Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan komparatif adalah disiplin ilmu yang mempelajari aspek sistem


pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai latar belakang, baik yang ada dalam satu bangsa
maupun antarbangsa yang berbeda. Oleh karena itu,, pendidikan komparatif juga ikut
mendorong kepada banyak pihak untuk melakukan kajian-kajian tidak hanya pada tataran
penyelenggaraaan sistem-sistem pendidikan, tetapi juga kajian pada aspek kehidupan di luar
sistem pendidikan suatu bangasa.
Banyak ahli pendidikan komparatif menyakini bahwa salah satu factor penyebab
terjadinya kemunduran peradaban suatu bangsa adalah kemandegan praktek penyelenggaraan
pendidikannya. Sedangkan penyebab terjadinya kemandegan penyelenggaraan pendidikan
antara lain adalah rendahnya tingkat inovasi pendidikan. Lalu rendahnya tingkat inovasi
pendidikan antara lain adalah kurangnya membandingkan praktek pendidikannya dengan
praktek pendidikan bangsa lain.
Pernyataan diatas senada dengan apa yang dikatakan Harold J. Noah (Postletwaite
dalam Roman. 2010) bahwa dengan melakukan perbandingan pendidkan antarbangsa kita
dapat memeperoleh pengetahuan tentang keadaan pendidikan dibeberapa negara dan
kawasan. Dengan mengetahuai keadaan pendidikan di banyak negara atau kawasan, kita
dapat mengambil manfaat positif dari pengetahuan tersebut unutk diterapkan dalam
membangin pendidikan di negeri sendiri. .
Oleh karena itu, kami mencoba untuk melakukan komparasi terhadap sisstem
pendidikan di Negara lain, khususunya di Negara Perancis. Hal ini kami lakukan atas dasar
aspek historis yang dimiliki oleh Negara tersebut bahwa Perancis merupakan sautu unit
politik yang dipersatukan oleh penjajahan Romawi Kuno, dimana Bangsa Romawi memiliki
peran yang sangat signifikan akan perkembangan ilmunya, terutama dalam hal pendidkan.
Selain itu, memandang adanya kesamaan dalam politik dan pemerintahan dimana Perancis
dan Indonesia sama-sama merupakan Negara jajahan bangsa lain yang memiliki keinginan
kuat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Usaha ini dilakukan dengan jalan yang
sama yakni dicetuskan melalui sebuah tulisan dari tokoh yang sangat peduli akan pentingnya
suatu pendidikan, yakni Rebelains (dari Petancis) dan Ki Hajar Dewanotoro (dari Indonesia).
Juga didukung dengan adanya kesamaan pemikiran akan pentingnya pendidikan dalam
membangun bangsa menjadi lebih maju.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Potret Pendidikan di Indonesia

