Lapkas Obstetri SC Berulang Ai Prev SC 1x
Lapkas Obstetri SC Berulang Ai Prev SC 1x
DISUSUN OLEH:
1. Joshua Asley [120100146]
2. Laila Pasaribu [120100014]
3. Wahyudhi Simatupang [120100033]
MENTOR
dr. Dahler S.
PEMBIMBING
dr. Muldjadi Affendy, M.Ked (OG), SpOG(K)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia,
rahmat kesehatan, dan keselamatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih
kepada dokter pembimbing, dr. Muldjadi Affendy, M.Ked (OG), SpOG(K), dan
teman-teman yang telah mendukung dalam penulisan laporan kasus ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
2.1.1. DEFENISI............................................................................................... 3
2.1.2. ETIOLOGI.............................................................................................. 3
2.1.3. INDIKASI............................................................................................... 4
2.1.9. KOMPLIKASI...................................................................................... 15
2.2.1. DEFENISI............................................................................................. 17
2.2.2. INDIKASI............................................................................................. 17
2.2.10. MONITORING................................................................................... 24
BAB V KESIMPULAN.............................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................40
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sectio Caesarea
2.1.1 Definisi
Sectio caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada dinding
abdomen dan dinding uterus (Cunningham, 2015). Sectio caesarea juga dapat
didefinisikan sebagai suatu hysterectomia untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Sofian, 2011).
2.1.2. Etiologi
Peningkatan angka sectio caesarea terus terjadi di Indonesia. Meskipun
dictum “Once a Caesarean always a Caesarean” di Indonesia tidak dianut, tetapi
sejak dua dekade terakhir ini telah terjadi perubahan tren sectio caesarea di
Indonesia. Dalam 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi sectio caesarea
dari 5% menjadi 20%. Menurut Depkes RI (2010) secara umum jumlah persalinan
sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20 – 25% dari total
persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi, yaitu sekitar
30 – 80% dari total persalinan.
Peningkatan ini disebabkan oleh teknik dan fasilitas operasi bertambah
baik, operasi berlangsung lebih asepsis, teknik anestesi bertambah baik,
kenyamanan pasca operasi dan lama perawatan yang menjadi lebih singkat. Di
samping itu morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal dapat diturunkan
secara bermakna (Dewi, 2007).
Ini biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga faktor
yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak dapat
berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat
membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah:
1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (passanger)
3. Kekuatan yang ada pada ibu (power)
2.1.3. Indikasi
Berdasarkan waktu dan pentingnya dilakukan sectio caesarea, maka
dikelompokkan 4 kategori (Edmonds,2007) :
Kategori 1 atau emergency
Dilakukan sesegera mungkin untuk menyelamatkan ibu atau janin.
Contohnya abrupsio plasenta, atau penyakit parah janin lainnya.
Kategori 2 atau urgent
Dilakukan segera karena adanya penyulit namun tidak terlalu mengancam
jiwa ibu ataupun janinnya. Contohnya distosia.
Kategori 3 atau scheduled
Tidak terdapat penyulit.
Kategori 4 atau elective
Dilakukan sesuai keinginan dan kesiapan tim operasi.
Dari literatur lainnya, yaitu Impey dan Child (2008), hanya
mengelompokkan 2 kategori, yaitu emergency dan elective Caesarean section.
Disebut emergency apabila adanya abnormalitas pada power atau tidak
adekuatnya kontraksi uterus. ‘Passenger’ bila malaposisi ataupun malapresentasi.
Serta ‘ Passage’ bila ukuran panggul sempit atau adanya kelainan anatomi.
c. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan
jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terdapat di bagian atas uterus. Sejalan
dengan bertambah besarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim ke arah
proksimal memungkinkan plasenta mengikuti perluasan segmen bawah rahim.
d. Ruptura Uteri
Ruptura uteri baik yang terjadi dalam masa hamil atau dalam proses
persalinan merupakan suatu malapetaka besar bagi wanita dan janin yang
dikandungnya. Dalam kejadian ini boleh dikatakan sejumlah besar janin atau
bahkan hampir tidak ada janin yang dapat diselamatkan, dan sebagian besar dari
wanita tersebut meninggal akibat perdarahan, infeksi, atau menderita kecacatan
dan tidak mungkin bisa menjadi hamil kembali karena terpaksa harus menjalani
histerektomi. (Prawirohardjo, 2009).
