitas membran yang berlebihan,


disregulasi homeostasis kalsium, kerusakan oksidatif. Faktor-faktor ini
memainkan peran penting dalam nekrosis sel otot. Seiring bertambahnya usia
pasien Duchenne Muscular Dystrophy   (DMD), kapasitas regeneratif otot
tampaknya habis, dan jaringan ikat dan adiposa secara bertahap
 
men antikan sera
ratt otot Venu o al & Pavlakis 2020 .

KLASIFIKASI MUSKULAR
DISTROFI
1. Becker

2.
3. Congenital
Duchenne
4. Distal
5. Emery-Dreifuss
6. Facioscapulohumeral
7. Limb Girdle
8. Myotonic
9. Oculopharyngeal
 

Gejala Klinis
Gejala Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) biasanya baru
muncul pada usia anak-anak sekitar dua hingga enam
tahun. Penderita terlihat normal pada masa bayi. Gejala
DMD bervariasi, meliputi:
• Kesulitan berjalan
berjalan atau bahkan ttidak
idak bisa ber
berjalan
jalan sama
sekali.
• Betis yang membesar.
• Tidak bisa
bis a bela
belajar
jar ((ter
terjadi
jadi pada sepertiga penderita
dmd).
•• Kurangnya
Kondisi fatikperkembangan
atau kelelahanketerampilan
keterampilan mot
berat. motorik.
orik.
 
• Kelemahan ada tan an kaki an ul dan leher an

KOMPLIKASI
• Komplikasi Muskuloskelet
Musk uloskeletal
al
pasien mengalami kifosis, lordosis , skoliosis. Fraktur tulang panjang

sering dialami karena


dilaporkan(Yiu terjatuh,
EM et al, 2008). dan osteoporosis juga sering

• Komplikasi Respirasi

Pada kondisi progresif, otot pernapasan dapat ikut terganggu


sehingga pasien mungkin membutuhkan ventilator. Kapasitas vital
pasien meningkat hingga usia 10 tahun, tetapi setelahnya akan mulai
menurun 8-12% per tahun. Ketika kapasitas vital mencapai kurang dari 1
L, risiko kematian dalam 1-2 tahun berikutnya turut meningkat (Yiu EM
et al, 2008).
 

• Komplikasi Kardiovaskular
Distrofi otot dapat mengurangi efisiensi kerja otot jantung (kardiomiopati) yang
dapat mulai terlihat pada usia 10 tahun ke atas dan dapat berakhir pada gagal
jantung.. Pasien juga sering mengalami aritmia, termasuk premature ventricular
jantung
beats dan
complex or sustained ventricular ectopy (Yiu EM et al, 2008).

• Gangguan Menelan
Apabila otot faring ikut mengalami gangguan, pasien dapat kesulitan menelan dan
berisiko mengalami malnutrisi. Selain itu, komplik
komplikasi
asi ini akan mempermudah
terjadinya pneumonia aspirasi (Yiu EM et al, 2008).

• Hipertermia Maligna
Hubungan antara hipertermia maligna dengan DMD belum diketahui dengan jelas,
tetapi pasien DMD memiliki risiko mengalami hipertermia maligna apabila terpapar
dengan anestesi inhalasi seperti halothane atau succinylcholine (Yiu EM et al, 2008).
 

STATUS
KLINIS
 

PASIEN
KETERANGAN UMUM
PENDERITA :
• No Register : 1001012020*******

•NUmam
ura :: 8
AnT.aAhun
• Jenis Kelam
lamin : Laki- ki-Laki
• A gam a : Islam
• Alamat : Surabaya
• Pekerjaan :-
 

DATA-DATA MEDIS RUMAH


SAKIT
Diagnosa : :
Diagnosa :
locomotor disturbance ec DMD
Catatan Me
Catatan Medis
dis :
Pasien baru rujukan dari poli anak dengan diagnosa DMD dikonsulkan ke tim
rehabilitasi medik untuk dilakukan EMG dan fisioterapi.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan EMG: CMAP: N.Peroneus kiri low amplitude
N.Peroneus kanan low amplitude
SNAP:N.Suralis kanan dan kiri normal responsr
M. Rectus Fem kanan aktvts spontan(-), neurogenic MUAP
M.Tib.ant kana aktvts spontan(-),neurogenic MUAP
M.deltoid kiri: aktvts spontan(-), neurogenic MUAP
Impression: secara neurofisiologi klinis suatu muscle disease
Pemeriksaan USG:USG: Saat ini parenkim hepar tampak baik, tak tampak tanda
tanda sirosis hepatitis
 

DATA-DATA MEDIS RUMAH


SAKIT :
Hasil Konsultasi
dr. Rehabilitasi medik : berikan tindakan fisioterapi berupa
breathing exc aktif, AROM exc AGA/AGB D/S, AAROM exc ankle
dorsoflexor D/S dan hip extensor D, koreksi postur, strengthening
exercise dengan bermain sesuai toleransi pasien
Tindakan Medis
Terapi Invasif :
Riwayat pemakaian obat :
ACTYLCYSTEIN 200 MG ( 02/02/2021)
VIT B1 50 MG TABLET ( 02/02/2021)
VIT B6 10 MG ( 02/02/2021)
Curcuma Tablet ( 01/04/2021)
 