Kelompok Negara terbanyak yang ada di dunia adalah Negara berkembang, dan
Indonesia termasuk salah satu diantaranya. Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945, terjadi perubahan pada pemerintahan, demikian juga pada bidang
pendidikan. Perubahan yang dilakukan cukup mendasar, yaitu menyangkut penyesuaian dasar
dan tujuan pendidikan, sistem persekolahan, dan isi pendidikan seusia dengan aspirasi bangsa
dan negara merdeka untuk memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada rakyat
Indonesia.
Sehari setelah proklamasi, bangsa Indonesia menetapkan UUD 1945, sekaligus
menetapakan falsafah dan dasar negara, yaitu Pancasila, yang kemudian dijadikan dasar
pendidikan nasional. Dasar pendidikan nasional dirumuskan sebagai berikut:” Pendidikan
dan pengajaran berdasarkan asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, UUD R, dan asas
kebudayaan Indonesia” (Bab III, Pasal 4). Dalam UUD No. 4 tahun 1950, Bab II, Pasal 3,
tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah membentuk manusia susila yang cakap dan
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat
dan tanah air.
Secara umum sistem pendidkan yang terjadi di Indonesia bersifat demokratsis,
meskipun pada pelaksanaannya sering terjadi berbagai perubahan dalam kurikulum dan
pelaksanaan pendidikan sendiri. Sejak awal kemerdekaan hingga saat ini Indonesia telah
mengalami enam kali perubahan kurikulum. Yakni, pada rentang waktu tahun 1945-1949
dikeluarkan Kurikulum 1947. Tahun 1950-1961, ditetapkan Kurikulum 1952.
Kurikulum, pada masa Orde Lama adalah Kurikulum 1964, sedangkan untuk masa orde baru
diterapkan kurikulum 1994, KBK, dan terakhir adalah KTSP.
Perubahan kurikulum ini adalah satu upaya penting yang dilakukan oleh Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran
sehingga lebih sesuai dengan keinginan dan cita-cita bangsa Indonesia. Selain itu, tujuan lain
dari perubahan ini yakni untuk mewujudkan Indonesia yang mampu beradaptasi dengan
perubahan global sehingga Indonesia pun mampu unutk bersaing pada tingkat Internasional,
khususnya dalam bidang pendidikan.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berdampak
pada penyerahan sebagian wewenang dari pusat ke daerah. Dalam hal ini pemerintah
menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah
pembiayaan pun menjadi kewenangan sekolah. Otonomi daerah diartikan sebagai
kewenangan daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan diharapkan dapat mensejahterakan rakyat setempat, meringankan beban
hidup, memberi jaminan kelayakan hidup, terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan
pendidikan serta harapan-harapan menggembirakan lainnya.
Pemerintah mempunyai peranan dalam bidang pendidikan, selain pemerintah pusat, Sektor
pendidikan termasuk bagian dari sektor pembangunan yang didesentralisasikan. Pasal 13 Ayat (1) huruf f UU
No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah menegaskan, “Urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi: penyelenggaraan
pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial.” Sedangkan dalam Pasal 14 Ayat (1) huruf f
menjelaskan, “Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota
merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi: penyelenggaraan pendidikan.”
Jadi pada awalnya Indonesia menganut sistem sentralisasi. Sehingga semua sistem
pengajaran diserahkan kepada pusat. Namun, pada tahun 1998 seiring dengan adanya
reformasi, maka munculah semangat desentralisasi, demokratisasi, dan globalisasi yang pada
akhirnya menuntut pada kemnadirian untuk melakukan otonomi terhadap pendidikan
dimasing-masing wilayah. Sehingga yang terjadi saat ini, tidak jarang ditemukannya
keberagaman kemampuan pendidikan yang ada di Indonesia melihat pada kondisi dan letak
sekolah didirikan.

Selain itu, kini pemerintah juga telah mencanangkan program wajib belajar 12 tahun
sebagai upaya untuk meminimalisir tingkat buta huruf yang ada di Indonesia.
Sedangkan untuk jenjang pendidikan, Indonesia memebagi pendidikan menjadi 5 jenjang,
diantaranya:

1. Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) atau prasekolah

Waktu belajar satu atau dua tahun yang menampung anak usia lima sampai enam
tahun. Di Tingkat prasekolah ini, pendidikan lebih di fokuskan pada permainan. Karena pada
masa ini adalah masa bermain. Proses belajar di sekolah negeri dimulai pukul 07.30 sampai
10.00.

2. Sekolah Dasar (SD)

Waktu belajar enam tahun bagi anak usia tujuh sampai duabelas tahun. Sekolah Dasar
dibagi menjadi 2, yaitu sekolah dasar rendah (kelas 1-3) dan sekolah dasar tinggi (kelas 4-6).

3. Sekolah Manangah Pertama (SMP) waktu belajar 3 tahun


4. Sekolah Menangah Atas (SMA),

Pada sekolah Menengah atas terdapat penjurusan IPA, IPS dan Bahasa setelah belajar
selama 1 tahun. Lama belajar di tingkat ini juga 3 tahun

5. Perguruan Tinggi, tiga tahun sarjana muda, lima sampai tujuh tahun sarjana, dapat
berbentuk Universitas, Institut, Akademi, atau Sekolah Tinggi.

Untuk biaya pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran


pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD belumlah dipenuhi hingga saat ini. APBN
Tahun Anggaran 2008 telah disahkan pada Rapat Paripurna DPR, 9 Oktober 2007 lalu dan
menetapkan alokasi anggaran pendidikan hanya 12 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, tidak terpenuhinya alokasi anggaran pendidikan
minimal 20 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semata-mata karena terbatasnya
anggaran pemerintah. Menurut DPR, belum tercapainya anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN 2008
menunjukan lemahnya kemauan politik (political will) pemerintah untuk memposisikan sektor pendidikan
sebagai prioritas utama.

