Anda di halaman 1dari 21

HUBUNGAN LITERASI DAN GERAKAN PEMBENTUKAN

KARAKTER SISWA SMAN 2 PADALARANG

Karya Tulis
Diajukan untuk melengkapi tugas akhir kelas XII
Tahun Pelajaran 2019/2020

Oleh :
Nama : HABUDIN HIDAYATULOH
NIS : 171810236
Kelas : XII IPS 3

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT


CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH VI
SMA NEGERI 2 PADALARANG
BANDUNG BARAT
LEMBAR PERSEJUTUAN
HUBUNGAN LITERASI DAN GERAKAN PEMBENTUKAN
KARAKTER SISWA
Oleh :
Nama : HABUDIN HIDAYATULOH
NIS : 171810236
Kelas : XII IPS 3

Karya Tulis ini telah diperiksa dan disetujui serta dinyatakan memenuhi syarat
sebagai salah satu tugas akhir siswa kelas XII oleh :

Tanggal : Tanggal : Tanggal :


Pembimbing 1 Pembimbing 2 Pembimbing 2

......................... ......................... .........................


Ainun ramadhan,S.Pd Rully silvia,S.Pd Aam aminah,S.Pd

Mengetahui,
Wakil kepala Sekolah
Bidang Kurikulum

...................................
Agi ginanjar,S.Pd
i
LEMBAR PERNYATAAN
Penulis menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa karya tulis yang saya susun sebagai syarat
untuk memenuhi tugas akhir siswa kelas XII SMA Negeri 2 Padalarang ini seluruhnya
merupakan hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan tugas
akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas dan
sesuai dengan norma, kaidah, serta etika akademis.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian karya tulis ini bukan hasil karya
penulis atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima kritik
dan saran dari pihak sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku di SMA Negeri 2
Padalarang.

Bandung Barat, 31 Oktober 2019


Yang membuat pernyataan,

Habudin hidayatuloh
Kata pengantar

Segala puji kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang
telah diberikan, sehingga karya ilmiah ini yang berjudul, hubungan literasi dan gerakan
pembentukan karakter siswa ini bisa terselesaikan dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan dari karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui media
pembelajaran dapat mempengaruhi pemahaman pembelajaran siswa atau tidak. Hal ini patut
diketahui semuanya karena dapat meningkatkan pemahaman siswa, dan memaksimalkan
pembelajaran yang guru sampaikan.
Selain itu dengan mengetahui hal tersebut, kita jadi lebih paham apa yang dapat
dijelaskan, dan bagaimanakah kita harus memahami pelajaran sosiologi ini. Dengan begitu,
kita bisa lebih mengetahui.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk melengkapi tugas akhir kelas XII tahun pelajaran
2019/2020.Karya ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
kami mengucapkan terima kasih banyak kepada pihak yang telah membantu kami,
diantaranya:
1. Ainun ramadha S. Pd., selaku pembimbing I juga sebagai guru mata pelajaran
sosiologi yang telah memberikan banyak bantuan dan masukan terkait masalah yang
diangkat oleh penulis dalam pembuatan karya tulis ilmiah.
2. Rully silvia S.Pd, selaku pembimbing II sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
yang telah memberikan bantuan dan masukan

3. Aam aminah s. Pd., selaku pembimbing III juga sebagai wali kelas yang telah
memberikan banyak bantuan, masukan, dan dukungan terkait pembuatan karya tulis
ilmiah ini.

Diharapkan, karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian agar karya ilmiah
ini bisa lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2

1.2 Tujuan Masalah ................................................................................. 3

1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................. 2

BAB IlI METODE PENELITIAN ............................................................................ 3

3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 5

3.2 Sunber Data ...................................................................................... 6

3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 7

3.4 Analisis Data ...................................................................................... 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 4

4.1Hasil Penelitian ..................................................................................9