PEMERIKSAAN FISIOTERAPI :
A. Heteroanamnesis (01/04/2021)
KU : :  Riwayat Natal :
Pasien sering terjatuh sejak 1 tahun yang lalu, saat Lahir SC, BBL : + 3300 gr.
berjalan at
atau
au berlari tiba tiba ter
terjatuh,
jatuh, semakin menangis kuat, sianosis (-)
lama semakin sering jatuh. Bila ingin berdiri dari Riwayat pasca natal :
posisi duduk harus mencani pegangan, pasien imunisasi lengkap, kejang
juga sering terjatuh ketika menggunakan toilet demam saat usia 1th 3 bulan
jongkok. Pasien bisa bersepeda tetapi tidak kejang 5 menit (MRS 4hari)
sejauh dulu, pasien lebih mudah capek, di sekolah RPD : -
: -
mengikuti pelajaran olahraga yang ringan saja. RPK : :  sepupu laki laki 2 orang
Pasien
Riwayattidak mengeluh nyen
Perkembangan : / tebal kesemutan. (sama
meninggal saat SMA
lelaki tidak bisa dan SMP,
berjalan,
Milestone : angkat kepala (bulan), ttengkur
engkurapap (5 dan meninggal karena sesak )
bulan), duduk (9 bulan), merangkak (9 bulan), jalan RPP : :  -
(1 tahun 8 bulan)
RPS : : 
Riwayat Antenatal :
Anak ke 1, hamil usia 37 th, rutin kontrol di dokter
 
Sp. OG, USG (), vitamin (+)

B. Pemeriksaan
Pemeriksaan
Pemeriksaa nT Fisik Vital
Tanda
anda : Pemeriksaan Umum
Inspeksi (01/04/2021)
(01/04/2021) Statis :
Kesadaran :456 Calf pseudo hipertrofi +/+
Tensi : 90/60 MmHg Hiperlordosis
Hiperlordosi s+
Nadi : 80x/menit Winging scapula +
Temperatur : 36,0ºC Dinamis :
Tinggi Ba
Badan : 11112 cm
cm wadling gait +
Berat Badan : 15 k g Gower sign +
RR : 16x/menit Palpasi
Hamstring tightness +/+
Ilotibial tightness +/+
 

Pemeriksaan Gerak MMT 


Pemeriksaan MMT  (1
(1)) Glut
luteus
eus med
mediius :
Gerak aktif : (01/04/2021)
(1
(1)) Uppe
Upperr trap
trape
ezius
zius : 6/6ialis
(2) Tib
Tibialis an
ante
terioriorr :
Ekstremitas Atas : Normal
11/11 3/3
Ekstremitas Bawah : Terbatas (3)
(3) Ab
Abdo
domi
mina
nalilis
s : 11/11
11/11
pada gerakan dorso fleksi ankle (2
(2)) Lower
ower tra
trape
pezi
zius
us :
Total: 255/ 308x100%=
11/11
Gerak Pasif : (3
(3)) Rhomb
Rhomboioide
deus
us : 11/1
11/111 82,79%
Ekstremitas Atas : Normal (4
(4)) De
Deltltoi
oide
deus
us : 111/
1/11
11 Pemeriksaan Reflek :
Ekstremitas bawah : Normal (5
(5)) Pe
Pect
ctor
oral
alis
is : 11
11/1
/111 (01/04/2021)
Pemeriksaan Khusus (FT. A/FT. (6
(6)) Tri
rice
ceps
ps bra
brachchiiii : Fisiologis : : BPR +2/+2,
B/FT. C/FT. D) 11/11 TPR +2/+2. KPR +2/+2,
Pemeriksaan ROM (01/04/2021) (7
(7)) Serr
Serra atu
tus
s an
antt : 11/1
11/111 APR +2/+2 
+2/+2 
Ankle dorso, plantar D/S : (8
(8)) Lattis
11/11 ttisim
imus
us dor
dorsi
si : Patologis : Babinski (-) ,
S: 20° -0° -45° / 10° -0° -45° Hoffman tromner (-)
(9
(9)) IlIlio
iops
psoaoass : 9/9
9/9  
Normal :( S : 20° – 0° – 45° / 20° – (10))
(10 Qua
Quadri drisep
sep : 6/
6/6
6
0° - 45° ) (1
(11)
1) Gl
Glut uteu
euss maxi
maximumus s: Pemeriksaan skala
3/6 nyeri (WBS)
(01/04/2021)
Nyeri gerak : 4
Nyeri diam : 0
 

Borg Scale

13 : Somewhat hard
 

TES TIUP
Pasien tidak dapat meniup lilin sepanjang lengan anak itu sendiri.
Normalnya dapat meniup lilin ± 75 cm atau sepanjang lengan anak itu
sendiri.