B. Potret Pendidikan di Negara Perancis

Republique Francaise merupakan sebuah negara yang wilayah teritorialnya terletak di


Eropa Barat. Namun demikian, Perancis juga memiliki banyak wilayah teritorial di seberang
lautan di seluruh dunia. Dari sisi histiros, Peracis merupakan satu unit politik yang
dipersatukan oleh penjajah Romawi Kuno, oleh karena itu beberapa segi kehidupan pun
sedikit banyak akan dipengaruhi opleh bangsa romawi. Sedangkan untuk segi bahasa,
Perancis memiliki bahasa nasional yaitu bahasa Perancis. Dengan adanya sedikit kesamaan
bahasa dengan bahasa Italia, Portugal, dan Spanyol, maka Perancis termasuk menjadi bagian
dari negara latin.
Sistem pemerintahan Perancis baru mulai berkembang pada masa Republik Ketiga
(Abad ke-19) yang ditandai dengan adanya kemajuan yang dicapai melalui ide-ide pemikiran
sosial, politik, ekonomi, termasuk pendidikan yang digagas oleh kaum menengah.
Pembaruan-pembaruan tersebut ternyata mampu merubah Perancis menjadi sosok bangsa
yang maju dan disegani dikancah Eropa. Kamajuan sosial dan politik yang dialami oleh
Perancis memiliki keterkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan yakni dengan adanya
berbagai pembangunan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakatr Perancis
sendiri.
Pembangunan sistem pendidikan dilakukan sejak akhir abad ke-19, yaitu ketika Jules
Ferry, pemilik kantor pengacara dari Menteri Penajaran Publik (Minister of Public
Instruction) membuat terobosan baru dalam pembangunan pendidikan di Perancis yakni
menciptakan sekolah Republikan modern yang dapat menampung semua anak dibawah usia
15 tahun, mewajibkan pendidikan bagi rakyat, dan adanya pendidikan gratis (free of
charge) serta seluler (laique).Sesuai peraturan dalam “ La loi d’orientation sur l’éducation
No. 89-486 tertanggal 10 Juli 1989 “ pendidikan menempati urusan pertama dalam skala
prioritas nasional Perancis. Pendidikan adalah suatu hak dan sekaligus kewajiban bagi anak
antara umur 6 hingga 16 tahun sehingga semua beban biaya sepenuhnya merupakan tanggung
jawab pemerintah.
Secara umum, pendidikan di Perancis dewasa ini berlangsung secara sentralistik.
Pengelolaan yang bersifat sentralistik tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh sistem politik
dan sejarah pemerintahannya yang berulang kali lebih bersifat sentralistik pula. Maksud dari
sentarlistik di sini yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi,
kementrian pendidikan (iasa disebut Ministry of National Education) memeiliki peran urgent
dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga menekankan
akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan sistem sekolah gratis untuk setiap
jenjang pendidikan.
Sentraliasi penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah tersebut
selanjutnya membagi jenjang pendidikan menjadi tiga jenjang, yaitu Pendidikan
dasar (enseignement primaire, Pendidikan menengah (enseignement secondaire) Pendidikan
tinggi (enseignement superieur). Untuk pembahasannya sebgai berikut:
1. Pendidikan dasar (enseignement primaire)
Pada jenjang pendidikan dasar, dimulai dari tingkat TK (Ecole Maternelle) sebagai
tingkat prasekolah. Anak yang sudah berumur 2 tahun sudah boleh masuk TK. Pendidkan
pra-sekolah sendiri dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: kecil, sedang, dan besar. Pada tahap ini
anak-anak diperkenalkan praktek cara hidup secara berkelompok, penekanan keterampilan
sederhana, dan pengenalan huruf dan angka. Sistem pengajaran di TK sendiri dimulai pukul
09.00 (pagi) sampai pukul 17.00 (sore). Sistem ini dianut karena umumnya para pegawai di