4.2 Pembahasan ..................................................................................... 10

BAB V PENUTUP ................................................................................................. 5


5.1 Simpulan .............................................................................................. 11
5.2 Saran ................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman ‘terlibat’ dalam membangun gerakan literasi –
baik terlibat secara langsung, maupun secara tidak langsung melalui interaksi dan interelasi
dengan sesama kaum pergerakan literasi – sambil membangun mimpi: terbentuknya budaya
literasi, yang menggaransi lahirnya generasi berkarakter.
Budaya literasi, khususnya di Sman 2 padalarang, memang tidak mudah terbentuk. Butuh
konsistensi gerakan dengan menggalang keterlibatan mulltipihak untuk bersama-sama dalam
gerakan ini. Secara khsusus, dibutuhkan keterlibatan dengan komitmen kuat dari pemerintah,
baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah kabupaten/kota.
Dari pengalaman ‘terlibat’ tersebut, diketahui bahwa antusiasme anak-anak kita untuk
membaca dan menulis sebenarnya sangat tinggi, hanya saja terkendala dengan kondisi yang
belum membuka akses bagi mereka, sekedar untuk membaca sekalipun. Di satu sisi, mereka
punya antusiasme yang tinggi, namun di sisi lain kondisinya tidak memungkinkan antusiasme
itu mewujud menjadi tindakan membaca dan menulis. Ada factor faktor yang mempengaruhi
ini, yaitu tempat yang nyaman, waktu luang, dan terutama bahan bacaan berupa buku-buku.

A. Fakta Rendahnya Budaya Literasi

Kondisi ini menyebabkan tingkat literasi, minat baca dan menulis, di NTT bahkan di
Indonesia sangat rendah. Beberapa data berikut ini memperkuat fakta ini. Data UNESCO
tahun 2012 menyebutkan indeks minat baca masyarakat Indonesia 0,001; setiap 1000 orang,
hanya 1 orang yang membaca. Tingkat melek huruf orang dewasa 65,5 persen. Sementara
Malaysia menempati angka 86,5 persen. Dua tahun sebelumnya, 2010, Programme for
International Student Assessment (PISA) melansir data kondisi literasi dari 65 negara yang
disurvey. Indonesia menempati urutan 64; dengan tingkat membaca siswa bertengger di
urutan ke-57 dari 65 negara.

Kalau dilihat jauh ke belakang, pada 1996, Taufiq Ismail pernah meneliti perbandingan
budaya baca antarnegara. Dia menemukan bahwa rata-rata lususan SMA di Jerman membaca
32 judul buku, di Belanda 30 buku, di Rusia 12 buku, di Jepang 15 buku, di Singapura 6
buku, di Malaysia 6 buku, di Brunei 7 buku, sedangkan di Indonesia 0 buku.
Data pendukung lainnya, di Indonesia, rata-rata hanya 18 ribu judul buku yang dicetak setiap
tahunnya. Jumlah tersebut jauh berbeda dengan negara lainnya seperti Jepang dengan 40 ribu
judul buku pertahun dan China dengan 140 ribu judul buku pertahun.
Data gambalang [yang meski belum ter-update] ini sesungguhnya menggambarkan
bahwa masyarakat Indonesia, termasuk Jawa Barat, belum terbiasa dengan budaya literasi.
Membaca dan menulis belum mengakar kuat dalam budaya kita. Kita lebih sering menonton
atau mendengar dibandingkan membaca apalagi menulis.
Badan Pusat Statistik (BPS, 2006) menunjukkan data yang mengejutkan.
Bahwasannya 85,9 persen masyarakat memilih nonton televisi daripada mendengar radio
40,3 persen, dan membaca Koran 23,5 persen. Jumlah waktu nonton pun mencengangkan.
Anak Indonesia menghabiskan waktu 300 menit per hari untuk menonton televisi;
dibandingkan anak-anak di Australia 150 menit, di Amerika 100 menit, dan Kanada 60 menit.
Rilis BPS pada 2012 pun tidak jauh berubah, bahkan sungguh mencengangkan.
Sebanyak 91,58 persen penduduk Indonesia yang berusia 10 tahun ke atas lebih suka nonton
televisi. Sedangkan, yang gemar membaca buku, surat kabar dan majalah cuma sekitar 17,58
persen. Tahun 2015, Perpustakaan Nasional dalam rilis hasil kajiannya, menempatkan minat
baca masyarakat pada angka 25,1, kategori rencah,
[http://regional.kompas.com/read/2016/04/28]

B. Literasi, Bahasa, dan Karakter

Kendati sudah mengalami perluasan makna, namun secara sederhana dan mendasar, literasi
terkait dengan keaksaraan, yaitu kemampuan membaca dan menulis. Gerakan literasi, karena
itu, menyasar pada gerakan untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis bagi anak-
anak kita, dengan harapan akan ada proses pembiasaan yang terus menerus, sehingga
terbentuk budaya membaca dan menulis. Budaya membaca dan menulis ini akan membentuk
pola berbahasa, yang menjadi basis pola berpikir teratur dan terstruktur, yang menggaransi
terbentuknya jati diri – sikap dan perilaku – yang berkarakter.