Kausa tersering ruptur uteri adalah terpisahnya jaringan parut bekas sectio
caesarea sebelumnya. (Lydon,2001).Selain itu, ruptur uteri juga dapat disebabkan
trauma atau operasi traumatik, serta stimulus berlebihan. Namun kejadiannya
relatif lebih kecil (Cunningham, 2005).
e. Disfungsi Uterus
Mencakup kerja uterus yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan tidak
adanya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim. Dan ini membuat
kemajuan persalinan terhenti sehingga perlu penanganan dengan sectio caesarea
(Prawirohardjo, 2009).
f. Solutio Plasenta
Disebut juga abrupsio plasenta, adalah terlepasnya sebagian atau seluruh
plasenta sebelum janin lahir. Ketika plasenta terpisah, akan diikuti pendarahan
maternal yang parah. Bahkan dapat menyebabkan kematian janin. Plasenta yang
terlepas seluruhnya disebut solutio plasenta totalis, bila hanya sebagian disebut
solutio plasenta parsialis, dan jika hanya sebagian kecil pinggiran plasenta yang
terpisah disebut ruptura sinus marginalis (Impey, 2008).
2. Presentasi Bokong
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insidensi 3 – 4%
dari seluruh persalinan aterm. Presentasi bokong adalah malpresentasi yang paling
sering ditemui. Sebelum usia kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25 – 30%. (Decherney,2007).
b. Gawat Janin
Keadaan janin biasanya dinilai dengan menghitung denyut jantung janin
(DJJ) dan memeriksa kemungkinan adanya mekonium di dalam cairan amnion.
Disebut gawat janin, bila ditemukan denyut jantung janin di atas 160/menit atau di
bawah 100/menit, denyut jantung tak teratur, atau keluarnya mekonium yang
kental pada awal persalinan. (Prawirohardjo, 2009).
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan memungkinkan dokter
memutuskan untuk melakukan operasi. Terlebih apabila ditunjang kondisi ibu
yang kurang mendukung. Sebagai contoh, bila ibu menderita hipertensi atau
kejang pada rahim yang dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta dan tali
pusar. Sehingga aliran darah dan oksigen kepada janin menjadi terganggu.
Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan seperti kerusakan
otak. Bila tidak segera ditanggulangi, maka dapat menyebabkan kematian janin.
(Oxorn, 2003)
c. Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan
bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya pertumbuhan janin yang berlebihan
disebabkan sang ibu menderita kencing manis (diabetes mellitus). Bayi yang lahir
dengan ukuran yang besar dapat mengalami kemungkinan komplikasi persalinan
4 kali lebih besar daripada bayi dengan ukuran normal. (Oxorn, 2003).
Menentukan apakah bayi besar atau tidak terkadang sulit. Hal ini dapat
diperkirakan dengan cara :
Adanya riwayat melahirkan bayi dengan ukuran besar, sulit dilahirkan atau
ada riwayat diabetes melitus.
Kenaikan berat badan yang berlebihan oleh sebab lainnya (edema, dll).
Pemeriksaan disproporsi sefalo atau feto-pelvik
c.
o Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada
segmen bawah rahim. Dilakukan dengan membuat sayatan melintang
konkaf pada segmen bawah rahim kira – kira 10 cm.
Kelebihan :
Penjahitan dan penutupan luka lebih mudah
Mencegah isi uterus ke rongga peritoneum
Kemungkinan ruptura uteri lebih kecil.
Kekurangan :
Luka dapat melebar
Keluhan kandung kemih postoperatif tinggi.
b. Sectio caesarea ekstraperitonealis :
Sectio caesarea yang dilakukan tanpa membuka peritoneum parietalis,
dengan demikian tidak membuka kavum abdominal.
2.1.5 Teknik
Sectio
Caesarea
2.1.5.1 Insisi
Abdominal
Pada
dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal dan insisi abdominal
bawah transversa.
a. Insisi garis tengah subumbilikal
Insisi ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan perdarahan minimal.
