Anda di halaman 1dari 3

NAMA : MAYLINDA ZUWAIRIYA PUSPASARI

KELAS : XII-MIPA 9
NO. ABSEN : 17
NO. INDUK : 12312
MAPEL : BAHASA INDONESIA - MENULIS TEKS CERITA SEJARAH
HARI, TANGGAL : JUMAT, 3 SEPTEMBER 2021

Emas Pertama

Hai semua, perkenalkan namaku Maylinda Zuwairiya, aku lahir dan besar di Surabaya.
Orang-orang biasa memanggilku dengan May ataupun Linda. Selama lebih kurang 17 tahun
di Surabaya, sudah banyak pengalaman yang aku dapatkan. Mulai dari pengalaman yang
menyenangkan ataupu pengalaman yang kurang menyenangkan. Salah satunya pengalaman
mengikuti pertandingan taekwondo se-Jawa Timur pada tahun 2020, aku mendapatkan dua
pengalaman sekaligus.

Awal cerita ini, dimulai pada tahun 2017, kali pertama aku mengikuti olah raga bela diri asal
Korea Selatan. Aku memutuskan untuk berlatih taekwondo, karena merasa lingkungan yang
akan aku terjuni nantinya tidak selalu aman bagiku dan orang di sekitarku. Sehingga perlu
untuk mempersiapkan bekal dalam mengatasi kemungkinan terburuk yang akan kuhadapi.
Tempat ku berlatih didominasi oleh laki-laki, yang perempuan sekitar tiga orang termasuk
aku. Walau demikian aku tetap merasa sedikit lebih aman disana daripada di tempat umum
lainnya. Latihan dimulai pada pukul 19.00 hingga 20.30 dua hari seminggu.

Hari pertama aku berlatih semua terasa sangat berat dan sulit. Otot-otot rasanya seperti ditarik
ke berbagai arah, pergelangan hingga lutut kaki terasa sangat kaku dan sulit untuk ditekuk,
pinggang terasa tidak di tempatnya dan berbagai rasa sakit lainnya. Rasa ingin menyerah
sudah ada saat itu, aku merasa olahraga ini tidak sesuai dengan pribadianku. Ayah yang
melihat putrinya kesakitan pun mendatangi dan menanyakan kondisiku, beliau menawarkan
untuk berhenti saja daripada aku tidak nyaman dan justru menjadi beban. Tetapi ayah juga
mengingatkan bahwa, permulaan itu memang sangat berat, butuh penyesuaian, butuh
adaptasi, dan butuh waktu untuk menemukan kenyamanan. Aku membenarkan perkataan
ayah, tidak mungkin bagi seorang pemula dapat melakukan pergerakan yang luar biasa
layaknya orang yang telah ahli. Bahkan orang yang ahli juga butuh waktu hingga dia bisa
menjadi seperti itu. Dari situlah tekad dalam diriku muncul menjadi sangat kuat untuk
mencoba menekuni olah raga ini dan melakukan yang terbaik selama latihan.

Dua tahun telah aku lalui, sekarang aku sudah mencapai tingkat yang cukup tinggi. Bisa
dibilang tidak junior tetapi juga belum senior. Gerakan-gerakanku mulai dari pukulan,
tendangan, dan tangkisan semakin membaik. Pada tahun ini ada taekwondoin baru
perempuan yang umurnya hanya beda 1 tahun denganku, awalnya aku kira kita bisa menjadi
teman baik dan saling mendukung. Nyatanya manusia memang hobi sekali untuk iri terhadap
pencapaian orang lain. Aku iri dengan taekwondoin baru ini karena gerakannya sangat lincah
dan akurasinya cukup tepat. Hampir setiap latihan aku selalu berdoa agar ia tidak datang
sehingga perhatian dari sabeum, sebutan untuk pelatih tidak terfokus padanya. Ke-irian ku
semakin bertambah ketika sabeum menawarkan ia untuk mengikuti pertandingan kyorugi,
pertandingan antara dua orang Taekwondoin dimana mereka saling serang dan bertahan
untuk menjatuhkan lawannya dengan menggunakan teknik-teknik tendangan maupun
pukulan yang diajarkan di taekwondo. Taekwondoin baru itu berhasil membawa pulang
medali perunggu. Aku tidak ingin kalah, aku juga ingin memiliki medali. Oleh karena itu,
setiap ada pertandingan aku selalu ingin mengikuti dan memenangkannya. Sayangnya di
setiap pertandingan yang aku ikuti tidak ada satupun yang berhasil aku menangkan.

Pada tahun 2020 sabeum menanyakan beberapa hal kepadaku. Apa motivasiku untuk
mengikuti pertandingan? Apa yang aku kejar dalam pertandingan? Siapa yang ingin aku
kalahkan? Beliau mengatakan jika jawabanku masih terkait untuk orang lain maka aku tidak
akan pernah bisa memenangkannya. Semenjak saat itu aku mulai sadar bahwa yang aku
pikirkan adalah mengalahkan orang lain sedangkan belum tentu aku bisa mengalahkan dan
berdamai dengan diriku sendiri. Perlahan aku mulai menata pikiranku, motivasiku, lalu
memulai latihan dengan fokus pada diriku sendiri. Akhirnya setelah berlatih dengan keras
pada tanggal 7 Februari 2020 aku mendapatkan medali emas pada cabang kyorugi. Medali
emas pertamaku setelah 3 tahun aku menekuni bidang olahraga ini, medali emas yang selalu
akan aku ingat tentang menemukan diri sendiri, dan medali emas sebagai bentuk apresiasi
terhadap diri sendiri.

Jadi, seperti itulah kisahku. Banyak pengalaman dalam mencapai medali itu, mulai dari
keinginan untuk menyerah, rasa iri terhadap orang lain, jatuh lalu bangkit lagi, dan lain
sebagainya. Tidak perlu memikirkan apa kata orang cukup berani memulai dan coba tekuni
lalu temukan dirimu disana.

Anda mungkin juga menyukai