Kita tahu bahwa bahasa diperoleh dari interasksi kita dengan sesama manusia semenjak kita
kecil, bahkan secara metafisik, sudah sejak di dalam kandungan ibu. Bertumbuh dan
berkembang seiring perjalanan waktu, memungkinkan seorang anak manusia mulai
memahami dan menggunakan bahasa; dimulai dengan bahasa Ibu, dan kemudian berkembang
menjadi bahasa nasional. Bahasa Indonesia, untuk konteks kita.
Namun, untuk memiliki pola berbahasa yang baik dan benar, maka kemampuan
berbahasa itu dikembangkan melalui latihan, mulai dari mengenal huruf, kata, kalimat dan
merangkai kalimat menjadi pengertian. Latihan membaca dan menulis, keaksaraan. Setelah
itu, dibiasakan dengan membaca dan menulis, secara terus menerus, sehingga kemampuan
berbahasanya semakin baik, membentuk pola berbahasa yang bagus. Pola berbahasa inilah
menjadi basis berpikir seseorang, membentuk pola berpikir seseorang. Karena setiap manusia
berpikir selalu dalam bahasa. Bahasalah yang memungkinkan seseorang mampu berpikir.
Semakin bagus kemampuan berbahasanya, semakin bagus kemampuan berpikirnya. Semakin
teratur pola berbahasanya, semakin teratur pula pola dan struktur berpikir seseorang.

Filosof Martin Heidegger mengatakan bahwa bahasa adalah ‘rumah sang ada’. Kita
memang berada dalam rumah bahasa; hidup oleh dan karena bahasa. Tanpa bahasa kita tak
bisa berbuat apa-apa, tak bisa berkomunikasi, tidak bisa berpikir dan bekerja untuk
menghasilkan sesuatu. Bahasa, sejatinya, berperanan sangat Penting. [sekedar menyitir Kitab
Suci, Alkitab, ‘pada mulanya adalah Sabda, logos, bahasa].
Namun, bahasa yang baik dan benar, teratur dan terstruktur dibentuk melalui proses
berkanjang, membaca dan menulis secara terus-menerus. Bahasa inilah yang membentuk
struktur berpikir, dan secara dialektis menghasilkan kembali bahasa yang semakin baik dan
teratur. Ada hubungan dialektis antara bahasa dan berpikir.

2.2 Rumusan Masalah


Dalam pengetikan rumusan saya memakai sebagian dari 5W+1H
1. Apa hubungan literasi dengan karakteristik siswa
2. Mengapa hubungan litersai dapat merubah karakteristik siswa
3. Bagaimana upaya gerakan litersai mengubah karakteristik siswa
1.3 Manfaat penelitian
1. Untuk merubah karakteristik siswa menjadi lebih baik
2. Mendorong siswa lebih berminat untuk literasi
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian
Secara rinci literasi adalah suatu kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang baik keterampilan membaca, menulis, berhitung, dan memecahkan suatu masalah
yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Sebenarnya arti literasi itu sangat dinamis dan
kompleks, sehingga banyak orang yang masih tidak paham dengan apa itu literasi, akhirnya
mereka memiliki sudut pandang berbeda dalam mengartikannya.

Pengertian literasi yang telah disebutkan diatas didasarkan pada beberapa referensi
diantaranya yaitu :

1. Dalam bahasa latin literasi disebut literatus yang berarti orang yang belajar.
2. National Institut for Literacy juga menjelaskan bahwa literasi adalah kemampuan
seseorang dalam membaca, berbicara, menulis, berhitung, dan memecahkan masalah
yang harus dimiliki untuk menghadapi dunia kerja, keluarga, maupun untuk
bersosialisasi.
3. UNESCO menjelaskan bahwa literasi merupakan seperangkat keterampilan yang
nyata khususnya keterampilan kognitif seseorang.

Contoh Gerakan Literasi Sekolah

Istilah ini tidak bisa jauh dari sekolah, karena kemampuan tersebut secara jelas kita dapat dari
pendidikan khususnya di sekolah. Cukup banyak gerakan literasi sekolah yang mulai
diterapkan di lingkungan sekolah, gerakan tersebut memiliki tujuan untuk menumbuhkan
budaya literasi bagi siswanya.