Berguna jika akses ke segmen bawah sulit, contohnya jika ada kifosklerosis berat
atau fibroid segmen bawah anterior. Walaupun, bekas luka tidak terlihat, terdapat
banyak ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung muncul
dibandingkan dengan insisi transversa. Jika perluasan ke atas menuju abdomen
memungkinkan, insisi pramedian kanan dapat dilakukan.
b. Insisi transversa
Insisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik
memuaskan, lebih sedikit menimbulkan luka jahitan dan lebih sedikit
ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas pascaoperasi yang lebih baik. Insisi
secara teknis lebih sulit khususnya pada operasi berulang. Insisi ini lebih vaskular
dan memberikan akses yang lebih sedikit. Variasinya meliputi insisi Joel Choen
(tempat abdomen paling atas) dan Misvag Ladach (menekankan pada perjuangan
struktur anatomis).
2.1.9 Komplikasi
Pada Ibu :
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal (Nifas)
a) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
b) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi
dan perut sedikit kembung
c) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
Pada Anak :
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio
caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan
intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria berkisar antara 4
dan 7 %. (Sarwono, 1999).
a. Infeksi Puerperal (nifas)
Ringan, kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang, kenaikan suhu disertai dehidrasi dan perut kembung
Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan, karena :
Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
Atonia Uteri
Perdarahan pada plasenta
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan komplikasi lainnya yang jarang
terjadi.
d. Kemungkinan ruptura uteri atau terbukanya jahitan pada uterus karena
operasi sebelumnya. (Mochtar,1998).
2.2.10 Monitoring
Ada beberapa alasan mengapa seseorang wanita seharusnya dibantu
dengan persalinan pervaginal. Hal ini disebabkan karena komplikasi akibat seksio
sesarea lebih tinggi. Pada seksio sesarea terdapat kecendrungan kehilangan darah
yang banyak, peningkatan kejadian transfusi dan infeksi, akan menambah lama
rawatan masa nifas di rumah sakit. Selain itu, juga akan memperlama perawatan
di rumah dibandingkan persalinan pervaginal. Sebagai tambahan biaya rumah
sakit akan dua kali lebih mahal (Golberg B, MD, 2000).
Walaupun angka kejadian ruptur uteri pada persalinan pervaginal setelah
seksio sesarea adalah rendah, tapi hal ini dapat menyebabkan kematian pada janin
dan ibu.Untuk antisipasi perlu dilakukan monitoring pada persalinan ini (Caughey
AB, 1999).
Persalinan bekas seksio sesarea
Motto : once a cesarean always a cesarean, kiranya perlu dilakukan evaluasi
tentang indikasi seksio tersebut. Untuk dapat melakukan “trial of labor” pada
bekas seksio sesarea, harus dapat dipenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :
Perhatikan indikasi seksio sesarea yang lalu
Seksio sesarea dilakukan segera, bila indikasinya panggul sempit atau
kehamilan dengan kelainan letak, ketuban pecah dini, kepala tinggi
Irisan seksio membujur (korpore) merupakan kontraindikasi “trial of
labor”
Observasi ketat dengan kemungkinan seksio sesarea dalam waktu 30
menit
Fetal distress dan nyeri bagian bawah merupakan indikasi penting untuk
segera melakukan seksio sesarea.
Sistem Skoring
Untuk meramalkan keberhasilan penanganan persalinan pervaginam bekas
seksio sesarea, beberapa peneliti telah membuat sistem skoring.