Perancis bekerja dari pukul 09.00-17.00, dengan catatan hari Sabtu dan Minggu libur. Selama
anak berada di ruang sekolah (09.00-17.00) mereka sepenuhnya ada di bawah asuhan dan
bimbingan guru. Di antara jam belajar itu mereka (anak-anak) diberi makan siang, dan juga
kadang-kadang ada acara tidur siang.
Jadi, para orangtua menyerahkan anaknya ketika berangkat kerja dan menjemputnya kembali
saat pulang kerja (Matrisoni. 2005).
Sedangkan untuk pendidikan dasar, dimulai pada usia 6 dan berlangsung selama 5
tahun, yaitu: kelas persiapan (CPI), kelas dasar-1 (CE-1), kelas dasar-2 (CE-2), menengah
(CM-1), dan menengah (Cm-2). Tujuan utama dari pendidkan dasar adalah untuk
mengajarkan kepada anak-anaka tentang kehidupan bermasyarakat, memberikan kemampaun
membaca dan berhitung dengan persiapan unutk melanjutkan ke jenjang pendidikan
menengah (Lycees dan Colleges). Pendidikan ini berkewajiban menggabungkan kepentingan
dasar pendidikan dan kesenangan, atau bermain sebagai suatu pendekatan yang terbukti
berhasil pada anak-anak (Rohman,2010). Anak-anak sekolah di TK dan SD negeri
dibebaskan dari pembayaran, dan memperoleh buku-bulu pelajaran secara gratis.
2. Pendidikan menengah (enseignement secondaire)
Pendidikan menengah di Perancis dibedakan menjadi dua, yaitu College (setingkat SMP)
dan Lycee (setingkat SMA).
Pada pendidikan menengah tingkat pertama, anak belajar selama 4 tahun dan pada tingkat
akhir anak diberi kesempatan untik memilih jurusan ke Sekolah Lanjutan Atas (SLA= Lycee).
Pada tingkat ini pun peserta didik tidak dipungut biaya dan buku-buku pelajar diberikan
secara gratis. Pendidikan kejuruan dalam bentuk yang terbatas sudah ada sejak awal.
Direktorat Pendidikan Kejuruan menyediakan tenaga ahli di bidang perindustrian dan
perdagangan, oleh karena itu, sekolah seni dan ketermapilan, perdagangan, industri, dan
spesialis lainnya kini dianggap sebagai pendidkan kejuaruan dan dapat dimasuki setelah
tahun ketujuh pendidikan dasar. Selain itu, dewasa ini berkembang pendidikan kejuruan yang
membuka program paruh waktu untuk memberikan peluang kepada siswa yang sudah bekerja
agar tetap belajar atau pelajar yang ingin sambil bekerja (Thut and Adams, 2005).
Sedangkan untuk pendidikan menengah atas (Lycee) ditempuh selama 3 tahun, yaitu:
kelas 2, kelas 1, dan kelas terminal dengan tetep mempertahankan pendidikan fundamental
yang relative homogeny pada semua jurusan. Sejak tahun pertama terdapat 3 jurusan, yaitu:
Sastra, Ilmu Pengertahuan alam (IPA) serta Sains dan Teknik Industri/ Sains Teknik, dan
Teknik Ekonomi. Pada akhir SLTA, murid yang lulus mendapat ijazah Baccoloreat yang
dapat digunakan untuk memasuki universitas atau masuk kelas persiapan pada sekolah tinggi.
Untuk sekolah profesoional, sama halnya dengan sekolah kejuruan di Indonesia, yakni
memberikan pendidikan profesi setelah tamat kelas 3. Pelajaran yang diberikan adalah
pendidikan praktek dan teori selama 2-3 tahun. Setelah lulus, diberikan sertifikat
keterampilan profesional (SKP) dan Diploma Teknik Tinggi (DTT). Biasanya pada tahun
kedua diberikan pelajaran teori dan praktik di sekolah dan perusahaan.
Namun demikian, baik College mauapun Lycee keduanya sama-sama bertujuan untuk
mempersiapkan siswa dalm mengikuti ujian Baccalaureat ( Thut and Adams, 2005).
3. Pendidikan tinggi (enseignement superieur)
Untuk jenjang pendidikan tinggi perlu diketahui bahwa ada pembagian pendidikan tinggi
di Perancis, yaitu antara sekolah tinggi (Grandes ecoles) dan universitas. Sekolah
tinggi (Grandes ecoles) dianggap lebih bergengsi dibandingkan universitas karena secara