2.1.1 Pengertian Literasi Menurut Para Ahli

1. Cordon
Literasi merupakan sumber ilmu yang menyenangkan yang mampu dalam
membangun imajinasi mereka untuk dapat menjelajahi dunia serta ilmu pengetahuan.
2. Goody
Literasi merupakan suatu kemampuan untuk membaca dan juga menulis.
3. Kern
Literasi itu terdapat 7 prinsip pendidikan diantaranya literasi tersebut melibatkan :
1. interprestasi,
2. kolaborasi,
3. konvensi,
4. pengetahuan kultural,
5. pemecahan masalah,
6. releksi dan refleksi diri
7. penggunaan bahasa.
4. National Institute For Literacy

Literasi meerupakan sutu kemampuan dari tiap individu dalam membaca, menulis,
berbicara, menghitung serta juga memecahkan suatu masalah pada tingkat keahlian
yang diperlukan didalam suatu pekerjaan, keluarga dan masyarakat.

5. UNESCO
Pemahaman orang mengenai makna literasi itu sangat dipengaruhi oleh penelitian
akademik, institusi, konteks nasional, nilai budaya serta juga pengalaman.
Pemahaman umum dari literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama
ketrampilan dalam membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks yang mana
ketrampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
6. NAEYC
Literasi merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat mendorong anak-anak
untuk berkembang sebagai pembaca serta penulis sehingga dalam hal ini sangat
membutuhkan yang namanya interaksi dengan seseorang yang menguasai literasi.
7. Alberta
Literasi ini bukan hanya sekedar kemampuan dalam membaca dan menulis tapi juga
menambah pengetahuan, ketrampilan serta kemampuan yang dapat membuat
seseorang itu memiliki kemampuan dalam berfikir kritis, mampu juga untuk
memecahkan masalah dalam berbagai konteks, mampu juga berkomunikasi dengan
secara efektif dan mampu untuk dapat mengembangkan potensi serta berpartisipasi
aktif dalam kehidupan masyarakat.

2.2 Tujuan Literasi

Setelah mengerti Pengertian Literasi tersebut, pasti sudah tergambar apa sih tujuan dari
literasi ini, namun untuk memperjelas dibawah ini akan dijelaskan tujuan literasi, diantaranya
sebagai berikut:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik.


2. Menumbuhkan dan mengembangkan juga budaya literasi di sekolah maupun
masyarakat.
3. Dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara membaca segala macam
informasi yang bermanfaat.
4. Dapat juga meningkatkan kepahaman seseorang didalam mengambil inti sari dari
suatu bacaan.
5. Mengisi waktu dengan literasi agar lebih berguna.
6. Memberikan penilaian kritis pada karya tulis seseorang.
7. Memperkuat nilai kepribadian dengan membaca dan menulis.

2.3 Manfaat Literasi

Tujuan dari literasi itu sangat baik, lantas apa manfaat literasi, manfaat dari literasi
diantaranya adalah :

1. Menambah kosa kata.


2. Mengoptimalkan kerja otak.
3. Menambah wawasan dan informasi baru.
4. Meningkatkan kemampuan interpersonal.
5. Mempertajam diri didalam menangkap makna dari suatu informasi yang sedang
dibaca.
6. Mengembangkan kemampuan verbal.
7. Melatih kemampuan berfikir dan menganalisa.
8. Meningkatkan fokus dan konsentrasi seseorang.
9. Melatih dalam hal menulis serta juga merangkai kata yang bermakna.

2.3 Jenis-Jenis Literasi

Dibawah ini merupakan macam jenis Literasi, pada dasarnya literasi ini dibagi
menjadi beberapa jenis literasi, diantaranya sebagai berikut:

1. Literasi Dasar

Literasi dasar merupakan suatu kemampuan untuk membaca, mendengarkan, berbicara,


menulis serta juga menghitung. Literasi dasar ini bertujuan untuk dapat mengoptimalkan serta
meningkatkan dalam hal menulis, membaca, berbicara, menghitung serta juga mendengarkan.

2. Literasi Perpustakaan

Literasi perpustakaan ialah suatu kemampuan lanjutan untuk dapat mengoptimalkan literasi
perpustakaan yang ada. Literasi perpustakaan ini terdiri dari memberikan pemahaman
mengenai cara untuk dapat membedakan antara cerita non fiksi dan cerita fiksi, memahami
penggunaan katalog serta indeks dan juga memiliki pengetahuan didalam memahami
informasi saat sedang menyelesaikan suatu tulisan, penelitian serta lain sebagainya.