Tabel II. Skor Flamm dan Geigeruntuk memprediksi terjadinya VBAC
No Karakteristik Skor
1 Usia < 40 tahun 2
2 Riwayat persalinan pervaginam
- sebelum dan sesudah seksio sesarea 4
- persalinan pervaginam sesudah seksio sesarea 2
- persalinan pervaginam sebelum seksio sesarea 1
- tidak ada 0
3 Alasan lain seksio sesarea terdahulu 1
4 Pendataran dan penipisan serviks saat tiba di Rumah Sakit
dalam keadaan inpartu:
2
- 75 %
1
- 25 – 75 %
0
- < 25 %
5 1
Dilatasi serviks ≥4 cm
Dari hasil penelitian Flamm dan Geiger terhadap skor development group
diperoleh hasil seperti table dibawah ini
Skor Angka Keberhasilan VBAC (%)
0–2 42-49
3 59-60
4 64-67
5 77-79
6 88-89
7 93
8 – 10 95-99
Total 74-75
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis Penyakit
RIWAYAT HAID
HPHT : ?/?/2016
TTP : ?/?/2017
ANC : 1x Sp.OG, bidan 2x
RIWAYAT PERSALINAN
1. Perempuan, 14 tahun, Rumah Sakit, Aterm, SC, Sp.OG, 2700gr, sehat
2. Hamil ini
PEMERIKSAAN OBSTETRI
STATUS PRESENS
Sensorium : Compos mentis Anemis : (-)
Tekanan darah : 110 / 80 mmHg Sianosis : (-)
Nadi : 84 x / menit Dispnoe : (-)
Pernapasan : 20 x / menit Ikterik : (-)
Suhu : 36,8 0 C Edema : (-)
STATUS OBSTETRIKUS
- Abdomen : Membesar asimetris
- TFU : 4 jari Bawah Processus Xypoideus
- Teregang : Kiri
- Terbawah : Kepala
- Gerak : (+)
- His : (-)
- DJJ : 148 x/ menit
PEMERIKSAAN DALAM
- Inspekulo: tampak air ketuban menggenang di forniks posterior, Valsalva test
(+), Nitrazin test (+). Portio licin, erosi (-).
- VT: serviks tertutup.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (11-08-2017)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 14,48 4,4 - 11,3 x 106/ uL
RBC 3,92 4,5 - 5,5 x 106/ uL
HGB 10,0 11,5 - 16,5 gr/dl
HCT 29,2 36,0 - 45,0 %
MCV 74,5 80,0 – 96,0 fL
MCH 25,5 28,0 – 33,0 pg
MCHC 34,2 33 - 36 dL
PLT 295.000 150.000 – 450.000 / uL
RDW-CV 16,5 11,5 – 14,5 %
Glukosa ad random 94 < 140 mg/dL
SGOT 14,00 0-40 U/L
SGPT 9,00 0-40 U/L
Alkaline phosphatase 122,00 30-142 U/l
Total Bilirubin 1,23 0,00-1,20 mg/dl
Direct Bilirubin 0,42 0,05 – 0,3 mg/dl
Creatinin 0,75 0,6 – 1,2 mg/dL
Uric acid 5,0 3,5-7,0 mg/dL
Na 151 136-155 mmol/L
K 3,4 3,5-5,5 mmol/L
Cl 117 95-103 mmol/L
INR 1,02
APTT 38,8
DIAGNOSA SEMENTARA
PPROM + Prev SC 1x + SG + KDR (30 – 32) mgg + PK + AH + Belum Inpartu
TERAPI
1. Posisi Trendelenberg
2. Pasang infus
3. Inj. Corticosteroid
4. Inj. Antibiotik
RENCANA TINDAKAN
- Rencana Tindakan : Rawat ekspektatif
Tanggal FOLLOW UP
11 Agustus 2017 S:-
Pukul 06:30 WIB O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 110/80 mmHg
HR : 84x/i
RR : 22x/i
Temp : 36,8oC
SL : Abdomen : Membesar asimetris
TFU : 4 jari BPX
Teregang : kiri
Terbawah : kepala
His : (+) 2x20”/10’
DJJ : 152x/i
Gerak : (+)
LAPORAN OPERASI
Tindakan: Sectio Caesarea
Pukul : 13.30
Pasien dibaringkan di meja operasi setelah diberikan anestesi spinal.
Kateter dan IV line terpasang baik. Dilakukan tindakan asepsis dan antisepsis
pada regio abdomen, lalu ditutup dengan doek kecuali lapangan operasi.
Dilakukan insisi Pfannenstiel secara berlapis mulai dari kutis, subkutis, fascia.