TES HITUNG
Pasien dapat melakukan Tes hitung 1 – 25 dengan cara yang :
bersangkutan disuruh mengambil nafas dalam, lalu mulai menghitung
tanpa mengambil nafas dalam lagi.
 

Pemeriksaan fungsional (01/04/2021)


(01/04/2021)::
North Star Ambulatory Assessment (NSAA)

Total = 12/ 34= 35,2%


 

Pemeriksaan fungsional (01/04/2021)


(01/04/2021)::
Brooke and Vignos scales

Brooke scale for upper extremities: grade 1


Interpretasi : Starting
: Starting with arms at the sides, the patient can abduct the arms in a
full circle until they touch above the head

Vignos scale: for


Interpretasi lower
Walks extremities:
unassisted and grade 4 chair but cannot climb stairs
rises from
 

DIAGNOSA FISIOTERAPI
(01/04/2021) :
Problem Kapasitas Fisik : Problem Kemampuan Fungsional :
1. Terdapat nyeri gerak pada 1. Kesulitan berdiri
ankle dorsofleksi 2. Ter
erda
dapa
patt kes
esul
ulit
itan
an be
berrjala
jalan
n da
dan
n be
berl
rlar
arii
2. Penurunan ROM ankle 3
4.. K
Je
as
launlitbaenrjn
na
inajiikt tta
angga
dorso fleksi
3. Penuru
run
nan kekuatan otot 5. Kesulita
itan saat toilet leting
AGB
AG B 6. Kesulitan m me elompat
4. Terdapa
patt tightness pada
otot hamstring dan iliotibial Problem Partisipasi Sosial :
7. Me
Memi
mililiki
ki keter
erba
battas
asa
an u
un
ntuk
tuk b
ber
erm
main
ain
5. Pasien mudah Lelah
6. Terdapat w wiinging sc
scapula dengan teman seusianya
8. Me
Memi
mililiki
ki k
ke
eter
erba
battas
asa
an un
untu
tuk
kmmen
engi
giku
kuti
ti
kegiatan
kegiat an sekolah terutama olahraga
 

TUJUAN FISIOTERAPI
(01/04/2021) :
Tujuan Jangka Pendek : Tujuan Jangka Panjang :
1. Mengurangi ny
nyeri 1. Meningkatkan kemampuan
2. Meng
engurangi tightnes
ness pada
pada 2. berdiri
M eningkatkan kke
emampuan
otot hamstring dan iliotibial
3. Meningkatkan ROROM ddoorso berjalan
ber jalan dan berlari
fleksi ankle 3. Meningkatkan k ke
emampuan
naik turun tangga
4..
5 Menin
Men
e mingk
pgka
era
btkan
tk
aian
ki pk
kek
oekua
stuat
ur tan ot
otot 4. Meningkatkan kekemampuan
toileting
6. Mencegah penurunan
ekspansi thorak
 

RENCANA TINDAKAN :
3. Kompres Hangat atau dingin
1. Breathing
Br eathing ex
exc
c Tujuan: Untuk mengatasi nyeri saat ankle
a. Yoga
Yoga Breathing Exercise dorsoflexi
Tujuan : 4. Stretching exercise
Untuk meningkatkan fungsi Tujuan :
pernafasan pada pasien (Rodrigues, • Untuk mencegah terjadinya kontraktur

et al., 2014) •

Untuk menurunkan kekakuan otot
Meningkatkan sirkulasi darah ke otot
b. Deep Breathing Exercise • Membantu mempertahankan panjang
Tujuan : otot dari waktu ke waktu
Membantu mengembangkan paru- • Mengurangi nyeri

paru sepenuhnya
paru-paru, dan menempatkan
otot pernapasan, dan (5.Muscular Dystrophy
Aktif AROM UK, 2015)
exc AGA/AGB D/S
dinding dada melalui ROM yang baik Tujuan: mempertahankan ROM yang
(Simonds, 2007) sudah normal, meningka
meningkatkan
tkan ROM yang
mengalamai penurunan (Alemdaroğlu, I et
2. Assisted coughing atau ‘huffing’ al, 2015).
Tujuan : 6. AAROM exc ankle dorsoflexor D/S dan
Membersihkan sekresi pada saat hip extensor D
infeksi dada (Simonds, 2007) Tujuan: meningkatkan ROM yang
 

RENCANA TINDAKAN :
7. Koreksi postur 8. Strengthening exercise
a. Push Up Plus Tujuan : meningkatkan dan
Tujuan : Penguatan otot serratus mempertahankan mobilitas sendi
anterior untuk mengurangi
m engurangi derajat
derajat dan kekuatan otot
otot hip ext, knee ext,
winging scapula. ankle df, shoulder abd, elbow ext,
b. Scapular Bracing wrist ext, radial dan ulnar dev, serta
Tujuan : Membantu mengurangi meningkatkan kemampuan
derajat
dera jat winging scapula. fungsional.
c. AFO