umum dipandang jauh lebih selektif dan termasuk sistem public unutk menyelesaikan
sebagian besar riset akademik di Perancis. Perbedaan lainnya yakni pada Universitas berada
di bawah Kementrian Pemuda, Pendidikan Nasional dan Riset sedangkan Grandes Ecole di
bawah Kementrian Teknis sesuai bidang yang ditangani. Pendidikan di Universitas bersifat
teoritis dan umum sedangkan Grandes Ecoles bersifat teknis (Matrisoni, 2005).
Ciri yang amat mencolok dari pendidikan tinggi yang ada di Perancis dengan Negara
lainnya yakni ukurannya yang kecil dan kemapanan keragaman. Dalam artian bahawa secara
fisik, bangunan-bangunan yang ada di Perancis tergolong kecil dan jumlahnya yang termasuk
sedikit, tetepi secara kualitas bahwa pendidikan tinggi yang ada di Perancis sangat
mengutamakan hasil optimal dari tiap-tiap pembelajaran dalam aspek jurusan masing-masing.
Ciri lain pada pendididkan tinggi di Perancis terdapat pada organisasai dan sistem
pengolahannya. Pada tahun 1968 telah ditetepakan tiga asaas yang mendasari organisasi
pendidikan tinggi di Prancis, yaitu:
a. Otonomi universitas di bidang keuangan, administrasi, dan ilmu pendidkan.
b. Partisipasi mahasiswa, pengajar, dan civitas akademika pada segala kegiatan pemilihan
(Dewan UER, Dewa Universitas).
c. Multidisiplinaritas sehingga dapat menghindari spesialisasi yang sempit.
Begitu pentingnya peran pendidikan dalam kemajuan untuk Perancis sendiri. Kalau
kita membaca buku berjudul France yang diterbitkan oleh Kementerian Luar Negeri Perancis
(Ministere des Affaires Etrangeres), disebutkan bahwa di Perancis terdapat lebih dari 20 juta
pelajar dan mahasiswa yang belajar pada tahun 2004-2005. Jumlah ini cukup menakjubkan
karena merupakan seperempat dari jumlah penduduk Perancis, yakni sekitar 80 juta jiwa.
Tahun 2004 tidak kurang 70 milyar dollar (AS) telah dianggarkan untuk pendidikan. Jumlah
ini mencapai 23 persen dari total anggaran tahunan Pemerintah Perancis, suatu jumlah
anggaran pendidikan yang terbesar di dunia. Sistem pendidikan di Perancis juga memberikan
data sebagai negeri yang jumlah tenaga yang bergerak di bidang pendidikan cukup besar,
yakni sekitar 1,7 juta pegawai dengan status pegawai negeri yang bekerja di bidang
pendidikan (Matrisoni, 2005).
Tentang penghasilan seorang guru di Perancis, bagi seorang dalam posisi guru senior,
misalnya, ia memperoleh penghasilan bulanan sekitar 40.000-50.000 euro (sekitar Rp 50 juta-
Rp 60 juta per bulan). Jika dibandingkan dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp
2 juta ( Data Tahun 2005 ). Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen, tidaklah mudah
karena ia akan menjadi tulang punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia
diterima menjadi seorang guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000
euro atau sekitar Rp 30 juta, ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua
sudah tersedia, rumah, kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua,
semua sudah ditanggung oleh pemerintah. Sehingga seorang guru benar-benar berkonsentrasi
penuh dalam mengajar dan mencerdaskan para anak didik, dan mencurahkan seluruh tenaga
dan pikirannya untuk itu.
Oleh karena itu, untuk pengangkatan seorang guru, termasuk dosen, diadakan seleksi
penerimaan yang sangat ketat dan teruji. Hal ini didukung pula oleh penelitian yang
menyatakan bahwa di Perancis Guru merupakan salah satu dari 3 kelompok profesi yang
mendapatkan kesejahteraan yang paling tinggi dari pemerintah, yang pertama adalah para
penegak hukum ( Hakim, Jaksa /Lawyer ), yang kedua adalah para pegawai publik ( Pelayan
masyarakat : dokter, orang-orang Pemda dll ).