Kemudian peritoneum dan otot secara bertahap digunting dan dipisahkan ke kiri
dan kanan. Tampak uterus gravidarum, dilakukan insisi di bagian segmen bawah
rahim sampai tampak subendometrium, lalu bagian subendometrium digunting
dan dipisahkan secara tumpul. Anak dilahirkan dengan cara meluksir kepala, anak
perempuan, 1716 gram, PB 40 cm, AS 9/10, kemudian tali pusat diklem pada 2
daerah dan digunting diantaranya, dan bayi diserahkan ke perinatologi. Dilakukan
manajemen aktif kala 3 dengan injeksi oksitosin IV 10 IU, luka pinggir uterus
diklem. Setelah kontraksi adekuat, dilahirkan plasenta secara peregangan tali
pusat terkendali, kesan lengkap. Rongga dalam uterus diobservasi, dibersihkan,
kemudian dijahit secara berlapis menggunakan benang Vicryl. Observasi
pendarahan sebelum dilakukan penutupan, serta regio tuba falopii dan ovarium
kanan dan kiri, kesan pendarahan terkontrol. Kemudian peritoneum dan otot
secara bertahap diklem 4 sisi kemudian dijahit, dan secara berlapis dilakukan
penjahitan fascia, subkutis, kutis. Daerah kulit abdomen dibersihkan, kemudian
luka operasi ditutup supratulle, kasa steril, dan hypafix. Keadaan ibu post-SC
stabil, operasi selesai. Selanjutnya ibu dibawa ke ICU untuk pemantauan kala 4.
Terapi :
- IVFD RL + oxytocin 10-10-5-5 20 gtt/i
- Inj. Ceftriaxon 1g/12 jam
- Inj. Gentamisin 1 amp/12jam
- Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 50 mg/12 jam
- Drip transamine 500mg/8jam
Rencana :
Cek darah rutin 2 jam post operasi
Awasi vital sign, kontraksi uterus, dan perdarahan.
Status Nenonatus
1. Lahir tanggal, pukul 13 Agustus 2017, Pukul 14.00 WIB
2. Keadaan lahir Hidup
Bayi
3. Nilai APGAR 9/10
4. Bantuan pernafasan Tidak ada
5. Jenis kelamin Perempuan
6. Berat badan (g) 1716 gram
7. Panjang badan (cm) 40 cm
8. Kelainan bawaan Tidak ada
Trauma Tidak ada
2 jari di
14.45 100/70 84 22 37,0 Kuat bwh pusat 50 cc
2 jari di
15.00 110/70 85 20 37,0 Kuat bwh pusat 50 cc
2 jari di
15.15 110/60 88 20 36,9 Kuat bwh pusat 50 cc
2 jari di
15.45 110/60 89 22 36,8 Kuat bwh pusat 50 cc
2 jari di
16.15 110/75 85 20 36,7 Kuat bwh pusat 50cc
Tanggal FOLLOW UP
13 Agustus 2017 S : nyeri pasca operasi (+)
Pukul 14:00 WIB O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 92x/i
RR : 16x/i
Temp : 36,8oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
TFU : 2 jari Bawah pusat
Kontraksi : kuat
Luka operasi tertutup verband, kesan kering
P/V : (-), lochia (+) rubra
BAK (+) via kateter, UOP 60cc/jam
BAB (-), flatus (-).
P : Bed rest
IVFD RL + oksitosin 10-10-5-5 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1g/12jam
Inj. Gentamisin 1 amp/12jam
Inj. Ketorolac 30mg/8jam
Inj. Ranitidine 50mg/12jam
Inj. Transamin 500mg/12jam
R/cek DL 2 jam post SC, awasi VS, tanda-tanda pendarahan,
kontraksi uterus.
14 Agustus 2017 S : nyeri pasca operasi (+)
Pukul 07:00 WIB O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 110/60 mmHg
HR : 80x/i
RR : 20x/i
Temp : 36,8oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
TFU : 3 jari Bawah pusat
Kontraksi : kuat
Luka operasi tertutup verband, kesan kering
P/V : (-), lochia (+) rubra
BAK (+) via kateter, UOP 60cc/jam
BAB (-), flatus (+).
P : Bed rest
IVFD RL + oksitosin 10-10-5-5 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1g/12jam
Inj. Gentamisin 1 amp/12jam
Inj. Ketorolac 30mg/8jam
Inj. Ranitidine 50mg/12jam
Inj. Transamin 500mg/12jam
R/ aff kateter
15 Agustus 2017 S:-
Pukul 08:00 WIB O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 75x/i
RR : 20x/i
Temp : 36,8oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
TFU : 3 jari Bawah pusat
Kontraksi : kuat
Luka operasi tertutup verband, kesan kering
P/V : (-), lochia (+) rubra
BAK (+) N
BAB (-), flatus (+).