Tujuan : Streching
bawah untuk ekstremitas
membantu mengurangi
kontraktur plantar fleksi yang
progresif, meningkatkan jarak
berjalan,
berjalan, meningkatkan kecepatan
berjalan dan panjang langkah,
mengurangi nyeri Calf Muscle (W.
Bromwich et al., 2011)
 

RENCANA TINDAKAN :
9. Aquatic therapy
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan batuk
peak cough flow / PCF (Huguet-rodr
and Arias-bur, 2020 )
Meningkatkan kemampuan
fungsional (Huguet-rodr and Arias-
bur, 2020 )
meningkatkan sosialisasi, relaksasi,

kualitas
pada anakhidup,
(A dan persepsi
(Atamturk
tamturk and A diri
Atamturk,
tamturk,
2018)

10. Edukasi
Tujuan
Tujuan : untuk memudahkan kegiatan
kegiatan
pasien dalam bersosial mapun
beraktifitas.
 

PELAKSANA
AN :
 

BREATHING EXERCISE :
a. Yoga Breathing Exercise
1. Kapalabhati
Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping
pasien
Posisi Pasien :
Pasien : Duduk dengan nyaman
dengan tulang punggung lurus dan
kedua tulang duduk sejajar
menyentuh permukaan lantai
Pelaksanaan : Tarik nafas secara
Pelaksanaan :
pasif (tanpa usaha berarti, tidak
terlalu dalam) dan membuang nafas
dengan lebih cepat dan kuat dari
biasanya dengan paksaan.
 

2. Uddiyana
Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping
pasien
Posisi Pasien :
Pasien : Duduk dengan
nyaman
lurus dandengan
kedua tulang punggung
duduk
sejajar menyentuh permukaan
lantai
Pelaksanaan : Apnea setelah
Pelaksanaan :
ekspirasi paksa, diikuti oleh
ekspansi toraks (dicapai tanpa
menghirup) dan penutupan glotis
glotis
secara sukarela
 

3. Agnisara
Posisii Terapi
Posis Terapiss : Berada di samping
pasien
Posisi Pasien :
Pasien : Duduk dengan
nyaman dengan tulang punggung
lurus dan kedua tulang duduk
seja
sejajar
jar menyentuh permukaan
permu kaan
lantai

Pelaksanaan : : Terdiri dari


Pelaksanaan
kontraksi maksimal diikuti dengan
kontraksi
proyeksi abdomen selama apnea
setelah
setelah ekspirasi paksa
 

b. Deep Breathing Exercise


Posisi Terapis
erapis :
 : Terapis berdiri di depan pasien
agak menyamping,
pada bagian lateralke 2 tangan
dari terapis diletakkan
lower costae.
Posisi Pasien :
Pasien : Duduk bersandar pada bantal
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
Pasien diminta untuk inspirasi sedalam mungkin
melalui hidung, mengeluarkan melalui mulut
(mencucu) secara rileks.
Anjurkan pasien untuk mengulang latihan tiap jam
pada siang hari. (saat pasien tidak tidur)
Bila pasien sudah dapat melakukan latihan deep
breathing, latihan nafas dapat di tingkatkan ke
teknik latihan nafas yang lebih sulit.
Dosis : :
Dosis
Repetisi
Repe tisi : 3 – 5 x pengulangan tiap session,
istirahat 1 – 2 menit (3 – 4 session).
Dura
Du rasi
si : 110
0 – 15 me
meni
nit.
t.
Freku
rekuensi
ensi : 3 – 5 x/
x/hari
hari..
 

Assisted Coughing atau


‘Huffing’
Posisi Terapis : Berada di samping pasien
Terapis :
Posisi Pasien :
Pasien : Duduk dengan nyaman
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
Pasien diminta untuk melakukan inspirasi maksimal 2 kali , yang
ke 3 inspirasi lalu tahan napas dan batukkan dengan kuat 2 x.
Terapis dapat mem
membantu
bantu mengembangkan
mengembang kan dada di wilayah ini
dengan meletakkan tangan mereka di atas tulang rusuk
bagian bawah.
 

KOMPRES HANGAT
Tujuan :
mengontrol nyeri dan bengkak dengan memperlambat aliran darah .
Pelaksanaan :
Pelaksanaan
1. Balutkan kain pada hot pack untuk mencegah kontak
kontak langsung hot
hot
pack dengan kulit
2. Aplikasi kan ke pasien
3. Tanya apa y
yang
ang dirasakan
dirasa kan pasien

Dosis :
4-6 kali setiap hari selama tidak lebih dari 20 menit setiap kali.
 

Stretching Exercise
1. Stretch for the Ankles
Posisi Terapis
erapis : : Berada di samping pasien.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring terlent
terlentang
ang dengan
nyaman dan rileks.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Letakkan satu tangan
jari mengarah ke tumit.di telapak kaki dengan
• Pegang tumit dengan kuat tapi lembut di antara
jari dan ibu jari.
• Pegang lutut lurus dengan tangan lainnya tetapi
jangan menekannya.
• Dengan lembut, tapi kuat, tarik tumit ke bawah,
seolah mencoba membuat kaki lebih panjang,
dan dorong bagian depan kaki ke atas ke sudut
kanan (dorsofleksi) atau sejauh mungkin.
• Tahan selama 15-20 detik.
 