3. Literasi Visual

Literasi visual ialah suatu pemahaman yang lebih antara literasi media dan juga literasi
teknologi yang mengembangkannya dengan cara memanfaatkan materi visual.

4. Literasi Media

Literasi media merupakan suatu kemampuan untuk dapat mengetahui berbagai bentuk media
yang berbeda seperti media cetak, media elektronik dan lain sebagainya dan juga dapat
mengerti penggunaan dari masing-masing media yang ada tersebut.

5. Literasi Teknologi

Literasi teknologi merupakan suatu suatu kemampuan untuk dapat memahami kelengkapan
dalam suatu teknologi seperti contohnya hardware dan software, memahami juga cara
mengakses internet dan juga mengerti etika yang berlaku dalam penggunaan teknologi.

2.4 Prinsip-Prinsip Literasi

Menurut Beers (2009) didalam literasi sekolah itu menekankan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Program Literasi Yang Baik Bersifat Berimbang

Sekolah yang menerapkan prinsip ini maka akan dapat menyadari bahwa siswa itu memiliki
kebutuhan yang berbeda antara satu sama lain. Untuk itu, dibutuhkanlah berbagai strategi
membaca serta juga variasi teks.

2. Diskusi dan Strategi Bahasa Lisan Sangat Penting

Dalam prinsip literasi ini, siswa akan dituntut untuk bisa/dapat berdiskusi mengenai suatu
informasi tertentu serta juga dalam diskusi membuka kemungkinan perbedaan pendapat serta
akan diharapkan dapat mengungkapkan perasaan serta pendapatnya untuk dapat melatih
kemampuan berfikir lebih kritis.

3. Program Literasi Berlangsung di Semua Kurikulum

Program literasi ini ditunjukan oleh seluruh siswa jadi tidak bergantung pada kurikulum serta
juga membiasakan kegiatan atau aktivitas literasi merupakan kewajiban guru semua mata
pelajaran.

4. Keberagaman Perlu Dirayakan di Kelas dan Sekolah

Para siswa itu disediakan buku-buku yang bertemakan kekayaan budaya negara Indonesia
dalam upaya lebih mengenal budaya yang ada serta juga ikut dalam melestarikannya.

2.5 Contoh Gerakan Literasi

Dibawah ini merupakan beberapa contoh gerakan literasi yang dapat diterapkan di sekolah,
diantaranya sebagai berikut:

1. Jadwal wajib ke perpustakaan


2. Membaca buku non pelajaran sebelum proses belajar dimulai
3. Membuat dinding motivasi di kelas
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Menurut Setiyono (2017:2) pengertian metode penelitian adalah “metode penelitian
pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”.Metode penelitian yang digunakan penulis adalah Penelitian korelasi
atau korelasional. Metode korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk
mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada
upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel
(Faenkel dan Wallen, 2008:328). Penelitian ini menggunakan metode korelasi atau
korelasional ,karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat korelatif.
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menjelaskan dan mengetahui pemahaman
siswa dalam pembelajaran geografi saat menggunakan media pembelajaran.

3.2. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama
dalam menangkap fenomena-fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek
yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat.Dalam
penentuan lokasi penelitian.
Meleong(2007:132)menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan
mempertimbangkan teori substansif dan menjajaki lapangan dan mencari kesesuaian
dengan kenyataan yang ada di lapangan.lokasi yang diambil dalam penelitian ini
ditentukan dengan sengaja,dilakukan di SMAN 2 Padalarang.Dengan berbagai
pertimbangan dan alasan antara lain:

1. Karena tempat ini sekolah saya,sehingga memudahkan saya dalam penelitian.


2. Karena tempat ini tercantum dalam objek penelitian saya.
.
3.3. Sumber Data
Arikunto (2006:224) menyatakan bahwa,sumber data adalah subjek darimana dapat
diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi sumber data.Adapun
cara untuk mencari sumber data yaitu melewati:
1. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya mengenai variabel yang
diteliti.
2. Paper (kertas), merupakan tempat peneliti membaca dan mempelajari segala sesuatu
yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip, angka,gambar, dokumen-dokumen,
simbol-simbol dan lain sebagainya.
3. Place (tempat), merupakan tempat berlangsungnya kegiatan yang berhubungan
dengan penelitian.
4. Media, merupakan alat untuk mencari informasi atau tempat suatu materi yang dapat
dicari.