P : Mobilisasi bertahap
Cefadroxil 2x500mg Tab
Asam mefenamat 3x500mg Tab
B Complex 2x1 Tab
R/ aff infus, terapi oral
16 Agustus 2017 S:-
Pukul 07.00 WIB O : SP : Sens : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
HR : 85x/i
RR : 20x/i
Temp : 36,8oC
SL : Abdomen : Soepel, peristaltik (+)
TFU : 3 jari Bawah pusat
Kontraksi : kuat
Luka operasi tertutup verband, kesan kering
P/V : (-), lochia (+) rubra
BAK (+) N
BAB (+) N, flatus (+).
gram atau lebih (giant baby), dengan keluhan keluar air-air dari
PERMASALAHAN
1. Bagaimana perawatan ante natal care yang tepat pada pasien ini?
2. Apakah bisa diusahakan VBAC pada pasien ini?
3. Sebagai dokter umum, penanganan apa yang dapat dilakukan terhadap pasien
ini?
CLINICAL SUMMARY
- Ny. AR, 39 tahun, G2P1A0, Mandailing, Islam, SD, IRT, i/d Tn.Y, 33
tahun, Mandailing, Islam, SMA, Wiraswasta, datang dengan keluhan keluar
air-air dari kemaluan, sejak tanggal 10-8-2017 pukul 19.00. Riwayat mulas-
mulas mau melahirkan (-). Riwayat keluarnya lendir bercampur darah dari
kemaluan (-). Riwayat trauma/jatuh (-). Riwayat perut dikusuk-kusuk (-).
Riwayat mengonsumsi jamu-jamuan sebelum kehamilan (-). Riwayat tekanan
darah tinggi selama kehamilan (-). BAB/BAK: (+)/(+) normal. RPT: SC
pertama kali tahun 2002 a/i panggul sempit. RPO: Previous SC 1x. Status
presens : TD: 110/70mmHg. HR: 82x/menit. RR: 20x/menit. Temprature: 36,8
o
C. Status obstetrikus: Abdomen: membesar asimetris, TFU: 4 jari bpx,
Teregang: Kiri, Terbawah: Kepala, Gerak (+), His (-), DJJ: 145x/menit. Hasil
laboratorium: Hb/Ht/Leu/Plt= 10/29,2/14,48/295.000. Hasil USG TAS kesan :
IUP (30-32) minggu + PK + AH. Diagnosa: Prev SC 1x + SG + KDR (30-32)
mgg + PPROM + PK + AH + Belum Inpartu. Direncanakan perawatan
ekspektatif, tetapi karena inpartu pada tanggal 13 Agustus 2017 maka
direncanakan SC cito di KBE. Dari SC lahir bayi perempuan, BBL : 1716 gr,
PBL : 40 cm, A/S : 9/10, anus (+). Keadaan umum ibu post SC stabil.
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2. Cheng YW, et.al. Delivery after prior cesarean: maternal morbidity and mortality.
Clin Perinatol. 2011: 38(2): 297-309.
2. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. Cesarean Section and Postpartum
Hysterectomy. In : Williams Obstetrics. 21st Ed.. The Mc Graw-Hill Companies.
New York : 2001 : 537 – 63.
4. Wing DA. Induction of labor in woman with prior cesarean delivery. Up ToDate
2007
5. Dodd JM, Crowther CA. Elective repeat caesarean section versus induction of
labour for woman with a previous caesarean birth. The Cochrane Library 2007,
Issue 4
6. Welischar J, Quirk JG. Vaginal birth after cesarean delivery.Up ToDate 2007
9. Lin C, Raynor D. Risk of uterine rupture in labor induction of patients with prior
cesarean section: An inner city hospital experience. Am J Obstet Gynecol: 2004:
190; 1476-8
11. Mankuta DD, Leshno MM, Menasche MM, Brezis MM. Vaginal birth after
cesarean section: Trial of labor or repeat cesarean section? A decision analysis.
Am J Obstet Gynecol: 2003: 189; 714-719
12. McDonagh, MS, Osterweil, P, Guise, JM. The benefits and risks of inducing
labour in patients with prior caesarean delivery : a systematic review. BJOG 2005;
112:1007
13. Quiñones JN et.al. The effect of prematurity on vaginal birth after cesarean
delivery: success and maternal morbidity. Obstet Gynecol. 2005: 105(3): 519-24.