2. Stretch for the Knees


Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping
pasien.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring

terlentang
rileks. dengan nyaman dan
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Tekuk satu kaki sehingga
seh ingga
pinggul dan lutut berada pada
sudut 90º.
• Luruskan lutut secara bertahap
dengan menjaga paha tetap
stabil.
• Kaki lainnya harus tetap
tetap rata.
 

3. Stretch for the Hips (A)


Posisi Terapis :
Terapis : Berdiri di belakang dan
letakkan satu tangan di panggul pasien
untuk menahannya dan selipkan tangan
yang lain di bawah paha bawah kaki
bagian atas.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring di satu
sisi dengan kaki bagian bawah ditekuk
dan kaki bagian atas lurus.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Tarik kaki ke belakang ke arah terapis,

jadi regangkan fleksor pinggul di


sepanjang bagian depan sendi
pinggul.
• Pastikan panggul stabil dan gunakan
tubuh terapis untuk menstabilkan
punggung bawah pasien.
• Ulangi peregangan di sisi lain.
 

3. Stretch
Posisi for the
Terapis
Terapis : Hips (B)
 : Berada di samping
pasien.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring
terlentang dengan nyaman dan
rileks.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Kaki yang tidak direntangkan
ditekuk ke arah dada dan
dipegang dalam posisi itu oleh
terapis atau, jika memungkinkan,
oleh pasien.
• LeLetakkan
takkan tangan terapis tepat di
atas lutut kaki yang akan
diregangkan
ke bawah. dan berikan tekanan
• Ulangi dengan kaki lainnya.
 

3. Stretch for the Hips (C)


Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping
pasien.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien tengkurap dengan
nyaman dan rileks.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
Letakkan
Letakkan tangan yang paling dekat
dengan kepala pasien dengan kuat di
pantat pasien dan tekan ke bawah.
Gunakan tangan yang lain untuk
memegang di bawah paha kaki yang
paling dekat dengan anda dan angkat
kaki sejauh mungkin.

Catt. : pada pasien hiperlordosis


ditambahkan ganjalan bantal pada
 

4. Iliotibial stretch (A)


Posisi Terapis :
Terapis : Berdiri di sisi
berlawanan dari kaki yang akan
diregangkan.

Posisi
dengan Pasien
Pasien :
 : Pasien
nyaman tengkurap
dan rileks.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Le
Letakkan
takkan tangan yang paling dekat
dengan kepala pasien dengan kuat
di pantat
pantat pasien dan tekan ke
bawah.
• Gunakan tangan yang lain untuk
memegang di bawah paha kaki
yang paling jauh dari dan angkat
kaki sejauh mungkin lalu tarik ke
arah anda.
 

4. Iliotibial stretch (B)


Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping
pasien
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring
miring dengan kaki terentang paling
atas dan lutut lurus, lalu kaki yang
berada di bawah tertekuk.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Gunakan tangan dan kaki untuk
stabilisasi pelvis.
• Gerakkan kaki paling atas se sejauh
jauh
mungkin ke belakang dengan
lembut.
• Berikan tekanan kuat ke bawah
di lutut.

5 Stretch for the Elbows


Posisi Terapis :
Terapis : Berdiri di sisi yang
sama dengan siku yang akan
diregangkan.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring
terlentang dengan nyaman dan rileks.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Pegang lengan atas dengan kuat di
satu tangan sambil menjaga
telapak tangan pasien menghadap
ke atas.
• Pegang pergelangan tangan
dengan tangan yang lain dan
berikan tekanan lembut ke bawah
untuk meluruskan siku.

6. Stretch for the Elbow and Wrist


Posisi Terapis :
Terapis : Berdiri di sisi yang sama
dengan siku yang akan diregangkan.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring terlentang
dengan nyaman dan rileks.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan

Pegang lenganmenjaga
tangan sambil atas dengan kuattangan
telapak di satu
pasien menghadap ke atas.
• Turunkan tangan yang lain untuk
memegang tangan pasien tersebut.
Genggaman harus seolah-olah sedang
berjabat
ber jabat tangan tetapi dengan jari-
jari-jari
jari
terulur ke pergelangan tangan.
• Jaga bahu tetap diam dan dengan siku
ditekuk 90º, cukup putar lengan bawah
sehingga tangan pasien menghadap ke
atas.
 