Menurut Lofland dalam Meleong (2007:165),sumber data utama dalam penelitian


kualitatif adalah kata-kata dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain lain. Informan merupakan
orang-orang yang terlibat atau mengalami proses pelaksanaaan dan perumusan program
dilokasi penelitian.

3.4. Jenis Data


3.4.1 Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data (sugiyono,2015,hlm.137). Sumber data primer diperoleh peneliti
melalui wawancara dengan responden. Responden adalah orang yang dimintai keterangan
tentang suatu fakta atau pendapat,keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk
tulisan yaitu ketika mengisi angket atau lisan,ketika menjawab wawancara.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan
baik oleh pengumpul data primer atau pihak lain. Menurut Sugiyono (2014:137) sumber
data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan
data,misalnya lewat orang lain atau dokumen. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara
membaca,mempelajari dan memahami melalui media lain yang bersumber pada literatur
dan buku-buku perpustakaan atau data-data yang diperoleh dari perusahaan yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data
masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi,
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-
instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran
variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Maka dari itu, dala penelitian ini
penulis harus mengobservasi objek yang akan di teliti.
3.6. Proses Penelitian
Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain
secara terus menerus.
Tahapan-tahapan penelitian itu adalah:
1. Identifikasi masalah
2. Perumusan masalah
3. Penelusuran pustaka
4. Rancangan pustaka
5. Pengumpulan data
6. Pengolahan data
7. Penyimpulan hasil

Namun, proses pengumpulan data yang saya ambil dalam penelitian ini
menggunakan tahapan-tahapan sebagai berikut:
3.6.1. Tahap Pelaksanaan
1. Pengumpulan Data
Berbagai jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data
masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman observasi,
tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan instrumen-
instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian korelasional, pengukuran
variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif sama. Sedang dalam penelitian
prediktif, variabel prediktor harus diukur selang beberapa waktu sebelum variabel kriteria
terjadi. Jika tidak demikian, maka prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.
2. Analisis Data
Pada dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran variabel lain.
Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai dengan jenis datanya,
digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara variabel yang satu dengan yang
lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik yang digunakan adalah analisis regresi
untuk mengetahui tingkat kemampuan prediktif variabel prediktor terhadap variabel
kriteria. Namun demikian, dapat pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya
melibatkan dua variabel. Bila melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk
menentukan apakah dua variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi
variabel kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis
regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat digunakan. Hasil analisis
tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai koefisien korelasi atau koefisien regresi
serta tingkat signifikansinya, disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh
variabel bebas terhadap variabel terikat.

Interpretasi data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan
maka akan menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel tersebut
dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan korelasi negatif yang
variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+) menunjukkan korelasi positif yang
variabelnya saling mendekati ke arah yang sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).

3.6.2. Lapangan
Dalam hal ini penelitian dilakukan observasi langsung terhadap objek yang akan di
teliti yang dibutuhkan,dan mencari informasi dilapangan secara pribadi. Observasi secara
langsung merupakan salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian korelatif yang
memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur yang digunakan dan kemampuan
tertentu dari pihak peneliti.

3.7. Teknik analisis Data


Pengolahan dan analisis data menggunakan analisis korelasi yang dilakukan untuk
melibatkan dua variable. Yaitu hubungan literasi dan gerakan pembentukan karakter
siswa sman 2 padalarang.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 hasil penelitian