C. Komparasi Pendidikan Indonesia dengan Perancis

Pendidikan komparatif merupakan salah satu fondasi yang memeperkokoh bangunan


ilmu pengetahian (Rohman, 2010). Hal ini dikarenkana melalui komparasi terhadap sistem
pendidikan yang ada di negara lain, dapat dijadikan sebagai reverebsi dalam upaya perbaikan
mutu pendidikan bangsa. Perbandingan sistem pendidikan yang ada di Indonesia dengan
Perancis dapat dilihat dari berbagai aspek, anatar lain:
1. Jenjang Pendidikan

Sistem Perancis Sistem Indonesia


Umur
Rata- Umur
rata Tingkat Kelas Kelas Tingkat rata-rata
18 thn Terminal 3 18 thn
Lycee SMA
17 thn 1 eme 2 17 thn
16 thn 2 eme 1 6 thn
15 thn 3 eme 3 15 thn
14 thn 4 eme 2 SMP 14 thn
College
13 thn 5 eme 1 13 thn
12 thn 6 eme 6 12 thn
cycle moyen 2
11 thn (CM2) 7 eme 5 11 thn
cycle moyen 1
10 thn (CM1) 8 eme 4 10 thn
Sekolah
Ecole cycle Elementer 2
Dasar
9 thn Primaire (CE2) 9 eme 3 9 thn
cycle Elementer 1
8 thn (CE1) 10 eme 2 8 thn
Cycle Preparatire
7 thn (CP) 11 eme 1 7 thn
6 thn Grands O3 Taman 6 thn
ecole
5 thn Moyens O2 Kanak- 5 thn
maternelle
4 thn Petits O1 kanak 4 thn
Table 01. perbandingan sistem Pendidikan Dasar dan Menengah di Perancis dan Indonesia.

2. Sistem Pendidikan

a). Perancis
Menggunakan sistem sentralistik yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya
kepada pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (biasa disebut Ministry of National
Education) memiliki peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain itu,
pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan sistem
sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.
b). Indonesia
Menggunakan sistem desentralisasi yakni pemerintah menyerahkan masalah
pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah pembiayaan pun menjadi
kewenangan sekolah. Otonomi daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan diharapkan dapat
mensejahterakan rakyat setempat, meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan
hidup, terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta harapan-harapan
menggembirakan lainnya. Pemerintah mewajibkan belajar bagi anak-anak Indonesia selama
12 tahun.

3. Gaji Guru
Seorang dalam posisi guru senior di Perancis, misalnya, ia memperoleh penghasilan
bulanan sekitar 40.000-50.000 euro (sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan). Jika
dibandingkan dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp 2 juta ( Data Tahun 2005 ).
Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen, tidaklah mudah karena ia akan menjadi tulang
punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia diterima menjadi seorang
guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta,
ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah,
kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua, semua sudah ditanggung
oleh pemerintah.
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Komparasi pendidikan di Indonesia dan Perancis dapat dilihat dari beberapa aspek,
diantaranya:
1. Jenjang pendidikan
a. Di Indonesia
1) Pendidikan Taman Kanak-kanak(TK) dengan lama belajar satu atau dua tahun yang
menampung anak usia lima sampai enam tahun.
2) Sekolah Dasar (SD), lama belajar enam tahun bagi anak usia tujuh sampai 12 tahun.
3) Sekolah Manangah Pertama (SMP), lama belajar 3 tahun dan Sekolah Manangah Atas
(SMA), lama belajar 3 tahun
4) Perguruan Tinggi, tiga tahun sarjana muda, lima sampai tujuh tahun sarjana, dapat berbentuk
Universitas, Institut, Akademi, atau Sekolah Tinggi.
b. Di Perancis
1) Tingkat TK (Ecole Maternelle) sebagai tingkat pra sekolah, dengan umur minimal 2 tahun
2) Pendidikan menengah dibedakan menjadi dua, yaitu College (setingkat SMP) lama waktu
belajarnya 4 tahun dan Lycee (setingkat SMA) lama belajarnya 3 tahun.
3) pendidkan tinggi, yaitu antara sekolah tinggi (Grandes ecoles) dan universitas dan sekolah
tinggi (Grandes ecoles)