7. Stretch for the Wrist, Elbow and Fingers

(A)
Posisi Terapis :
Terapis : Berdiri di sisi yang sama
dengan siku yang akan diregangkan.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring terlentang
dengan nyaman dan rileks.
Pelaksanaan  :
Pelaksanaan :
• Gunakan satu tangan untuk menopang
lengan bawah di dekat sendi
pergelangan tangan. Jaga siku pasien
tetap
tetap lurus.
lurus .
• Letakkan telapak tangan yang lain di
telapak tangan pasien.
• Gerakkan pergelangan tangan ke
belakang, coba jaga agar jari-jari

tetap lurus (jika terlipat dan ditekuk


akan mengurangi regangan pada
tendon yang kencang di pergelangan
 

7. Stretch
Fingers (B)for the Wrist, Elbow and
Posisi Terapis :
Terapis : Berdiri di sisi yang
sama dengan siku yang akan
diregangkan.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring
terlentang dengan tangan di pinggir
bed.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Pegang lengan atas dengan satu
tangan.
• Letakkan tangan yang lain di bawah
telapak tangan dan jari-jari tangan
pasien dan luruskan siku, jaga agar
pergelangan tangan pasien tetap
tertekuk dan jari jari terulur.

8. Self-Stretch for the Calf


Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping
pasien.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berdiri
menghadap ke dinding.
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Kaki belakang dan lutut harus
tetap lurus dengan tumit di lantai,
jari-jari kaki mengarah ke dinding.
• Pasien mencondongkan
arah dinding, tubuh ke
dengan menjaga
bagian bawah tetap masuk,
sampai pasien bisa merasakan
peregangan di betis kaki
belakang.
 

9. Self-Stretch for the Knees (A)


Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping pasien.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien duduk di lantai atau
permukaan yang keras dengan pinggul
menempel ke dinding dan posisi tulang
punggung lurus mungkin.

•Pelaksanaan
Pelaksanaan : :
Satu kaki direntangkan di depan, sedikit
ke satu sisi, dengan lutut selurus
mungkin, jari-jari kaki harus mengarah
ke atas.
• Kaki lainnya ditekuk sehingga kaki
menyentuh paha bagian dalam dari kaki
lurus.
• Duduk dalam posisi ini akan
meregangkan otot hamstring kaki yang
lurus, tetapi peregangan dapat
ditingkatkan dengan mencondongkan
tubuh ke depan.
 

9. Self-Stretch for the Knees (B)


Posisi Terapis :
Terapis : Berada di samping
pasien.
Posisi Pasien :
Pasien : Pasien berbaring

telent
telentang
angsebuah
samping di ambang pintu atau
tiang. atau di
Pelaksanaan : :
Pelaksanaan
• Pasien menempatkan kaki untuk
direntangkan pada rangka pintu
atau tiang.
atau tian g.
• Lutut sedikit ditekuk dan bagian
bawahnya dekat dengan dinding.
• Kaki lainnya lurus ke lantai.
• Luruskan lutut.
 

Exc AGA/AGB D/S


AROM Exc
Posisi pasien : Duduk
Posisi terapis : Disamping pasien
Pelaksanaan :
• Minta pasien untuk melakukan gerakan
yang di instruksikan oleh terapi secara aktif
baik sisi kiri maupun kanan secara
bergantian.
• Shoulder : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
internal dan eksternal rotasi

•• Elbow : fleksi,
Wrist: flexi ekstensi
ekstensi,
extensi, , supinasi,
radial deviasi,pronasi
ulnar
deviasi
• Hip: fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
internal dan eksternal rotasi
• Knee: fleksi, ekstensi
• Ankle: dorsoflexi,
do rsoflexi, plantarflexi,
plantarflexi, inversi, eversi
Dosis : 8x repetisi
 

AAROM Exc Ankle Dorsoflexor Dorsoflexor


D/Sterapis : Disamping pasien
Posisi pasien : Telantang
Posisi
Pelaksanaan :
• Minta pasien untuk melakukan
gerakan Ankle dorsoflexi tanpa
ada tahanan tetapi dengan
sedikit bantuan baik sisi kiri
maupun kanan
Dosis : 8x
: 8x repetisi
 

AAROM Exc Hip Extensor


D
P
Posisi
osisi pasien : Duduk
Posisi terapis : Disamping pasien
Pelaksanaan :
• Minta pasien untuk melakukan
gerakan hip extensi tanpa ada
tahanan tetapi dengan sedikit
bantuan sisi kanan
Dosis : 8x repetisi
 

Koreksi Postur 
1. Push Up Plus
Posis Terapis : Disamping pasien.
Posisi Pasien : Kneeling.
Pelaksanaan :
• Arahkan pasien dalam posisi
pushup kneeling.
• Terapis membantu pasi
pasien
en untuk
membentuk posisi pushup plus
dengan mengarahkan pasien untuk
menekan
membantukarea lantai danposisi
membentuk terapis
membulatkan punggung.
• Arahkan pasien untuk melakukan
gerakan.
Dosis : 10-15x, 3x repitisi (Normand, 2016).
Dosis : 10 15x, 3x repitisi (Normand, 2016).