Dalam penelitian ini penulis melakukan focus korelati, yang artinya mengobservasi
hubungan litersai dan pembentukan karaktersiswa.
Penulis mencari data data dengancara mengobservasi kawasan sman 2 padalarang
lebis utamanya kepada siswa yang literasi. Pada tanggal 26 oktobe penile mendapatkan
data data dari hasil observasi hubungan literasi dan dan karakter siswa. Saat
mengobervasi terlihat seseorang yang asalanya pemalas untuk literasi menjadi giat .dalam
hal ini dapat dikatakan bahwa litersai itu dapat merubah karakteristis dari suorang siswa
Pada tanggal 1 november penulis mengobservasi lebih jelas tentang hubungan literasi
dan pembentukan karakter siswa. Ternyata hubungan literasi dan karaktersiswa sangatlah
bervariable karena adanya timbal balik
Setelah itu penulis menelaah kembali dari sumber terpercaya tentang apa
hubungannya litersai dengan pembentukan karakter siswa. Dengan adanya sumberdata
data penulis dapat membayangkan bahwa litersai dan pembentukan karakter siswa sangat
lah berhubungan. Karena saat kita melakukan literasi kita dapat merasakan sikap kita
yang berubah dengat pesat danjuga mendapat wawasan yang luas
Pada tanggal 5 november penulis observasi terhadap siswa yang malas untuk
literasi. Pada saat seketika penulis berfikiran bagai mana cara seseorang tertarik untuk
litesari, penulis pun langsung study kasus terhadap objek yang diobservasinya dengan
cara memberi pinjaman buku. Setelah orang itu literasi ,sikap dan polapikirnya pun
berubah yang asalnya malas untuk literasi menjadi semangat
Jika kita mengukur hubungan literasi dan karakters siswa sangat lah ber variable
karna dalam hasil observasi selalu mendapat simpulan literasi dan karakter sangat ber
variable
Pada tanggal 8 noember penulis melakukan lagi study kasus terhadap orang yang
nakal di sman2 padalarang dengn cara mengajak orang tersbut untuk literasi. Pada saat
saat literasi pertamanya orang tersebut sangatlah tidak tertarik mak dari itu penulis lebih
mendoraong lagi siswa tersebut untuk literas sampai akhirnya orang itu rajin untuk
literasi
4.2 pembahasan
a. pemahaman tentang hubungan literasi dengan karakter siswa
menurul alberto (332;18)suatu kegiatan literasi sanagtlah berpengaruh kepada
kehidupan sehari hari dari segi sikap maupun materi. Dari pernyataan ke 2 sangatlah sama
persis apa yang dikatakan alberto. Dapat kita ambil simpulan bahwa literasi itu merubah
karakter.
b. bagaimana kegiatan literasi dapat dilakukan dimana saja
saat ini teknologi sangat berkembang pesat ,kita dapat literasi menggunkan alat
teknologi sebagai contohnya dari smartphone yang dapat kita bawa kemana saja.
Sehingga orang orang tidak harus mencari buku buku untuk literasi
dengan adanya teknologi pembentukan karakter dapat diperoleh dengan cepat
c. dampak pengaruh literasi terhadap karakter siswa
jika kita lihat dari data sumber di atas terdapat dampak positif yang sangat banyak

Setelah mengerti Pengertian Literasi tersebut, pasti sudah tergambar apa sih tujuan dari
literasi ini, namun untuk memperjelas dibawah ini akan dijelaskan tujuan literasi, diantaranya
sebagai berikut:

1. Menumbuhkan dan mengembangkan budi pekerti yang baik.


2. Menumbuhkan dan mengembangkan juga budaya literasi di sekolah maupun
masyarakat.
3. Dapat meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dengan cara membaca segala macam
informasi yang bermanfaat.
4. Dapat juga meningkatkan kepahaman seseorang didalam mengambil inti sari dari
suatu bacaan.
5. Mengisi waktu dengan literasi agar lebih berguna.
6. Memberikan penilaian kritis pada karya tulis seseorang.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya, dapat di simpulkan bahwa kegiatan literasi
dapat merubah seorang siswa menjadi lebih baik danjuga dapat menamha wawasan. Agar
literasi dapat terlaksana secara trus penerus maka kraktersiswa dapat terubah
5.2 saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis mempunyai saran sebagai berikut:
a. bagi seorang siswa banyaklah untuk literasi
b bagi guru harusnya menekankan kegiatan literasi saat disekolah karena bisa
mengubah karakter siswa menjadi lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

√ 16 Contoh Metode Penelitian Kuantitatif/Kualitatif/Karya Ilmiah/Makalah |


DosenSosiologi.Com
17+ Jenis-Jenis Penelitian Beserta Pengertian dan Contohnya [Lengkap]
METODE PENELITIAN KUALITAIF (Sistematika Penelitian Kualitatif) | fitwiethayalisyi
METODE PENELITIAN KORELASIONAL | Bintangkecilungu's Blog
METODE PENELITIAN KORELASIONAL | Bintangkecilungu's Blog
contoh karya tulis ilmiah :: alvi yola
(DOC) KARYA TULIS ILMIAH | rhesi elmia - Academia.edu
KARYA_TULIS_ILMIAH.docx
Contoh Karya Tulis Ilmiah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - hipbala
Academia.edu
Gerakan Literasi dan Pembentukan Karakter – Literasi Pribumi

Anda mungkin juga menyukai