2 Sistem Pendidikan
a). Perancis
Menggunakan sistem sentralistik yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya
kepada pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (iasa disebut Ministry of National
Education) memeiliki peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan. Selain
itu, pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan
sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.
b). Indonesia
Menggunakan sistem desentralisasi yakni pemerintah menyerahkan masalah
pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah pembiayaan pun menjadi
kewenangan sekolah. Otonomi daerah diartikan sebagai kewenangan daerah untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan diharapkan dapat
mensejahterakan rakyat setempat, meringankan beban hidup, memberi jaminan kelayakan
hidup, terpenuhinya layanan kesehatan dan pemerataan pendidikan serta harapan-harapan
menggembirakan lainnya. Pemerintah mewajibkan belajar bagi anak-anak Indonesia selama
12 tahun.

3 Gaji Guru
Seorang dalam posisi guru senior di Perancis, misalnya, ia memperoleh penghasilan
bulanan sekitar 40.000-50.000 euro (sekitar Rp 50 juta-Rp 60 juta per bulan). Jika
dibandingkan dengan gaji guru besar di Indonesia yang sekitar Rp 2 juta ( Data Tahun 2005 ).
Untuk menjadi tenaga guru, termasuk dosen, tidaklah mudah karena ia akan menjadi tulang
punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsa. Jika ia diterima menjadi seorang
guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000 euro atau sekitar Rp 30 juta,
ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya, semua sudah tersedia, rumah,
kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan, tunjangan hari tua, semua sudah ditanggung
oleh pemerintah.

B. Masukan Untuk Indonesia


Dari upaya komparasi ini, dapat diperoleh berbagai masukan khususnyauntuk kemajuan
pendidikan di indonesia sendiri, diantaranya:
 Mengubah paradigma akan pentingnya pendidikan
Dalam hal ini hendaknya pemerintah, masyarakat, dan semua lembaga pendidikan kembali
merewind akan pentingnya pendidikan dan hal ini dapat dilakukan dengan menengok
kembali akan tujuan utama pendidikan di Indonesia, yakni Mencerdaskan kehidupan bangasa.
Jadi, pendidkan bukan sekedar kegiatan rutinnitas, teteapi merupakan program mulia untuk
kemajuan bangsa Indonesia sendiri.
 Mengupayakan optimalisasi biaya pendidikan
Hingga saat ini Indonesia hanya berani menyumbangkan sekitar 20% untuk dana APBN.
Jumlah yang dangat sedikit jika harus dibagikan untuk semua sekolah dari berbagai tingkat
yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, hendanya ada upaya untuk meningkatkan jumlah
biaya untuk pendidikan karena pendidikan merupakan tonggak dari masa depan bangsa.
 Lebih memperhatikan fungsi guru dengan memberikan tunjangan yang sesuai
Guru memiliki peran yang sangat signifikan melihat tanggung jawab guru yang amat besar.
Sehingga perlu adanya gaji yang sesuai dengan usaha guru tersebut. Karena guru tidak
mengajar, tetapi juga turut membimbing untuk menjadikan generasi muda yang lebih baik
nantinya.
 Lebih selektif dalam pemilihan tenaga pendidiik karena kemajuan pendidikan ada di tangan
pendidiknya.
Hendaknya pemerintah turut campur tangan dalam penerimaan tenaga pendidikan. Maksud
dari campur tangan disini yakni hendaknya pemerintah memberikan kriteria-kriteria khusus
yang dianggap ideal unutk dijadikan tenaga kependidkan. Selanjunta, kriteria-kriteria tersebut
disampaikan kepada dinas pendidikan di masing-masing daerah dan sekolah agar diterapkan
saat pemilihan tenaga kependidikan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: Laksbang Grafika
Djojonegoro, Wardiman. 1996. 50 Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Depdikbud

Matrisoni. 2005. Pendidikan Dasar Dan Menengah Di Perancis. Dalam situs Orang
Indonesia Asli, Teknologi Pengolahan Hasil perkebunan and Habibie personal Blog yang
diunduh pada Selasa 25 Oktober 2011.
Susanto, dkk. 2010. Pendidikan Nasional Pendidikan Pada Periode 1962-1968. Dalam
makalah Pendidikan Nasional 2010.

Anda mungkin juga menyukai