2. Scapular Bracing
Posis Terapis : Membantu
memasangkan brace.
Posisi Pasien : Berdiri.
Tujuan : Membantu
: Membantu mengurangi
derajat
dera jat winging scapula.
Pelaksanaan :
• Pasien menggunakan brace
dengan dibantu dengan terapis.
Dosis : dipakai
aktivitas 12 jam sehariselama
dan berlangsung selama6
bulan (Vastamaki et. al, 2015).
 

3. Ankle Foot Orthosis (AFO)


Posis Terapis : Membantu
memasangkan AFO.
Posisi Pasien : duduk rilek dengan
lutut fleksi ( calf muscle rileks )
Pelaksanaan :
1. Pasien menggunakan AFO
dengan dibantu terapis.
Dosis : Dipakai saat tidak sedang
berjalan pada malam hari atau siang
hari.
 

Strengthening Exercise
Dynamic Leg and Arm Training
Posisi Terapis : Disamping pasien
untuk mengarahkan.
Posisi Pasien : Duduk.
Pelaksanaan :
• Terapis mengarahkan pa
pasien
sien
anak untuk mengayuh seperti
mengayuh sepeda menggunakan
kaki dan lengan.
Dosis : 30 menit (15 menit latihan kaki
dan 15 menit latihan lengan, dapat
diselingi istirahat), 5x seminggu
dengan capaian 700-1000 putara
putarann
selama anak tidak merasa lelah
(Jansen, et al., 2010).

Aquat
Aquatic
ic Teraph
Teraphyy
Tata laksana :
Posisi terapis : selalu disamping pasien
Pelaksanaan :
1. Latihan Meluncur

• Minta dia mengatupkan tangannya di atas


kepala dan mendorong dinding untuk melihat
seberapa jauh dia bisa meluncur dengan satu
tarikan napas atau sampai tubuhnya
mengapung ke permukaan.
• Untuk mengurangi beban pada bahu, minta dia
meletakkan tangannya di samping sebelum
mendorong dari dinding.
• Saat meluncur dia bisa berpura-pura
berenang seperti hiu, ka
katak,
tak, lumba lumba, ular,
dll untuk mendapatkan lebih banyak mobilitas
ke berbagai arah (naik / turun / samping) dan
 
membuatn a lleebih m
me
en enan kan.

2. Latiha
han
n Kon
Kontr
trol
ol Nafas
fas

• Meminta pasien un
untuk
tuk mengambi
mengambill napas sebanyak
mungkin sebelum memainkan salah satu aktivitas
berikut.
• Cari mainan kolam renang di bawah air tetapi alih-
alih berenang dalam atau jauh untuk
mengambilnya, letakkan mainan tersebut dalam
jangkauan lengan dan beri dia perint
perintahah bahwa dia
harus mengambilnya. Misalnya: katakan, “Ke bawah
dan ambil cincin merah, kuning, lalu cincin jingga
naik”.

• Berlatihlah membuat gelembung di bawah air


Berlatihlah
sampai nafas habis. Untuk aktivitas kontrol napas,
lihat apakah dia bisa mengeluarkan satu
gelembung besar dalam satu waktu.
 

3. La
Latih
tihan
an Ri
Rilek
leksas
sasii dan Pereg
Peregang
angan
an
• Meminta pasien melakukan
peregangan calf muscle dan
hamstring.
• Sambil mengapung menghadap ke
atas, lakukan gerakan seperti “snow
angel" secara perlahan dan dengan
berbagai macam gerakan dari bahu
dan pinggulnya.
• Sementara dia mengambang
dengan tangan di atas kepalanya,
pegang tangannya dan tarik dia
perlahan lahan melintasi kolam
dalam garis zig-zag menciptakan
gerakan seperti ular pada
 

Dosis :
45 menit direkomendasikan dua kali seminggu, rata-rata selama 21 minggu dan dengan suhu
air rata-rata 32,7 ° C (Cordeiro, 2019)

Catatan :
• Menggunakan skala vignos atau instrumen lain untuk menentukan stadium
penyakit sangat penting untuk mengidentifikasi efek terapi fisik akuatik
pada berbagai tahapan penyakit dan memverifikasi efek intervensi ini di

masa mendatang.
digunakan Selain
(Cordeiro, itu, north star ambulatory assessment harus
2019).

• Seiring perkembangan penyakit, ada peningkatan risiko perubahan paru


dan jantung. Oleh karena itu, penting untuk memantau dan menilai individu2
ini secara berkala, serta menentukan tindakan keamanan untuk pasien ini
(cordeiro, 2019)

Edukasi
Memberikan Edukasi kepada pasien dan orangtua pasien . Dengan cara
akomodasi ( penyesuaian
penyesuaian diri ) harus ditentukan
ditentukan di sekolah un
untuk
tuk
memungkinkan hal-hal berikut ini (Poysky, 2021) :
• Modifikasi aktivitas yang mungkin berbahaya bagi otot (misalnya,
pendidikan jasmani adaptif);
• Kompensasi untuk berkurangnya energi atau kelelahan (mis., Berjalan jauh );
• Menangani keamanan (misalnya, aktivitas taman bermain);
• Menangani aksesibilitas (misalnya, teknologi pendukung dan naik tangga);
• Layanan pendidikan khusus harus diberikan kepada anak-anak DMD
dengan perhatian tambahan pada pembelajaran, perilaku, dan psikososial.
• Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan DMD di antara personel
sekolah.
 

Edukasi untuk keluarga pasien:


• Saat di rumah tetap melatih arom aarom,
kompres hangat, dll
• Memakaikan AFO
AFO
• Menyesuaik
Menyesuaikanan fasilitas aktifitas fungsional
pasien di rumah
 

EV
EVALUASI
ALUASI ( 12/04
12/04/202
/2021)
1)
S : kekuat
kekuatan
an oto
otott ma
masih
sih tetap, terdapat peningkatan ROM dorsofle
dors oflexi xi ankle,
ank le,
masih terdapat tightness pada otot iliotibial dan hamstring, masih
kesulitan untuk berdiri, masih belum dapat melompat
Pemeriksaan MMT 
MMT  (1)
(1) latt
lattis
isim
imus
us dors
dorsi:i: 11/1
11/111
O: (12/04/2021) (2 ) Il iops
opso as:
as: 9/
9/ 9
(1) Uppe (3) Quad
Upperr trap
trape adrrisep: 6/
ezi
zius 6/6
us:: 11
11/1
/111
Kesadaran :456 (2
(2)) lowe
lowerr trap
trape ezius
zius:: 11/1
11/111 (4)
(4) 3/6
glut
gluteu
eus s maxi
maximumus: s:
Tensi : 90/60 MmHg (3
(3)) Rh
Rhom
omboboid
ideu
eus: s: 11/1
11/111
(5
(5)) glut
gluteu
eus s medi
medius us:: 6/
6/66
(4
(4)) Delt
Deltoi
oide
deusus:: 11/1
11/111
Nadi : 80x/menit (5
(5)) Pect
Pector
oral
alis
is:: 11/1
11/111 (6)
(6) tibi
tibial
alis
is a
an
nter
erioior:
r: 3/3
3/3
(6
(6)) tr
tric
icep
epss brac
brachi hii:i: 11/1
11/111 (7)
(7) Ab
Abdo
domimina
nali
lis:
s: 11/1
11/111
Tempe
mpera
ratu
turr : 336,
6,0
0ºC Total: 255/ 308x100%=
(7
(7)) se
serr
rra
atu
tuss an
ant: 11/1
11/111
Ti
Ting
nggi
gi Bada
Badan n : 11
112
2 cm 82,79%

Berat B
Ba
adan : 115 5k kg
g
RR : 16x/menit
 

EVALUASI
Pemeriksaan skala nyeri (WBS)
(12/04/2021)
Nyeri gerak: 3
Nyeri diam: 0
Borg scale: 13somewhat hard
NSAA: Total = 12/ 34= 35,2%
Brook scale for upper extremities: grade 1
Interpretasi : Starting
: Starting with arms at the sides, the patient can abduct the arms
in a full circle until they touch above the head
Vignos scale for lower extremities: grade 4
Interpretasi : Walks unassisted and rises from chair but cannot climb stairs
A: DMD duchenne muscular distrophy
P: breathing exc, stretching exc,
exc, arom ex
exc,
c, aarom exc,
exc, koreksi postur,
stregthneing exc, aquatic therapy, edukasi

PROGNOSA
Quo ad vitam : bonam (baik)
Quo ad functionam : malam
(buruk)
Quo ad sanam : malam (buruk)
Quo ad cosmeticam : malam
(buruk)
 
 

Pasien laki laki RESUME


an. A berusia 8 tahun dengan
diagnosis DMD memiliki problema kapasitas fisik,
kemampuan fungsional, dan partisipasi sosial.
Diberikan intervensi
intervensi fisioterapi berupa breathing
exc, stretching exc, arom exc, aarom exc, koreksi
postur, strengthening exc, aquatic therapy, edukasi.
Didapatkan hasil evaluasi peningkatan rom ankle
dan penurunan nyeri gerak dorsofleksi menjadi 3.
 

PERTANYAAN
1. Srimawati KEL C : komplikasi apa saja kedepannya dalam
kondisi pasien tsb ?
2. Maratus KEL.D : apabila pasien tidak dapat berenang apa
upaya yg dilakukan FTX ?
3. Farich
Faricha
a KEL A : apa
apa penyeba
penyebab b dari psidh
psidhohi
ohiper
pertro
tropy
py pada
pada
pasien ini ?
4. Aulia
Aulia dwi
dwi KEL
KEL E : apak
apakah
ah pasi
pasienen ini
ini tergo
tergolon
longg pasien
pasien DMD
DMD
yang memiliki progresifitas tinggi ?
 

Terima Kasih!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourcompany.com
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo
Slidesgo,, including icons by Flaticon
Flaticon,,
infographics & images by by Freepik 
Freepik 

Anda mungkin juga menyukai